Anda di halaman 1dari 45

HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN

PERILAKU DISIPLIN PADA SISWA SMPN 18 TAKENGON


KABUPATEN ACEH TENGAH

SKRIPSI S-1

Diajukan Oleh :

SAHARA FITRIYANA
NIM: 190901050

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
1444/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN PENELITIAN

D. MANFAAT TEORITIS

E. KEASLIAN PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

A. Perilaku Disiplin

1. Pengertian Perilaku Disiplin

2. Aspek perilaku Disiplin

3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Disiplin

B. Konformitas Teman Sebaya

1. Pengertian Konformitas Teman Sebaya

2. Aspek Konformitas Teman Sebaya

3. Faktor yang mempengaruhi konformitas

C. Hubungan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku disiplin

D. Hipotesis

i
BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

B. Identifikasi Variabel Penelitian

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

D. Subjek Penelitian

E. Teknik Pengumpulan Data

F. Validitas dan Realibilitasi Alat Ukur

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam membentuk karakter

individu. Pendidikan juga merupakan salah satu bentuk bantuan atau bimbingan yang

diberikan oleh orang yang mampu, matang, dewasa, dan memiliki pengalaman dalam

mengembangkan orang lain dengan tujuan agar pribadi orang yang dididik memiliki

keterampilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri

(Restian, Husamah, & Widodo, 2019).

Selanjutnya dalam UU No. 20 tahun 2003 pada BAB 1 pasal 1 tentang sistem

pendidikan nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan salah satu jenjang pendidikan

formal di Indonesia yang diselesaikan setelah menyelesaikan Sekolah Dasar (SD).

Sekolah Menengah Pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, dimulai dari kelas VII

sampai IX. Tenaga pendidiknya yaitu guru profesional yang berbeda pada setiap mata

pelajaran. Pada umumnya, siswa SMP merupakan generasi muda yang berada pada

1
tahap perkembangan remaja awal yaitu berusia 12-16 tahun. Menurut Santrock,

(2007) Masa remaja dimulai sekitar usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir pada

sekitar usia 18 hingga 22 tahun.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa

dewasa. Remaja tidak bisa dikatakan anak-anak dan juga belum bisa dikatakan

sebagai orang dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami berbagai perubahan, baik

fisik maupun psikis. Selain itu juga berubah secara kognitif dan mulai mampu

berpikir secara abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai

melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran

sosialnya yang baru sebagai orang dewasa (Ajhuri, 2019). Pada masa ini juga kondisi

psikologis remaja masih labil sehingga sangat mudah dipengaruhi tanpa pemikiran

lebih lanjut (Hurlock, 1991).

Tugas siswa disekolah yaitu belajar dan mengikuti aturan yang telah

ditetapkan oleh sekolah. Tentu bukan hanya bagi siswa saja, namun seluruh warga

sekolah termasuk kepala sekolah, guru dan staf sekolah. Selaras dengan Hadianti

dalam Japar, Mustoif, & MS (2018) yang mengungkapkan bahwa aturan atau tata

tertib sekolah dapat dimaknai sebagai ikatan atau kewajiban yang harus ditaati oleh

setiap warga sekolah.

Disekolah seorang siswa diharapkan harus belajar dengan giat, melakukan

segala sesuatu dengan baik, patuh serta taat terhadap norma dan aturan yang berlaku.

Kepatuhan dan ketaatan terhadap aturan merupakan perilaku yang benar atau sesuai

2
dengan aturan yang diperoleh dari proses latihan secara terus menerus agar

terciptanya kedisiplinan (Hurlock E. B., 1999). Jika siswa disiplin maka akan

menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, aman serta nyaman dalam proses

belajar mengajar.

Perilaku disiplin memiliki dampak positif bagi kehidupan dan pembentukan

karakter siswa, namun pada kenyataannya masih banyak yang kurang menghiraukan

kedisiplinan. Perilaku kurang disiplin merupakan suatu masalah yang kerap

didapatkan disekolah, hal tersebut dapat dilihat dari keseharian siswa disekolah,

berbagai macam pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, contohnya masih banyak

siswa yang datang terlambat, telat masuk kelas setelah jam istirahat selesai, bolos saat

jam pelajaran, mencoret-coret dan merusak fasilitas sekolah, tidak melengkapi atribut

sekolah, menyontek, tidak mengerjakan tugas, merokok, berkelahi, dan mengobrol

saat upacara. (Susanto, 2018)

Dimedia massa tidak asing lagi pemberitaaan tentang berbagai pelanggaran

yang dilakukan siswa, menggambarkan bahwa tingkat kedisiplinan siswa sangat

memperihatinkan. Sebagaimana Penelitian yang telah dilakukan oleh Putri (2018), di

SMP Negeri di seluruh kecamatan Tempeh, bermacam tindak tidak disiplin yang

dilakukan oleh siswa, diantaranya: (1) saat membolos sekolah siswa bermain dengan

teman di lingkungannya, (2) saat membolos kelas, siswa cenderung berada di kantin/

cafetaria sekolah, (3) siswa tidak berseragam dengan rapi, (4) saat bersekolah siswa

merokok di parkiran luar sekolah, (5) siswa berlaku tidak sopan kepada teman

sekolahnya, (6) siswa sering mencela atau mengejek, (7) siswa bermain telepon

3
genggam (handphone) saat pelajaran berlangsung, dan (8) siswa membalas ketika ada

orang lain yang mengganggunya yang memicu pada pembalasan dendam.

Selanjutnya, kasus yang terjadi di Provinsi Aceh, Kabupaten Lhoukseumawe,

Sebanyak 13 pelajar diamankan oleh pihak polisi karena terlibat tawuran berdarah.

Dalam aksi ini, pelajar membawa senjata tajam seperti pisau, parang, dan celurit.

Dalam catatan DPRA kasus ini merupakan yang kedua kalinya di Lhokseumawe.

Laila F Saidina menyebutkan faktor yang memicu pelajar tawuran yaitu game dan

tontonan bernuansa kekerasan secara berulang. Sehingga menimbulkan konformitas,

dimana seseorang mengubah perilakunya agar diterima oleh kelompoknya. (Masriadi

& Arief, 2023 dari regional.kompas: https://regional.kompas.com).

Selanjutnya Pelanggaran tata tertib sekolah terjadi juga di Aceh, menurut

kepala bidang ketentraman dan ketertiban (Kabid Trantib) satpol PP Aceh Barat

mengatakan pada saat melakukan razia ada sebanyak 130 orang berkasus pada bulan

Januari- maret 2023 diantaranya yaitu 48 pelajar tingkat SMP dan SMA. Kasus

tersebut rata-rata adalah bolos sekolah atau berkeliaran saat jam pelajaran sekolah

sedang berlangsung. (Firmansyah, 2023 dari ajnn.net: https://www.ajnn.net).

Hal tersebut juga terjadi pada siswa SMPN 18 Takengon, yang tidak sedikit

melanggar disiplin sekolah. Peneliti memilih SMPN 18 Takengon karena

kecenderungan siswa melakukan pelanggaran terhadap aturan yang telah ditetapkan.

Hal ini dapat dibuktikan dari hasil wawancara awal dengan salah satu guru kelas

SMPN 18 Takengon bahwa siswa belum sepenuhnya disiplin dan sulit untuk diatur

4
untuk menaati aturan sekolah. Dan siswa cenderung melakukan pelanggaran tata

tertib tidak hanya sendiri melainkan bentuk kelompok dengan mengikuti perilaku

temannya (konformitas teman sebaya).

Menurut Basri dalam Sobri (2020) terdapat dua faktor yang mempengaruhi

kedisiplinan siswa di sekolah yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu

dari dalam individu, contohnya kesadaran pada diri individu. Sedangkan Faktor

eksternal yaitu dari luar individu, contohnya kondisi keluarga, lingkungan sekolah

dan sosial.

Salah satu faktor disiplin yaitu lingkungan sosial yang berasal dari teman

sebaya. Menurut Nurachma & Hendriani (2020) teman sebaya (peer group) ialah

sekelompok orang yang merasa saling berinteraksi dan saling memiliki beberapa

kesamaan, baik dari segi usia, pola fikir, minat, atau hal yang lainnya. Daud (2018)

juga berpendapat bahwa teman sebaya buka sekedar pertemanan biasa tetapi sebuah

kelompok yang memiliki kekhasan dalam orientasi, nilai-nilai, norma dan

kesepakatan yang secara khusus diberlakukan dalam kelompok tersebut, bahasa

kerennya adalah geng. Teman sebaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya

ialah sebagai kawan, sahabat atau orang yang sama-sama berbuat atau bekerja.

Murisal (2007) menyimpulkan bahwa dalam sebuah kelompok jika terjadi

penolakan maka remaja akan cenderung mengikuti hal-hal yang sama dengan

kelompoknya agar sesuai dan diterima dengan baik dalam kelompok teman sebaya.

Hal ini terjadi karena remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman

sebaya dibandingkan dengan keluarga. Pada masa ini perasaan bersahabat merupakan

5
ciri khas dan cara remaja berinterksi dalam suatu kelompok sehingga timbul

konformitas. Terjadinya konformitas pada remaja memang karena masa

perkembangan sosialnya, pada masa remaja melakukan dua macam perubahan, yaitu

remaja memisahkan diri dengan orangtua dan mendekatkan diri atau menuju kearah

temannya (Monks, 2008).

Pengaruh konformitas teman sebaya dapat bersifat positif dan ada juga negatif

(Daud, 2018). Menurut Santrock dalam Daud (2018) Jika konformitas teman sebaya

positif maka sangat mempengaruhi masa pembentukkan identitasnya. Sebaliknya,

jika konformitasnya bersifat negatif, siswa akan mudah mengikuti hal yang tidak

baik.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik dan penting

untuk meneliti “Hubungan konformitas teman sebaya dengan kedisiplinan siswa

SMPN 18 Takengon Kabupaten Aceh Tengah”.

B. RUMUSAN MASALAH

Mengacu pada uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah ada hubungan yang signifikan antara konformitas teman sebaya

dengan kedisiplinan siswa SMPN 18 Takengon Kabupaten Aceh Tengah.

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui apakah adanya hubungan yang signifikan antara

6
konformitas teman sebaya dengan perilaku disiplin siswa SMPN 18 Takengon

Kabupaten Aceh Tengah.

D. MANFAAT TEORITIS

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi

perkembangan keilmuan psikologi secara umum, psikologi pendidikan,

dan terkait permasalahan hubungan konformitas teman sebaya dengan

kedisiplinan siswa SMPN 18 Takengon

2. Secara Praktis

a. Bagi sekolah. Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat

dimanfaatkan oleh sekolah. Sehingga dapat menyusun strategi untuk

menangani masalah pada siswa yang kerap melanggar kedisiplinan

dan dilakukan berkelompok.

b. Bagi siswa. Penelitian ini sebagai motivasi dan sebagai informasi

tentang pentingnya meningkatkan perilaku disiplin pada siswa.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Keaslian penelitian ini dapat diketahui melalui sub-kajian yang sudah

dilakukan pada penelitian sebelumnya, dimana peneliti sebelumnya terdapat unsur-

unsur perbedaan ataupun persamaan dengan konteksi penelitian ini. Meskipun

memiliki kesamaan karakteristik, namun terdapat perbedaan juga dalam hal

7
identifikasi variabel, karakteristik subjek, maupun jumlah dan metode analisis yang

digunakan.

Penelitian oleh Hanifa & Muslikah (2019) dengan judul “Hubungan Antara

Konformitas Teman Sebaya Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dengan Kepatuhan

Terhadap Tata Tertib Sekolah”. jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif

korelasional. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Sampel

dalam penelitian berjumlah 151 peserta didik yang tersebar di seluruh kelas XI.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah lokasi

penelitian, subjek penelitian, dan teknik sampling penelitian.

Penelitian Rofiah & Setiawan (2020) dengan judul “Konformitas dan Sifat

Mencari Sensasi dengan Disiplin Berlalu Lintas”. Penelitian menggunakan metode

deskriptif dengan penelitian korelasi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

kuantitatif. Subjek dari penelitian ini diambil dengan cara teknik cluster sampling.

Populasi pada penelitian ini adalah kelompok motor balap liar di Pasuruan.

Sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 112 orang remaja laki-laki. Perbedaan

antara penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada variabel penelitian,

subjek penelitian, lokasi penelitian dan metode penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Fahmi & Sukma (2021) dengan judul “The

Relationship of Peer Conformity with Student Discipline in School”. Pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Subjek penelitian berjumlah 84 orang

siswa yang berada di SMK N 1 Batipuh yang terdaftar pada tahun ajaran 2020/2021.

8
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini ialah lokasi penelitian, subjek

penelitian, dan metode penelitian.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi & Hakim (2021) dengan

judul “Pengaruh Konformitas Terhadap Kedisiplinan Anggota Resimen Mahasiswa di

Sumbawa”. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriftif kuantitatif

dalam bentuk narasi. Populasi pada penelitian ini adalah anggota resimen mahasiswa

di Sumbawa sebanyak 130 orang. Sampel pada penelitian menggunakan cluster

random sampling yang berjumlah 100 responden. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah lokasi penelitian, subjek penelitian,

dan teknik sampling penelitian.

Selanjutnya, penelitian oleh Gusriadi, Yulastri, & Kardo (2022). Dengan judul

“The Relationship of Parenting Patterns with Discipline Class XI Student Learning in

MAN 3 Padang City”. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriftif

kuantitatif. Dengan menggunakan metode korelasional. Populasi dan sampel pada

penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MAN 3 Kota Padang berjumlah 313

peserta didik. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple

random sampling dengan sampel 76 orang peserta didik. Perbedaan peneliti tersebut

dengan penelitian ini ialah variabel penelitian, subjek penelitian, dan teknik sampling

penelitian.

Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya,

diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan

dengan penelitian terdahulu diantaranya yaitu dari segi identifikasi lokasi penelitian,

9
variabel penelitian, subjek penelitian, teknik penelitian, dan metode penelitian.

Peneliti melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Konformitas Teman

Sebaya dengan Perilaku Disiplin pada Siswa SMPN 18 Takengon Kabupaten Aceh

Tengah”.

Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan peneliti melalui media-

media publikasi seperti buku, jurnal, dan internet diketahui bahwa belum ditemukan

penelitian yang sama seperti yang dilakukan oleh peneliti terkait konteks penelitian

tentang Hubungan antara Konformitas Teman Sebaya dengan Perilaku Disiplin pada

Siswa SMPN 18 Takengon Kabupaten Aceh Tengah. Dapat disimpulkan bahwa

penelitian yang dilakukan oleh peneliti berbeda dengan penelitian yang dilakukan

sebelumnya, dengan demikian penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan

keasliannya.

10
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perilaku Disiplin

1. Pengertian Perilaku Disiplin

Disiplin merupakan upaya untuk mengendalikan diri dan sikap mental

individu atau masyarakat untuk mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap

aturan dan peraturan berdasarkan dorongan dan kesadaran yang datang dari hatinya,

(Tulus, 2004) . Selanjutnya, menurut Arikunto (1980) disiplin adalah kepatuhan

seseorang dalam mengikuti aturan dan tata tertib karena ada dorongan kesadaran yang

ada pada kata hati setiap individu tanpa ada paksaan dari luar.

Lebih lanjut menurut Prijodarminto (1994) kedisiplinan diartikan sebagai

kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang

menunjukan nila-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.

Selanjutnya definisi perilaku disiplin menurut Charles (1985) menyatakan bahwa

siswa yang memiliki perilaku disiplin yang baik merupakan siswa yang mengerjakan

tugas-tugasnya, bertanggung jawab dan memiliki hubungan yang baik dengan orang

lain.

Menurut Hurlock (1999) tujuan kedisiplin yaitu untuk mengajarkan siswa apa

yang menurut kelompok sosial sebagai perilaku yang boleh dan yang tidak boleh

dikerjakan sesuai dengan peraturan yang berlaku dilingkungan sosialnya. Hurlock

juga berpendapat bahwa lingkungan sosial sangat mempengaruhi perilaku seseorang.

11
Contohnya dalam lingkungan sekitar individu masyarakatnya religius, maka individu

cenderung untuk rajin beribadah, demikian juga sebaliknya.

Selanjutnya disiplin ialah sikap mental yang mengandung kerelaan untuk

mematuhi aturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tanggung jawab

(Sukadi, 1996). Sedangkan Unaradjan (2003) berpendapat bahwa disiplin dapat

membantu seseorang untuk mendapatkan penerimaan sosial dan disiplin sangat

penting untuk keberhasilan untuk menyesuaikan diri.

Berdasarkan pengertian dari beberapa tokoh di atas, peneliti teori yang

dikemukakan oleh (Prijodarminto, 1994) sehingga dapat disimpulkan bahwa

kedisiplinan adalah sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari

serangkaian perilaku yang menunjukan nila-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

keteraturan dan ketertiban. Adapun dasar pemilihan teori ini karena relevan dan teori

sudah banyak digunakan oleh peneliti sebelumnya dalam membuat skala untuk

penelitian ilmiah.

2. Aspek Perilaku Disiplin

Menurut Prijodarminto (1994), ada tiga aspek kedisiplinan, diantanya sebagai

berikut:

a. Sikap mental (Mental atitude) Merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil

atau pengembangan dan latihan pengendalian pikiran dan pengendalian watak.

12
b. Pemahaman yang baik. Mengenai sistem aturan tingkah laku, pemahaman

tersebut menumbuhkan atau memahami disiplin sebagai pemahaman tersebut

memberikan pengertian yang mendalam atau kesadaran.

c. Sikap dan tingkah laku yang secara wajar yaitu menunjukkan kesungguhan

hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.

Selaras dengan aspek yang dikemukakan oleh Charles (1985) bahwa perilaku

disiplin terbagi menjadi tiga, diantaranya yaitu:

a. Sikap dalam mengerjakan tugas.

Disiplin dalam mengerjakan tugas ialah siswa mampu untuk

menggunakan waktu kelas untuk fokus pada tugas yang harus diselesaikan.

Hal ini juga berarti bahwa siswa mampu dalam menyelesaikan tugas yang

diberikan dan tidak melanggar perintah guru.

b. Berperilaku baik

Meskipun guru tidak memperhatikan atau tidak hadir dikelas, siswa tetap

berperilaku sesuai dengan apa yang harus dilakukan, yang berarti siswa dapat

mengendalikan diri, tidak melakukan kekerasan fisik, dan menghormati orang

lain termasuk guru dan temannya. Contohnya : tidak berbicara saat guru

menjelaskan, duduk dengan tenang saat jam pelajaran, dapat menjaga

kebersihan dilingkungan sekolah dan sebagainya.

13
c. Relasi/ hubungan dengan orang lain

Membangun relasi dan saling mendukung dengan teman di sekolah

merupakan salah satu bentuk disiplin, dan contoh lainnya yaitu menyapa guru

dengan sopan dan menyapa teman dengan sapaan yang lembut.

Berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh tokoh diatas peneliti

menggunakan aspek-aspek yang dikemukan oleh Prijodarminto (1994) sebagai

landasan pembuatan skala penelitian dalam pengumpulan data pada penelitian ini

serta dapat mengukur perilaku disiplin dengan aspek sikap mental, pemahaman yang

baik serta Sikap dan tingkah laku yang secara wajar.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Disiplin

Perilaku disiplin dipengaruhi oleh dua faktor berikut, antara lain (Unaradjan,

2003):

a. Faktor-faktor eksternal, yang dimaksud dalam hal ini adalah unsur-unsur yang

berasal dari luar pribadi yang dibina. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu

lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial termasuk didalamnya

teman sebaya.

1) Lingkungan keluarga

Keluarga sebagai tempat pertama dan utama dalam pembinaan pribadi

dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Keluarga

mempengaruhi dan menentukan perkembangan pribadi seseorang di kemudian

hari. Keluarga dapat menjadi faktor pendukung atau penghambat usaha

14
pembinaan perilaku disiplin. Keluarga yang baik adalah keluarga yang

menghayati dan menerapkan norma-norma moral dan agama yang dianutnya

secara baik. Sikap ini antara lain tampak dalam kesadaran akan penghayatan

norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Dalam hal ini orangtua

memegang peranan penting bagi perkembangan disiplin dari anggota-anggota

dalam keluarga.

2. Keadaan lingkungan sekolah

Pembinaan dan pendidikan disiplin di sekolah ditentukan oleh keadaan

sekolah tersebut. Keadaan sekolah dalam hal ini adalah ada tidaknya sarana-

sarana yang diperlukan bagi kelancaran proses belajar mengajar di tempat

tersebut. dan yang termasuk dalam sarana tersebut antara lain seperti gedung

sekolah dengan segala perlengkapannya, pendidikan atau pengajaran, serta

sarana-sarana pendidikan lainnya.

3. Keadaan sosial (masyarakat)

Masyarakat sebagai suatu lingkungan yang lebih luas dari pada

keluarga dan sekolah, yang juga turut menentukan berhasil tidaknya

pembinaan dan pendidikan disiplin diri. suatu keadaan tertentu dalam

masyarakat dapat menghambat atau memperlancar terbentuknya kualitas

hidup tersebut.

b. Faktor-faktor internal, yaitu unsur-unsur yang berasal dari dalam diri individu.

Yang perlu di perhatikan dalam hal ini yaitu keadaan fisik dan psikis pribadi

15
tersebut mempengaruhi unsur pembentukan disiplin dari dalam diri individu

masing-masing.

1) Keadaan fisik

Individu yang sehat secara fisik atau biologis akan dapat menunaikan

tugas-tugas yang ada dengan baik. Dengan penuh vitalis dan ketenangan,

individu mampu mengatur waktu untuk mengikuti berbagai cara atau aktifitas

secara seimbang dan lancar. Dalam situasi semacam ini, kesadaran pribadi

yang bersangkutan tidak akan terganggu, sehingga individu akan menaati

norma-norma atau peraturan yang ada secara bertanggung jawab.

2) Keadaan psikis

Keadaan fisik seseorang mempunyai kaitan erat dengan keadaan batin

atau psikis seseorang tersebut. Karena hanya orang-orang yang normal secara

psikis atau mental yang dapat menghayati norma-norma yang ada dalam

masyarakat dan keluarga. Disamping itu, terdapat beberapa sifat atau sikap

yang menjadi penghalang suatu usaha pembentukan perilaku seperti disiplin

dalam diri individu, sifat perfeksionisme, perasaan sedih, perasaan rendah diri

atau inferior.

Berdasarkan uraian diatas faktor yang mempengaruhi perilaku disiplin ada

dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal diantaranya yaitu

keadaan fisik dan psikis seseorang. Sedangkan faktor eksternal meliputi keadaan

keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan sosial.

16
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi disiplin, faktor yang sangat

berpengaruh adalah faktor lingkungan sosial, dimana dalam faktor lingkungan

tersebut terdapat hubungan antara teman sebaya, hal ini disebabkan siswa lebih

banyak menghabiskan waktu dan berinteraksi bersama teman sebaya. Berkaitan

dengan lingkungan sosial, siswa juga harus beradaptasi dengan orang di luar

lingkungan keluarga. Menurut Hurlock (1991) kebutuhan untuk diterima dalam suatu

kelompok teman sebaya menyebabkan siswa mengubah sikap dan perilakunya sesuai

dengan perilaku teman sebayanya, atau biasa disebut dengan konformitas teman

sebaya.

B. Konformitas Teman Sebaya

1. Pengertian Konformitas Teman Sebaya

Menurut Nurachma & Hendriani (2020) teman sebaya (peer group) ialah

sekelompok orang yang merasa saling berinteraksi dan saling memiliki beberapa

kesamaan, baik dari segi usia, pola fikir, minat, atau hal yang lainnya. Pengaruh

kelompok teman sebaya membuat remaja rela melakukan perbuatan atau mengubah

kepercayaannya demi diakui dan menjadi bagian dari kelompok yang diinginkan.

Konformitas merupakan suatu perubahan sikap dan perilaku seorang individu

akibat adanya pengaruh sosial dan norma sosial agar sesuai dengan norma sosial yang

ada (Baron & Byrne, 2005). Sedangkan menurut Myers (2012) Konformitas adalah

perubahan perilaku atau kepercayaan karena tekanan dari suatu kelompok.

17
Selanjutnya definisi Konformitas menurut Sarwono & Meinarno (2009) ialah

suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya

agar sesuai dengan norma sosial. Norma sosial adalah aturan-aturan yang mengatur

tentang bagaimana sebaiknya seseorang bertingkah laku. Menurut Asch dalam

Sarwono & Meinarno (2009) individu akan cenderung melakukan konformitas,

mengikuti penilaian orang lain, di tengah tekanan kelompok dan jika individu

berbeda dalam penilaian maupun tindakan dengan orang banyak, maka individu

tersebut cenderung akan mengubah dan mengikuti norma yang di kemukakkan oleh

kebanyakan orang. Individu yang melakukan konformitas, bisa dipahami karena

adanya motif untuk di sukai oleh orang lain atau kelompoknya, sehingga bisa

diterima oleh lingkungannya.

Konformitas merupakan kecenderungan untuk mengubah keyakinan atau

perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain atau kelompok (Taylor,

Peplau, & Sears, 2009). Sedangkan Santrock (2003) mengemukakan bahwa

konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain

dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan.

Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan oleh beberapa tokoh di atas maka

dapat disimpulkan bahwa teori penelitian ini mengacu pada teori Baron & Byrne

(2005) sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa konformitas merupakan suatu

perubahan sikap dan perilaku seorang individu akibat adanya pengaruh sosial dan

norma sosial agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Adapun alasan peneliti

18
memilih teori ini karena aspek yang hendak diukur mencangkup kebutuhan penelitian

ini dan sudah banyak digunakan sebagai pembuatan skala dalam penelitian ilmiah.

2. Aspek Konformitas Teman Sebaya

Aspek-aspek konformitas menurut Myers (2012) terdiri dari dua aspek, yaitu

compliance danacceptance:

a. Compliance (menurut)

Tindakan konformitas yang dilakukan karena adanya tekanan kelompok

sosial, meskipun secara pribadi sebenarnya tidak menyetujui.

b. Acceptance (menerima)

Tindakan konformitas yang pada saat melakukannya dengan senang hati

karena percaya terhadap kelompok. Selain itu individu mengganggap bahwa

perilaku kelompok dianggap baik dan bermanfaat untuk dirinya.

Sedangkan konformitas menurut Baron & Byrne (2005) terdapat 2 aspek

konformitas, yaitu:

a. Pengaruh sosial normatif, yaitu pengaruh sosial yang di dasari oleh keinginan

untuk disukai atau diterima oleh orang lain, rasa takut akan penolakan, serta

perubahan tingkah laku dilakukan untuk memenuhi harapan orang lain.

b. Pengaruh sosial informasional, yaitu pengaruh sosial yang didasari pada

keinginan individu untuk menjadi benar dengan merujuk pada orang lain,

19
menggunakan opini atau atau tindakan orang lain sebagai panduan opini dan

tindakan dirinya, dan bergantung pada orang lain sebagai sumber informasi

tentang dunia sosial.

