Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Sistem respirasi memiliki fungsi utama untuk memasok oksigen ke
dalam tubuh serta membuang CO2 dari dalam tubuh. Kita sering mendengar
istilah respirasi eksternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal pada
dasarnya sama dengan bernafas, sedangkan respirasi internal atau respirasi
seluler ialah proses penggunaan oksgen oleh sel tubuh dan pembuangan zat
sisa metabolisme sel berupa CO2.
Dalam banyak keadaan, oksigen dapat diatur menurut keperluan,
bergantung pada aktivitas yang dilakukan. Semua orang sangat tergantung
pada oksigen demi keberlangsungan hidupnya, jika paru-paru tidak
memperoleh oksigen selama lebih dari empat menit maka akan
mengakibatkan kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki dan dapat
mengakibatkan seseorang meninggal dunia. Bila oksigen di dalam darah
tidak mencukupi maka warna merah pada darah akan hilang dan menjadi
kebiru-biruan. Bibir, telinga, lengan, dan kaki seseorang yang kekurangan
oksigen akan menjadi biru pula. Oleh sebab itu, mengukur volume paruparu sangat penting untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pada sistem
pernapasan.
Volume paru-paru yang dapat diukur terdiri atas volume tidal yang
besarnya berkisar 500 ml pada laki-laki dewasa, volume cadangan inspirasi,
volume cadangan ekspirasi, dan volume residu. Setiap orang memiliki
volume paru yang berbeda-beda. Hal tersebut diakibatkan oleh beberapa
factor, diantaranya umur, jenis kelamin, serta berat badan seseorang.
Pada observasi yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh berat badan terhadap besar kapasitas paru-paru. Seseorang dengan
berat badan berlebih memiliki kapsitas paru-paru yang lebih kecil jika
dibanding dengan orang yang memiliki berat badan ideal. Karena akumulasi
lemak tersebut menyebabkan peningkatan massa abdomen dan menghambat

Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru


yang di miliki/Rombel 5

pergerakan dinding abdomen dan diafragma sehingga secara tidak langsung


dapat menurunkan kapasitas vital paru.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 apakah berat badan mahasiswa UNNES mempengaruhi kapasitas
1.2.2

paru-parunya?
Bagaimana pengaruh kapasitas paru-paru berdasarkan berat badan.

1.3. Tujuan
1.3.1
1.3.2

Mengetahui

apakah

berat

badan

mahasiswa

UNNES

mempengaruhi kapasitas paru-parunya.


Mengetahui pengaruh berat badan terhadap kapasitas paru-paru.

1.4. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui
kapasitas paru-paru dari responden dengan berbagai status fisiologi yang
meliputi: jenis kelamin, umur dan berat badan.
1.5. Kegunaan
Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah
memberikan sumbangan/ kontribusi secara optimal bagi civitas akademika
di jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Semarang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kapasitas paru-paru


Kapasitas Paru adalah jumlah volume maksimal udara yang dapat
diekspirasi individu pada detik pertama ekspirasi dalam persen (forced
expiratory volume in one second, FEV1%). Kategori Pengukuran dibagi
Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru
yang di miliki/Rombel 5

menjadi 2 yaitu, ada gangguan dan tidak ada gangguan (normal). Skala
pengukuran nominal.
Kapasitas fungsi paru (FEV1%) digunakan untuk menentukan
terjadinya kelainan faal paru atau obstruksi paru pada manusia. Ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan perubahan nilai dari FEV1% seperti : umur,
jenis kelamin, kebiasaan merokok, masa kerja, penggunaan masker, riwayat
penyakit, pendidikan, serta pengetahuan terhadap bahaya yang di sebabkan
dari sumber bahayanya.
Kapasitas fungsi paru sendiri adalah jumlah dari
keseluruhan dari volume paru yaitu volume udara yang masuk dan
keluar pada pernafasan biasa (volume tidal) + volume udara yang
masih dapat dihisap (volume cadangan inspirasi) + volume udara
yang masih dapat di keluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa
(volume cadangan ekspirasi). (Adi Setiawan)
Penurunan kapasitas paru tidak hanya disebabkan oleh
faktor pekerjaan maupun lingkungan kerja, namun ada sejumlah
faktor non-pekerjaan yang dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi maupun menjadi variabel penggangu. Angkaangka tersebut dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,
kelompok etnik, tinggi badan, kebiasaan merokok, suhu
lingkungan, penggunaan alat pelindung, metode pengolahan serta
jumlah jam kerja/jam giliran kerja (Harrington and Gill, 2003).
2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas paru-paru
Beberapa faktor yang mempengaruhi besar kapasitas paru-paru yang
akan kami teliti antara lain:

