Anda di halaman 1dari 6

Penggunaan Teknik Sosiodrama untuk Mengembangkan Perilaku Santun Siswa SDS Plus

Tunas Mandiri
Dinda Tri Ananda Kardiwan
Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Ahmad Dahlan
Abstrak :
Kata Kunci :
Pendahuluan
Fenomena yang terjadi di sekolah, terutama Sekolah Dasar (SD) saat ini masih banyak
yang belum memahami perilaku santun, hal tersebut dapat dilihat dari beberapa siswa yang
masih banyak yang berbicara kasar dan jorok dihadapan orangtua dan guru. Selain itu, mereka
tidak bisa diam apabila guru belum memarahinya.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SDS Plus Tunas Mandiri, kenyataan
di sekolah banyak siswa yang kurang santun dalam pengucapan berkomunikasi dengan guru dan
orang yang lebih tua, tidak sedikit siswa menggunakan bahasa yang kurang baik, dan sering
sekali menggunakan kata yang kasar bahkan mengandung unsur SARA.
Hal tersebut, menurut pengamatan penulis dikarenakan pengaruh dari lingkungan rumah
dan keluarga. Banyak orangtua yang mendiamkan anaknya dikarenakan sibuk bekerja, broken
home, ataupun alasan lainnya. Selain itu juga, pergaulan yang bebas jaringan internet anak-anak
semakin pintar dalam bermain teknologi atau internet sehingga anak-anak dapat mengakses
perilaku-perilaku yang tidak pantas untuk ditiru.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku santun anak adalah proses
orang tua memperlakukan atau membimbing anak untuk mengenalkan berbagai aspek kehidupan
sosial atau norma kehidupan sosial, serta mendorong dan memberi contoh untuk
menggambarkan bagaimana menerapkan norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. (Lilliek
Suryani, 2017).
Guru Bimbingan dan Konseling (BK) sebagai wadah untuk mengubah perilaku murid
menjadi lebih baik memiliki tugas untuk membentuk karakter siswa, pada kasus ini ialah
perilaku santun siswa SDS Plus Tunas Mandiri. Dalam merubah perilaku santun siswa kepada
murid, guru BK memiliki berbagai jenis layanan yang dapat digunakan dalam membentuk
perilaku santun.
Pada kasus ini, penulis menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik
sosiodrama. Layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang membantu siswa
mengembangkan pengembangan pribadi, kemampuan mengambil keputusan dan menggunakan
motivasi kelompok untuk melakukan kegiatan. Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, semua
anggota kelompok saling berkomunikasi, bebas mengemukakan pendapat, dan memberikan
tanggapan yang bermanfaat bagi peserta sendiri maupun anggota kelompok lainnya. (Sitorus,
2021)
Maka, dengan menggunakan teknik sosiodrama Winkel (dalam (Roshita, 2015))
menjelaskan bahwa Sosiodrama adalah jenis teknik drama atau role-playing yang dapat
dikaitkan dengan masalah orang lain, termasuk konflik yang dialami dalam interaksi sosial.
Alasan pemilihan teknik sosiodrama ini adalah karena munculnya masalah berkaitan dengan
masalah sosial yaitu siswa kurang berperilaku santun terkait dengan lingkungan sekolah,
sehingga soisiodrama dinilai cocok untuk meningkatkan perilaku santun siswa. Melalui
keterampilan sosiodrama, siswa dapat belajar berperilaku santun kepada orang lain dan guru
dalam bentuk kegiatan bermain peran. Maka, dari penjelasan tersebut tujuan dibuatkannya
penelitian ini untuk mengembangkan perilaku santun siswa menggunakan teknik sosiodrama.
Landasan Teori
Perilaku Santun
Menurut (Sumarna, 2015) kesantunan (politeness) adalah aturan perilaku yang disepakati
oleh kebersamaan masyarakat sehingga kesantunan menjadi prasyarat yang disepakati oleh
perilaku sosial. Maka dari itu kesantunan disebut dengan “tatakrama”. Sehingga perilaku santun
adalah suatu tindakan untuk menjaga perasaan orang lain melalui ucapan dan tindakan
(Sukirman, 2017).
Anak perlu dibina dalam berbahasa yang santun, dikarenakan anak merupakan salah satu
penerus bangsa yang akan hidup pada perubahan zaman (Sauri, 2010). Apabila siswa Sekolah
Dasar (SD) tidak dididik dengan baik mengenai perilaku santunnya, maka tidak heran banyak
siswa yang tidak paham mengenai perilaku santun. Apabila siswa telah dikatakan santun oleh
orang sekitar, maka dalam diri siswa tersebut terdapat nilai sopan santun yang baik di orang
sekitarnya.
Karakter santun merupakan hal yang harus diperhatikan oleh setiap pendidik agar dapat
menjadikan peserta didik berakhlak mulia. (Imran, Rustiyarso, 2019). Perilaku sopan santun
yang dimaksud, seperti berbicara yang halus, tingkah laku yang baik, berpakaian sesuai dengan
aturan yang berlaku, sabar, menghargai dan menghormati orang yang lebih tua. Dalam
kehidupan sehari-hari perilaku santun, akan memberikan dampak positif untuk masyarakat
sekitar. Menurut Pranowo dalam (Maulidi, 2015) tutur kata seseorang akan terasa santun apabila