Taylor, dkk (2009) berpendapat bahwa konformitas akan mudah telihat serta

mempunyai aspek – aspek yang khas dalam kelompok. Adapun aspek – aspek yang

dimaksud adalah:

a. Aspek Kekompakan

Kekompakan dapat dipengaruhi oleh hal – hal sebagai berikut:

1) Penyesuaian diri

Kekompakan yang tinggi dapat menimbulkan tingkat konformitas

yang tinggi. Alasannya adalah bila seseorang merasa dekat dengan anggota

kelompok lain, akan semakin menyenangkan bagi inidividu tersebut untuk

mengakuinya, dan semakin menyakitkan apabila anggota kelompok

mencelanya. Kemungkinan untuk menyesuaikan diri akan semakin besar

apabila inidividu mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi anggota

sebuah kelompok tertentu.

2) Perhatian terhadap kelompok

Peningkatan konformitas terjadi karena anggotanya enggan disebut

sebagai orang yang menyimpang, seperti yang sudah kita ketahui

penyimpangan disebut sebagai orang yang menyimpang, dan penyimpangan

menibulkan resiko ditolak. Semakin tinggi perhatian seseorang dalam

20
kelompok, semakin tinggi tingkat rasa takutnya terhadap penolakan, dan

semakin kecil kemungkinan untuk tidak menyetujui kelompok.

b. Aspek Kesepakatan

Pendapat kelompok acuan yang telah dibuat memiliki tekanan kuat

sehingga harus loyal dan menyesuaikan pendapatnya dan pendapat kelompok.

Kesepakatan dipengaruhi oleh tiga hal, sebagai berikut:

1) Kepercayaan

Tingkat kepercayaan terhadap mayoritas akan menurun apabila terjadi

perbedaan pendapat, meskipun orang yang berbeda pendapat sebenarnya

kurang ahli bila dibandingkan anggota lain yang membentuk mayoritas. Bila

seseorang sudah tidak mempunyai kepercayan terhadap kelompok, maka hal

ini dapat mengurangi ketergantungan individu terhadap kelompok sebagai

sebuah kesepakatan.

2) Persamaan pendapat

Bila dalam suatu kelompok terdapat satu orang saja tidak sependapat

dengan anggota kelompok yang lain, maka konformitas akan menurun.

Kehadiran orang yang tidak sependapat tersebut menunjukkan terjadanya

perbedaan serta berakibat pada berkurangnya kesepakatan kelompok. Jadi

dengan persamaan antar kelompok maka konformitas akan semakin tinggi.

3) Penyimpangan terhadap pendapat kelompok

Apabila individu mempunyai pendapat yang berbeda dengan individu lain,

maka individu tersebut akan dikucilkan dan dipandang sebagai orang yang

21
menyimpang, baik dalam padangan sendiri maupun pandangan orang lain.

jadi individu yang menyimpang akan menyebabkan penurunan kesepakatan.

c. Aspek Ketaatan

Jika ketaatan tinggi, maka konformitasnya juga tinggi. Ketaatan

tersebut dapat dipengaruhi oleh hal – hal sebagai berikut:

1) Tekanan karena hukuman dan tututan

Hukuman atau ancaman adalah satu cara untuk menimbulkan ketaatan

adalah meningkatkan perilaku yang diinginkan melalu ganjaran, ancaman atau

hukuman karena akan menimbulkan ketaatan yang semakin besar. Semua itu

merupakan intensif pokok untuk mengubah perilaku seseorang.

2) Harapan orang lain

Seseorang akan rela memenuhi permintaan orang lain hanya karena

orang lain tersebut mengharapkannya. Harapan – harapan orang lain dapat

menimbulkan ketaatan, bahkan harapan itu bersifat implisit. Salah satu cara

untuk memaksimalkan ketaatan adalah menempatkan individu dalam situasi

yang terkendali, segala sesuatu yang diatur sehingga ketidaktaatan merupakan

hal yang hampir tidak mungkin timbul.

Berdasarkan uraian diatas aspek yang akan dipakai oleh peneliti yaitu aspek

yang dikemukakan oleh Baron & Byrne (2005) Alasan memakai teori tersebut karena

lebih jelas dan spesifik yaitu konformitas dari segi pengaruh sosial normative dan

informasional.

22
3. Faktor yang mempengaruhi konformitas

Menurut Baron & Byrne (2005) mengungkapkan ada dua yang mempengaruhi

konformitas, antara lain:

a. Kohesivitas

Dapat didefinisikan sebagai derajat ketertarikan yang dirasakan oleh

individu terhadap suatu kelompok yang berpengaruh. Ketika individu memiliki

ketertarikan yang besar terhadap kelompok maka kohesivitas semakin tinggi.

Dan cara diterima dalam suatu kelompok yaitu dengan mengikuti berbagai hal

agar sama dengan kelompok.

b. Ukuran kelompok

Semakin banyak anggota dalam kelompok maka akan menambah kuat

seseorang untuk melakukan konformitas. Dalam penelitian Bond & Smith

dalam (Baron & Byrne, 2005) menemukan konformitas cenderung meningkat

seiring dengan meningkatnya ukuran kelompok hingga delapan orang anggota

tambahan atau lebih. Jadi semakin besar anggota kelompok maka semakin besar

pula kecenderungan untuk konformitas. Konformitas biasanya meningkat

apabila ukuran kelompok meningkat setidaknya sampai pada titik tertentu.

c. Norma sosial

Norma sosial dapat bersifat formal dan informal. Norma sosial terbagi

menjadi dua, yaitu norma deskriptif dan norma injungtif. Norma deskriptif atau

himbauan ialah aturan yang memberi tahu individu apa yang dilakukan individu

23
lain saat dalam situasi tertentu. Sedangkan norma injungtif ialah norma sosial

yang mendefinisikan perilaku apa yang harus dilakukan individu saat dalam

situasi tertentu. Individu lebih patuh ketika norma sesuai atau relevan untuk

individu tersebut.

C. Hubungan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku disiplin

Siswa sangat diperlukan untuk memiliki perilaku disiplin agar mencapai

harapan maupun cita-cita yang diinginkan. Oleh karena itu, disiplin akan membawa

dampak positif bagi yang mengerjakannya dengan benar. Kedisiplinan dapat

terbentuk karena kesadaran diri sendiri dan juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar

seperti teman sebaya. Santrock (2007) mengungkapkan bahwa teman sebaya

merupakan tingkatan usia yang sama darinya. Sementara menurut Nurachma &

Hendriani (2020) teman sebaya merupakan sekelompok orang yang merasa saling

berinteraksi dan saling memiliki beberapa kesamaan, baik dari segi usia, pola fikir,

minat, atau hal yang lainnya.

Siswa lebih sering bergaul atau berinteraksi diluar rumah dibandingkan

dengan didalam rumah, seolah-olah menomor satukan teman sebayanya dan

membuat kelompok berdasarkan kesamaan usia, tingkat kematangan yang kurang

lebih sama. Lingkungan teman sebaya merupakan tempat pertama yang dikenal

setelah lingkungan keluarga. Teman sebaya sangat mempengaruh perilaku individu

salah satunya yaitu perilaku disiplin.

