Anda di halaman 1dari 9

PERSEPSI DAN MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP MADRASAH

TSANAWIYAH SEBAGAI TEMPAT BELAJAR ANAK (Studi Kasus Pada


Wali Murid Siswa MTsN Ngunut Ponorogo)

Riftanto Yuwono
MTs Negeri 3 Ponorogo
e-mail : rif_yuno@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis persepsi masyarakat terhadap madrasah
tsanawiyah dan motivasi masyarakat memilih madrasah tsanawiyah sebagai tempat belajar anak. Penelitian
ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif. Subyek penelitian adalah walimurid
MTsN Ngunut Ponorogo. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara, kuesioner,
dan studi dokumentasi. Dari hasil penelitian ini tentang persepsi masyarakat terhadap madrasah tsanawiyah
menunjukkan bahwa masyarakat menilai guru madrasah tsanawiyah memiliki kepribadian dan kemampuan
yang baik, pembelajaran di madrasah tsanawiyah berhasil dengan baik karena adanya perubahan perilaku
anak menjadi lebih baik,, dan perilaku dan prestasi yang baik dimiliki oleh siswa dan alumni madrasah
tsanawiyah. sedangkan motivasi masyarakat memilih madrasah tsanawiyah, selain karena faktor pelajaran
agama juga dipengaruhi oleh program unggulan madrasah tsanawiyah, prestasi non akademik siswa-siswi
MTs dan kedekatan lokasi madrasah tsanawiyah dengan rumah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
masyarakat memiliki persepsi positif terhadap madrasah tsanawiyah dan motivasi masyarakat memilih
madrasah tsanawiyah yang utama adalah ciri khas pendidikan agama Islam di madrasah tsanawiyah.

Kata kunci: persepsi, motivasi, madrasah tsanawiyah

COMMUNITY PERCEPTIONS AND MOTIVATIONS TOWARDS MADRASAH


TSANAWIYAH AS A PLACE FOR CHILDREN’S LEARNING (Case Study on Student
Guardian Of MTsN Ngunut Ponorogo)

Abstract

This study intends to describe and analyze the public perception of madrasah tsanawiyah.and the motivation
of community to choose madrasah tsanawiyah as a place for children’s learning. This research is qualitative
research with a descriptive approach. The research subject was the student guardian of MTsN Ngunut
Ponorogo. Data collection techniques using observastion, interviews, questionnaires, and documentation
studies. From the results of this study, about community percepstions shows that the community considers
madrasah tsanawiyah’s teachers to have good personality and abilities, learning in madrasah tsanawiyah
works well seen from changes in children’s behavior for the better, and good behavior is owned by
madrasah tsanawiyah’s students and alumni. While the motivation of the community chooses madrasah
tsanawiyah in addition to religious learning factors, also influenced excellent program from madrasah
tsanawiyah,non-academic achievements of madrasah tsanawiyah students, and the closeness of the location
of the madrasah tsanawiyah to the house. It can be concluded, that the community has a positive persepstion
of madrasah tsanawiyah, and the motivation of the community to choose the madrasah tsanawiyah as a
place for children’s learning, the main one is the hallmark of Islamic religious education in madrasah
tsanawiyah.

