Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menyajikan hasil penelitian,

interpretasi dan pembahasan, diperoleh dari jawaban angket 30 orang

responden yang merupakan sampel dalam penelitian dan dilaksanakan di

ruang rawat Bougenville kelas III RSP Provinsi Jawa Barat pada bulan

Agustus - September 2009. Penyajian data ditampilkan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi dan kemudian dideskripsikan dalam bentuk narasi.

Pembahasan meliputi gambaran pengetahuan, sikap motivasi pasien TB

Paru BTA positif dan dianalisis hubungan masing-masing variabel bebas

dengan variabel terikat.

4.1 HASIL PENELITIAN

4.1.2 Analisis Univariat

4.1.2.1 Pengetahuan Pasien tentang TB Paru

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pasien TB


Paru yang Dirawat di Ruang Bougenville RSP
Provinsi Jawa Barat

Pengetahuan f %

Baik 19 63,3

Cukup 8 26,7

Kurang 3 10,0

Total 30 100,0
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan responden

dengan kriteria yang baik ada 63,3%, responden dengan

pengetahuan cukup sebesar 26,7% dan dengan pengetahuan

kurang sebesar 10,0%. Hal ini menunjukan bahwa

pengetahuan Pasien tentang penyakit TB paru sebagian besar

adalah baik.

4.1.2.2 Sikap Pasien terhadap Perawatan dan Pengobatan


Penyakit TB Paru

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sikap Pasien TB Paru yang


Dirawat di RSP Provinsi Jawa Barat

Sikap f %

Positif 23 76,7

Negatif 7 23,3

Total 30 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat sikap responden yang bersikap

positif yaitu 76,7% dan sisanya dengan sikap negatif sebesar

23,3. Hal ini menunjukan bahwa sikap Pasien terhadap

perawatan dan pengobatan penyakit TB paru sebagian besar

adalah positif.

56
4.1.2.3 Motivasi Pasien terhadap Perawatan dan
pengobatan Penyakit TB Paru

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Motivasi Pasien TB Paru


yang Dirawat di RSP Provinsi Jawa Barat

Motivasi f %

Tinggi 25 83,3

Rendah 5 16,7

Total 30 100,0

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa motivasi responden

dengan motivasi tinggi sebesar 83,3% dan sisanya dengan

motivasi rendah sebesar 5%. Hal ini menunjukan bahwa

motivasi Pasien terhadap perawatan dan pengobatan sebagian

besar adalah tinggi.

4.1.2.4 Tindakan Upaya Pencegahan Penularan Pernyakit


TB Paru di Ruangan

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Upaya Pencegahan


Penularan Pasien TB Paru yang Dirawat di RSP
Provinsi Jawa Barat

Upaya Pencegahan f %

Melakukan 24 80,0

Tidak Melakukan 6 20,0

Total 30 100,0

57
Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa responden yang

melakukan upaya pencegahan sebesar 80%, dan sisanya

responden dengan tidak melakukan upaya pencegahan

sebesar 20%. Hal ini menunjukan bahwa responden yang

dirawat di ruang bugenville RSP Provinsi Jawa Barat sebagian

besar telah melakukan upaya pencegahan penularan TB Paru.

4.1.3 Analisis Bivariat

4.1.3.1 Hubungan antara Pengetahuan dengan Upaya


pencegahan penularan Pasien TB Paru yang
Dirawat di Ruang Bougenville RSP Provinsi Jawa
Barat

Tabel 4.5 Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan


upaya pencegahan penularan Pasien TB Paru
yang Dirawat di Ruang Bougenville RSP Provinsi
Jawa Barat

Pengetahuan
Total
Upaya
Baik Cukup Kurang
Pencegahan
f % f % f %

Melakukan 19 63,3 5 16,7 0 0,0 24


Tidak
0 0,0 3 10,0 3 10 6
Melakukan
Total 19 63,3 8 26,7 3 10 30

Dari tabel bivariat diatas dapat dilihat bahwa semua responden

berpengetahuan Baik (63,3%) melakukan upaya pencegahan

penularan, pada responden berpengetahuan kurang (10%)

tidak ada satupun yang melakukan upaya pencegahan

58
penularan. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan Pasien

tentang TB paru sangat berpengaruh terhadap upaya

pencegahan penularan yang dilakukan pasien TB Paru

Dari Uji statistik dapat dilihat bahwa nilai Chi Square

hitung (18, 28) > Chi Square tabel (3,84) dengan p value 0,00 <

ά (0,05) maka dapat disimpulkan Ha dterima artinya terdapat

hubungan yang bermakna antara pengetahuan Pasien dengan

upaya pencegahan penularan.