2.2.1 Berat badan


Berdasarkan penelitian oleh Anuradha dkk pada tahun
2008, menyatakan bahwa lingkar pinggang memiliki
hubungan yang lebih bermakna terhadap kapasitas vital paksa
karena lingkar pinggang menggambarkan distribusi lemak
didaerah abdomen. Akumulasi lemak tersebut menyebabkan
peningkatan massa abdomen dan menghambat pergerakan
dinding abdomen dan diafragma sehingga secara tidak
langsung dapat menurunkan kapasitas vital paru.
Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru
yang di miliki/Rombel 5

Selain itu, berdasarkan hasil uji statistik Mann-Whitney


antara obesitas dan kapasitas vital diperoleh p= 0.023
(p<0.05) yang artinya terdapat perbedaan nilai kapasitas vital
yang bermakna antara responden dengan obesitas normal dan
responden dengan BMI lebih dan obes.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa penurunan kapasitas vital
berkaitan erat dengan peningkatan berat badan.
Parameter obesitas dapat dari lingkar pinggang. Pada
laki-laki, sebagian mengalami obesitas sentral dengan
konsentrasi timbunan lemak pada abdomen sehingga secara
tidak langsung dapat menurunkan kapasitas vital paru. Namun
perlu diketahui juga bahwa pengaruh obesitas terhadap
respirasi signifikan terlihat pada obesitas tipe morbit, yaitu
BMI lebih dari 40. Obesitas tersebut menunjukkan akumulasi
lemak tubuh sangat berlebihan, pada pria khususnya
diakumulasi lemak terdapat pada bagian sentral atau perut
(Anurandha dkk.: 2008).
2.2.2 Jenis kelamin
Jenis kelamin juga dapat dijadikan responden yang berpengaruh
dalam perbedaan kapasitas paru-paru pada manusia.
Berdasarkan hasil penelitian Zuriel Jeffrey J (2009)
disimpulkan bahwa kapasitas vital pria dewasa normal lebih
tinggi dibandingkan dengan kapasitas vital wanita dewasa
normal dan jenis kelamin memiliki hubungan linier dan
berkorelasi positif kuat terhadap kapasitas vital.
Frekuensi pernapasan laki-laki lebih cepat dari pada perempuan
karena laki-laki membutuhkan banyak energi untuk beraktifitas, berarti
semakin banyak pula oksigen yang diambil dari udara hal ini terjadi
karna lelaki umumnya beraktifitas lebih banyak dari pada perempuan.
2.2.3 Umur
Berdasarkan literatur, usia dapat mempengaruhi VO2max.
Menurut Hargeaves (2003) respon kardiovaskular
terhadap latihan fisik berbeda pada anak dan orang dewasa
dan perbedaan ini berhubungan dengan ukuran jantung dan
jumlah otot yang lebih kecil pada anak.

Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru


yang di miliki/Rombel 5

Pada orang-orang terlatih, ketahanan otot akan terus meningkat dan


mencapai ketahanan otot maksimal di usia 20 tahun. Setelah itu, tingkat
ketahanan otot akan menetap 3-5 tahun yang kemudian akan
berangsurangsur turun. Secara umum, kemampuan aerobik turun
perlahan setelah usia 25 tahun. Penurunan rata-rata VO2max per tahun
adalah 0,46 ml/menit/kg untuk pria (1,2%) dan 0,54 ml/menit/kg untuk
wanita (1,7%).
Wilmore & Costill (2005) menjelaskan bahwa penurunan
VO2max terjadi karena paru, jantung dan pembuluh darah
mulai menurun fungsinya.
Penurunan fungsi paru orang yang tidak berolahraga atau usia tua
terutama disebabkan oleh hilangnya elastisitas paru-paru dan otot dinding
dada. Hal ini menyebabkan penurunan nilai kapasitas vital dan nilai
forced expiratory volume, serta meningkatkan volume residual paru.
Setelah usia 20-an VO2max menurun dengan perlahan- lahan. Dalam usia
55 tahun, VO2max lebih kurang 27 % lebih rendah dari usia 25 tahun.
Dengan sendirinya hal ini berbeda dari satu dengan orang yang lain.
Mereka yang mempunyai banyak kegiatan VO2max akan menurun secara
perlahan.

2.3. Spirometer
Spirometer adalah alat untuk mengukur aliran udara yang masuk dan
keluar paru-paru dan dicatat dalam grafik volum per waktu.

2.3.1 Prinsip Kerja Spirometer


Spirometer menggunakan prinsip salah satu hukum dalam fisika yaitu
hukum Archimedes. Hal ini tercermin pada saat spirometer ditiup, ketika
itu tabung yang berisi udara akan naik turun karena adanya gaya dorong ke
atas akibat adanya tekanan dari udara yang masuk ke spirometer. Spirometer
Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru
yang di miliki/Rombel 5

juga menggunakan hukum newton yang diterapkan dalam sebuah katrol .


Katrol ini dihubungkan kepada sebuah bandul yang dapat bergerak naik
turun. Bandul ini kemudian dihubungkan lagi dengan alat pencatat yang
bergerak diatas silinder berputar.
2.3.2 Cara Kerja
Sebenarnya cara kerja spirometer cukup mudah yaitu sesorang disuruh
bernafas (menarik nafas dan menghembuskan nafas) di mana hidung orang
itu ditutup. Tabung yang berisi udara akan bergerak naik turun, sementara
itu drum pencatat bergerak putar (sesuai jarum jam) sehingga pencatat akan
mencatat sesuai dengan gerak tabung yang berisi udara. Hasil pencatatan
akan terlihat seperti gambar di bawah ini:

Gambar 1. Mekanisme Penggunaan Spirometer

Pada waktu istirahat, spirogram menunjukkan volume udara paru-paru


500 ml. Keadaan ini disebut tidal volume. Pada permulaan dan akhir
pernafasan terdapat keadaan reserve; akhir darisuatu inspirasi dengan suatu
usaha agar mengisi paru-paru dengan udara, udara tambahan ini disebut
inspiratory reserve volume, jumlahnya sebanyak 3.000 ml. Demikian pula
akhir dari suatu respirasi, usaha dengan tenaga untuk mengeluarkan udara
dari paru-paru, udara ini disebut dengan expiratory reserve volume yang
jumlahnya kira-kira 1.100 ml. Udara yang tertinggal setelah ekspirasi secara
normal disebut fungtional residual capacity (FRC). Seorang yang bernapas

Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru


yang di miliki/Rombel 5

dalam keadaan baik inspirasi maupun ekspirasi, kedua keadaan yang


ekstrim ini disebut vital capacity.
Dalam keadaan normal, vital capacity sebanyak 4.500 ml. Dalam
keadaan apapun paru-paru tetap mengandung udara, udara ini disebut
residual volume (kira-kira 1.000 ml) untuk orang dewasa.
Untuk membuktikan adanya residual volume, probandus disuruh
bernafas dengan mencampuri udara dengan helium, kemudian dilakukan
pengukuran fraksi helium pada waktu ekspirasi. Di klinik biasanya
dipergunakan spirometer. Penderita disuruh bernafas dalam satu menit yang
disebut respiratory minute volume. Maksimum volume udara yang dapat
dihirup selama 15 menit disebut maximum voluntary ventilation.
Maksimum ekspirasi setelah maksimum inspirasi sangat berguna untuk
mengetes penderita emphysema dan penyakit obstruksi jalan pernafasan.
Penderita normal dapat mengeluarkan udara kira-kira 70% dari vital
capacity dalam 0.5 detik.; 85% dalam satu detik; 94% dalam 2 detik; 97%
dalam 3 detik. Normal peak flow rate 350-500 liter/menit.
Cara kerja paru paru manusia sangat berhubungan erat dengan
hidung, laring, Trakea, serta bronkus. Berikut ini adalah penjelasan singkat
mengenai organ-organ pernafasan tersebut:
* Hidung > merupakan saluran pernafasan paling awal dan terletak paling
atas. terdapat 2 rongga pada hidung manusia yang dipisahkan oleh otot yang
berfungsi sebagai sekat
* Laring > tersusun atas tulang rawan dan terdapat selaput suara yang
akan bergetar saat kita mengeluarkan suara
* Trakea > memiliki saluran bercabang dua yang disebut bronkus dan
berhubungan langsung dengan paru paru. Dilapisi oleh selaput lendir dan
sel sel yang bersilia yang berfungs untuk menahan debu masuk bersama
udara supaya tidak terus masuk ke paru paru

Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru


yang di miliki/Rombel 5

* Bronkus > menghubungkan trakea dengan paru paru. Paru paru


kanan dan kiri masing masing memiliki satu bronkus. Bronkus memiliki
cabang yang disebut bronkiolus dan terdapat di dalam paru-paru
Berikut ini adalah penjelasan mengenai cara kerja paru paru manusia:
Jika Oksigen sudah sampai pada bronkus, maka oksigen siap untuk
masuk ke dalam saluran paru paru. Oksigen akan berdifusi lewat
pembuluh darah berupa kapiler kapiler arteri dengan cara difusi. Kapiler
kapiler ini terdapat pada alveolus yang merupakan cabang dari Bronkiolus.
Pada

alveolus

ini

akan

terjadi

pertukaran

gas

oksigen

dengan

karbondioksida. Oksigen diikat oleh hemoglobin dalam sel sel darah


merah (eritrosit), lalu diedarkan ke seluruh sel sel tubuh yang nantinya
akan digunakan oleh mitokondoria alam respirasi tingkat seluler untuk
menghasilkan energi berupa ATP (Adenosin Tripospat). Karbondioksida
akan dibawa oleh kapiler vena untuk dibawa ke alveolus dan akan
dikeluarkan di alveolus melalui proses respirasi.

BAB III
KERANGKA PENELITIAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka teori
Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru
yang di miliki/Rombel 5

Proses pernapasan sangat penting untuk dapat mensuplai


oksigen ke semua jaringan tubuh dan untuk mengeluarkan
karbondioksida yang dihasilkan oleh darah melalui paru-paru
(Brian, 2008).
Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang
menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paruparu utama (trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paruparu (alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan
karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir.
Ada lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia
bersifat elastis. Ruang udara tersebut dipelihara dalam keadaan
terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat menetralkan
kecenderungan alveoli untuk mengempis (McArdle, et al. 1986).
Alveoli paru-paru/ kantong udara merupakan kantong kecil dan tipis
yang melekat erat dengan lapisan pembuluh darah halus (kapiler) yang
mebawa darah yang bebas oksigen (deoxgenated) dari jantung. Molekul
oksigen dapat disaring melalui dinding pembuluh darah tersebut untuk masuk
ke aliran darah.
Sama halnya dengan karbondioksida yang dilepaskan dari
darah ke dalam kantong udara untuk dikeluarkan melalui
pernapasan, menentukan jumlah oksigen yang masuk ke dalam
darah dan jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari darah
(Anonim, 20008a).
Permukaan bagian luar paru-paru ditutup oleh selaput pleura yang
licin dan selaput serupa membatasi permukaan bagian dari dinding dada.
Kedua selaput tersebut terletak dekat sekali dan hanya dipisahkan oleh
lapisan cairan yang tipis, karenanya dapat dipisahkan dan terdapat suatu
rongga diantara selaput-selaput tersebut yang disebut ruang antar rongga
selaput dada (intra pleura space). Sewaktu menarik napas (inspirasi) dinding
dada secara aktif tertarik keluar oleh pengerutan dinding dada, dan sekat
rongga dada (diafragma) tertarik ke bawah. Berkurangnya tekanan di dalam
menyebabkan udara mengalir ke paru-paru. Dengan upaya yang maksimal
pengurangan dapat mencapai 60-100 mmHg di bawah tekanan atmosfir.
Hembusan napas keluar (ekspirasi) disebabkan mengkerutnya paru-paru dan
dinding yang mengikuti pengembangan.
Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru
yang di miliki/Rombel 5

