Anda di halaman 1dari 20

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS

VITAL PARU PADA PENAMBANG BELERANG DI KAWAH IJEN


BANYUWANGI TAHUN 2019

Oleh:
Ridhotullah Istaz Maulana Suprapto
172010101068

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia termasuk negara yang memiliki banyak gunung berapi. Salah


satunya terletak di Jawa Timur yaitu Gunung Ijen. Gunung Ijen merupakan
gunung berapi yang memiliki ketinggian 2.386 meter diatas permukaan air laut
dan terletak di Kabupaten Banyuwangi. Walaupun Gunung Ijen merupakan
gunung berapi tetapi banyak para wisatawan yang mengunjungi kawahnya untuk
melihat keindahan alamnya. Dibalik keindahan alamnya, kawah ijen memiliki
sumber daya alam yang melimpah yaitu belerang dan hal tersebut sudah
dimanfaatkan masyarakat sekitar sejak puluhan tahun silam sebagai penambang
belerang.
Belerang atau yang disebut dengan sulfur memiliki warna kuning pucat,
padatan yang rapuh dan tidak larut dalam air. Belerang dapat berikatan dengan
oksigen sehingga membentuk gas belerang oksida. Gas belerang oksida (SO)
berbahaya untuk tubuh karena dapat mengiritasi saluran pernafasan. Sehingga
pekerjaan sebagai penambang belerang di Kawah Ijen merupakan hal yang
berbahaya dan berisiko tinggi terhadap keselamatan jiwa.
Dari beberapa teori diketahui bahwa gangguan fungsi pernafaasan
terutama fungsi paru pada penambang belerang dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yang dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu karakteristik individu,
pekerjaan, dan lingkungan. Karakteristik individu diantaranya adalah umur, jenis
kelamin, kebiasaan merokok dan riwayat penyakit. Faktor pekerjaan diantaranya
masa kerja, durasi kerja, penggunaan alat perlindungan diri yang sesuai, dan dari
faktor lingkungan adalah paparan kadar debu total. Terdapat beberapa penelitian
mengenai kapasitas vital paru pada penambang belerang diantaranya menyatakan
secara signifikan bahwa nilai FVC dan FEF1 lebih rendah dari nilai normalnya.
Berdasar penjelasan di atas, peneliti perlu mengetahui faktor-faktor apa
sajakah yang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru penambang belerang.
Sehingga diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dilakukan tindakan
pencegahan seperti sosialisasi pada penambang belerang terkait faktor-faktor yang
dapat memicu terjadinya gangguan kapasitas vital paru ketika bekerja sehingga
penambang belerang dapat menggunakan alat pelindung diri yang sesuai untuk
menjaga kesehatannya. Dengan demikian penulis bermaksud melakukan
penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru
dengan penambang belerang di Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi.

1.2 Rumusan Masalah

Latar belakang masalah di atas memberikan dasar untuk peneliti merumuskan


masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan kapasitas vital paru pada penambang belerang di Kawah
Ijen Kabupaten Banyuwangi tahun 2019?
2. Bagaimana gambaran kapasitas vital paru penambang belerang di Kawah Ijen
Kabupaten Banyuwangi tahun 2019?
3. Bagaimana gambaran umur, kebiasaan merokok, riwayat penyakit, masa kerja,
dan durasi kerja penambang belerang di Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi
tahun 2019?
4. Apakah ada hubungan antara umur, kebiasaan merokok, riwayat penyakit,
masa kerja, dan durasi kerja dengan kapasitas vital penambang belerang di
Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi tahun 2019?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum


a. Mengetahui hubungan kapasitas vital paru pada penambang belerang di
Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi tahun 2019.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mengetahui gambaran kapasitas vital paru penambang belerang di
Kabupaten Banyuwangi tahun 2019.
b. Mengetahui gambaran umur, kebiasaan merokok, riwayat penyakit, masa
kerja, dan durasi kerja penambang belerang di Kawah Ijen Kabupaten
Banyuwangi tahun 2019.
c. Mengetahui hubungan antara umur, kebiasaan merokok, riwayat penyakit,
masa kerja, dan durasi kerja dengan kapasitas vital paru penambang
belerang di Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penambang Belerang


Manfaat penilitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penambang belerang
mengenai penurunan kapasitas vital paru akibat dari pekerjaan dan kondisi
lingkung kerja yang kurang baik. Sehinnga penambang dapat melakukan upaya
pencegahan dan perlindungan diri dari penyakit pada sistem pernafasan terutama
yang berhubungan dengan menurunya kapasitas fungsi paru.

