Oleh:
KELOMPOK 1
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Wiwin Dwiyani Puhi
Dr. Muhammad Yunus Amran, Ph.D, Sp.S dr. Wiwin Dwiyanti Puhi
A. Pengertian Refleks Fisiologis
Hal ini dilakukan oleh suatu sistem yang disebut lengkung refleks yang
terdiri atas organ reseptor, neuron aferen, neuron eferen dan organ reseptor.
Keempat unsure inilah yang akan menentukan perubahan kualitas maupun
kuantitas suatu refleks, jika satu jalur terganggu maka akan berpengaruh satu
sama lain.1
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar namun gerak yang terjadi tanpa
disadari disebut gerak refleks. Gerak refleks adalah gerak yang di hasilkan oleh jalur
saraf yang paling sederhana yang hanya memerlukan 2 tipe saraf yaitu neuron
sensorik dan neuron motorik.Pada gerak refleks impuls akan melalui jalan pendek
yaitu dimulai dengan reseptor penerima rangsang yang nantiakan di teruskan oleh
saraf sensorik ke pusat saraf dan diterima oleh saraf penghubung tanpa di olah dalam
otak dan langsung mengirim tanggapan ke saraf motoriksebagai perintah yang harus
di laksanakan oleh efektor.Jalan pintas ini disebut dengan lengkung refleks .1
Gambar 1. Lengkung Refleks (Mirawati, Diah, et.al. 2010)
Alur sistem refleks di mulai dari stimulus yang di terima suatu reseptor sampai
terjadinya respon yang akan di laksanakan oleh efektor. Aktivitas di lengkung refleks
berawal dari reseptor yang akan membentuk potensial aksi,potensial yang memiliki
besar yang sebanding dengan kuat rangsang menuju ke jalur aferen. Potensial reseptor
inilah nanti yang akan membangkitkan potensial aksi yang bersifat gagal atau tuntas
disaraf aferen.Di sistem saraf pusat apabila potensial aksi mencapai efektor maka
akan terjadi respons yang bertahap berupa potensial pascasinaps eksitatorik dan
potensial pasca sianaps inhibitorik.Di efektor yang berupa otot polos, otot rangka,otot
jantung yang responnya akan bergabung untuk kemudian mencetuskan potensial aksi
di otot polos. Tetapi bila efektornya berupa otot rangka, maka respons bertahap akan
lebih besar untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu menimbulkan kontraksi
otot. 3,8
a. Lengkung Refleks
Suatu refleks neurologi bergantung pada suatu lengkung refleks yang memiliki lima
komponen dasar yaitu reseptor,jalur aferen,pusat integrasi,jalur eferen,dan juga
efektor.Sistem eferen yang mengaktifasi organ efektor sedangkan jalur aferen yang
dicetus oleh reseptor.refleks akan hilang jika lengkung refleks tersebut mengalami
kerusakan. Kadang didapatkan hubungan antara pusat lebih tinggi yang berada di otak
dan tugasnya yaitu memodifikasi refleks tersebut, selain lengkung refleks.Bila
hubungan dengan pusat yang lebih tinggi ini mengalami kerusakan pada sistem
piramidal,maka hal ini yang nanti akan mengakibatkan terjadinya peningkatan
refleks.2
Refleks fisiologi yang biasanya kita periksa yanitu refleks dalam atau refleks
strech reflex dan refleks superfisial. 2
c. Refleks Superfisialis
Rangsangan kulit atau mukosa yang menyebabkan kontraksi yang ada di
sekitarnya itu menimbulkan refleks superfisialis.Oleh karena itu terjadinya refleks
superfisialis bukan disebabkan oleh teregangnya otot. Contohnya refleks dinding
perut superfisialis.2
Refleks dalam disebut juga refleks tendon dan refleks periosteum. Hal ini disebabkan
karena gerakan refleks yang muncul terjadi akibat pengetukan pada tendon,
ligamentum, atau periosteum. Dalam menentukan hasil pemeriksaan, intensitas
pemeriksaan serta pemeriksaan secara simetris memberikan informasi yang penting.
Selain kedua hal tersebut, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu9 :
Tehnik pengetukan
Gagang palu refleks dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk, upayakan agar
palu refleks dapat diayun secara bebas. Pengetukan dilakukan dengan cara
menjatuhkan kepala palu secara terarah ke tendon atau periosteum. Gerakan
mengetuk ini berpusat pada pergelangan tangan. Gerakan mengetuk dilakukan
secara luwes, terutama ketika menjatuhkan kepala palu refleks ke tendon atau
periosteum.9
Sikap anggota gerak yang simentrik
Ketika pemeriksaan refleks dilakukan, tendon atau periosteum anggota gerak
yang akan diperiksa harus dalam keadaan tidak tegang. Selain itu, simetri
anggota gerak sepadan harus dijamin. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan menyangga kedua tungkai dengan menggunakan guling ketika
pemeriksaan KPR dilakukan. Hal untuk mencegah posisi kedua lutut tidak
simetris dan pembangkitan reflkes yang tidak dapat dipercaya.9
Pengetukan yang tepat pada tendon
Ketika mengetuk, kita harus memastikan bahwa memang benar yang dikteuk
adalah tendon. Untuk menjamin hal ini, kita dapat melakukan pengetukan
secara tidak langsung atau metode perkus indirek dimana yang diketuk oleh
palu adalah jari kita yang berfungsi sebagai landasan. Terutama pada tendon
yang tidak beralaskanbangunan yang kurang keras.9
Pengetukan dengan intensitas yang berbeda-beda
Untuk melakukan penilaian secara banding antara refleks tendon yang
sepadan, dapat dilakukan dengan pengetukan yang dilakukan berkali-kali
dengan intensitas berbeda-beda. Respon yang dihasilkan oleh pengetukan
dengan intensitas rendah atau tinggi selalu sebanding apabila setiap
perbandingan dihasilkan oleh stimulus yang sama9
Penilaian derajat refleks tendon/periosteum
Derajat respon bergantung pada kecepatan munculnya gerakan refleks,
amplitudo, dan lamanya kontraksi berlangsung. Derajat hasil penilaian dapat
dibagi sebagai berikut :
a. 0 jika tidak terdapat gerakan reflektorik apapun
b. + jika ada gerakan reflektorik yang lemah
c. ++ jika ada gerakan reflektorik yang cukup cepat, ampitudo cukup dan
berlangsung lama. Derajat ini sering dijumpai pada orang yang sehat
d. +++ jika gerakan reflektorik melebihi respon umum tapi tidak selalu
bersifat patologik
e. ++++ jika gerakan reflektorik yang jelas meningkat dan patologik
Pada derajat ++ atau +++ sesisi dapat dinilai patologik jika pada sisi lain
terdapat refleks sepadan yang lebih rendah.9
Refleks tendon dan periosteum yang dibangkitkan dalam pemeriksaan klinis yaitu:
1. Refleks brakhioradialis
Lengkung refleks melalui nervus radialis yang pusatnya terletak pada C5-C6.
Posisikan lengan bawah dengan sedikit fleksi serta dipronasikan.Lalu, ketuk pada
prosesus stiloideus radius. Refleks dianggap positif jika lengan bawah
mengalami fleksi dan supinasi.
5. Refleks bisep
Posisikan lengan dalam keadaan semifleksi sambil menempatkan jari di atas
tendon otot bicep sebagai bantalan.Ketuk jari dengan palu refleks sehingga
muncul gerakan fleksi pada lengan bawah
Gambar 5. Refleks bisep (Lumbantobing,SM.2011)
6. Refleks trisep
Pemeriksa memegang lengan pasien pada posisi fleksi setengah (semifleksi),
kemudian mengetuk tendon insersi muskulus triseps yang berada sedikit
diatas olekranon. Sebagai jawaban, lengan bawah akan mengalami ekstensi.
Refleks superfisial
1. Refleks kornea
Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan sepotong kapas yang ujungnya
dibuat runcing.Pasien diminta melirik ke arah berlawanan sehingga tidak
melihat arah datangnya kapas. Kemudian kapas disentuhkan pada limbus
kornea. Hal ini akanmengakibatkan mata terpejam.
E. Aplikasi Klinis
Refleks superfisialis dinding perut sering negatif pada wanita normal yang
banyak anak (sering hamil), demikian juga pada orang gemuk dan orang lanjut usia,
juga pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun. Pada orang muda yang otot-otot
dinding perutnya berkembang baik, bila refleks ini negatif, hal ini mempunyai nilai
patologis. Bila refleks dinding perut superfisisalis negatif disertai refleks dinding
dalam perut meninggi hal ini menunjukkan lesi traktus piramidalis ditempat yang
lebih diatas dat Th6. Refleks dinding perut superfisialis biasanya cepat lelah dan akan
menghilang setelah beberapa kali dilakukan.