24
Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku disiplin diantaranya yaitu

lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat termasuk teman sebaya. Berdasarkan

hal tersebut, Tirtaharja dalam Hamzah & Setiawati (2020) mengungkapkan bahwa

setelah keluarga, teman sebaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

disiplin siswa, ketika siswa ingin lepas dari pengaruh orang tua, siswa lebih

mengarahkan perhatiannya kepada teman sebaya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teman sebaya merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi perilaku disiplin seseorang, karena teman sebaya

mempengaruhi cara berpikir dan bertindak karena kesamaan umur, kesamaan sikap,

dan kesamaan lingkungan bermain yang dihasilkan dari teman sebaya. Menurut

Santrock dalam Daud (2018) Jika konformitas teman sebaya positif maka sangat

mempengaruhi masa pembentukkan identitasnya. Sebaliknya, jika konformitasnya

bersifat negatif, remaja akan mudah terbawa ke hal yang tidak baik, seperti bolos

sekolah, merokok, mencuri, menggunakan obat terlarang, sehingga menyebabkan

membahayakan perkembangan remaja tersebut.

Selanjutnya penelitian yang telah dilakukan oleh Fahmi & Sukma (2021)

yakni tentang hubungan konformitas teman sebaya dengan kedisiplinan siswa di

sekolah, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) konfomitas teman sebaya secara

umum berada pada kategori sedang, (2) kedisiplinan siswa secara umum berada pada

kategori cukup disiplin, (3) terdapat hubungan yang signifikan antara konfomitas

teman sebaya dengan kedisiplinan siswa di sekolah. Jadi semakin baik konformitas

25
teman sebaya siswa maka semakin patuh siswa dalam melaksanakan kedisiplinan.

Berikut ini merupakan kerangka konseptual pada penelitian ini.

Tinggi

Konformitas Teman
Sebaya (X) + Perilaku Disiplin (Y)

Rendah

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah adanya hubungan yang positif antara konformitas teman

sebaya dengan perilaku disiplin pada siswa SMPN 18 Takengon Kabupaten

Aceh Tengah.

26
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu sebuah penelitian

ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-

hubungannya. Penelitian ini menggunakan teknik korelasi yaitu metode yang

menyatakan hubungan antar variabel yang tidak menunjukan ketergantungan variabel

satu terhadap variabel yang lainnya seperti halnya dalam hubungan sebab akibat

(Widi, 2010)

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu: Variabel bebas sebagai

variabel yang mempengaruhi (sebab), variabel terikat sebagai variabel yang

dipengaruhi (akibat).

Variabel bebas (X) : Konformitas Teman Sebaya

Variabel Terikat (Y) : Perilaku Disiplin

27
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

a. Konformitas Teman Sebaya

Menurut Baron & Byrne (2005) konformitas merupakan suatu

perubahan sikap dan perilaku seorang individu akibat adanya pengaruh sosial

dan norma sosial agar sesuai dengan norma sosial yang ada.

b. Perilaku Disiplin

menurut Prijodarminto (1994) kedisiplinan diartikan sebagai kondisi

yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang

menunjukan nila-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan

ketertiban. Perilaku disiplin dalam penelitian ini diukur berdasarkan aspek-

aspek yang diungkapkan oleh Prijodarminto (1994), yaitu: Sikap mental,

pemahaman yang baik, Sikap dan tingkah laku yang secara wajar.

D. Subjek Penelitian

a. Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Hal

ini senada dengan pendapat Sugiyono (2017), populasi merupakan wilayah

generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pendapat diatas, maka populasi

pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 18 Takengon dari kelas VII

sampai VIII yang berjumlah 80 siswa.

28
b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi. Kalimat ini memiliki dua

pengertian , yaitu (1) semua unit populasi harus memiliki peluang untuk

terambil sebagian unit sampel dan (2) sampel dipandang sebagai penduga

populasinya atau sebagai populasi dalam bentuk kecil (miniatur populasi),

(Roflin, Liberty, & Pariyana, 2021).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik

total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana

seluruh unit populasi diambil sebagai unit sampel. Alasan mengambil teknik

total sampling karena total populasi kurang dari 100 orang. Selaras dengan

pendapat Arikunto (2002) jika populasi kurang dari 100 orang, maka

seluruhnya akan menjadi sampel, jika populasi lebih dari 100 orang maka

diambil 5%-10% atau 20%-25% dari jumlah populasi. Jadi jumlah sampel

dalam penelitian ini adalah 80 siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Persiapan Alat Ukur Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan dua skala psikologi yang dirumuskan

secara favourable dan unfavourable tentang variabel yang akan diteliti, yakni

variabel konformitas teman sebaya dan perilaku disiplin. Penggunaan instrumen

kuesioner, penulis menggunakan skala Likert yang merupakan salah satu tehnik

yang mengukur sikap, dimana subjek diminta untuk mengidentifikasikan tingkat

29
kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap masing-masing pernyataan. Skala

Likert juga sering digunakan untuk mengukur pendapat dan persepsi seseorang

atau kelompok tentang kejadian atau fenomena sosial (Anshori & Iswati, 2017).

Berikut adalah skala yang digunakan dalam penelitian ini.

a. Konformitas Teman Sebaya

Skala yang digunakan untuk konformitas teman sebaya menggunakan

teori dan aspek yang dikemukakan oleh Baron & Byrne (2005) tentang aspek-

aspek konformitas teman sebaya yaitu: sosial normative dan informasional.

1. Pengaruh sosial normatif, yaitu pengaruh sosial yang di dasari oleh

keinginan untuk disukai atau diterima oleh orang lain, rasa takut akan

penolakan, serta perubahan tingkah laku dilakukan untuk memenuhi

harapan orang lain.

2. Pengaruh sosial informasional, yaitu pengaruh sosial yang didasari pada

keinginan individu untuk menjadi benar dengan merujuk pada orang lain,

menggunakan opini atau atau tindakan orang lain sebagai panduan opini

dan tindakan dirinya, dan bergantung pada orang lain sebagai sumber

informasi tentang dunia sosial.

b. Perilaku Disiplin Siswa

Menurut Prijodarminto (1994), ada tiga aspek disiplin sebagai berikut:

1. Sikap mental (Mental atitude)

Merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dan

latihan pengendalian pikiran dan pengendalian watak.

30
2. Pemahaman yang baik

Mengenai sistem aturan tingkah laku, pemahaman tersebut

menumbuhkan atau memahami disiplin sebagai pemahaman tersebut

memberikan pengertian yang mendalam atau kesadaran.

3. Sikap dan tingkah laku yang secara wajar

Menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara

cermat dan tertib.

Kedua skala tersebut yaitu skala konformitas teman sebaya dan skala sikap

disiplin siswa mempunyai alternatif jawaban, pada skala konformitas teman sebaya

terdapat empat alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan

Sangat Tidak Setuju. Sedangkan pada skala perilaku disiplin memiliki lima jawaban

altenatif yaitu Sangat Sesuai, Sesuai, Netral, Tidak Sesuai dan Sangat Tidak Sesuai,

peneliti mengambil lima alternatif pada skala sikap disiplin dengan alasan bahwa

sikap disiplin itu adalah bentuk tindakan yang memiliki kemungkinan responden

ragu dalam mengisi semua aitem yang telah disediakan. Penilaian skala konformitas

teman sebaya bergerak dari empat sampai satu untuk aitem favorable dan dari satu

sampai empat untuk aitem unfavorable. Sedangkan penilaian skala sikap disiplin

bergerak dari lima sampai satu untuk aitem favorable dan dari satu sampai lima

untuk aitem unfavorable.

31
F. Validitas dan Realibilitasi Alat Ukur

Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji instrument untuk

mengetahui validitas dan realibilitas item, sehingga data penelitian dapat

dipertanggung jawabkan.

1. Validitas

Validitas adalah pertimbangan yang paling utama dan mengevaluasi

kualitas tes sebagai instrumen ukur (Azwar, 2016). Adapun konsep validitas

mengacu pada kelayakan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan inferensi

tertentu yang dapat dibuat berdasarkan skor hasil tes yang bersangkutan. Pada

penelitian ini, uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas isi (content

validity). Menurut Azwar (2017) validitas isi merupakan validitas yang

diestimasi dan dikuantifikasi lewat pengujian terhadap isi skala melalui expert

judgement (para ahli) dengan tujuan untuk melihat apakah masing-masing

item tersebut dinyatakan sebagai item yang layak mendukung validitas skala.

Lawse merumuskan Content Validity Ratio (CVR) yang digunakan

untuk mengukur validitas isi item-item berdasarkan data empirik yang

diperoleh dari hasil penilaian para ahli yang disebut Subject Matter Expert

(SME) yang menyatakan apakah item dalam skala sifatnya esensial bagi

operasional konstrak teoretik skala yang bersangkutan. Subject Matter Expert

(SME) menilai apakah suatu item esensial dan relevan ataupun tidak relevan

dengan tujuan pengukuran skala. Angka CVR bergerak antara -100 sampai

32
dengan +100 dengan CVR =0.00 berarti 50% dari SME dalam panel

menyatakan aitem dan valid. Adapun Content Validity Ratio (CVR)

dirumuskan sebagai berikut (Azwar, 2017)

2 ne
CVR= –1
n

Keterangan:

Ne = Banyaknya SME yang menilai suatu item esensial

n = Banyaknya SME yang melakukan penilaian

2. Uji Beda Aitem dan Realibilitas

a. Uji Beda Aitem

Sebelum melakukan analisis reliabilitas, maka peneliti terlebih dahulu

melakukan analisis daya beda aitem yaitu dengan mengkorelasikan masing-

masing aitem dengan nilai total aitem. Perhitungan daya beda aitem-aitem

menggunakan koefesien dari Pearson.

Kriteria dalam pemilihan aitem peneliti gunakan berdasarkan korelasi

aitem total yaitu menggunakan batasan r ≥ 0,30 untuk aitem Konformitas

teman sebaya dan r ≥ 0,25 untuk aitem perilaku disiplin. Setiap aitem yang

mencapai koefesien korelasi minimal r ≥ 0,30 pada skala konformitas teman

sebaya daya bedanya dianggap memuaskan, sebaliknya aitem yang memiliki

nilai r kurang r ≥ 0,30 diinterpretasi memiliki daya beda yang rendah. aitem

yang mencapai koefesien korelasi minimal r ≥ 0,25 pada skala perilaku

33
disiplin daya bedanya dianggap memuaskan, sebaliknya aitem yang memiliki

nilai r kurang r ≥ 0,25 diinterpretasi memiliki daya beda yang rendah.

b. Realibilitas

Azwar (2017) mengungkapkan bahwa kata reliabilitas berasal dari

kata reliability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi adalah

pengukuran yang mampu menghasilkan data yang reliabel. Kata realibilitas

juga sama dengan keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi,

kestabilan dan sebagainya. Namun ide pokok dalam konsep realibilitas adalah

seberapa jauh hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik pengolahan data

Penelitian ini, data yang diperoleh dilapangan akan diolah secara kuantitatif

dengan menggunakan rumus statistik. Teknik pengolahan merupakan suatu

teknik yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian untuk menguji

hipotesis yang telah dibuat. Pengolahan data dilakukan setelah semua data

terkumpulkan dengan cara mengskoringkan skala konformitas teman sebaya dan

perilaku disiplin pada subjek.

Tujuan pengolahan data adalah merubah data menjadi suatu informasi,

sehingga karakteristik atau sifat-sifat data dapat dengan mudah dipahami dan

bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan

penelitian. pengolahan data memiliki beberapa kegiatan, (Fatihudin, 2015) yaitu:

34
a. Editing

Editing yakni memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisian

instrumen pengumpulan data. Diadakan editing terhadap qustionare yang

telah diisi oleh responden dengan maksud untuk mencari kesalahan-kesalahan

didalam qustionare atau juga kurang adanya keserasian didalam pengisian

qustionare. Setelah kuesioner yang telah diisi terkumpul sesuai jumlah yang

ditetapkan, maka peneliti melakukan editing yaitu memeriksa kelengkapan

pengisian jawaban, konsisitensi jawaban, elevansi jawaban dan keseragaman

data. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan kekurangan

kuesioner.

b. Coding

Coding yakni proses identifikasi dari setiap pertanyaan yang terdapat

dalam instrumen pengumpulan data menurut variabel-variabel yang diteliti.

Coding yaitu pemberian kode-kode atau angka-angka tertentu terhadap

kolom-kolom, variabel-variabel yang ditanyakan dalam qustionare berkaitan

dengan keterangan tertentu yang diperlukan. Coding yang akan digunakan

peneliti pada kuesioner yaitu pemberian angka-angka pada jawaban

pertanyaan tertutup

c. Tabulasi

35
Tabulasi data yaitu mencatat entry data kedalam tabel induk

penelitian. Tabulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program

komputer yaitu Microsoft Word, Excel dan program SPSS versi 16.0 for

windows. Qustionare yang telah diisi oleh responden langsung dimasukkan

kedalam program Microsoft Excel. Data responden diinput pada kolom tabel

yang telah disesuaikan setelah memberi kode dan lainnya dilanjutkan dengan

data kuesioner dari setiap respon, dengan menginput pernyataan dan nilai dari

jawaban yang diberikan oleh responden. Kemudian dapat dilanjutkan dengan

analisis data kuesioner yang telah diinput ke SPSS untuk melihat korelasi

antara kedua variabel.

2. Teknik analisis data

Teknik analisa data adalah suatu langkah yang paling menentukan dari suatu

penelitian, karena fungsi analisa data untuk menyimpulkan hasil penelitian.

a. Uji Prasyarat

Teknik analisis data adalah cara untuk menjawab rumusan masalah.

Tujuannya untuk memperoleh kesimpulan dari hasil penelitian. Ada beberapa

teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1) Uji Normalitas

36
Uji normalitas merupakan uji yang digunakan untuk

mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Analisis

data yang dilakukan untuk menguji normalitas adalah secara non-

parametrik dengan menggunakan teknik statistik One sample kolmogrov

Smirnov Test dari program SPSS versi 16.0 for windows. Adapun aturan

yang digunakan adalah angka signifikansi (SIG) < 0.05 maka data tidak

berdistribusi secara normal.

2) Uji Linearitas

Setelah melakukan uji normalitas, maka selanjutnya peneliti

melakukan uji linearitas. Uji linearitas merupakan uji prasyarat analisis

untuk mengetahui pada data apakah data bersifat linear atau tidak. Uji

ini berkaitan dengan regresi linear (Misbahuddin & Hasan, 2013).

b. Uji Hipotesis

Langkah kedua setelah dilakukan uji prasyarat terpenuhi, maka

dilakukan uji hipotesis penelitian. Untuk menguji hipotesis yang diajukan

pada penelitian ini bahwa terdapat korelasi antara konformitas teman sebaya

dengan perilaku disiplin, dilakukan melalui analisis statistik korelasi product

moment dari Pearson. Tujuan digunakannya metode statistik korelasi product

moment adalah untuk melihat korelasi atau hubungan antara variabel bebas

dan variabel terikat.

37
Menurut Periantalo (2016) koefesien korelasi dikatakan signifikan

apabila p <0,05. Analisis penelitian data yang akan digunakan adalah dengan

bantuan komputer program IBM SPSS 16.0 for window

38
DAFTAR PUSTAKA

Ajhuri, K. F. (2019). Psikolog Perkembangan Pendekatan Secara Rentang


Kehidupan. Yogyakarta: Penebar Media Pustaka.

Anshori, M., & Iswati, S. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif. Surabaya: Airlangga
University Press.

Arikunto, S. (1980). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka


Cipta.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian :Suatu Pendekata Praktek (Edisi Revisi).


Jakarta: PT Rineka Cipta.

Azwar, S. (2016). Realibilitas dan Validitas Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Azwar, s. (2017). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Baron, R. A., & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Charles, C. (1985). Building Classroom Discipline. New York: Longman.

Daud, S. (2018). Menjadi Remaja Putri Superkeren. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang- Undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Visi
Media.

Fahmi, S., & Sukma, D. (2021). The Relationship of Peer Conformity with Student
Discipline in School. Jurnal Neo Konseling, 75-80.

Fatihudin, D. (2015). Metodologi Penelitian untuk Ilmu Ekonomi, Manajemen dan


Akuntasi. Sidoarjo: Zifatan Publisher.

Firmansyah, A. (2023, Maret 17). Satpol PP Aceh Barat Sebut Kasus Siswa Bolos
Dominan Selama Penindakan 2023. Retrieved Juni 20, 2023, from
www.ajnn.net: https://www.ajnn.net/news/sat-pol-pp-aceh-barat-sebut-kasus-
siswa-bolos-dominasi-selama-penindakan/index.html#

Gafar, A., & syahrum. (2023). Peranana Remaja dengan Konsep Basimpuah Dan
Baselo dalam Pencegahan Risiko HIV/AIDS. Pekalongan: NEM.

39
Gusriadi, N., Yulastri, W., & Kardo, R. (2022). The Relationship of Parenting
Patterns with Discipline Class XI Student Learning in MAN 3 Padang City.
Riset Ilmu Pendidikan, 127-131.

Hamalik, O. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah, F., & Setiawati. (2020). The Relationship Between The Influence of
People's People on Learning Disciplin. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah
(PLS), 306-307.

Hurlock, E. B. (1991). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. B. (1999). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Japar, M., Mustoif, S., & MS, Z. (2018). Implementasi Pendidikan Karakter.
Surabaya: CV. Jakad Publishing Surabaya.

M. F., K. A., & Hadinoto, S. R. (2008). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah


Mada University Press.

Masriadi, & Arief, T. M. (2023, Januari 31). 13 Pelajar di Lhokseumawe Ditangkap


karena Tawuran, Psikolog Sebut Salah Satu Pemicunya Gim. Retrieved
September 16, 2023, from kompas.com:
https://regional.kompas.com/read/2023/01/29/155641878/13-pelajar-di-
lhokseumawe-ditangkap-karena-tawuran-3-orang-terluka-dan

Misbahuddin, & Hasan, I. (2013). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.

Mulyadi, A., & Hakim, L. (2021). Pengaruh Konformitas Terhadap Kedisiplinan


Anggota Resimen Mahasiswa di Sumbawa. Jurnal Psimawa, 4, 41-48.

Murisal. (2007). Pengaruh Kelompok Teman Sebaya terhadap Perilaku Konsumtif


pada Remajan Putri. Jurnal Ilmiah Kajian Gender.

Musbikin, I. (2019). Penguatan Pendidikan Karakter (PKK). Bandung: Penerbit


Nusa Media.

Myers, D. G. (2012). Psikologi sosial, buku 1 edisi kesepuluh. Jakarta: Salemba


Humanika.

40
Nurachma, E., & Hendriani, D. (2020). Pengaruh Motivasi Teman Sebaya Terhadap
Pemeriksaan Payudara Sendiri: di SMAN 11 Sambutan Kota Samarinda
Kalimantan Timur Tahun 2019. Kalimantan Timur: NEM.

Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2006). Psikologi Sosial. Jilid Dua. Jakarta: Erlangga.

Periantalo, J. (2016). Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi. Yogyakarta: Mediakom.

Prijodarminto, S. (1994). Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Pradnya Paramita.

Putri, N. R. (2018). Analisis Tindak Indisipliner Siswa SMP Negeri. Jurnal


Manajemen dan Supervisi Pendidikan, 126.

Restian, A., Husamah, & Widodo, R. (2019). Pengantar Pendidikan. Malang:


Uniersitas Muhammadiyah Malang.

Rofiah, D., & Setiawan, A. (2020). Konformitas dan Sifat Mencari Sensasi dengan
Disiplin Berlalu Lintas. Jurnal Psikiologi, 72-91.

Roflin, e., Liberty, I. A., & Pariyana. (2021). Populasi, SampelL, Variabel dalam
penelitian kedoktoran. Pekalongan: PT. NEM.

Santrock, J. W. (2003). Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup Jilid 2).
Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2007). Remaja, Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba


Humanika.

Sobri, M. (2020). Kontribusi Kemandirian Dan Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar.


Praya: Guepedia.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV


Alfabeta.

Sukadi. (1996). Penuntun Pelajaran PPKN2 untuk SLTP Kelas 2. Bandung: Ganeca
Exact.

Susanto, A. (2018). Bimbingan dan Konseling di Sekolah Konsep, Teori, dan


Aplikasinya. Jakarta: Prenadamedia Group.

41
Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi Sosial Edisi Kedua
Belas. Jakarta: Erlangga.

Tulus, T. (2004). Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia.

Unaradjan, D. (2003). Manajemen Disiplin. Jakarta: Grasindo.

Widi, R. K. (2010). Asas metodologi penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

42

Anda mungkin juga menyukai