Dosen Pengampu:
Aminarista, S.Gz., M.Gizi., RD
Disusun Oleh:
Anita Rahayu 1321116001
Dewi Hartika 1321116004
Ine Canari 1321116006
Ruly Hafiani 1321116010
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh Yang Maha Esa
yang telah banyak mengaruniakan Rahmat dan Kasih-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan pembuatan proposal ini. Penyusunan proposal ini penulis dibuat
untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah yaitu Implementasi Program Gizi.
Dalam penyusunan proposal ini dari tahap awal hingga tahap akhir, penulis
banyak dibantu oleh berbagai pihak. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih
atas bantuan, bimbingan, saran, dan fasilitasnya kepada penulis :
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
DAFTAR TABEL
A. Latar Belakang
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat
kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
(Kemenkes, RI 2018). Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan
oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi
berulang, dan kedua faktor penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh yang
tidak memadai terutama dalam 1.000 HPK. (WHO,). Anak tergolong stunting
apabila panjang atau tinggi badan menurut umurnya lebih rendah dari standar
nasional yang berlaku. Standar dimaksud terdapat pada buku Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) dan beberapa dokumen lainnya.
Penyebab langsung masalah gizi pada anak termasuk stunting adalah
rendahnya asupan gizi dan status kesehatan. Penurunan stunting
menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang
berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan
bergizi (makanan), lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian
makanan bayi dan anak (pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan
untuk pencegahan dan pengobatan (kesehatan), serta kesehatan lingkungan
yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi (lingkungan).
Keempat faktor tersebut mempengaruhi asupan gizi dan status kesehatan ibu
dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut diharapkan dapat
mencegah masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.
Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan faktor keturunan..Di Indonesia masyarakat sering
menganggap tumbuh pendek sebagai faktor keturunan. Persepsi yang salah di
masyarakat membuat masalah ini tidak mudah diturunkan dan membutuhkan
upaya besar dari pemerintah dan berbagai sektor terkait. Hasil studi
membuktikan bahwa pengaruh faktor keturunan hanya berkontribusi sebesar
15%, sementara unsur terbesar adalah terkait masalah asupan zat gizi, hormon
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah perlunya dilakukan intervensi terkait gizi
pada ibu dengan balita stunting di Desa Sukatani, Kecamatan Sukatani
Kabupaten Purwakarta.
C. Tujuan
1. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan stunting.
2. Mengetahui faktor penyebab terjadinya stunting di desa sukatani.
3. Mampu menentukan intervensi gizi.
4. Mampu menentukan program intervensi gizi dengan pendekatan
alternative pemecahan masalah.
5. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi dari intervensi yang tekag
dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
balita dengan status gizi berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut
umur bila dibandingkan dengan standar baku WHO, nilai Zscorenya
kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai Zscorenya
kurang dari -3SD (Kemenkes,RI 2016).
2. Etiologi
Masalah balita pendek menggambarkan masalah gizi kronis,
dipengaruhi dari kondisi ibu atau calon ibu, masa janin dan masa bayi
atau balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa balita. Dalam
kandungan, janin akan tumbuh dan berkembang melalui pertambahan
berat badan dan panjang badan, perkembangan otak serta organ-organ
lainnya. Kekurangan gizi yang terjadi dalam kandungan dan awal
kehidupan menyebabkan janin melakukan reaksi penyesuaian. Secara
paralel penyesuaian tersebut meliputi perlambatan pertumbuhan dengan
pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak
dan organ tubuh lainnya. Hasil reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi
di ketahui pada usia dewasa dalam bentuk tubuh yang pendek (Menko
Kesra, 2013).
4. Penyebab Stunting
Stunting pada balita merupakan konsekuensi dari beberapa faktor
yang sering dikaitkan dengan kemiskinan termasuk gizi, kesehatan,
sanitasi dan lingkungan (KemenKes RI, 2013). Faktor utama penyebab
stunting yaitu :
a) Praktek Pengasuhan
9
j) Riwayat Kehamilan
Riwayat Kehamilan dengan melihat status gizi ibu pada
waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Selain itu gizi ibu hamil
menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu
hamil sangat penting dilakukan (Kristyanasari, 2010).
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi
berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes Melitus Gestasional
(DMG), cacar air, dan penyakit infeksi TORCH. Penyakit DMG
adalah intoleransi glukosa yang dimulai atau baru ditemukan pada
waktu hamil. Pada ibu akan meningkatkan risiko terjadinya
preeklamsia, secsio sesaria, dan terjadinya diabetes mellitus tipe 2 di
kemudian hari, sedangkan pada janin meningkatkan risiko terjadinya
makrosomi. Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis
penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan
Herpes (Prawirohardjo, 2008).
Jarak kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan
janin yang dikandungnya. Seorang wanita memerlukan waktu
selama 2 - 3 tahun agar dapat pulih secara fisiologis dari satu
kehamilan atau persalinan dan mempersiapkan diri untuk kehamilan
yang terlalu dekat memberikan indikasi kurang siapnya rahim untuk
terjadi implantasi bagi embrio. Persalinan yang rapat akan
meningkatkan risiko kesehatan wanita hamil jika ditunjang dengan
sosial ekonomi yang buruk. Disamping membutuhkan waktu untuk
pulih secara fisik perlu waktu untuk pulih secara emosional
(Manuaba, 2007).
k) Pengetahuan
Pengetahuan gizi yang rendah dapat berpengaruh terhadap
proses perbaikan gizi yang baik pada keluarga maupun masyarakat
sadar gizi artinya tidak hanya mengetahui gizi tetapi harus mengerti
dan mau berbuat. Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang
14
5. Dampak Stunting
Stunting dapat memberikan dampak bagi kelangsungan hidup anak.
WHO (2013) membagi dampak yang diakibatkan oleh stunting menjadi 2
yang terdiri dari jangka pendek dan jangka panjang.
Dampak jangka pendek dari stunting adalah di bidang kesehatan,
dapat menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas, di bidang
perkembangan berupa penurunan perkembangan kognitif, motorik, dan
bahasa, dan di bidang ekonomi berupa peningkatan pengeluaran untuk
biaya kesehatan. Stunting juga dapat menyebabkan dampak jangka
panjang di bidang kesehatan berupa perawakan yang pendek,
peningkatan risiko untuk obesitas dan komorbiditasnya, dan penurunan
kesehatan reproduksi, di bidang perkembangan berupa penurunan
prestasi dan kapasitas belajar, dan di bidang ekonomi berupa penurunan
kemampuan dan kapasitas kerja.
Stunting akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan
anak, balita yang bertubuh pendek (stunting) memperlihatkan perilaku
yang berubah-ubah, perilaku ini meliputi kerewelan serta frekuensi
menangis yang meningkat, tingkat aktivitas yang lebih rendah,
entusiasme untuk bermain dan mengeksplorasi lingkungan yang lebih
kecil, berkomunikasi lebih jarang ekspresi tidak begitu gembira, apatis,
serta cenderung untuk berada didekat ibu. Faktor dasar yang
menyebabkan stunting dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan intelektual. Penyebab dari stunting adalah BBLR, ASI
15
Stunting
BBLR
Status gizi
ibu hamil
akses pangan pola asuh dan pelayanan kesehatan
ASI Eksklusif
ASI Ekslusif
Pengetahuan
Stunting
Pendidikan
Riwayat
Kehamilan
5
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non random sampling
dengan jenis purposive sampling yaitu suatu teknik yang menentukan
pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai
dengan tujuan penelitian dengan kriteria sebanyak 30 responden.
3. Kriterian inklusi
• Balita usia 0 – 59 bulan
• Balita dengan status gizi Stunting
• Ibu balita atau wali bersedia menjadi responden penelitian dan bersedia
diwawancara
4. Kriteria eklusi
Responden mengundurkan diri ketika menjadi subjek saat penelitian
berlangsung.
17
18
20
21
Stunting
Pengetahuan Ibu
terkaitASI Ekslusif Status kesehatan
Ibu selama
hamil
Tingkat Asupan
Stres dan Perubahan
Pendidikan zat gizi
Hormonal
Frekuensi
makan
Ketersediaan
Pangan
29
2) Peralatan
- Laptop
- Proyektor
- Leaflet
31
b. Lomba MPASI
1) Waktu pelaksanaan
Hari/Tanggal : -
Waktu : -
Tempat : Posyandu
Topik : Lomba membuat MPASI kreatif dan
bergizi dan Edukasi tentang responsive
feeding.