Tekanan udara yang meningkat di dalam dada memaksa


gas-gas keluar dari paru-paru. Hal tersebut terutama terjadi tanpa
upaya otot tetapi dapat dibantu oleh hembusan napas yang kuat
(Anonim, 2008a).
Respirasi ekstrnal artinya udara dari atmosfer masuk ke
dalam aliran darah untuk dibawa ke dalam sel jaringan dan
karbondioksida yang terkumpul di dalam paru dikeluarkan dari
tubuh. Respirasi internal meliputi aktivitas vital kimia yang
memerlukan kombinasi oksigen dan glikogen, kemudian
dilepaskan menjadi energi, air dan karbondioksida (Anonim,
2008c).
Volume paru menggambarkan fungsi statik paru. Volume
dan kapasitas paru dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, ukuran
dan komposisi badan (Anonim 2008d).
Pengukuran fungsi pernapasan ada banyak dan bermacammacam. Namun secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
Selama bernapas, kira-kira kira-kira 500 ml udara bergerak ke
saluran napas dalam setiap inspirasi, dan jumlah yang sama
bergerak keluar dalam setiap eskpirasi. Hanya kira-kira 350 ml
volume tidal/tidal volume (TV) benar-benar mencapai alveoli,
sedangkan 150 ml tetap berda di hidung, faring, trachea, dan bronki
disebut sebagai volume udara mati (dead space). Udara total yang
diambil
selama
satu
menit
disebut
volume
menit
respirasi/respiratory minute volume (RMV), yang dihitung dengan
perkalian udara tidal dan laju pernapasan normal setiap menit.
Volume rata-rata = 500 ml x 12 respirasi setiap menit = 6.000
ml/menit dalam keadaan istirahat.
Apabila bernapas kuat, maka jumlah udara yang masuk ke
dalam saluran napas dapat melebihi 500 ml udara. Kelebihan udara
tersebut disebut volume udara cadangan inspiratori, rata-rata 1.500
ml. Dengan demikian sistem pernapasan normal dapat menarik
1.500 ml (volume udara cadangan respiratori) + 500 ml (volume
udara tidal) = 2.000 ml. Namun dalam kenyataan, lebih banyak lagi
udara yang dapat ditarik bila inspirasi mengikuti eskpirasi kuat.
Selanjutnya apabila seseorang melakukan inspirasi normal dan
kemudian melakukan ekspirasi sekuat-kuatnya, maka akan dapat
mendorong keluar 1.500 ml udara, volume udara tersebut adalah
volume udara cadangan eskpiratori. Setelah volume udara
cadangan eskpiratori dihembuskan, sejumlah udara masih tetap
berada dalam paru-paru, karena tekanan intrapleural lebih rendah
sehingga udara yang tinggal tersebut dipakai untuk
mempertahankan agar alveoli tetap sedikit menggembung, dan juga
sejumlah udara masih tetap ada pada saluran udara pernapasan.
Udara yang masih berada pada saluran pernapasan tersebut adalah
udara residu yang jumlahnya kira-kira 1.000 ml.
Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru
yang di miliki/Rombel 5

Kapasitas paru-paru dapat dihitung dengan menjumlahkan


semua volume udara paru. Kapasitas inspiratori adalah keseluruhan
kemampuan inspirasi paru, yaitu jumlah volume udara tidal dan
volume cadangan inspiratori = 500 ml + 1.500 ml = 2.000 ml.
Kapasitas residu fungsional adalah jumlah volume udara residu dan
volume udara cadangan ekspiratori = 2.500 ml. Kapasitas vital
adalah volume udara cadangan inspiratori + volume udara tidal +
volume udara cadangan eskpiratori = 3.500 ml. Akhirnya kapasitas
total paru merupakan jumlah semua volume udara yaitu = 4.500 ml
(Waluyo, 2010: 241).
Kapasitas fungsi paru (FEV1%) digunakan untuk menentukan
terjadinya kelainan faal paru atau obstruksi paru pada manusia. Ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan perubahan nilai dari FEV1% seperti :umur,
jenis kelamin, kebiasaan merokok, masa kerja, penggunaan masker, riwayat
penyakit, pendidikan, serta pengetahuan terhadap bahaya yang di sebabkan
dari sumber bahayanya. Kapasitas fungsi paru sendiri adalah jumlah dari
keseluruhan dari volume paru yaitu volume udara yang masuk dan keluar
pada pernafasan biasa (volume tidal) + volume udara yang masih dapat
dihisap (volume cadangan inspirasi) + volume udara yang masih dapat di
keluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa (volume cadangan ekspirasi).
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor apa saja yang
mempengaruhi kapasitas fungsi paru (FEV1%).
Respirasi eksternal adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida
antara paru dan kapiler darah paru. Selama inspirasi, udara atmosfer
mengandung oksigen memasuki alveoli. Darah terdeoksigenasi dipompa dari
ventrikel kanan melalui arteri pulmonaslis menuju kapiler pulmonalis yang
menyelubungi alveoli.
PO2 alveolar 105 mmHg, pO2 darah teroksigenasi yang
memasuki kapiler pulmonalis hanya 40 mmHg. Sebagai akibat
perbedaan tekanan tersebut, oksigen berdifunsi dari alveoli ke
dalam darah terdeoksigenasi sampai keseimbangan tercapai, dan
pO2 darah terdeoksigenasi sekarang 105 mmHg. Ketika oksigen
difusi dari alveoli ke dalam darah terdeoksigenasi, karbondioksida
berdifusi dengan arah berlawanan. Sampai di paru, pCO2 darah
terdeoksigenasi 46 mmHg, sedang di alveoli 40 mmHg. Oleh
karena perbedaan pCO2 tersebut karbondioksida berdifusi dari
darah terdeoksigenasi ke dalam alveoli sampai pCO2 turun
menjadi 40 mmHg. Dengan demikian pO2 dan pCO2 darah
terdeoksigenasi yang meninggalkan paru sama dengan udara
Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru
yang di miliki/Rombel 5