1.4.2 Bagi peneliti


Manfaat penilitian ini untuk peniliti dapat menambah wawasan serta dijadikan
sebagai bahan referensi bagi peneliti, untuk melakukan penelitian lebih mendalam
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Pernafasan Manusia

2.1.1 Pengertian saluran pernafasan


2.1.2 Fungsi pernafasan
2.1.3 Jalur pernafasan

2.2. Volume dan Kapasitas Vital Paru

2.3. Pengukuran Faal Paru

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Vital Paru pada


Penambang Belerang
2.4.1 Umur
2.4.2 Jenis Kelamin
2.4.3 Kebiasaan Merokok
2.4.4 Riwayat Penyakit
2.4.5 Masa Kerja
2.4.6 Durasi Jam Kerja
2.4.7 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
2.5. Belerang
2.6. Kerangka Teori
2.7. Hipotesis
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penilitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional (potong lintang)
karena penelitian ini melakukan pengamatan variabel independen dan dependen
pada waktu atau periode yang sama.

3.2 Rancangan Penelitian


Berdasarkan kerangka teori, penelitian ini dibuat rancangan penelitian
yang dibatasi hanya pada beberapa faktor. Adapun variabel yang tidak diteliti
adalah menggunakan APD (alat pelindung diri) karena penambang tidak ada
yang menggunakan APD seperti masker krisbow. Jenis kelamin juga
merupakan hal yang tidak diteliti karena seluruh penambang adalah laki-laki
sehingga bersifat homogen.
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi umur, kebiasaan
merokok, riwayat penyakit, masa kerja, durasi kerja dan paparan kadar debu
total. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mengakibatkan gangguan
kapasitas vital paru (KVP) maka variable-variabel tersebut akan dihubungkan
dengan kapasitas vital paru penambang belerang.
Kapasitas vital paru (KVP) mempunyai beberapa faktor risiko yang
dapat mempengaruhi kapasitas vital paru yaitu umur. Volume paru dan
elastisitasnya akan menurun seiring dengan bertambahnya umur karena organ
tubuh manusia pasti akan mengalami degenerasi sehingga jumlah volume dan
elastistas paru pada remaja dan geriatric berbeda. Hal tersebut dibuktikan
dengan turunya kadar oksigen yang beredar dalam tubuh manusia.
Kebiasaan merokok merupakan hal yang dapat mengurangi dari
kapasitas vital paru seseorang karena kandungan dalam rokok. Ribuan zat
kimia yang terdapat pada rokok akan menimbulkan reaksi inflamasi yang
menstimulasi pembentukan mukus dalam saluran pernapasan sehingga merusak
jaringan elastin pada alveolus. Apabila jaringan elastin pada alveoulus
mengalami kerusakan maka bertukarnya oksigen dalam tubuh juga akan
terganggu. Hal tersebut yang mengakibat fungsi kapasitas vital paru seseorang
menurun.
Riwayat penyakit sangat mempengaruhi dari fungsi kapasitas vital paru
karena apabila seseorang mempunyai riwayat penyakit paru maka orang
tersebut mempunyai risiko 2 kali lebih besar untuk mengalami gangguan fungsi
paru. Saluran pernafasan eseorang yang pernah mengalami penyakit paru
biasanya akan mengalami penyempitan bahkan obstruksi. Hal tersebut akan
mengurangi jumlah pertukaran oksigen dalam tubuh. Emfisema, pneumonia,
asma bronkiale dan tuberculosis merupakan beberapa penyakit yang
mengurangi kapasitas vital paru seseorang karena berubahnya saluran
pernafasan.
Bekerja pada lingkungan yang mengandung belerang mempunyai faktor
resiko untuk masuknya debu dari belerang kedalam tubuh. Semakin banyak
debu dari belerang yang masuk maka akan merangsang terjadinya proses
inflamasi pada saluran pernafasan akibat dari system imun dari tubuh kita.
Sehingga masa bekerja penambang belerang sangat mempengaruhi dari fungsi
kapasitas vital parunya. Semakin lama penambang belerang bekerja maka
fungsi kapasitas parunya juag akan menurun.
Durasi kerja merupakan faktor yang harus diperhitungkan karena durasi
kerja per minggu yang melebihi 40 jam serta memiliki paparan debu yang
melebihi nilai ambang batas dapat menurunkan kapasitas paru penambang
belerang. Hal tersebut dapat terjadi dengan akumulasi paparan debu belerang
yang masuk dalam tubuh. Apabila kadar paparan yang rendah dalam waktu
yang lama mungkin tidak akan segera menunjukkan adanya gangguan fungsi
paru.
Umur

Jenis Kelamin

Kebiasaan Merokok

Masa Kerja Kapasitas Vital Paru

Durasi kerja

Riwayat penyakit

Penggunaan APD

Gambar. Rancangan Penilitian

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh penambang belerang yang berada di
Kawah Ijen, Kabupaten Banyuwangi sebanyak 58 Orang.

3.3.2 Sampel Penelitian


Sampel penelitian adalah obyek yang diteliti dan dianggap mewakili suatu
populasi (Notoatmodjo, 2012:115). Sampel yang diambil dari populasi
penambang belerang dengan metode probability sampling dengan simple random
sampling, yaitu pengambilan sample secara acak bahwa setiap anggota atau unit
dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel
(Notoatmojo, 2010). Menurut teori Roscoe (1975), besar sampel minimal yang
diambil adalah 30 orang Sampel harus memenuhi beberapa kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut.
a. Kriteria inklusi:
1. Penambang belerang yang berusia ≥ 18 tahun
2. Sudah menjadi penambang belerang sekurang-kurangnya 1 tahun
3. Bersedia mengikuti penelitian
b. Kriteria eksklusi:
1. Bukan penambang belerang
2. Sudah berhenti menjadi penambang belerang sejak 2008
Dalam perhitungan jumlah sampel dilakukan secara uji beda dua proporsi
dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
N : Jumlah sampel minimal yang diperlukan
P1 : Proporsi kejadian gangguan kapasitas vital paru pada kelompok yang
memiliki riwayat penyakit.
P2 : Proporsi kejadian gangguan kapasitas vital paru pada kelompok yang
tidak memiliki riwayat penyakit.
P : Rata-rata proporsi ((P1+P2)/2))
Z1-α/2 : Derajat kemaknaan α pada dua sisi (two tail) yaitu sebesar 5%=1,96
Z1-β : Kekuatan uji 1-β yaitu sebesar 80%=0,8
Adapun hasil proporsi variabel penelitian sebelumya adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hasil perhitungan sampel di atas, didapatkan bahwa variabel
dengan perhitungan total sampel tertinggi yaitu riwayat penyakit sebesar 38 orang.
Untuk menghindari drop out atau missing jawaban dari responden maka sampel
yang diambil sebanyak 42 orang.

3.4 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian


3.4.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian berlokasi di Kawah Ijen kabupaten Banyuwangi.
3.4.2 Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan selama satu bulan yaitu pada bulan Januari
sampai dengan Februari 2019.
3.5 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Variabel Independen

Kapasitas Vital Hasil pengukuran ventilasi Pengukuran Sprirometer Persen (%) Ratio

Paru paru yang dinilai dengan Menggunakan

menggunakan parameter alat spirometer

KVP ≥ 80% dan tidak normal

jika KVP < 80%.

Variabel Depeden

Umur Usia penambang yang terhitung Pengisian Kuesioner dan Tahun Ratio

sejak tanggal lahir sampai ulang kuesioner oleh pengecekan


tahun terakhir pada saat peneliti dengan KTP.

penelitian. wawancara

Kebiasaan Perilaku penambang melakukan Pengisian Kuesioner 0. Tidak Merokok Ordinal

Merokok kegiatan menghisap rokok. kuesioner oleh 1. Merokok

peneliti dengan

wawancara

Riwayat Kondisi riwayat penyakit Pengisian Kuesioner 0. Tidak Pernah Ordinal

Penyakit pernapasan responden yang kuesioner oleh 1. Pernah

dapat mengganggu atau peneliti dengan

mempengaruhi hasil wawancara

pmeriksaan fungsi paru, seperti

asma, TBC, bronkitis, flu alergi


seperti akibat debu, cuaca

dingin, dan mikroorganisme.

Masa kerja. Lamanya penambang bekerja di Pengisian Kuesioner Tahun Ratio

Kawah Ijen dari mulai bekerja kuesioner oleh

sampai waktu wawancara peneliti dengan

dilakukan dalam hitungan wawancara

tahun.

Durasi Jam Durasi jam kerja Pengisian Kuesioner Jam Ratio

Kerja Per penambang dalam satu minggu kuesioner oleh

Minggu penuh (Senin – Minggu) peneliti dengan

wawancara
3.6 Pengumpulan Data
Data yang daimbil adalah data primer, yang diambil oleh peneliti
sendiri dan dibantu oleh rekan dan laboran Universitas Jember. Data primer
diperoleh langsung dari responden, melalui :
1. Uji Fungsi Paru
Metode yang dilakukan dengan megukur paru-paru penambang
belerang menggunakan alat spirometer Autospiro Minato AS-505. Pengukuran
dilakukan oleh peneliti didampingi laboran di Laboratorium Fisiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Jember.
Adapun cara pengukuran fungsi paru penambang tembakau, sebagai berikut :
a. Menyiapkan alat spirometer, dan harus dilakukan kalibrasi sebelum
pemeriksaan.
b. Sample harus dalam keadaan sehat, tidak terkena penyakit seperti
infeksi saluran nafas bagian atas, dan berhati-hati pada penderita
asma karena dapat memicu serangan asma.
c. Setelah itu masukkan data yaitu suhu, kelembaban udara dan tekanan
udara sekitar. Kemudian masukkan data responden yaitu umur, tinggi
badan, berat badan untuk mengetahui nilai prediksi.
d. Pemberian petunjuk dan mendemonstrasikan manuver pada
penambang belerang, yaitu pernapasan melalui mulut, tanpa ada
udara lewat hidung dan celah bibir yang mengatup mouth piece tube.
e. Penambang belerang dalam posisi berdiri, lakukan pernapasan biasa,
tiga kali berturut-turut, saat mengeluarkan napas pada pernapasan
biasa yang ketiga, semua udara yang ada didorong keluar dari paru-
paru dengan perlahan tanpa tekanan, ssetelah itu langsung menghisap
udara dengan cepat dan kuat sebanyak mungkin ke dalam paru-paru,
dan kemudian dengan cepat dan sekuat-kuatnya udara dihembuskan
melalui mouth piece tube.
f. Pengambilan data dilakukan sebanyak tiga kali untuk mengetahui
FVC dan FEV1.
g. Hasil masing-masing pengambilan data dapat dilihat pada print out.
2. Umur
Peniliti memperoleh umur penambang belerang dengan wawancara
kepada penambang belerang menggunakan instrumen berupa kuesioner.

3. Masa Kerja
Peniliti mendapatkan data masa kerja dengan wawancara kepada
penambang dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner.

4. Kebiasaan Merokok
Peniliti mendapatkan data kebiasaan merokok dengan wawancara
kepada penambang dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner.
Kemudian dikategorikan menjadi perokok ringan, sedang, dan berat sesuai
dengan jumlah yang dikonsumi per harinya (Bustan, 2007).
a. Ringan : Merokok kurang dari 10 batang per hari.
b. Sedang : Merokok 10-20 batang per hari.
c. Berat : Merokok lebih dari 20 batang per hari.

5. Durasi kerja perminggunya


Peniliti memperoleh data durasi kerja perminggunya dengan wawancara
kepada penambang belerang menggunakan instrument berupa kuesioner.

6. Riwayat Penyakit
Untuk data riwayat penyakit sebelumnya, peniliti memperoleh dengan
kuesioner kepada penambang.

3.7 Instrumen Penelitian


kuesioner dengan teknik wawancara merupakan instrument yang
digunakan dalam penilitian ini. Kuesioner tersebut dilakukan untuk
mendapatkan data pribadi penambang belerang berupa nama, umur, riwayat
penyakit, masa kerja, durasi kerja dan kebiasaan merokok.
Di dalam penelitian ini menggunakan pengukuran yaitu pengukuran
spirometri untuk mengetahui kapasitas vital paru responden dengan Minato
Autospiro AS-505 dan pengukuran kadar debu total di lingkungan kerja dengan
menggunakan Haz Dust Model EPAM 5000. Hasil dari pengukuran-
pengukuran tersebut dicatat pada lembar kuesioner dengan jenis form atau
isian.

3.8 Pengolahan Data


Seluruh data yang diperoleh akan diolah melalui tahap-tahap sebagai
berikut:

1. Mengkode data (data coding)


Proses pengklasifikasian data dan pemberian kode jawaban responden,
dilakukan pada pembuatan kuesioner untuk mempermudah pengolahan data
selanjutnya. Dimana coding dilakukan pada kuesioner, jika nilai hasil
pengukuran kapasitas vital paru ada gangguan (restriksi, campuran dan
obstruksi) pengkodean = 0, bila tidak ada gangguan (normal) = 1. Semua
variabel independen pun dikodekan. Yaitu :
a. Kebiasaan merokok; 0 = merokok, 1 = tidak merokok.
b. Kebiasaan olahraga; 0 = < 3 kali seminggu, 1 = ≥ 3 kali seminggu
c. Status gizi; berisiko bila IMT < 18,5 dan > 25 = 0, tidak berisiko bila IMT
18,5-25 = 1.
d. Riwayat penyakit; 0 = pernah mengalami, 1 = tidak pernah mengalami
e. Riwayat pekerjaan; 0 = ya, 1 = tidak.

2. Menyunting data (data editing)


Memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti kelengkapan
pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi pengisian setiap jawaban
kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk penelitian ini.

3. Memasukkan data (data entry)


Memasukkan data dari hasil kuesioner dan hasil pengukuran yang telah
diberikan kode pada masing-masing variabel, kemudian dilakukan analisis data
dengan memasukan data-data tersebut dengan program SPSS untuk dilakukan
analisis univariat (untuk mengetahui gambaran secara umum), dan bivariat
(mengetahui variabel yang berhubungan).
4. Membersihkan data (data cleaning)
Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data
tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap
diolah dan dianalisis.

3.9 Teknik Analisis Data

1. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang digunakan terhadap tiap variabel dari
hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini menghasilkan distribusi
frekuensi dan persentase dari tiap variabel.

2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat menggunakan uji statistik untuk menguji hipotesis penelitian.
Analisis bivariat menggunakan uji t-test independent dan korelasi Pearson.
Untuk pengujian t-test independent dan korelasi Pearson jika Pvalue ≤ 0,05
maka perhitungan secara statistik menunjukan bahwa adanya hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen. Kemudian tabulasi silang
dilakukan pada semua variabel yang akan dianalisis. Adapun analisis uji t-test
independent ini antara variabel kapasitas vital paru dengan variabel kebiasaan
merokok dan riwayat penyakit, serta analisis uji korelasi Pearson antara
variabel kapasitas vital paru dengan variabel paparan kadar debu total, umur,
masa kerja, dan durasi jam kerja pada penambang belerang di Kawah Ijen
Kabupaten Banyuwangi 2019.
3.10 Alur Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Anes, Novalinda. & et all. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Gangguan Fngsi Paru pada Pekerja di PT. Tonasa Line Kottabitug.
JIKMU Volume 3 No. 5. Manado

CJ, Reynolds & et all. 2017. Chronic Obstructive Pulmonary Disease in Welsh
Slate Miners.Occup Med Volume 1 (halaman 20-25). London

D. Vinnikov & et all. 2013. Five-year Lung Function Observation and


Association with a Smoking Ban Among Healthy Miners at High Altitude
(4000 m). J Occup Environment Med Volume 55. American College of
Occupational and Environmental Medicine

Fathmaulida, Annisa. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Pengolahan batu Kapur di Desa
Tamansari Kabupaten Karawang Tahun 2013 (Skripsi). Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

GS, Skloot. 2017. The Effects of Aging on Lung Structure and Function. Clin
Geriatry Med. Volumme 33 No. 4. USA

Guyton, Arthur C. 2013. Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC

Junaedi. 2016. Pengaruh Paparan Asap Belerang Terhadap Faal Paru Pekerja
Tambang di Kawah Ijen Banyuwangi (Skripsi). Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang

KK Heldal. & et all. 2016. Biomarkers of inflammation in workers exposed to


compost and sewage dust. Int Arch Occup Environ Health. Vol 59 No. 5.
Gemany.

M, Balasubramaniam. & et all. 2014. Lung function parameters of healthy Sri


Lankan Tamil young adults. Ceylon Med J. Vole 59 No. 2. Sri Lanka

MT, Dransfield & et all. 2017. Acute Exacerbations and Lung Function Loss in
Smokers with and without Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Am J
Respir Crit Care Med. Volume 1. Alabama.

Mufti, M. Iqbal Hanif. 2017. Faktor individu, Faktor Pekerjaan dan Gejala
Penyakit Paru Obstruktif (PPOK) pada Pekerja Bagian Pemurnian
Belerang (Studi Pertambangan PT. Candi Ngrimbi di Gunung Ijen).
Jember: Universitas Jember
N. Gonzalez & et all. 2017. Spirometri in a Population of Coal Miners in
Paipa, Colombia. Biomedica. Spanish

Sherwood, L. 2009. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta:


Penerbit buku kedokteran EGC

Pinugroho, Bintang Setyo. Kusuwati, Juli. 2017. Hubungan Usia, Lama


Paparan Debu, Penggunaan Apd, Kebiasaan Merokok Dengan Gangguan
Fungsi Paru Tenaga Kerja Mebel Di Kec. Kalijambe Sragen. Jurnal
Kesehatan Vol. 10 No. 2. Surakarta.

Putra, N. D. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital


Paru pada Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Cirendeu Tahun 2014
(Skripsi). Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Anda mungkin juga menyukai