Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS

Oleh
Ridhotullah Istaz Maulana S.
172010101068

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Refleks adalah jawaban terhadap suatu perangsangan. Gerakan yang
timbul namanya gerakan reflektorik. Semua gerakan reflektorik merupakan
gerakan yang bangkit untuk penyesuaian diri, baik untuk menjamin
ketangkasan gerakan volunter, maupun untuk membela diri. Secara garis besar
refleks di bagi menjadi dua, yaitu refleks monosynaptic refleks dan
polysynaptic refleks. Stretch refleks atau refleks regang merupakan satu-
satunya jenis monosynaptic refleks yang ada di dalam tubuh, dan merupakan
manifestasi paling sederhana dari fungsi kumparan otot. Ketika otot
diregangkan secara tiba-tiba, eksitasi yang timbul pada kumparan
menyebabkan refleks kontraksi serabut otot rangka yang besar dari otot yang
teregang dan otot-otot sinergisnya.
Refleks sangat penting untuk pemeriksaan keadaan fisik secara umum
fungsi nervus, dan koordinasi tubuh, dari refleks atau respon yang diberikan
oleh anggota tubuh ketika sesuatu mengenalnya dapat diketahui normal
tidaknya fungsi dalam tubuh.
Lalu pada refleks neurologik bergantung pada suatu lengkungan
(lengkung refleks) yang terdiri atas jalur aferen yang dicetus oleh reseptor dan
sistem eferen yang mengaktifasi organ efektor, serta hubungan antara kedua
komponen ini. Bila lengkung ini rusak maka refleks akan hilang. Selain
lengkungan tadi didapatkan pula hubungan dengan pusat-pusat yang lebih
tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi refleks tersebut. Bila hubungan
dengan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi
refleks tersebut. Bila hubungan dengan pusat yang lebih tinggi ini terputus,
misalnya karena kerusakan pada sistem piramidal, hal ini akan mengakibatkan
refleks meninggi. Bila dibandingkan dengan pemeriksaan-pemeriksaan
lainnya, misalnya pemeriksaan sensibilitas, maka pemeriksaan refleks kurang
bergantung kepada kooperasi pasien. Ia dapat dilakukan pada orang yang
kesadarannya menurun, bayi, anak, orang yang rendah inteligensinya dan
orang yang gelisah. Dalam sehari-hari kita biasanya memeriksa 2 macam
refleks fisiologis yaitu reflex dalam dan releks superfisial :
1) Refleks dalam (refleks regang otot)
Refleks dalam timbul oleh regangan otot yang disebabkan oleh
rangsangan, dan sebagai jawabannya maka otot berkontraksi. Refleks
dalam juga dinamai refleks regang otot (muscle stretch reflex). Nama
lain bagi refleks dalam ini ialah refleks tendon, refleks
periosteal,reflex miotatik dan refleks fisiologis.
2) Refleks superfisialis
Refleks ini timbul karena terangsangnya kulit atau mukosa yang
mengakibatkan berkontraksinya otot yang ada di bawahnya atau di
sekitarnya. Jadi bukan karena teregangnya otot seperti pada refleks
dalam. Salah satu contohnya adalah refleks dinding perut
superfisialis (refleks abdominal).

B. Tujuan
Untuk mengetahui mengetahui cara pemeriksaan refleks,baik
refleks fisiologis maupun refleks patologis.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu


a) Tempat : Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Jember
b) Waktu : Selasa, 24 Juli 2018 pukul 13.30 – 14.30

B. Alat dan Bahan


a. Alat : Hammer refleks dan kursi tinggi
b. Bahan : Anggota kelompok yang menjadi probandus

C. Langkah Kerja
 Pemeriksaan Refleks Biseps
1. Meminta anggota kelompok selaku probandus berbaring
terlentang dengan santai
2. Fleksikan lengan bawah anggota pada bagian sendi siku
3. Letakkanlah tangan anggota di daerah perut bagian umbilikus
4. Letakkanlah ibu jari pemeriksaan pada tendon biseps anggota
lalu ketuklah tendon tersebut menggunakan palu
 Pemeriksaan Refleks Triseps
1. Meminta anggota kelompok selaku probandus berbaring
terlentang dengan santai
2. Fleksikan lengan bawah klien di sendi siku dan tangan sedikit
dipronasikan
3. Letakkanlah tangan anggota di daerah perut di atas umbilikus
4. Ketuklah tendo otot triseps pada fosa olekrani
 Pemeriksaan Rekleks Brakhioradialis
1. Meminta anggota kelompok selaku probandus berbaring
terlentang dengan santai
2. Posisikan lengan bawah klien dalam posisi setengah fleksi
dan tangan sedikit dipronasikan
3. Mintalah ke anggota untuk merelaksasikan lengan bawahnya
sepenuhnya
4. Ketuklah pada processus styloideus

 Pemeriksaan Refleks Patella


1. Mintalah anggota kelompok selaku probandus berbaring
telentang dengan santai
2. Letakkan tangan pemeriksan di belakang lutut
3. Fleksikan tungkai klien pada sendi lutut
4. Ketuklah pada tendon muskulus kuadriseps femoris di bawah
patella
 Pemeriksaan Refleks Achilles
1. Mintalah anggota kelompok selaku probandus berbaring
telentang dengan santai
2. Fleksikan tungkai bawah sedikit, kemudian pegang kaki pada
ujungnya untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada
kaki
3. Ketuklah pada tendon Achilles
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Setelah melakukan percobaan,saya mendapatkan hasil sebagai berikut :
NO Nama Probandus Biseps Triseps Brakhioradialis Patella Achilles

1 Fegidio + + + + +

2 Arif Hadi ++ ++ + ++ ++

3 Brillian ++ + + ++ +

Keterangan :
+ : Jawaban normal
++ : Jawaban Berlebih,refleks meningkat

B. Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil percobaan pada pemeriksaan refleks biseps,
triseps , barchioradialis , patella dan achilles semua anggota memberikan hasil
yang positif terhadap pukulan hammer refleks (rangsangan). Namun terdapat
perbedaan tingkat kepekaan pada ke lima pemeriksaan refleks dengan Arif
yang memiliki tingkat kepekaan lebih tinggi daripada yang lain. Tingkat
kepekaan tersebut dipengaruhi oleh derajat fasilitasi pusat-pusat yang
terletak di medulla spinalis dan akibat hilangnya masukan eksitatorik dari
pusat yang lebih tinggi (tingkat kepekaan menurun atau bahkan menghilang)
atau akibat hilangnya masukan inhibitor neuron motorik dari pusat-pusat yang
lebih tinggi di otak.
Serta dalam percobaan ini juga terdapat kesalahan –kesalahan yang
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dari praktikum ini. Antara lain
kesalahan pemeriksa yakni kurang rileks dalam memukulkan hammer refleks,
kondisi pasien yang kurang rileks,terjadi kesalahan mekanik pada sarana
praktikum(hammer refleks),dan ketidak telitian dalam pemeriksaan pada saat
pencarian tendon di bagian biseps,triseps,brakhioradialis,patella dan achilles
atau pemukulan di lakukan dengan hammer refleks tidak pada tempatnya.Jadi
pemeriksaan ini sangat berguna dan penting dalam pemeriksaan klinis
seseorang.

Kesimpulan
Pada pemeriksaan refleks seseorang dinyatakan bahwa antara orang
satu dengan yang lain memiliki hasil yang berbeda dari segi kepekaannya
walaupun sebenarnya dari hasil tampak mendapatkan hasil yang normal.
Perbedaan ini dikarenakan ditemukan adanya penurunan pada kepekaan saraf
yang terdapat pada medula spinalis dan karena ketidak telitian dalam
pemeriksaan,maka dari itu untuk menjadikan pemeriksaan refleks pada
pemeriksaan klinis haruslah di lakukan dengan teliti agar mendapatkan hasil
yang sesuai.

Daftar Pustaka
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC. 74,76, 80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340.
Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta :
EGC. h. 708-710.
Soal dan Pembahasan
1. Apa pengertian gerak refleks dan jelaskan ?
Refleks adalah suatu bentuk respon segera yang bersifat involunter dan
tidak di rencanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus, baik motorik
maupun sekretorik terhadap impuls dari saraf sensorik aferen. Refleks
merupakan suatu jalur yang sederhana, dimana stimulus akan di sampaikan ke
medula spilanis. Dari medula spinalis sinyal akan di sampaikan baik ke otak
maupun ke saraf eferen sebagai pemegang kendali terhadap otot-otot yang
berpengaruh oleh stimulus.

Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang
sederhana yang dibentuk oleh sekuen neuron sensor, interneuron, dan
neuron motor, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu.
Gerak refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel saraf
yaitu neuron sensor dan neuron motor. Gerak refleks terjadi apabila
rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung disampaikan oleh neuron
perantara (neuron penghubung). Gerak refleks ini bersifat tidak disadari.
Impuls dari gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara
otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak

2. Mengapa dilakukan refleks pada tempat seperti pada bisep,


trisep dan archiles? Dan bisakaah di tempat lain?
Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh
diregangkan akan timbul kontraksi. Respon ini disebut refleks
regang. Rangsangannya adalah regangan pada otot, dan responnya
berupa kontraksi otot yang diregangkan. Reseptornya adalah
kumparan otot (muscel spindle). Yang termasuk muscle spindle
reflex (stretcj reflex) yaitu Knee Pess Reflex (KPR), Achilles Pess
Reflex (APR), Refleks Biseps, Refleks Triceps, dan Withdrawl
refleks.Pada Knee Pess Reflex (KPR), tendo patella diketuk dengan
palu dan respon yang terjadi berupa ekstensi tungkai disertai
kontraksi otot kuadriseps. Pada Achilles Pess Refleks (APR), tungkai
difleksikan pada sendi lutu dan kaki didorsofleksikan. Respon yang
terjadi ketika tendo Achilles diketuk berupa fleksi dari kaki dan
kontraksi otot gastroknemius. Ketika dilakukan ketukan pada tendo
otot biseps terjadi respon berupa fleksi lengan pada siku dan
supinasi. Sedangkan jika tendo otot triseps diketuk, maka respon
yang terjadi berupa ekstensi lengan dan supinasi.
Untuk mengetahui fungsi nervus, dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan, misalnya untuk memeriksa nervus IX (nervus
glossopharingeus) dapat dilihat pada saat spatula dimasukkan ke
dalam mulut, maka akan timbul refleks muntah, sedangkan nervus
XII dapat dilakukan pemeriksaan pada lidah, dan beberapa nervus
dapat diperiksa dengan malihat gerakan bola mata. Nervus penggerak
mata antara nervus IV, abduscens, dan oculomotoris. Nervus XI
(nervus accesoris) dapat diuji dengan menekan pundak orang coba,
jika ada refleks pertahanan, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi
normal.
Respon motorik kasar melibatkan seluruh koordinasi sistem
saraf. Respon ini dapat dilihat saat orang diminta menunjuk anggota
secara bergantian. Orang normal akan menunjuk dengan tepat,
sebaliknya orang yang koordinasi sistem sarafnya tidak normal maka
dia tidak akan menunjuk dengan tepat.
Refleks bisa dilakukan ditempat lain, yaitu pada tendon
patella, dan juga bisa di lakukan pada pupil mata untuk mengetahui
refleks cahaya.
3. Beri gambar dan jelaskan lengkung refleks ?
Alur sistem refleks dimulai dari rangsangan yang diterima
suatu reseptor sampai terjadinya respon yang dilakukan oleh efektor.
Suatu sistem alur tersebut dinamakan dengan lengkung refleks atau
reflex arc, yang dilukiskan pada Gambar

Gambar 2.1. Contoh lengkung refleks pada refleks regang (Guyton,


2007) Lengkung refleks ini terdiri dari alat indra, serat saraf aferen,
satu atau lebih sinaps yang terdapat di susunan saraf pusat atau di
ganglion simpatis, serat saraf eferen, dan efektor