memperhatikan hal-hal berikut :
1) Menjaga suasana perasaan lawan bicara sehingga dia berkenan berbicara dengan
kita
2) Mempertemukan perasaan pembicara dengan perasaan lawan bicara sehingga isi
pembicaraan saling dikehendaki dan saling diinginkan
3) Menjaga agar pembicaraan dapat diterima oleh lawan bicara
4) Menjaga agar dalam pembicaraan terlihat ketidakmampuan pembicara dihadapan
lawan bicara
5) Menjaga agar dalam pembicaraan selalu terlihat di posisi lawan bicara selalu lebih
tinggi dibandingkan pembicara
6) Menjaga agar dalam pembicaraan selalu terlihat yang dikatakan lawan bicara juga
dapat dirasakan oleh pembicara
Dari ke-enam tutur kata yang dipaparkan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
untuk merasa bahwa dirinya santun adalah dengan menjaga suasana perasaan pembicaraan
dengan lawan bicara saling merasakan dan saling terbuka.
Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Sosiodrama
Layanan bimbingan kelompok adalah suatu layanan yang dapat membantu peserta
didik untuk mengembangkan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir,
pengambilan keputusan, dan kegiatan tertentu lainnya dalam suatu dinamika kelompok
(Roshita, 2015). Bimbingan kelompok adalah suatu layanan yang mampu
membantu/mengarahkan peserta didik/client yang dilakukan oleh seorang konselor untuk
mengembangkan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir, pengambilan
keputusan, pada suatu dinamika kelompok.
Sosiodrama adalah salah satu teknik dalam bimbingan kelompok yang melibatkan
dalam permainan peran yang disertai dengan adanya konflik yang berkaitan dengan masalah
sosial (Sari, N.W., Yuswansyah, Y., Utaminingsih, 2014). Sosiodrama merupakan teknik
permainan peran (role playing) dengan cara mendramatisirkan bentuk tingkah laku dalam
hubungan sosial (Aini, N., Sugiharto, D.Y.P., & Sutoyo, 2014). Dari beberapa pendapat
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sosiodrama adalah salah satu teknik dalam layanan
bimbingan kelompok yang dimana teknik tersebut melibatkan permainan peran yang disertai
adanya sebuah konflik sosial.
Dalam kegiatan sosiodrama siswa akan diberi kesempatan untuk memilih peran yang
akan dimainkan. Selanjutnya, siswa diberikan kesempatan belajar dari pengalaman dari peran
yang dimainkan olehnya, sehingga siswa mampu menerapkan perilaku secara nyata. Perasaan
mampu tersebut akan menghasilkan rasa percaya diri dan akan menetralisirkan pikiran
negatif yang akan menyebabkan perilaku santun siswa terhambat. Akhir dari kegiatan
sosiodrama ini siswa mampu mengevaluasi cerita dari peran yang dimainkan dan akan
memunculkan ide baru mengenai bagaimana orang lain bereaksi terhadap perilaku yang
sebaiknya dipertahankan atau diubah (Sari, N.W., Yuswansyah, Y., Utaminingsih, 2014).
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan ini ini adalah tindakan kelas (PTK). Dimana PTK ini
menurut Wiriatmadja dalam (Mustafa et al., 2020) adalah penelitian dimana sekelompok guru
mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran dari pengalaman dengan mencoba suatu
gagasan perbaikan praktik pembelajaran sehingga dapat memberikan pengaruh yang nyata.
Peneliti mengambil penelitian ini karena peneliti beranggapan bahwa suatu penelitian akan
terlihat keasliannya dengan sebuah tindakan kelas. Dalam penelitian ini penulis melakukan
tindakan berupa melakukan observasi dan dilanjutkan dengan melakukan tindakan layanan
bimbingan kelompok kepada beberapa siswa di SDS Plus Tunas Mandiri.
Model penelitian tindakan kelas termasuk dalam penelitian eksperimen berulang atau
berkelanjutan, walaupun tidak selalu demikian. Adapun prosedur dalam penelitian tindakan kelas
adalah (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi (Arikunto, 2021).
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perilaku santun siswa. Adapun subyek
dalam penelitian ini siswa SDS Plus Tunas Mandiri dari kelas 4 dan 5 yang berjumlah 17 siswa.
Pada umumnya umur siswa kelas 4 dan kelas 5 berumur 8-10 tahun dengan tingkat karakter dan
kemampuan yang berbeda-beda. Metode pengumpulan data diambil dari hasil observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
Dalam menganalisis data penelitian tindakan, peneliti membandingkan data antara
kondisi sebelum dilakukannya tindakan dan setelah dilakukannya tindakan, dan data yang
diperoleh setelah melakukan tindakan pada siklus pertama dan melalui tindakan pada siklus
kedua, yang disebut dengan tindakan deskriptif kuantitatif dan analisis observasi.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil observasi, pada kondisi awal sebelum penelitian, perilaku santun siswa
pada subyek penelitian 17 siswa dapat dilihat tabel 1.

