Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan pasien Merupakan penghindaran dan pencegahan dari

kejadian yang tidak di harapkan atau menghindari cedera-cedera yang dapat

terjadi pada pasien dalam proses pelayanan kesehatan. Isu keselamatan pasien

mendapat perhatian serius dari pemerintah seperti yang di tuangkan dalam

undang-undang kesehatan nomor 36 Tahun 2009 dan Undang-Undang Rumah

Sakit nomor 44 Tahun 2009. Rumah Sakit wajib memenuhi hak pasien

memperoleh keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di rumah

sakit.

Keselamatan Pasienmerupakan suatu sistim yang mencegah terjadinya

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) akibat tindakan yang dilakukan atau

bahkan tidak dilakukan oleh tenaga medis maupun non medis. Sistem tersebut

meliputi: assesment risiko, identifikasi pasien dan pengelolaan hal yang

berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan

belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk

meminimalkan timbulnya risiko. (Mawansyah, L M Tony, et al 2017).

World Health Organozatiaon (WHO), 2014 keselamatan pasien

merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang serius.Di eropa di

dapatkan data resiko infeksi 83,5%sementarabuktikesehatamedismenunjukkan

50-72,3%, Rumah sakit di berbagai negara di temukan KTD dengan rentan 3,2-

16,6%.National Patient Safety Agency 2017 melaporkan dalam rentang waktu

1
Januari – Desember 2016 angka kejadian tidak di harapkan di inggris di

laporkan berkisar 10,8% kejadian.

Institute of medicine (IMO) Padatahun 2000 menerbitkan laporan : “To Err is

Human”, Building a Safer Health System. Laporan itu mengemukakan

penelitian di beberapa Rumah Sakit di Utah dan Colorado serta New York

tentang KTD. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD sebanyak 2,9%, dan6,6%

diantaranya menyebabkan kematian, sementara di New York angka KTD

sebesar 3,7% dengan angka kematian mencapai 13,6%. Angka kematian akibat

KTD pada pasien rawat inap di seluruh Amerika berjumlah 33,6 juta per tahun.

Berbagai negara melaporkan angka kejadian keselamatan di rumah sakit pada

setiap tahunnya dengan detail angka pada setiap rumah sakit.

Kejadian keselamatan pasien di Asia khususnya Asia Tenggara tepatnya

menurut Ministry Of Health Malaysia 2013 melaporkan angka insiden

keselamatan pasien dalam rentang waktu Januari – Desember sebanyak 2769

kejadian. (Kartika,ImeldadalamBawellesinolungan, 2019)

Indonesia Pada tahun 2010 terdapat kejadian keselamatan pasien seperti

infeksi nosokomial dengan prevalensi 16% dengan rata-rata 9,8%. Data tentang

KTD di Indonesipada 2016 mencapai 289 laporan Kejadian Nyaris Cedera

(KNC) pada pasien rawat inap, yaitu salah pemberian obat (29,2%), pasien

jatuh (23,4%), batal operasi (14,3%), dan kesalahan identifikasi pasien (11%).

Jenis insiden keselamatan pasien di Indonesia masih sulit diperoleh, namun

tentu saja insiden keselamatan pasien ini dapat terjadi dalam pelayanan

kesehatan di rumah sakit .Sedangkan hasil analisis menunjukan bahwa kejadian

2
medication error terbesar pada pasien ICU Di RSUD Kota Baubau (Hartati,

2014)

Geller dalam Chooper (2000), berpendapat tentang Total Safety Culture

terdapat tiga kelompok faktor yang dapat mempengaruhi budaya keselamatan

pasien, yaitu faktor personal, factor perilaku organisasi, dan factor lingkungan.

Faktor personal tersebut mencakup pengetahuan, sikap, motivasikerja,

kompetensi, dan kepribadian.