Adapun kegiatan dalam lengkung refleks ini dimulai pada


reseptor sensorik, sebagai potensial reseptor yang besarnya sebanding
dengan kuat rangsang. Potensial reseptor ini akan membangkitkan
potensial aksi yang bersifat gagal atau tuntas pada saraf aferen.
Frekuensi potensial aksi yang terbentuk akan sebanding dengan
besarnya potensial generator. Pada sistem saraf pusat (SSP), terjadi
lagi respon yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang yang
berupa potensial eksitasi pascasinaps (Excitatory Postsynaptic
Potential=EPSP) dan potensial inhibisi postsinaps (Inhibitory
Postsynaptic Potential=IPSP) dihubungan-hubungan saraf (sinaps).
Respon yang timbul di serat eferen juga berupa repon yang bersifat
gagal atau tuntas. Bila potensial aksi ini sampai ke efektor, maka akan
terjadi lagi respon yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang.
Bila efektornya berupa otot polos, maka akan terjadi sumasi respon
sehingga dapat mencetuskan potensial aksi di otot polos. Akan tetapi,
di efektor yang berupa otot rangka, respon bertahap tersebut selalu
cukup besar untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu
menghasilkan kontraksi otot. Perlu ditekankan bahwa hubungan antara
neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di sistem saraf pusat, dan
kegiatan di dalam lengkung refleks ini dapat dimodifikasi oleh
berbagai masukan dari neuron lain yang juga bersinap pada neuron
eferen tersebut (Sherwood, 2012).

Refleks dapat terjadi secara monosinaps, disinaps, maupun


polisinaps. Apabila saraf sensorik (SN) langsung berhubungan dengan
saraf motorik (MN), maka dikatakan refleks monosinaps. Monosinaps
berarti ”satu sinapsis”; dengan demikian hanya terdapat satu hubungan
dalam spinal cord, yakni antara SN dengan MN, pada refleks
monosinaps. Contohnya adalah pada knee-jerk reflex, di mana SN
pada muscle spindle m. quadriceps femoris terhubung langsung
dengan MN pada serabut otot m. quadriceps femoris, mengakibatkan
kontraksi otot tersebut. Sedangkan disinaps menandakan adanya
penghubung interneuron (I) antara SN dan MN di dalam spinal cord,
sehingga ada dua sinapsis yang terjadi dalam busur refleks disinaps.
Disinaps dapat terjadi sebagai pelengkap dari monosinaps. Suatu
pergerakan selalu berkaitan dengan kontraksi dan relaksasi dua otot
yang bekerja berlawanan. Knee-jerk refleks melibatkan kontraksi m.
quadriceps femoris dan relaksasi otot Hamstring.
4. Bandingkan reflek pada UMN dan LMN dan jelaskan !
Upper motor neuron (UMN) adalah neuron-neuron motorik yang
berasal dari korteks serebri atau batang otak yang seluruhnya dengan serat
saraf-sarafnya yang ada di sistem saraf pusat. Lower motor neuron (LMN)
adalah neuron-neuron motorik yang berasal dari sistem saraf pusat tetapi serat-
seratnya keluar dari sistem saraf pusat dan membentuk sitem saraf tepi dan
berakhir di otot rangka.. .
UMN berasal dari kortek serebri dan menjulur ke bawah, satu
bagian (traktus kortikobulbaris) berakhir pada batang otak sedangkan
bagian lainnya (traktus kortikospinalis) menyilang bagian bawah
modula oblongata dan terus turun ke dalam medulla spinalis. Nuklei
nervus kranialis merupakan ujung akhir traktus kortikobulbaris.
Traktus kortikospinalis berakhir di daerah kornu anterior medulla
spinalis servikal sampai sacral. Serabut-serabut spinalis yang melalui
piramide modula oblongata membentuk traktus piramidalis. Serabut-
serabut saraf dalam traktus kortikospinalis merupakan penyalur
gerakan voluntary, terutama gerakan halus, disadari, dan mempunyai
ciri tersendiri.
LMN mencakup sel-sel motorik nuclei nervus kranialis dan
aksonnya serta sel-sel kornu anterior medulla spinalis dan aksonnya.
Serabut-serabut motorik keluar melalui radiks anterior atau motorik
medulla spinalis, dan mempersarafi otot-otot.
Lesi pada UMN dan LMN menyebabkan perubahan-
perubahan khas pada respon otot. Pengetahuan mengenai perbedaan
kelemahan otot akan mempermudah menentukan letak lesi neurologis
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai