Anda di halaman 1dari 5

Materi Tutor Skenario 1.

SKENARIO 1

Tidak bisa jalan


Skenario

Seorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa neneknya kontrol ke Poli Anak
RS karena tidak bisa jalan. Pasien sudah mendapatkan layanan fisioterapi namun masih
belum ada perkembangan yang signifikan, dan semakin kesulitan jalan.
Pada pemeriksaan fisik oleh dokter poli anak didapatkan kedua tungkai kekuatan
ototnya normal, sensasi pada kulit masih dalam batas normal. Otot-otot ektremitas atas dan
kepala leher masih normal juga, thorak dan abdomen dalam batas normal. Pada
pemeriksaan hip tampak lipatan kulit paha simetris, abduksi hip terbatas pada kedua hip dan
pemeriksaan ortholani tes +. Knee dan ankle dan pedis dalam batas normal.
Pasien adalah satu satunya anak perempuan dari tiga bersaudara, dan tidak ada
riwayat kesulitan untuk dua saudaranya yang lain.

Klarifikasi Istilah

1. Tes Ortolani : suatu manuver uji DDH dengan memasukkan kaput femur ke acetabulum dengan
melakukan abduksi pada kaki bayi (gerakan ke lateral).

Biar gampang lihat videonya dulu ya : Video : https://www.youtube.com/watch?v=imhI6PLtGLc

Positif bila: Ada bunyi klik saat trokhanter mayor ditekan ke dalam dan terasa caput yang
tadi keluar saat tes Barlow masuk ke acetabulum. Sudut abduksi < 60 derajat (suspek DDH).
Normalnya, sudut abduksi = 65 sampai 80 derajat.

Tidak semua orang dapat mendengar bunyi 'klik' pada tes Barlow dan Ortolani sehingga
dibutuhkan seorang ahli ortopedi untuk melakukannya.

DDH =DDH (Developmental Displacement of the Hip)-I DDH juga diistilahkan sebagai Developmental
Displasia of the hip. Dahulu, lebih populer dengan nama CDH (Congenital Dislocation of the Hip) atau
yang dalam bahasa Indonesia adalah Dislokasi Panggul Kongenital. Jadi, DDH merupakan kelainan
kongenital berupa dislokasi pada panggul karena acetabulum dan caput femur tidak berada pada
tempat seharusnya.

Beberapa pemeriksaan fisik lain untuk mengetahui adanya DDH

2. Tes Barlow : suatu manuver yang bertujuan untuk menguji DDH dengan cara mengeluarkan
kaput femur dari acetabulum dengan melakukan adduksi kaki bayi dan ibu jari pemeriksa
diletakkan di lipatan paha.

Positif bila saat mengeluarkan kaput femur, teraba kaputnya oleh ibu jari pemeriksa dan
terdengar bunyi 'klik'.

3. Tanda Galeazzi : Fleksikan femur, dekatkan antara yang kiri dan kanan, lihat apakah lututnya
sama panjang atau tidak. Bila tidak sama panjang hal ini berarti hasil pemeriksaan adalah +.

Gangsar_Damai
4. Tes Tradelenberg: anak disuruh berdiri 1 kaki secara bergantian. Saat berdiri pada kaki yang
DDH (+), akan terlihat :

Otot panggul abduktor (menjauhi garis tubuh). Normalnya, otot panggul akan
mempertahankan posisinya tetap lurus.

Pahami dulu apa itu DDH

Definisi

DDH =DDH (Developmental Displacement of the Hip)-I DDH juga diistilahkan sebagai Developmental
Displasia of the hip. Dahulu, lebih populer dengan nama CDH (Congenital Dislocation of the Hip) atau
yang dalam bahasa Indonesia adalah Dislokasi Panggul Kongenital. Jadi, DDH merupakan kelainan
kongenital berupa dislokasi pada panggul karena acetabulum dan caput femur tidak berada pada
tempat seharusnya.

Anamnesis

1. Riwayat keluarga dengan ddh

2. Riwayat anc dan riwayat persalinan (perempuan, anak pertama dan

posisi sungsang)

3. Riwayat pembedongan paska persalinan

Pemeriksaan fisik

1. Ortholani tes (+)

2. Barlow provocation tes (+)

3. Adanya lipatan kulit yang berlebih pada bagian dalam paha dan

eksternal rotasi dari bagian bawah tubuh

4. Rom terbatas (abduksi pasif dari hip fleksi)

5. Elatisitas ligamen yang berlebih

6. Perbedaan panjang kaki

7. Pada anak usia lebih dr 2 tahun ditemukan gejala pincang, berjalan

Gangsar_Damai
dengan jari2 kaki, gaya berjalan seperti bebek, tanpa galeazzi

Rumusan Masalah :

1. Mengapa Anak tidak bisa/kesulitan berjalan ?

Karena terlepasnya kaput femur dari acetabulum, anak jalanya akan tidak seimbang (kesulitan
berjalan), namun mengapa anak dikatakan tidak bisa berjalan ?, mungkin karena ddh terjadi sejak usia
dini maka dia kesulitan belajar berjalan dan akhirnya sampai usia yang lebih tua pun tidak bisa berjalan

2. Apa hubungan kondisi pasien (DDH) dengan lipatan kulit paha simetris ?

DDH ditandai dengan Adanya lipatan kulit yang berlebih pada bagian dalam paha. Umumnya DD
terjadi unilateral yaitu pada salah satu kaki terutama kaki kiri, sehingga tanda lipatan paha dapat
muncul pada salah satu kaki. Namun DDH juga dapat terjadi secara bilateral atau pada kedua kaki
sehingga terdapat lipatan kulit pada kedua kaki

3. Apa hubungan kondisi pasien (DDH) dengan jenis kelamin perempuan ?

Faktor-faktor lain yang mungkin terkait dengan DDH termasuk posisi intrauterin dan jenis kelamin,
dan beberapa di antaranya saling terkait. Jenis kelamin perempuan, menjadi anak sulung, dan posisi
sungsang semuanya terkait dengan peningkatan prevalensi DDH. Diperkirakan 80% orang dengan
DDH adalah perempuan, [14] dan tingkat posisi sungsang pada anak-anak dengan DDH adalah sekitar
20% (dibandingkan dengan 2-4% pada populasi umum). Prevalensi DDH pada wanita yang lahir dalam
posisi sungsang diperkirakan setinggi 1 kasus pada 15 orang dalam beberapa penelitian.

4. Apa penyebab DDH ?

etiologi displasia pinggul tidak jelas, tetapi kondisi ini tampaknya terkait dengan sejumlah faktor yang
berbeda.

Salah satu faktor tersebut adalah latar belakang ras: Pada penduduk asli Amerika dan Laplander,
prevalensi displasia pinggul jauh lebih tinggi (hampir 25-50 kasus per 1000 orang) daripada ras lain,
dan prevalensinya sangat rendah di Cina selatan dan populasi kulit hitam. Disposisi genetik yang
mendasari juga tampaknya ada, dalam frekuensi dysplasia pinggul adalah 10 kali lebih tinggi pada
anak-anak yang orang tuanya menderita DDH daripada mereka yang orang tuanya tidak.

Gangguan muskuloskeletal lainnya dari malposisi atau crowding intrauterin, seperti metatarsus
adductus dan torticollis, telah dilaporkan berhubungan dengan DDH.

Oligohidramnion juga dilaporkan dikaitkan dengan peningkatan prevalensi DDH.

Pinggul kiri lebih sering dikaitkan dengan DDH daripada panggul kanan, mungkin karena posisi
intrauterin umum dari pinggul kiri terhadap sakrum ibu, yang memaksanya ke posisi adduksi.

Anak-anak dalam budaya di mana ibu membungkus bayi (pembedongan), memaksa pinggul bayi untuk
di adduksi, juga memiliki tingkat displasia pinggul yang lebih tinggi.

Gangsar_Damai
Hip dysplasia dapat dikaitkan dengan kelainan neuromuskuler yang mendasarinya, seperti cerebral
palsy, myelomeningocele, arthrogryposis, dan sindrom Larsen, meskipun kasus seperti itu biasanya
tidak dianggap sebagai DDH.

Faktor resiko :

Genetik kelemahan ligamen

Lingkungan

o Intrauterin

Desakan : kembar, oligohidramnion

Desakan dapat mengakibatkan caput femur

janin yang masih belum terfiksasi dengan baik

lepas dari acetabulum.

Hormon : Relaksin

Relaksin merupakan hormon yang muncul saat

partus untuk melemaskan tulang panggul

o Partus

Kesalahan dalam penolongan partus

Bayi dengan interpretasi bokong

o Pasca partus

Kebiasaan membedung

5. Bagaimana Tatalaksana DDH ?

- 1-6 bulan menggunakan spica cast

Apa itu Spica Cast?

Gips ini digunakan untuk menjaga tulang paha dan panggul agar tetap bisa sembuh. Gips Ini menahan
tulang sendi pinggul di posisi yang tepat. Gips menutupi kedua kaki (mungkin satu hanya sebagian),
pinggang dan bagian perut. Biasanya akan digunakan selama 6 minggu hingga 3 bulan.

Gips spica paling sering digunakan untuk bayi dengan perkembangan pinggul displasia (DDH) dan
untuk anak kecil dengan kaki patah atau yang telah menjalani operasi pinggul atau panggul.

Gangsar_Damai
- 1-2 tahun dengan menggunakan orthosis pavlik harness selama 1-2 bulan

Gangsar_Damai

Anda mungkin juga menyukai