Pengetahuan perawat yang akan berdampak pada baik atau buruknya

pelaksanaan keselamatan pasien, hal lain yang juga menjadi penentu dalam

pelaksanaan keselamatan pasien adalah sikap. Sikap merupakan reaksi

evaluatif yang disukai atau tidak disukai terhadap sesuatu atau seseorang,

menunjukkan kepercayaan, perasaan, atau kecenderungan perilaku seseorang

(Mawansyah, L M Tony, et al, 2017). Jika perawat memiliki sikap yang positif

maka akan menuntun perawat untuk melakukan keselamatan pasien begitu pula

sebaliknya. Hal ini akan berdampak pada motivasi perawat.

Mengingat pelaksanaan setiap kegiatan pada fasilitas pelayanan kesehatan

bergantung pada setiap individu dari tenaga kesehatan, maka motivasi menjadi

sesuatu yang penting termaksud dalam pelaksanaan keselamatan pasien.

Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang

melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, yang berlangsung secara sadar

(Mawansyah, L M Tony, et al 2017).

Pengambilan data awal yang di lakukan di Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Baubau pada hari kamis, 20 November. Di peroleh jumlah tenaga perawat

3
yang berada di ruang IGD dan ICU sebanyak 35 orang perawat. Ruang perawat

IGD sebanyak 20 orang perawat dan ruangan ICU sebanyak 20 orang perawat.

Uraian pada paragrap diatas menunjukan pentingnya pengetahuan, sikap

dan motivasi kerja perawat dalam pelaksanaan keselamatan pasien. Jika salah

satu komponen diatas mengarah kepada sesuatu yang negatif atau kurang,

maka akan berdampak pada pelaksanaan keselamatan pasien itu sendiri.

Pengetahuan seorang perawat mengenai pelaksanaan keselamatan pasien akan

menjadi penentu dalam hal benar atau tidaknya tindakan yang dilakukan.

Begitu pula dengan sikap seorang perawat yang akan menentukan

pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan standar–standar

keselamatan pasien atau sebaliknya. Sementara itu, motivasi yang kurang baik

dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, memungkinkan setiap tindakan di

laksanakan dalam keadaan terpaksa oleh perawat.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti ingin melakukan

penelitian mengenai “faktor-faktor yang berhubungaan dengan Pelaksanaan

Keselamatan Pasien di Ruang IGD dan ICU Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Baubau”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat di

rumuskan masalah penelitian yaitu:

1. Bagaimanakah faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan

perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien di Ruang IGD Dan ICU

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau ?

4
2. Bagaimanakah faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap perawat

dengan pelaksanaan keselamatan pasien di Ruang IGD Dan ICU Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Baubau ?

3. Bagaimanakah faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi perawat

dengan pelaksanaan keselamatan pasien di Ruang IGD Dan ICU Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Baubau?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan

keselmatan pasien di Ruang Rawat IGD Dan ICU Sakit Umum Daerah Kota

Baubau.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan perawat dengan

pelaksanaan keselamatan pasien di Ruang IGD Dan ICU Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Baubau.

b. Untuk mengetahui hubungan antara sikap perawat dengan pelaksanaan

keselamatan pasien di Ruang IGD Dan ICU Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Baubau.

c. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi kerja perawat dengan

pelaksanaan keselamatan pasien di Ruang IGD Dan ICU Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Baubau.

5
D. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap setelah melakukan penelitian dapat memperoleh manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pihak Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Baubau sebagai sumber informasi khususnya

tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian sasaran

kesalamatan pasien.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas

wawasan mahasiswa khususnya bagi peneliti pribadi tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan motivasi kerja

perawat dengan pencapaian sasaran kesalamatan pasien.

2. Manfaat teoritis

a. Dapat dijadikan sumber informasi atau bahan bacaan bagi mahasiswa

Universitas Megarezky dalam mengembangkan ilmu pengetahuan

khususnya tentang perawat dengan pencapaian sasaran kesalamatan

pasien.

b. Penelitian ini di harapkan menjadi masukan bagi profesi kesehatan

khususnya keperawatan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan

kesehatan dan dapat dijadikan panduan bagi para peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai