Anda di halaman 1dari 12

Blog Indo BBS

Sebuah Blog

makalah tentang Reflek Fisiologis Dan


Refleks Patologis
Diposting oleh okmi pada 17:27, 19-Mar-15

BAB I

PENDAHULUAN

 
1.1    Latar Belakang
 

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang terjadi tanpa
disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor,
ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh
otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh
efektor. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa
dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya
berkedip, bersin, atau batuk.

Jalur – jalur saraf saraf yang berperan dalam pelaksanaan aktivitas refleks dikenal sebagai
lengkung refleks. Refleks sangat penting untuk pemeriksaan keadaan fisis secara umum, fungsi
nervus, dan koordinasi tubuh. Dari refleks atau respon yang diberikan oleh anggota tubuh ketika
sesuatu mengenainya dapat diketahui normal tidaknya fungsi dalam tubuh. Oleh karena itu,
pelaksanaan praktikum ini sangat penting agar diketahui bagaimana cara memeriksa refleks
fisiologis yang ada pada manusia.
 
1.2   Rumusan Masalah

Pada penulisan makalah tentang Refleks Fisiologis dan Refleks Patologis ini dapat kita
tarik rumusan masalah yaitu :

1.      Apa Itu Reflek Fisiologis Dan Refleks Patologis ?

2.      Bagaimana Cara Mengetahui Terjadi Nya Refleks Fisiologis Dan Refleks Patologis ?

3.      Bagaimana Cara Pemeriksaan Refleks Fisiologis Dan Refleks Patologis ?

 
1.3   Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah tentang Refleks Fisiologis dan Refleks Patologis ini yaitu :

1.      Agar Kita Mengetahui Apa Itu Reflek Fisiologis Dan Refleks Patologis.

2.      Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Mengetahui Terjadi Nya Refleks Fisiologis Dan Refleks
Patologis.

3.      Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Pemeriksaan Refleks Fisiologis Dan Refleks Patologis.

BAB II

KONSEP TEORI

2.1  Pengertian Refleks

Refleks adalah respon yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar. Ada dua jenis
refleks, yaitu refleks sederhana atau refleks dasar, yaitu refleks built-in yang tidak perlu
dipelajari, misalnya mengedipkan mata jika ada benda asing yang masuk; dan refleks didapat
atau refleks terkondisi, yang terjadi ketika belajar dan berlatih, misalnya seorang pianis yang
menekan tuts tertentu sewaktu melihat suatu di kertas partitur.

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa
dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya
berkedip, bersin, atau batuk. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas,
yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat
saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim
tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini
disebut lengkung refleks.

Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada
di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks
sumsum tulang belakang bila sel saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang
misalnya refleks pada lutut. Unit dasar setiap kegiatan reflex terpadu adalah lengkung reflex.
Lengkung reflex ini terdiri dari alat indra, serat saraf aferen, satu atau lebih sinaps yang terdapat
di susunan saraf pusat atau di ganglion simpatis, serat saraf eferen, dan efektor. Pada mamalia,
hubungan (sinaps) antara neuron somatil aferen dan eferen biasanya terdapat di otak atau
medulla spinalis. Serat neuron aferen masuk susunan saraf pusat melalui radiks dorsalis medulla
spinalis atau melalui nervus kranialis, sedangkan badan selnya akan terdapat di ganglion-
ganglion homolog nervi kranialis atau melalui nervus cranial yang sesuai. Kenyataan radiks
dorsalis medulla spinalis bersifat sensorik dan radiks ventralis bersifat motorik dikenal sebagai
hokum Bell-Magendie.

 
2.2 Pemeriksaan reflek

Reflek motorik merupakan kontraksi yang tidak disadari dari respon otot atau kelompok
otot yang meregang tiba-tiba dekat daerah otot yang di ransang. Tendon terpengaruh langsung
dengan palu reflek atau secara tidak langsung melalui benturan pada ibu jari penguji yang
ditempatkan rekat pada tendon. Uji reflek ini memungkinkan orang yang menguji dapat
mengkaji lengkung reflek yang tidak disadari, yang bergantung pada adanya reseptor bagian
aferen, sinap spinal, serabut eferen motorik dan adanya beberapa pengaruh perubahan yang
bervariasi pada tingkat yang lebih tinggi. Biasanya reflek yang dapat diuji mencakup reflek
bideps, brakhioradialis triseps, patela, dan pergelangan kaki (atau Achiles).

2.3  Tehnik reflek

Palu reflek digunakan untuk menimbalkan reflek tendon profunda (RTP). Batang palu
dipegang longgar antara ibu jari dan jari telunjuk, yang memberikan getaran. Gerakan
pergerakan tangan sama seperti pada saat digunakan selama perkusi. Ekstremitas diposisikan
sehingga tendon sedikit meregang. Hal ini membutuhkan pengetahuan tentang lokasi otot, dan
tendong yang melengkapinya. Tendon yang bergerak cepat yang berhubungan dengan reflek
dibandingkan dengam sisi yang berlawanan.

2.4  Derajat reflek

Hilangnya reflek adalah sangat lah berarti, walaupun sentakanpergelangan kaki (reflek
Achilles) yang tidak ada, terutama pada lansia. Respon reflek sering dikelaskan antara 0 sampai
4.
 

4+-hiperaktif dengan klonus terus-menerus

3+-hiperaktif

2+-normal

1+-hipoaktif

0+-tidak ada reflek

BAB III

PEMBAHASAN

3.1   Refeks Fisologis

Refleks Fisiologis adalah reflex regang otot (muscle stretch reflex) yang muncul sebagai
akibat rangsangan terhadap tendon atau periosteum atau kadang - kadang terhadap tulang, sendi,
fasia atau aponeurosis. Refleks yang muncul pada orang normal disebut sebagai refleks
fisiologis. Kerusakan pada sistem syaraf dapat menimbulkan refleks yang seharusnya tidak
terjadi atau refleks patologis. Keadaan inilah yang dapat dimanfaatkan praktisi agar dapat
mengetahui ada atau tidaknya kelainan sistem syaraf dari refleks.
Pemeriksaan reflek fisiologis merupakan satu kesatuan dengan pemeriksaan neurologi
lainnya, dan terutama dilakukan pada kasus-kasus mudah lelah, sulit berjalan,
kelemahan/kelumpuhan, kesemutan, nyeri otot anggota gerak, gangguan trofi otot anggota gerak,
nyeri punggung/pinggang gangguan fungsi otonom. Interpretasi pemeriksaan refleks fisiologis
tidak hanya menentukan ada/tidaknya tapi juga tingkatannya.

A.    Dasar pemeriksaan refleks

1.      Pemeriksaan menggunakan alat refleks hammer


2.      Penderita harus berada dalam posisi rileks dan santai. Bagian tubuh yang akan diperiksa
harus dalam posisi sedemikian rupa sehingga gerakan otot yang nantinya  akan terjadi dapat
muncul secara optimal
3.      Rangsangan harus diberikan secara cepat dan langsung;keras pukulan harus dalam batas
nilai ambang, tidak perlu terlalu keras
4.      Oleh karena sifat reaksi tergantung pada tonus otot, maka otot yang diperiksa harus dalam
keadaan sedikit kontraksi.
 

B.     Jenis Refleks fisiologis

1.      Refleks Biceps (BPR) : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps
brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi
siku.
2.       Refleks Triceps (TPR) : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi
siku dan sedikit pronasi. Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku.
3.      Refleks Periosto Radialis : ketukan pada periosteum ujung distal os symmetric posisi lengan
setengah fleksi dan sedikit pronasi. Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi
karena kontraksi m.brachiradialis.
4.      Refleks Periostoulnaris : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan
setengah fleksi dan antara pronasi supinasi. Respon : pronasi tangan akibat kontraksi
m.pronator quadrates.
5.      Refleks Patela (KPR) : ketukan pada tendon patella dengan hammer. Respon : plantar fleksi
longlegs karena kontraksi m.quadrises femoris.
6.      Refleks Achilles (APR) : ketukan pada tendon achilles. Respon : plantar fleksi longlegs
karena kontraksi m.gastroenemius.
7.      Refleks Klonus Lutut : pegang dan dorong os patella ke arah distal. Respon : kontraksi
reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung.
8.      Refleks Klonus Kaki : dorsofleksikan longlegs secara maksimal, posisi tungkai fleksi di
sendi lutut. Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung.
9.      Reflek kornea : Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif bila mengedip
(N IV & VII )
10.  Reflek faring : Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi muntahan ( N IX
&X)
11.  Reflek Abdominal : Menggoreskan dinidng perut dari lateral ke umbilicus, hasil negative
pada orang tua, wanita multi para, obesitas, hasil positif bila terdapat reaksi otot.
12.  Reflek Kremaster : Menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila skrotum sisi yang
sama naik / kontriksi ( L 1-2 )
13.  Reflek Anal : Menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter ani ( S 3-4-5 )
14.  Reflek Bulbo Cavernosus : Tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain masukkan kedalam
anus, positif bila kontraksi spincter ani (S3-4 / saraf spinal )
15.  Reflek Moro : Refleks memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan tangan
16.  Reflek Babinski : Goreskan ujung reflak hammer pada lateral telapak kaki mengarah ke jari,
hasil positif pada bayi normal sedangkan pada orang dewasa abnormal ( jari kaki meregang /
aduksi ektensi )
17.  Sucking reflek : Reflek menghisap pada bayi
18.  Grasping reflek : Reflek memegang pada bayi
19.  Rooting reflek : Bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi.

 
 
3.2       Refleks Patologis

Refleks patologis merupakan respon yang tidak umum dijumpai pada individu normal.
Refleks patologis pada ekstemitas bawah lebih konstan, lebih mudah muncul, lebih reliable dan
lebih mempunyai korelasi secara klinis dibandingkan pada ekstremitas atas.

A.    Dasar pemeriksaan refleks


1.      Selain dengan jari - jari tangan untuk pemeriksaan reflex ekstremitas atas,bisa juga dengan
menggunakan reflex hammer.
2.      Pasien harus dalam posisi enak dan santai
3.      Rangsangan harus diberikan dengan cepat dan langsung
 

B.     Jenis Refleks Patologis


  Jenis Refleks Patologis Untuk Ekstremitas Superior adalah sebagai berikut :
 

1.      Refleks Tromner

Cara: pada jari tengah gores pada bagian dalam

      + : bila fleksi empat jari yang lain


2.      Refleks Hoffman
      Cara : pada kuku jari tengah digoreskan
      + : bila fleksi empat jari yang lain

3.      Leri : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengan diluruskan dengan
bagian ventral menghadap ke atas. Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku.

4.      Mayer : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak tangan. Respon : tidak terjadi
oposisi ibu jari.
  Jenis RefleksPatologis Untuk Ekstremitas Inferior adalah sebagai berikut :

1.      Babinski : gores telapak kaki di lateral dari bawah ke atas ==> + bila dorsofleksi ibu jari,
dan abduksi ke lateral empat jari lain

2.      2. Chaddok : gores bagian bawah malleolus medial ==> + sama dengan babinski

3.      Oppenheim : gores dengan dua sendi interfalang jari tengah dan jari telunjung di sepanjang
os tibia/cruris==> + sama dgn babinski

4.      Gordon : pencet/ remas m.gastrocnemeus/ betis dengan keras==> + sama dengan babinski

5.      Schaeffer : pencet/ remas tendo achilles ==> + sama dengan babinski

6.      Gonda : fleksi-kan jari ke 4 secara maksimal, lalu lepas ==> + sama dengan babinski

7.      Bing : tusuk jari kaki ke lima pada metacarpal/ pangkal ==> + sama dengan babinski

8.      Stransky : penekukan (lateral) jari longlegs ke-5. Respon : seperti babinsky.

9.      Rossolimo : pengetukan ada telapak kaki. Respon : fleksi jari-jari longlegs pada sendi
interfalangeal.

10.  Mendel-Beckhterew : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum. Respon : seperti
rossolimo.

 
 

 
 

BAB IV
PENUTUP

            4.1  KESIMPULAN

Refleks adalah suatu respons involunter terhadap sebuah stimulus. Secara sederhana lengkung
refleks terdiri dari organ reseptor, neuron aferen, neuron efektor dan organ efektor. Sebagai
contoh ialah refleks patella. Pada otot terdapat serabut intrafusal sebagai organ reseptor yang
dapat menerima sensor berupa regangan otot, lalu neuron aferen akan berjalan menuju medula
spinalis melalui ganglion posterior medulla spinalis. Akson neuron aferen tersebut akan langsung
bersinaps dengan lower motor neuron untuk meneruskan impuls dan mengkontraksikan otot
melalui serabut ekstrafusal agar tidak terjadi overstretching otot (gambar 1). Namun begitu
lengkung refleks tidak hanya menerima respon peregangan saja, sebagai contoh respon sensorik
kulit (gambar 2), aponeurosis, tulang, fasia, dll. Gerakan reflektorik dapat dilakukan oleh semua
otot seran lintang (Martini, 2006;Snell, 2002).

            4.2   SARAN

Semoga pembaca dapat jadikan ini sebagai ilmu pengetahuan dalam memperdalam
pengertian tentang Refleks. Agar lebih mengerti sebagai seorang mahasiswa keperawatan kita
harus  Melibatkan diri langsung  dalam proses praktikum agar mahasiswa dapat lebih paham.

 
 

DAFTAR PUSTAKA

Sherwood,Lauralee.2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.EGC


Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC
Guyton & Hall.2006.Text Book of Medical Phisiology.Elsevisier Saunders
http://en.wikipedia.org/wiki/Reflex

Anda mungkin juga menyukai