4.1.3.2 Hubungan antara Sikap Pasien dengan Upaya


pencegahan penularan Pasien TB Paru yang
Dirawat di Ruang Bougenville RSP Provinsi Jawa
Barat

Tabel 4.6 Tabulasi Silang antara Sikap Pasien dengan


upaya pencegahan penularan Pasien TB Paru
yang Dirawat di Ruang Bougenville RSP Provinsi
Jawa Barat

Sikap
Upaya
Positif Negatif Total
Pencegahan
f % f %

Melakukan 22 73,3 2 6,7 24


Tidak
1 3,3% 5 16,7 6
Melakukan
Total 48 76,6% 44 23,4 30

Dari tabel bivariat diatas dapat dilihat bahwa responden

bersikap positif melakukan upaya pencegahan sebesar

(73,3%) dan hanya 3,3% responden yang sikap positif tetapi

59
tidak melakukan upaya tindakan pencegahan penularan TB

paru. Hal ini menunjukan bahwa faktor sikap yang positif

terhadap perawatan dan pengobatan TB paru sangat

mempengaruhi tindakan upaya pencegahan penularan TB

paru.

Dari Uji statistik dapat dilihat bahwa nilai Chi Square

hitung (13,42) > Chi Square tabel (3,84) dengan p value 0,00 <

ά (0,05) maka dapat disimpulkan Ha diterima, artinya terdapat

hubungan yang bermakna antara sikap Pasien dengan upaya

pencegahan penularan.

4.1.3.3 Hubungan antara Motivasi Pasien dengan Upaya


pencegahan penularan Pasien TB Paru yang
Dirawat di Ruang Bougenville RSP Provinsi Jawa
Barat

Tabel 4.7 Tabulasi Silang antara Motivasi Pasien dengan


upaya pencegahan penularan Pasien TB Paru
yang Dirawat di Ruang Bougenville RSP Provinsi
Jawa Barat

Motivasi
Upaya
Tinggi Rendah Total
Pencegahan
f % f %
Melakukan 23 76,7 1 3,3 24
Tidak Melakukan 2 6,7 4 13,3 6
Total 43 83,4 49 16,6 30

Dari tabel bivariat diatas dapat dilihat bahwa responden

dengan motivasi tinggi cenderung melakukan upaya

pencegahan penularan penyakit TB paru (76,7%) dan

60
responden dengan motivasi rendah cenderung tidak

melakukan upaya pencegahan penularan (13,3%) dan hanya 2

orang ( 6,7% ) responden dengan motivasi tinggi tetapi tidak

melakukan upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru.

Dari Uji statistik dapat dilihat bahwa nilai Chi Square

hitung (11,08) > Chi Square tabel (3,84) dengan p value 0,00 <

ά (0,05) maka dapat disimpulkan Ha diterima, artinya terdapat

hubungan yang bermakna antara motivasi Pasien dengan

upaya pencegahan penularan.

4.2 Pembahasan

4.2.1Analisa univariat

4.2.1.1 Pengetahuan Pasien Tuberkulosis tentang TB Paru


dan upaya pencegahan penularan

Dari hasil penelitian diatas, dengan melihat

secara keseluruhan hasil penelitian tentang

pengetahuan pasien tuberkulosis BTA Positive tentang

Upaya pencegahan meliputi pengetahuan tentang

pengertian penyakit tuberkulosis, gejala penyakit

tuberkulosis, pengobatan penyakit tuberkulosis dan

upaya pencegahan penularan Tuberkulosa, sebagian

kecil pasien mempunyai pengetahuan yang kurang

dan cukup (10% dan 26,7 %)

61
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi

setelah seseorang melakukan penginderaan tentang

suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui

panca indera penglihatan, indera penciuman, indera

perabaan, indera pendengaran dan indera perasa

(Notoatmojo, 2003). Pengetahuan pasien tuberkulosis

BTA Positive sebagian besar sudah baik disebabkan

karena pasien sudah sering mendapat penyuluhan

baik dari petugas kesehatan maupun dari media

massa. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan di ruang

tunggu pasien dan hampir setiap hari, artinya setiap

pasien yang dirawat akan mendapat penyuluhan

kesehatan. Pasien juga biasanya mendapat leaflet

yang berisi tentang penyakit tuberkulosis dan

penanggulangannya yang akan menambah

pengetahuan pasien tuberkulosis. Keadaan ini akan

berpengaruh pada kemampuan penerimaan informasi

Pengetahuan dari beberapa Pasien

Tuberkulosis BTA Positive masih kurang. Faktor yang

menyebabkan kurangnya pengetahuan pasien

tuberkulosis BTA Positive ini, diantaranya yaitu

kurangnya kemampuan pasien dalam menerima

informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan

62
atau informasi dari leaflet, seperti faktor usia yang

sudah lanjut, tingkat pendidikan pasien yang rendah

dan kurang mengertinya bahasa yang digunakan

petugas kesehatan dalam menyampaikan penyuluhan.

Menurut Notoatmojo (2003), sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga dengan melalui suatu proses belajar dan

membutuhkan bantuan misalnya bantuan ahli yang

menguasai suatu hal atau alat seperti buku. Sehingga

proses belajar atau penyampaian informasi harus

mudah diterima oleh pasien. Hal ini dapat dilakukan

dengan menggunakan teknik / metode maupun alat

yang sesuai dengan karakteristik pasien.

Secara teori, menurut Notoatmojo (2003),

bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

bersifat langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Tetapi dari beberapa

penelitian membuktikan bahwa proses tidak seperti

teori, bahkan pada praktek sehari-hari terjadi

sebaliknya. Artinya seseorang yang memiliki

pengetahuan yang baik belum tentu memiliki sikap

yang positif sehingga menghasilkan perilaku yang

63
positif. Salah satunya yaitu pasien berupaya,

melakukan upaya pencegahan penularan

4.2.1.2 Sikap Pasien Tuberkulosis untuk melakukan upaya


pencegahan penularan TB Paru

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang

yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau

objek (Notoatmojo, 2003). Sikap pasien tuberkulosis

terhadap pengobatan merupakan reaksi atau respon

yang masih tertutup yang terdiri dari komponen

pengetahuan / kepercayaan pasien (kognitif),

perasaan / emosi (afektif) dan kecenderungan pasien

dan bertindak (konatif) yang akan saling berinteraksi

dalam memahami, merasakan dan berperilaku

terhadap pengobatan.

Diagram 4.2 menunjukkan sikap secara umum,

bahwa sebagian besar pasien tuberkulosis BTA

Positive (23 pasien) memiliki sikap yang positif

(mendukung) dan 7 pasien tuberkulosis BTA Positive

memiliki sikap yang negatif (tidak mendukung). Hal ini

kemungkinan disebabkan karena pengaruh emosi.

Menurut Azwar (2003) salah satu faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengaruh

faktor emosional, kadang-kadang suatu bentuk sikap

64
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang

berfungsi sebagai penyaluran frustrasi atau pengalihan

bentuk mekanisme pertahanan ego. Artinya sikap

pada pasien tuberkulosis yang tidak mendukung ini

tidak didasari oleh pengetahuan yang dimilikinya tetapi

dipengaruhi oleh keadaan emosinya.

Menurut azwar (2003), kepercayaan dan

perasaan atau kemauan banyak mempengaruhi

perilaku. Ini berarti rendahnya kecenderungan

berperilaku pasien tuberkulosis BTA Positive

dipengaruhi oleh aspek kognisi (kepercayaan) dan

aspek afektif (perasaan). Dilihat dari aspek kognisi

pasien tuberkulosis BTA Positive menunjukkan banyak

yang tidak mendukung dan afeksinya banyak yang

tidak mendukung pula sehingga kecenderungan

pasien untuk mengikuti upaya pencegahan penularan

tidak dilakukan

Dari penjelasan diatas, secara keseluruhan

sebagian besar sikap pasien tuberkulosis BTA Positive

menunjukkan sikap yang mendukung.

65
4.2.1.3 Motivasi Pasien Tuberkulosis untuk melakukan
upaya pencegahan penularan

Diagram 4.3 menunjukkan motivasi pasien

tuberkulosis BTA Positive secara umum. Sebagian

besar pasien memiliki motivasi yang tinggi dan

sebagian kecil pasien memiliki motivasi yang rendah,

untuk melakukan upaya pencegahan Hal ini

disebabkan karena pasien tuberculosis kurang

mempunyai keinginan yang kuat untuk menjalani cara

pencegahan agar penyakit yang dideritanya tidak

menular ke orang lain, dan masih tergantung pada

dukungan dari lingkungan seperti dukungan keluarga.

Mereka mau melakukan upaya pencegahan penularan

karena takut ditegur oleh keluarga atau petugas

kesehatan.

Motivasi dapat bersumber dari dalam diri

seseorang yang dikenal dengan istilah motivasi

intrinsik dan juga dapat bersumber dari luar diri dikenal

motivasi ekstrinsik (Siagian, 2004). Motivasi pasien

tuberkuosis untuk melakukan upaya pencegahan

penularan adalah suatu kekuatan yang ada dalam diri

(faktor intrinsik), yang dapat dikembangkannya sendiri

atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar

66
(faktor ekstrinsik). Faktor-faktor motivasi itu berperan

sebagai daya pendorong yang efektif.

Bila dikaitkan dengan teori motivasi penentuan

tujuan, yang intinya yaitu dorongan spesifik atau

kejelasan tujuan yang hendak dicapai seseorang

dalam melaksanakan tugasnya akan menimbulkan

motivasi yang semakin besar. Kemungkinan penyebab

pasien melakukan pencehagan penularan salah

satunya karena kurang spesifiknya anjuran atau

nasihat-nasihat yang disampaikan oleh orang disekitar

pasien untuk mendukungnya, seperti petugas

kesehatan yang sering mengingatkan atau

menganjurkan bahwa pasien harus mamakai masker,

menutup mulut jika batuk, memisahkan alat makan,

alat pribadi seperti handuk, baju dan lain-lain,

alangkah lebih baik jika lebih rinci Ketidakjelasan

tujuan yang hendak dicapai ini akan menurunkan

motivasi seseorang. Kemudian bisa saja jika pasien

dilibatkan dalam penentuan tujuan karena ia akan

merasa bahwa keputusan itu merupakan

keputusannya sendiri dan tidak sekedar pelaksana

pada ketentuan atau aturan orang lain.

67
4.2.2Analisis Bivariat

4.2.2.1 Hubungan antara Pengetahuan dengan Upaya


pencegahan penularan di RSP Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan hasil penelitian dari 30 responden

dapat dilihat bahwa semua responden

berpengetahuan Baik (63,3%) melakukan upaya

pencegahan penularan, pada responden

berpengetahuan kurang (10%) tidak ada satupun yang

melakukan upaya pencegahan penularan. Hal ini

menunjukan bahwa pengetahuan Pasien tentang TB

paru sangat berpengaruh terhadap upaya pencegahan

penularan yang dilakukan pasien TB Paru, Dari tabel

dapat dilihat bahwa nilai Chi Square hitung > Chi

Square tabel dengan p value 0,00 dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima,

maka terdapat hubungan yang bermakna antara

pengetahuan Pasien dengan upaya pencegahan

penularan.

Secara teori, menurut Notoatmojo (2003),

bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

bersifat langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Tetapi dari beberapa

penelitian membuktikan bahwa proses tidak seperti

teori, bahkan pada praktek sehari-hari terjadi

68
sebaliknya. Artinya seseorang yang memiliki

pengetahuan yang baik belum tentu memiliki sikap

yang positif sehingga menghasilkan perilaku yang

positif. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya

kesadaran pasien tuberkulosis untuk melakukan

pencegahan penularan. Sehingga jika pasien memiliki

pengetahuan yang baik maka akan berpengaruh pada

perilaku upaya pencegahan penularan penyakit TB

Paru dan mempunyai kecenderungan untuk

berperilaku sesuai dengan harapan yaitu melakukan

upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru

Dari hasil penelitian sebelumnya  yaitu dari

Suhardi (2008) dengan judul ”HUBUNGAN ANTARA

PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN TB PARU DENGAN

PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU DI

WILAYAH PUSKESMAS PRINGSURAT KABUPATEN

TEMANGGUNG 2008” Terdapat hubungan yang

bermakna secara statistik antara pengetahuan pasien

TB paru dengan perilaku pencegahan penularan TB

paru di wilayah Puskesmas Pringsurat Kabupaten

Temanggung dengan nilai p = 0,042 < 0,05 dengan

kekuatan hubungan lemah ( C = 0,376 ) namun secara

statistik bermakna ( p = 0,40 ) Ada hubungan yang

69
bermakna secara statistik antara sikap pasien TB paru

dengan perilaku pencegahan penularan TB paru di

wilayah Puskesmas Pringsurat Kabupaten

Temanggung dengan nilai p = 0,032 < 0,05 dengan

kekuatan hubungan lemah ( C = 0,368 ) namun secara

statistik bermakna ( p = 0,40 )

4.2.2.2 Hubungan antara Sikap dengan Upaya pencegahan


penularan di RSP Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan hasil penelitian dari 30 responden

dapat dilihat bahwa bahwa responden bersikap positif

melakukan upaya pencegahan sebesar (73,3%) dan

hanya 3,3% responden yang sikap positif tetapi tidak

melakukan upaya tindakan pencegahan penularan TB

paru. Hal ini menunjukan bahwa faktor sikap yang

positif terhadap perawatan dan pengobatan TB paru

sangat mempengaruhi tindakan upaya pencegahan

penularan TB paru dan nilai Chi Square hitung > Chi

Square tabel dengan p value 0,00 maka dapat

disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara

sikap Pasien tentang perawatan dan pengobatan

penyakit TB dengan upaya pencegahan penularan

penyakit TB Paru

70
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang

yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau

objek (Notoatmojo, 2003). Sikap pasien tuberkulosis

terhadap upaya pencegahan penularan penyakit TB

Paru merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup yang terdiri dari komponen pengetahuan /

kepercayaan pasien (kognitif), perasaan / emosi

(afektif) dan kecenderungan pasien dan bertindak

(konatif) yang akan saling berinteraksi dalam

memahami, merasakan dan berperilaku terhadap

pengobatan. Sehingga jika pasien memiliki sikap

mendukung maka akan berpengaruh pada perilaku

upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru dan

mempunyai kecenderungan untuk berperilaku sesuai

dengan harapan yaitu melakukan upaya pencegahan

penularan penyakit TB Paru

4.2.2.3 Hubungan antara Motivasi dengan Upaya


pencegahan penularan di RSP Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan hasil penelitian dari 30 responden

didapatkan bahwa responden dengan motivasi tinggi

cenderung melakukan upaya pencegahan penularan

penyakit TB paru (76,7%) dan responden dengan

motivasi rendah cenderung tidak melakukan upaya

71
pencegahan penularan (13,3%) dan hanya 2 orang (

6,7% ) responden dengan motivasi tinggi tetapi tidak

melakukan upaya pencegahan penularan penyakit TB

Paru. Dari tabel dapat dilihat bahwa nilai Chi Square

hitung > Chi Square tabel dengan p value 0,00 dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima, maka terdapat hubungan yang bermakna

antara motivasi pasien dengan Upaya pencegahan

penularan Pasien TB Paru yang dirawat di Ruang

Bougenville RSP Provinsi Jawa Barat.

Motivasi memerankan suatu hal yang penting

dalam menentukan tindakan setiap individu (Moekijat,

1994). Dengan demikian manusia mempunyai daya

dalam dirinya sendiri untuk bergerak, melakukan suatu

hal, dalam ini memotivasi untuk melakukan kegiatan

pencegahan penularan penyakit TB Paru. Sehingga

jika pasien memiliki motivasi tinggi maka akan

berpengaruh pada perilaku dalam upayanya

mencegah penularan dan mempunyai kecenderungan

untuk berperilaku sesuai dengan harapan yaitu

melakukan upaya pencegahan penularan TB Paru

72

Anda mungkin juga menyukai