Tabel 1. Hasil Observasi Perilaku Santun Siswa pada Kondisi Awal


Kategori Frekuensi %
Rendah 9 60
Sedang 8 40
Tinggi 0 0
Jumlah 17 100

Banyaknya siswa kurang dalam berperilaku santun, dikarenakan pengaruh lingkungan


sekitar yang membuat para siswa sering berkata kasar kepada orang sekitar.
Siklus I
1. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan pada siklus pertama ini direncanakan dengan tiga
pertemuan. Pertemuan dilakukan di ruang kelas, setelah pulang sekolah. Pertemuan pertama
digunakan untuk menyusun jadwal pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik
sosiodrama, menentukan tempat pelaksanaan, menyiapkan materi dan bahan skenario. Pertemuan
kedua melaksanakan kegiatan layanan bimbingan kelompok, dan pertemuan ketiga membahas
mengenai evaluasi dan tindak lanjut
2. Pelaksanaan/tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama ini diantaranya :
a. Mengelompokkan siswa yang akan menjadi objek dalam penelitian yaitu membuat 2
kelompok dari 17 siswa dan peneliti menjelaskan tujuan dan urutan pelaksanaan teknik
sosiodrama.
b. Subyek melaksanaan layanan bimbingan kelompok ini sesuai dengan tahapan layanan
yaitu (1) tahap pembentukan, dengan memimpin do’a, menjelaskan mengenai layanan
bimbingan kelompok dan tujuannya, menjelaskan kesepakatan waktu, melakukan ice
breaking; (2) tahap kegiatan, dengan menjelaskan mengenai topik tentang perilaku
santun di sekolah, anggota kelompok bermain peran sebagai guru dan yang lain
menjadi siswa; (3) tahap penutup, meliputi mengenai penarikan kesimpulan,
menjelaskan bahwa kegiatan akan segera berakhir, melakukan penilaian keberhasilan,
kegiatan lanjutan, dan salam penutup
3. Observasi
Observer mengamati selama pelaksanaan sosiodrama, yang dimana observer mengamati
siswa yang memainkan peran. Dalam kegiatan sosiodrama ini, masih banyak siswa yang merasa
malu-malu dan canggung dalam memerankan peran tersebut.
4. Refleksi

Anda mungkin juga menyukai