Target : Ibu hamil, Ibu yang mempunyai bayi 0 – 3
tahun, Pengasuh atau wali
Media : Bahan dasar MPASI, food model gizi
seimbang
Metode Penyuluhan : Ceramah dan Praktek
Pemateri : Anita, Dewi, Ine & Ruly
2) Peralatan
- Laptop
- Proyektor
3) Rancangan anggaran biaya
NO Sumber Dana Volume Satuan Jumlah
1. Reward - - 200.000
2. - -
3. Bahan Makanan - - 100.000
Jumlah Total Rp. 300.000
32
2) Peralatan
- Laptop
- Proyektor
- Leaflet atau poster
3) Rancangan Anggaran Biaya
NO Sumber Dana Volume Satuan Jumlah
1. Leaflet/poster - - Rp. 50.000
2. Snack - - Rp. 100.000
Jumlah Total Rp. 150.000
d. Pelatihan Kader
1) Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : -
Waktu : -
Tempat : Posyandu
Topik : Pelatihan kepada kader tentang
pembuatan snack sehat untuk balita di
posyandu
Target : Kader
Media : Bahan makanan
Metode Penyuluhan : Ceramah dan Praktek
Pemateri : Anita, Dewi, Ine & Ruly
33
2) Peralatan
- Peralatan masak
- Bahan makanan
Perilaku Organisasi
Kurangnya
peran keluarga Kurangnya tenaga
Rendahnya tingkat
kesehatan
pengetahuan asi eksklusif
Asi eksklusif
Kurang mendapatkan informasi
Ibu yang bekerja
terkait asi eksklusif
Perilaku Organisasi
Jarang membawa Kurangnya tenaga
buku KIA kesehatan
Pendidikan ibu kurang
Riwayat Kehamilan
Akses informasi Pendapatan
gizi kurang rendah
Lingkungan Money
Perilaku Organisasi
Lingkungan
Money
35
DAFTAR PUSTAKA
Hapsari, W., Ichsan, B., & Med, M. (2018). Hubungan pendapatan keluarga,
pengetahuan Ibu tentang gizi, tinggi badan orang tua, dan tingkat
pendidikan ayah dengan kejadian stunting pada anak umur 12-59
bulan (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Setiawan, E., Machmud, R., & Masrul, M. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun
2018. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(2), 275-284.
Vaozia, S., & Nuryanto, N. (2016). Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia
1-3 Tahun (Studi Di Desa Menduran Kecamatan Brati Kabupaten
Grobogan) (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).
Hindrawati, N., & Rusdiarti, R. (2018). Gambaran Riwayat Pemberian ASI Eksklusif
dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 6-24 Bulan di Desa Arjasa
Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. JURNAL KEBIDANAN AKADEMI
KEBIDANAN JEMBER, 2(1), 1-7.
World Bank (2014). Better Growth through Improved Sanitation and Hygiene
Practices.
36
UNICEF. (2013). Improving Child Nutrition, The Achievable Imperative for Global
Progress. UNICEF: New York.
Kurniasih, D., Hilmansyah, H., Astuti, M. P., & Imam, S. (2010). Sehat dan bugar
berkat gizi seimbang. Gramedia: Jakarta.
Paudel, K. P., Tamang, S., & Shrestha, K. K. (2014). Transforming land and
livelihood: Analysis of agricultural land abandonment in the Mid Hills of
Nepal. Journal of Forest and Livelihood, 12(1), 11-19.
Meilyasari, F., & Isnawati, M. (2014). Faktor risiko kejadian stunting pada balita
usia 12 bulan di Desa Purwokerto Kecamatan Patebon, Kabupaten
Kendal (Doctoral dissertation, Diponegoro University).
Fikadu, T., Assegid, S., & Dube, L. (2014). Factors associated with stunting among
children of age 24 to 59 months in Meskan district, Gurage Zone, South
Ethiopia: a case-control study. BMC public health, 14(1), 800.
Nasikhah, R., & Margawati, A. (2012). Faktor risiko kejadian stunting pada balita
usia 24–36 bulan di Kecamatan Semarang Timur (Doctoral dissertation,
Diponegoro University).
Naingolan J. 2014. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif terhadap Status Gizi Bayi
Usia 0-6 Bulan di Wilayah Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung
[Skripsi].Universitas Lampung. Bandar Lampung
38
LAMPIRAN