Keywords: perception, motivation, madrasah tsanawiyah

1
2

Pendahuluan
Masyarakat mulai membutuhkan pendidikan yang seimbang sebagai bekal untuk
menghadapi arus akses teknologi yang sangat mudah didapatkan. Perkembangan zaman tidak
bisa dikesampingkan lagi dan tidak bisa dihindari, apalagi hanya dengan bekal pengetahuan
umum saja. Tentunya hal demikian butuh perhatian penuh antara pendidik dan anak didik.
Pada zaman sekarang para orang tua ingin membuktikan apa saja yang telah diterima
anaknya dalam mengikuti proses pendidikan dan pengajaran terutama di sekolah atau lembaga
pendidikan lainnya. Sejalan dengan itu pula Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 7 ayat 1 menjelaskan bahwa orang tua berhak berperan
serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan
pendidikan anaknya.
Sekolah sebagai suatu sistem, memiliki komponen inti yang terdiri dari input, proses
dan output yang merupakan satu kesatuan utuh yang saling terkait, terikat, mempengaruhi,
membutuhkan dan menentukan untuk menjadi indicator kualitas dan prestasi sebuah lembaga
pendidiakn. Input dikategorikan menjadi dua, yaitu input sumber daya yakni meliputi sumber
daya manusia serta sumber daya lainnya dan input manajemen yakni input potensial bagi
pembentukan sistem yang efektif dan efisien. Sedangkan output sekolah yaitu berupa
kelulusan siswa yang berguna bagi kehidupan yaitu lulusan yang bermanfaat bagi dirinya,
keluarga dan masyarakat. Dibalik terciptanya kualitas sekolah atau madrasah tsanawiyah
tsanawiyah dituntut juga peran serta orang tua dan guru, sekaligus masyarakat untuk ikut serta
membawa lingkungan pendidikan ke dalam nuansa yang diinginkan. Tentu saja titik akhir
semua itu diharapkan sekolah terutama Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah
Tsanawiyah dapat mencetak generasi bermutu dan berakhlak mulia sekaligus menjadi panutan
masyarakat sekitarnya, karena di masa mendatang generai sekaranglah yang diharapkan
menjadi penerus cita-cita dan harapan orang tua sekarang. Persepsi masyarakat terhadap
lembaga pendidikan bercorak agama (Islam), terutama madrasah tsanawiyah, dan motivasi
orang tua terhadap pendidikan anak sekarang ini semakin baik, hal ini dibuktikan dengan
semakin besarnya minat masyarakat terhadap madrasah tsanawiyah.
Menurut SKB (Surat Keputusan Bersama) Tiga Menteri 1975, Madrasah diartikan
sebagai; Lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran pendidikan agama Islam
sebagai mata pelajaran dasar yang diberikan sekurang-kurangnya 30%, di samping mata
pelajaran umum.
Madrasah tsanawiyah sebagai lembaga pendidikan dibawah naungan Kementerian
Agama memiliki karakter yang sangat spesifik sebagai lembaga pendidikan yang bukan hanya
melaksanakan tugas pendidikan tetapi juga pengajaran agama, selain juga mempunyai tugas
untuk memberikan bimbingan hidup di dalam masyarakat. Oleh karena itu, madrasah
tsanawiyah adalah milik masyarakat dan menyatu dengan nilai-nilai yang telah hidup dan
dikembangkan di dalam kebudayaan sebagai milik masyarakat, salah satunya adalah
pendidikan akhlak yang menonjol.
Pendidikan karakter yang dikembangkan di madrasah tsanawiyah adalah pendidikan
karakter dimana agama menjadi rujukan primernya, yaitu mengembangkan akhlakul karimah,
jujur, disiplin, toleransi, cinta tanah air, menghormati orang tua, dan sebagainya. Hal ini
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Menurut Wiguna, (2014:16) Pendidikan Islam adalah bimbingan
untuk mengembangkan potensi jasmani dan rohani berdasarkan atau berpedoman pada ajaran
3

Islam yakni Al-Qur’an dan Al Hadist agar berlakunya semua ajaran Islam untuk membentuk
kepribadian muslim atau berakhlak mulia.
Sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai ciri khas Islam, madrasah tsanawiyah
memegang peran penting dalam proses pembentukan kepribadian anak didik, karena melalui
pendidikan madrasah tsanawiyah ini para orang tua berharap agar anak-anaknya memiliki dua
kemampuan sekaligus, tidak hanya pengetahuan umum (IPTEK) tetapi juga memiliki
kepribadian dan komitmen yang tinggi terhadap agamanya (IMTAQ).
Belajar adalah proses perubahan dalam kepribadian manusia, dimana perubahan itu
ditampakkan pada kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan keterampilan,
pemgetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang
lain. Djamarah (2011:12) menyatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan untuk
mendapatkan perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Madrasah Tsanawiyah Negeri Ngunut Ponorogo atau MTsN 3 Ponorogo semakin
menjadi pilihan masyarakat selain MTsN yang lain yang berada di wilayah Kabupaten
Ponorogo. Hal ini dibuktikan dengan senakin banyaknya orang tua yang memilih MTsN
Ngunut sebagai tempat melanjutkan belajar anaknya, terbukti dengan semakin banyaknya
jumlah siswa yang menempuh belajar di MTsN Ngunut Ponorogo.
Berdasarkan uraian diatas, menarik untuk diteliti, terutama bagaimanakah persepsi
masyarakat terhadap madrasah tsanawiyah dan apakah yang menjadi motivasi masyarakat
memilih madrasah tsanawiyah sebagai tempat belajar anak.
Metode Penelitian
Ditinjau dari jenis datanya, penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian kualitatif,
yaitu penelitian yang digunakan un tuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktivitas sosial, kepercayaan, persepsi dan orang secara individual maupun
kelompok. Adapun jenis pendekatan dalakm penelitian ini adalah jenis pendekatan deskriptif,
dimana hasil penelitian ditekankan pada memberikan gambaran secara obyektif tentang
keadaan sebenarnya daro obyek yang diselidiki (Nawawi, 2015:34). Sedangkan cara yang
digunakan adalah studi kasus (Case Studies. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
atau memperoleh informasi mengenai persepsi dan motivasi masrakat dalam memilih
madrasah tsanawiyah sebagai tempat belajar anak kususnya dari wali murid siswa MTsN
Ngunut Ponorogo tahun pelajaran 2017/2018 secara lebih mendalam.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu;
Pertama, teknik komunikasi langsung, yaitu melakukan komunikasi secara langsung dengan
walimurid siswa MTsN Ngunut Tahun Pelajaran 2017/2018, Teknik komunikasi langsung
juga biasa disebut dengan wawancara, yaitu upaya mendapatkan informasi dengan cara
bertanya langsung kepada informan. Tanpa wawancara peneliti akan kehilangan informasi
yang hanya dapat diperoleh dengan cara wawancara secara langsung. Adapun wawancara
yang dilakukan adalah wawancara tidak berstruktur dimana wawancara dapat berlangsung
secara luwes, tidak kaku, pertanyaan terbuka tetapi tetap focus, sehingga dapat diperoleh
informasi yang lebih banyak dan pembicaraan tidak monoton. Teknik wawancara digunakan
untuk mengungkapkan data tentang persepsi dan motivasi masyarakat dalam memilih
madrasah tsanawiyah sebagai tempat belajar anak-anak mereka.Kedua, teknik komunikasi
tidak langsung dengan menggunakan kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya, yaitu dengan menyampaikan kuesioner kepada walimurid MTsN Ngunut
Ponorogo Tahun Pelajaran 2017/2017. Ketiga, teknik dokumentasi, yaitu data diperoleh dari
4

arsip penerimaan peserta didik baru dan buku induk siswa, serta notulen pertemuan wali
murid dengan komite madrasah tsanawiyah, dan pertemuan wali murid dengan madrasah
tsanawiyah MTsN Ngunut Ponorogo Tahun Pelajaran 2017/2018.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
langkah-langkah seperti metode Miles dan Huberman dalam Burhan Mungin (2012:297),
yaitu;
1. Pengumpulan Data (Date Collection)
2. Reduksi Data (Date Reduction)
3. Penyajian Data (Date Display)
4. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclusion Drawing and Verfication)
Selanjutnya, data yang telah dianalisis dimaknai dan dijelaskan dalakm bentuk kata-kata
untuk mendiskripsikan kenyataan yang ada di lapangan, pemaknaan atau untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja.
Hasil dan Pembahasan
a. Persepsi Masyarakat Terhadap Madrasah tsanawiyah
Dalam penelitian ini persepsi masyarakat terhadap madrasah tsanawiyah terbagi
menjadi tiga bagian yaitu persepsi masyarkat terhadap guru madrasah tsanawiyah,
persepsi masyarakat terhadap pembelajaran di madrasah tsanawiyah, serta persepsi
masyarakat terhadap siswa dan alumni madrasah tsanawiyah.
Untuk persepsi masyarakat terhadap guru madrasah tsanawiyah, dalam penelitian
ini diperoleh hasil bahwa masyarakat memiliki persepsi positif terhadap guru madrasah
tsanawiyah karena mereka kenal dengan gurunya. Seperti yang disampaikan oleh
disampaikan W – 01, W – 04, W – 06, selaku walimurid yang menyatakan bahwa
kepribadian guru MTsN Ngunut dikatakan baik, karena mereka mengenal dan tahu
bahwa guru yang dikenalnya memiliki kepribadian yang baik dan menjadi tokoh
masyarakat di lingkungan sekitar. Robbins (2001;89), menyatakan bahwa karakteristik-
karakteristik dari target yang diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan.
Namun persepsi positif masyarakat terhadap guru madrasah tsanawiyah juga terbentuk
meskipun tidak kenal dengan gurunya dan hanya tahu karena informasi dari sudaranya.
Jenis persepsi seperti ini menurut Bjorklund (dalam Pramono,2017:online) termasuk jenis
persepsi auditori.
Persepsi juga bisa terbentuk dari apa yang dirasakan oleh seseorang melalui
hatinya. Seperti yang dsampaikan oleh W – 02 yang menyatakan kepribadian guru MTsN
Ngunut yang baik bisa dirasakan dari dampak terhadap perubahan perilaku anak yang
semakin baik. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan Robbins (2001;89) yang
menyatakan persepsi juga dipengaruhi oleh situasi, dalam hal ini penting utntuk melihat
konteks obyek atau peristiwa sebab unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi kita.
Sehingga perilaku anak yang semakin baik ditafsirkan oleh masyarakat sebagai akibat
baiknya kemampuan guru MTsN Ngunut dalam melaksanakan tugasnya, dengan tidak
mempertimbangkan faktor-faktor yang lain.
Berbeda dengan W – 10 yang mengatakan pokoknya yakin bahwa guru MTsN
Ngunut memiliki kepribadian dan kemampuan yang baik, hanya karena kenal dengan
salah satu guru yang kebetulan merupakan anak dari kyainya. Hal ini sesuai dengan yang
dinyatakan Barent (dalam Juniarto, 2013: 4) yang menyatakan persepsi adalah penafsiran
otak terhadap apa yang dirasakan seseorang.
Hasil survey melalui kuesioner terhadap 20 orang wali murid yang berbeda dan
dengan waktu yang berbeda memperkuat pernyataan masyarakat tersebut, yaitu
menyatakan bahwa kepribadian dan kemampuan guru MTsN Ngunut dalam
melaksanakan tuganya sudah baik, meskipun lebih banyak yang tidak kenal secara
langsung dengan yang bersangkutan.
5

TABEL 1 PERTANYAAN KUESIONER

No Pertanyaan
Persepsi masyarakat terhadap madrasah tsanawiyah
1 Menurut Bapak/Ibu, bagaimanakah kepribadian para guru di MTsN Ngunut?
2 Menurut Bapak/Ibu, bagaimanakah kemampuan para guru di MTsN Ngunut?
Menurut Bapak/Ibu, bagaimanakah perilaku siswa-siswi MTsN Ngunut yang
3
berasal dari lingkungan Bapak/Ibu?
Menurut Bapak/Ibu, bagaimanakah prestasi siswa/siswi MTsN Ngunut yang
4
Bapak/Ibu kenal/ketahui?
Bagaimanakah perilaku alumni MTsN Ngunut yang berasal dari lingkungan
5
Bapak/Ibu?
Apakah kedudukan dan perilaku lulusan/alumni tersebut dijadikan contoh atau
6
panutan bagi warga sekitar?
Motivasi Masyarakat Memilih Madrasah tsanawiyah
7 Apa pekerjaan Bapak/Ibu?
8 Apa pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
9 Apakah Bapak/Ibu memilih MTsN Ngunut karena jaraknya dekat dengan rumah
Bapak/Ibu?
10 Kepandaian dibidang apa yang Bapak/Ibu harapkan dari pendidikan putra/putri
Bapak/Ibu di madrasah tsanawiyah?
11 Apakah Bapak yakin dengan menempuh pendidikan di madrasah tsanawiyah,
maka masa depan putra/putri Bapak/Ibu bisa menjadi lebih baik?
12 Bagaimana hasil belajar putra/putri Bapak/Ibu di MTsN Ngunut (baik/kurang
baik)?

TABEL 2 HASIL JAWABAN KUESIONER

Pertanyaan Jumlah Jawaban Kuesioner

1 Baik = 17 Biasa =0 Tdk Tahu =3


2 Baik = 17 Biasa =0 Tdk Tahu =3
3 Baik = 20 Krg Baik = 0 -
4 Baik = 20 Krg Baik = 0 -
5 Baik = 16 Krg Baik = 2 -
6 Ya = 17 Tidak =2 Ya dan Tidak = 1
Wiraswasta dan Peg
7 Tani = 10 PNS/TNI/Polri = 0
Swasta = 10
8 SD/MI = 3 SMP/MTs = 7 SMA/MA = 10 D2/S1 = 0
9 Ya = 6 Tidak = 13 Tidak menjawab = 1 -
10 Agama = 16 Umum =2 Agama dan Umum = 2 -
11 Ya = 20 Tidak =0 - -
12 Bagus = 18 Krg Bagus = 2 - -
6

Sedangkan persepsi masyarakat terhadap pembelajaran di madrasah tsanawiyah


dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa persepsi positif masyarakat terhadap
pembelajaran di madrasah tsanawiyah muncul bukan karena masyarakat tahu prosesnya,
tetapi hanya berdasarkan hasil terhadap pembelajarn itu yaitu perubahan perilaku anak
menjadi lebih baik. W – 01, W – 04, dan W – 05 mengatakan bahwa pembelajaran di
MTsN Ngunut berjalan dengan baik dengan melihat perubahan perilaku anak yang
semakin rajin beribadah dan suka membantu orangtua. W – 09 mengatakan tidak tahu
tentang pembelajaran di madrasah tsanawiyah, hanya tahu bahwa di madrasah tsanawiyah
banyak mata pelajaran ilmu agama Islam. Selain brand image madrasah tsanawiyah
sebagai lembaga pendidikan yang banyak menyampaikan mata pelajaran agama, persepsi
positif juga diberikan oleh masyarakat karena adanya brand image yang lebih khusus
kepada MTsN Ngunut yaitu berdasarkan prestasi yang sering diperoleh dari kegiatan
keagamaan. Seperti yang disampikan oleh W – 08 yang mengatakan tidak tahu tentang
pembelajaran di MTsN Ngunut, tetapi hanya tahu bahwa siswa MTsN Ngunut sering
meraih prestasi dalam lomba qira’. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Wirawan (dalam
Makhsus, 2013:23) bahwa persepsi dipengaruhi oleh perhatian, set, kebutuhan, sistem
nilai, dan ciri kepribadian.
Persepsi positif juga diberikan oleh masyarakat terhadap siswa dan alumni
madrasah tsanawiyah seperti yang disampaikan oleh Seperti yang disampaikan W - 01
yang menyatakan bahwa siswa MTsN Ngunut dan alumni MTsN Ngunut perilakunya
baik karena dari lingkungan tempat tinggalnya banyak yang berasal dari lingkungan
tempat tinggalnya. Alumninya sekarang banyak yang melanjutkan kuliah. Sedangkan W
– 06 mengatakan perilaku siswa dan alumni MTsN ngunut baik karena ada yang berasal
dari lingkungan tempat tinggalnya meskipun sedikit. Sedangkan W – 08 memberikan
persepsi positif terhadap perilaku siswa dan alumni madrasah tsanawiyah karena
siswanya banyak yang pandai mengaji. Sedangkan berdasarkan hasil kuesioner 20 orang
menyatakan bahwa siswa-siswi MTsN Ngunut yang berasal dari lingkungan tempat
tinggalnya memiliki perilaku yang baik. Sedangkan untuk alumninya 12 orang
menyatakan Alumni MTsN Ngunut banyak yang menempuh pendidikan lanjutan yang
bagus dan mendapatkan pekerjaan yang bagus juga, 6 orang menyatakan sedikit yang
menempuh pendidikan lanjutan yang bagus dan mendapatkan pekerjaan yang bagus Hal
ini sesuai dengan yang disampaikan oleh McDowell & Newell (dalam Hariyanto,
2013:38) bahwa aspek-aspek persepsi adalah aspek kognisi dan afeksi. Aspek kognisi
adalah aspek yang berhubungan dengan cara berpikir/pengenalan, yaitu bagaimana
pandangan atau penilaian seseorang terhadap stimulus yang diterima. Aspek afeksi adalah
aspek yang berhubungan dengan perasaan atau kesan. Bagaimana bagaimana perasaan
yang timbul pada diri seseorang terhadap stimulus yang diterima oleh panca indera.
Dalam hal ini persepsi positif masyarakat terhadap siswa dan alumni MTsN Ngunut
karena keberadaan mereka yang banyak di lingkungan tempat tinggalnya merupakan
aspek afeksi, yaitu berhubungan dengan kesan yang diterima.
b. Motivasi Masyarakat Memilih Madrasah tsanawiyah Sebagai Tempat Belajar Anak
Madrasah tsanawiyah sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas Islam yang
termaktub penyeimbang antara pengetahuan umum dan agama. Brand image madrasah
tsanawiyah itulah yang akirnya mempengaruhi motivasi masyarakat memilih madrasah
tsanawiyah sebagi tempat belajar anak. Berdasarkan penelitian, sebagian besar wali
murid memiliki latar belakang pendidikan umum atau non-madrasah tsanawiyah,
sehingga mereka menganggap bahwa bekal ilmunya kurang untuk memberikan
pendidikan agama bagi anak-anaknya. Seperti yang disampaikan oleh W – 04 dengan
mengatakan bahwa dengan pendidikan terakhirnya adalah SMA, menginginkan anaknya
semakin pandai terutama dalam bidang ilmu agama, tidak seperti orangtuanya. Demikian
7

juga dengan W – 05 yang mengatakan bahwa dengan pendidikan terakhir SD, selain agar
anaknya pandai dalam ilmu umum, menginginkan agar anaknya lebih pandai dalam ilmu
agama. Sedangkan W – 02 mengatakan dengan pendidikan terakhir sekolah dasar,
menginginkan anaknya supaya pandai, dan ibadahnya lebih rajin.
Selain karena latar belakang pendidikan orang tua yang kurang untuk membekali
ilmu agama bagi anak-anaknya, masyarakat juga memilih madrasah tsanawiyah karena
masa lampaunya memiliki bekal pendidikan madrasah tsanawiyah. seperti yang
disampaikan oleh W – 03 dengan pendidikan terakhir MTs, dimana dulu juga lulusan
MTsN Ngunut, harapannya supaya anaknya pandai ilmu agama, jadi anak yang shaleh,
dan perilakunya juga semakin baik. Senada dengan W – 06 yang menyampaikan dengan
pendidikan terakhir MA sehingga menyadari pentingnya bekal ilmu agama agama bagi
anak.
Motivasi masyarakat ini muncul karena dorongan dari dalam dirinya sendiri yang
merasa bahwa latar belakang pendidikan agamnya kurang, sehingga anaknya
disekolahkan di madrasah tsanawiyah agar memiliki kepandaian dalam bidang ilmua
agama. Dan juga karena latar belakang pendidikan madrasah tsanawiyah, sehingga
menyadari pentingnya pendidikan agama bagi anaknya. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Sardiman (dalam Al-Maqassary, __: e-journal) yang menyatakan
bahwa motivasi intrinsik adalah motif-motif (daya penggerak) yang menjadi aktif dan
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dari diri individu sudah terdapat
dorongan untuk melakukan sesuatu.
Selain faktor intrinsik, masyarakat juga memilih madrasah tsanawiyah sebagai
tempat belajar anak karena faktor-faktor dari luar dirinya, yaitu faktor ekstrinsik, yaitu
karena kondisi lingkungan sekitar. Mereka termotivasi karena melihat perilaku siswa
MTsN Ngunut yang mereka anggap memiliki perilaku positif, seperti pandai mengaji,
dan rajin beribadah. Seperti yang disampaikan oleh W – 03 yang menyatakan, mendapat
informasi dari saudaranya bahwa siswa MTsN Ngunut banyak yang berpresratasi,
utamanya lomba-lomba agama seperti qira’ dan sebagainya, selain itu juga pandai
mengaji, aktif dalam kegiatan di masjid. Hal yang sama dismpaikan oleh W – 05, dengan
mengatakan, bahwa anak-anak yang sekolah di MTsN Ngunut banyak, anak-anaknya
baik-baik, meskipun tidak semua, tetapi banyak yang ibadahnya bagus, sehingga memilih
MTsN Ngunut sebagai tempat belajar anak, supaya anaknya pandai ilmu umum,
utamanya ilmu agama. W – 07 juga menyampaikan pernyataan senada, bahwa anak-anak
yang bersekolah di MTsN Ngunut rajin-rajin ke mushala, sehingga menginginkan
anaknya juga seperti itu, jadi anak yang shaleh, ilmu agamanya cukup, dan masa depanya
lebih baik dari pada orangtuanya. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan Suhardi
(dalam Nurita, 2016:5) bahwa motivasi ekstrinsik menggunakan pemicu untuk membuat
seseorang termotivasi, dan eseorang bisa berubah dari tidak mau menjadi mau berbuat
sesuatu karena motivasi ini. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan hasil kuesioner
dengan hasilnya 80% masyarakat memilih madrasah tsanawiyah karena memilki harapan
agar anaknya memiliki kepandaian lebih dalam ilmu agama.
Dalam penelitian ini juga ditemukan hal-hal menarik dan berbeda dari hasil
penelitian yang lain. Ditemukan masyarakat yang memberikan persepsi positif terhadap
guru MTsN Ngunut meskipun hanya tahu sedikit tentang guru MTsN Ngunut. Seperti
yang disampaikan oleh W – 10 yang menyatakan pokoknya yakin dengan kepribadian
dan kemampuan guru-guru MTsN Ngunut. Dalam penelitian ini ditemukan juga bahwa
persepsi masyarakat terhadap pembelajaran Madrasah tsanawiyah terbentuk karena
prestasi non akademik yang diperoleh oleh Madrasah Tsanawiyah, seperti yang
disampikan oleh W – 08 yang mengatakan tidak tahu tentang pembelajaran di TsN
8

Ngunut, tetapi hanya tahu bahwa siswa MTsN Ngunut sering meraih prestasi dalam
lomba qira’.
Sedangkan temuan untuk motivasi masyaraat terhadap madrasah tsanawiyah
ditemukan adanya harapan masyarakat dengan memilih madrasah tsanawiyah sebagai
tempat belajar anak agar anaknya lebih memilki kepandaian dalam mata pelajaran umum.
Seperti yang disampaikan oleh W – 01 yang menyatakan, memiliki latar belakang
pendidikan SMA, memilih MTsN Ngunut agar anaknya pandai mengaji, ibadahnya rajin,
tingkahlakunya baik, dan supaya masa depannya lebih baik. Selain itu agar anaknya
pandai dalam ilmu Bahasa Inggris, karena anaknya menyukai Bahasa Inggris. Hal ini
diperkuat oleh hasil kuesioner yang melibatkan responden K – 05 dan K – 06 yang
menginginkan anaknya memiliki kepandaian dalam ilmu umum dan bukan ilmu agama
Islam. Temuan ini tentu saja menarik. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti yang disampaikan oleh W – 01 yang mengatakan menginginkan anaknya pandai
Bahasa Inggris karena di MTsN Ngunut mengadakan program kelas unggulan, yaitu
kelas bilingual. Selain itu faktor ekstrinsik seperti faktor kedekatan jarak bisa jadi
mempengaruhi motivasi masyarakat agar anaknya memilki kepandaian ilmu umum
seperti yang disampaikan oleh K – 05 dan K – 06. Berdasarkan hasil penelitian dalam
wawancara juga ditemukan motivasi yang lain yang disampaikan oleh masyarakat
tentang pilihannya menyekolahkan anak di MTsN Ngunut, yaitu adanya faktor kedekatan
jarak dari rumah ke madrasah tsanawiyah. seperti yang disampaikan oleh W – 02 yang
mengatakan memilih madrasah tsanawiyah sebagai tempat belajar anak selain karena
ingin anaknya semakin pandai dan rajin beribadah, juga karena jarak MTsN Ngunut
dengan rumahnya dekat. Hal senada juga disampaikan oleh W – 08 dengan mengatakan
memilih MTsN Ngunut yang pertama karena dekat dari rumah.

Kesimpulan
Masyarakat memiliki persepsi positif terhadap madrasah tsanawiyah yang terdiri dari
persepsi terhadap guru madrasah tsanawiyah yang dinilai memilki kepribadian dan
kemampuan yang baik, persepsi positif terhadap pembelajaran di madrasah tsanawiyah yang
dinilai berhasil merubah perilaku anak menjadi lebih baik, dan persepsi terhadap siswa serta
alumni madrasah tsanawiyah yang dinilai memiliki perilaku yang baik.
Motivasi masyarakat memilih madrasah tsanawiyah sebagi tempat belajar anak yang
paling utama adalah karena ciri kas madrasah tsanawiyah sebagai lembaga pendidikan Islam,
sehingga menginginkan anaknya pandai dalam bidang ilmu agama Islam dan meningkatkan
ibadah, selain itu juga karena prestasi non akademik siswa madrasah tsanawiyah, program
unggulan madarasah tsanawiyah, dan kedekatan jarak dari rumah.

Daftar Pustaka
Al-Maqassary, Ardi __. Motivasi Kerja.
http://www.e-jurnal.com/2014/03/jenis-jenis-motivasi.html diunduh
28 September 2017 pukul 11.45 WIB

Arikunto, Suharsimi (1993), Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta. Rineka


Cipta

Djamarah, Syaiful B (2011). Psikologi Belajar. Jakarta. Rineka Cipta

Makhsus (2013). Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal


12 Tahun. Skripsi. Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah
9

Munawir, A W (1997). Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia. Yogyakarta. Pustaka. Progresif

Nawawi, Hadari (2015). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. Gadjah


Mada University Press

Nurita, Bela S (2016). Gambaran Motivasi Keluarga Dalam Mencegah Kekambuhan Klien
gangguan Jiwa: Gangguan Persepsi Sensori, Halunisasi Pendengaran. Tugas akhir.
Malang. UMM

Pramono (2017) Pengertian dan Jenis-jenis Persepsi (Online)


http://ynpramono.id/pengertian-dan-jenis-presepsi/ (diunduh 27 September 2017 pukul
13.00 WIB)

Robbins, Stephen P (2001). Perilaku Organisasi:Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta.


Prehallindo

Walgito, B (2005). Bimbingan Konseling (Bimbingan dan Karir). Yogyakarta: Andi

Wiguna, Alivermana (2014). Isu-isu Kontemporer Pendidikan Islam. Artikel .


Yogyakarta. Deepublisher.

Anda mungkin juga menyukai