dalam alveolar. Karbondioksida yang berdifusi ke alveoli


dhembuskan keluar dari paru selama ekspirasi (Soewolo, et al.
1999).
3.2 Kerangka Konsep
Pada penelitian ini tidak semua faktor-faktor berpengaruh terhadap
kapasitas paru-paru pada responden dari mahasiswa UNNES yang diteliti.
Baik yang diakibatkan oleh faktor umur, jenis kelamin dan berat badan.
Variabel yang akan diteliti adalah mahasiwa UNNES (laki-laki)
yang memiliki faktor berat badan yaitu orang berbadan gemuk, orang
berbadan ideal dan orang berbadan kurus.
UMUR
(19-25 Th)

JENIS KELAMIN
(LAKI-LAKI)
VARIABEL KONTROL

BERAT BADAN

KURUS

IDEAL

OBESITAS

VARIABEL BEBAS
VARIABEL TERIKAT

KAPASITAS PARU-PARU
Bagan 3.2. Kerangka Konsep Penelitian

3.3. Hipotesis Penelitian


3.3.1 Hipotesis Mayor
Adanya hubungan antara faktor lingkungan dan manusia dengan
kejadian perbedaan kapasitas paru-paru.
3.3.2 Hipotesis Minor
3.3.2.1 Orang yang berbadan gemuk memiliki kapasitas paru-paru lebih
kecil daripada orang yang berbadan ideal.
3.3.2.2 Orang yang berbadan kurus memiliki kapasitas paru-paru lebih
besar daripada orang yang berbadan ideal.
Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru
yang di miliki/Rombel 5

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1.

Waktu dan tempat penelitian


Penelitian ini akan dilaksanankan pada:
Hari/ tanggal : Sabtu, 25 Mei 2013

4.2.

Waktu

: 08.00 17.00 WIB

Tempat

: Laboratorium Biologi

Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian
observasional analitik kasus kontrol. Rancangan penelitian ini digunakan
untuk mencari hubungan seberapa besar pengaruh faktor terhadap besar
kapasitas paru-paru. Faktor yang mempengaruhi volume kapasitas paruparu sebagai berikut :
1. Umur

: mahasiswa UNNES berumur antara 19-25 tahun.

2. Berat badan

: orang dengan berat badan kurus, berat badan ideal


dan orang dengan berat badan berlebih (obesitas).

Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru


yang di miliki/Rombel 5

3. Jenis kelamin : mahasiswa UNNES berjenis kelamin laki-laki.

Faktor yang mempengaruhi


volume kapasitas paruparu:
Berat badan (berat badan
kurus, ideal dan obesitas)

Ditelusur
i
retrospe
ktif

Jenis kelamin(laki-laki )
Umur (19-25 tahun)

LAKI - LAKI

Penelitian
dimulai dari
sini

UMUR 19-25 Th

BERAT BADAN

KURUS

IDEAL

OBESITAS

Bagan 4.2. Kerangka pelaksanaan Penelitian

4.3.

Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1 Populasi
Dalam melakukan penelitian ini digunakan populasi umum adalah
seluruh civitas akademika di Universitas Negeri Semarang, sedangkan
menggunakan populasi target atau populasi referensinya adalah seluruh
mahasiswa di Universitas Negeri Semarang.

Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru


yang di miliki/Rombel 5

4.3.2 Metode Pengambilan Sampel


Dalam penganbilan sampel penelitian, digunakan metode Sampling
Acak Klaster-Berstrata (stratified-cluster) dimana setiap populasi memiliki
karakteristik yang berbeda. Tehnik klaster ini memilih sample berdasarkan
pada kelompok, daerah, atau kelompok subjek secara alami berkumpul
bersama.
Maka dalam Penelitian dampak kapasitas paru-paru laki-laki
dengan responden dalam berbagai status fisiologi ini, digunakan sampel
sebagai berikut: Kami menggunakan probandus laki-laki mahasiswa
UNNES yang berumur antara 19-25 tahun dengan kategori bedasarkan
berat badannya yang meliputi:
1.
2.
3.

Mahasiswa dengan berat badan ideal


= 3 orang
Mahasiswa obesitas
= 3 orang
Mahasiswa kurus
= 3 orang
Dengan kategori pertama ( mahasiswa laki-laki dengan berat badan

ideal) sebagai kontrolnya.


4.4.

Variabel Penelitian
4.4.1 Variabel terikat
Variabel terikat pada penelitian yaitu kapasitas paru-paru pada
responden dari mahasiswa UNNES (laki-laki) dengan rentangan umur
19-25 tahun.
4.4.2 Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini meliputi mahasiswa UNNES (lakilaki) yang berumur antara 19-25 tahun yang masuk kategori-kategori
yaitu: memiliki berat badan kurus dan memiliki berat badan obesitas.

4.5.

4.6.

Instrumen Penelitian
a.

Spirometer

b.

Fokus Grup Diskusi (FGD)

Jenis dan cara Perolehan data

Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru


yang di miliki/Rombel 5

4.6.1 Data Primer


Data primer digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh diperoleh melalui observasi,wawancara dan. Selain itu
untuk menggali yang lebih memdalam akan dilakukan wawancara
mendalam (indepth interview) pada asisten laboratorium Biologi UNNES
untuk mengetahui lebih lanjut berdasarkan pengalaman langsung dalam
mengukur kapasitas paru-paru dalam laboratorium sebelumnya.
4.6.2 Data Sekunder
Data sekunder berupa penetapan subyek penelitian ( kasus dan
kontrol) diperoleh dari data pengukuran kapasitas paru-paru langsung
kepada responden menggunakan spirometer.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Tabel hasil pengamatan

5.2. Analisis Data


Observasi dan pengumpulan data dilakukan tanggal 25 Mei 2013
sampai 26 Mei 2013. Data primer berupa identitas responden, karakteristik
responden yang diperoleh melalui wawancara saat pengukuran kapasitas
paru-paru menggunakan alat ukur spirometer, tinggi badan dan berat badan.
Responden penelitian ini berjumlah 9 orang yang terdiri dari masing-masing
3 orang untuk kategori kurus, ideal, dan obesitas. Untuk mengakategorikan
Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru
yang di miliki/Rombel 5

probandus ke dalam masing-masing kategori, digunakan acuan untuk


menentukan batas berat badan ideal , yaitu dengan menggunakan rumus :

BMI = (BB) / [(TB) x (TB)]

*Keterangan :

BMI = Body Mass Index

TB = Tinggi Badan (cm)

BB = Berat Badan (kg)

Untuk mengetahui probandus termasuk kurus, normal, atau obesitas


dapat melihat patokan di bawah ini :
BMI < 18,5 = Berat Badan Kurang (kurus)
BMI 18,5-24 = Normal
BMI > 25 = Obesitas
Pada tabel telah disajikan data hasil pengukuran terhadap kesembilan
responden. Dari observasi yang telah dilakukan diperoleh data seperti tabel
di atas meliputi:
5.2.1. Probandus Kurus
Kategori kurus digunakan 3 probandus (A,B,dan C).
Probandus A berumur 19 tahun, tinggi badan 170 cm, dan berat
badan 52 kg, didapatkan hasil untuk volume tidal sebesar 592 cc,
volume cadangan respirasinya sebesar 1328 cc, volume kapasitas
respirasi 555 cc, dan volume kapasitas vital paru-parunya sebesar
4200 cc.
Probandus B berumur 19 tahun, tinggi badan 164 cm, dan berat
badan 46 kg, didapatkan hasil untuk volume tidal sebesar 924,67
cc, volume cadangan respirasinya sebesar 2133,67 cc, volume
kapasitas respirasi 1362 cc, dan volume kapasitas vital paru-paru
4362,67 cc.

Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru


yang di miliki/Rombel 5

Probandus C berumur 21 tahun, tinggi badan 169 cm, dan berat


badan 55 kg. didapatkan hasil untuk volume tidal sebesar 601,67
cc, volume cadangan respirasinya sebesar 2316,67 cc, volume
kapasitas respirasi 1073, 33 cc, dan volume kapasitas vital paruparu sebesar 4700 cc.
Dari data di atas maka dapat digunakan untuk menghitung
kapasitas total paru-paru:
Rumus : Kapasitas vital + volume residu
Probandus A
4200 cc + 1000 cc = 5200 cc
Probandus B
4362,67 cc + 1000 cc = 5362,67 cc
Probandus C
4700 cc + 1000 cc = 5700 cc
*

Keterangan: Volume residu = 1000 cc.

5.2.2. Probandus Ideal


Kategori ideal digunakan 3 probandus (D, E, dan F).
Probandus D berumur 20 tahun, tinggi badan 170 cm, dan berat
badan 57 kg, didapatkan hasil untuk volume tidal sebesar 558,33
cc, volume cadangan respirasinya sebesar 1732,33 cc, volume
kapasitas respirasi 666 cc, dan volume kapasitas vital paru-parunya
sebesar 3683,33 cc.
Probandus E berumur 19 tahun, tinggi badan 169 cm, dan berat
badan 60 kg, didapatkan hasil untuk volume tidal sebesar 852,33
cc, volume cadangan respirasinya sebesar 1538 cc, volume
kapasitas respirasi 1751,67 cc, dan volume kapasitas vital paruparu 3733,33 cc.

Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru


yang di miliki/Rombel 5

Probandus F berumur 20 tahun, tinggi badan 160 cm, dan berat


badan 60 kg. didapatkan hasil untuk volume tidal sebesar 814,33
cc, volume cadangan respirasinya sebesar 2654,33 cc, volume
kapasitas respirasi 1126, 33 cc, dan volume kapasitas vital paruparu sebesar 3757,67 cc.
Dari data di atas maka dapat digunakan untuk menghitung
kapasitas total paru-paru:

Rumus : Kapasitas vital + volume residu


Probandus D
3683,33 cc + 1000 cc = 4683,33 cc
Probandus E
3733,33 cc + 1000 cc = 4733,33 cc
Probandus F
3757,67 cc + 1000 cc = 4757,67 cc
5.2.3. Probandus Obesitas
Kategori obesitas digunakan 3 probandus (G, H, dan I).
Probandus G berumur 20 tahun, tinggi badan 170 cm, dan berat
badan 100 kg, didapatkan hasil untuk volume tidal sebesar 540,33
cc, volume cadangan respirasinya sebesar 1136,67 cc, volume
kapasitas respirasi 580 cc, dan volume kapasitas vital paru-parunya
sebesar 1592,33 cc.
Probandus H berumur 20 tahun, tinggi badan 166 cm, dan berat
badan 76 kg, didapatkan hasil untuk volume tidal sebesar 581,67
cc, volume cadangan respirasinya sebesar 702,33 cc, volume
kapasitas respirasi 715,33 cc, dan volume kapasitas vital paru-paru
2206,67 cc.
Probandus I berumur 23 tahun, tinggi badan 170 cm, dan berat
badan 100 kg. didapatkan hasil untuk volume tidal sebesar 640,33
Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru
yang di miliki/Rombel 5

cc, volume cadangan respirasinya sebesar 2390 cc, volume


kapasitas respirasi 1032,67 cc, dan volume kapasitas vital paruparu sebesar 2530 cc.
Dari data di atas maka dapat digunakan untuk menghitung
kapasitas total paru-paru:
Rumus : Kapasitas vital + volume
residu

Probandus G
1592,33 cc + 1000 cc = 2592,33 cc
Probandus H
2206,67 cc + 1000 cc = 3206,67 cc
Probandus I
2530 cc + 1000 cc = 3530 cc

5.3.

Pembahasan
Kapasitas Paru adalah jumlah volume maksimal udara yang dapat
diekspirasi individu pada detik pertama ekspirasi dalam persen (forced
expiratory volume in one second, FEV1%). Kategori Pengukuran dibagi
menjadi 2 yaitu, ada gangguan dan tidak ada gangguan (normal). Kapasitas
paru-paru dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : jenis kelamin, umur,
aktivitas, pola hidup, dan berat badan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berat badan
terhadap kapasitas paru-paru responden. Pertama-tama probandus melakukan
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. Pengukuran
kapasitas paru-paru menggunakan alat spirometer . Sebenarnya cara kerja
spirometer cukup mudah yaitu sesorang disuruh bernafas (menarik nafas dan
menghembuskan nafas) di mana hidung orang itu ditutup. Tabung yang berisi
udara akan bergerak naik turun, sementara itu drum pencatat bergerak putar

Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru


yang di miliki/Rombel 5

(sesuai jarum jam) sehingga pencatat akan mencatat sesuai dengan gerak
tabung yang berisi udara.
Dari analisis data dapat dilihat bahwa probandus probandus dengan
masing-masing kategori menunjukkan hasil yang bervariasi.
5.3.1. Probandus kurus
Dari kategori ini digunakan 3 probandus laki-laki dengan rentang
umur 19-20 tahun. Dari ketiganya diperoleh data kapasitas total paru-paru
masing-masing sebesar A= 5200 cc, B= 5362,67 cc, dan C= 5700 cc.
Berdasarkan literature dari Guyton (1983:6) menyatakan bahwa orang tinggi
kurus biasanya mempunyai kapasitas vital paru-paru lebih besar daripada
orang normal. Besarnya kapasitas total paru-paru sebanding dengan kapasitas
vital paru-paru, sehingga ketiga data yang diperoleh dari observasi tersebut
dapat dikatakan sesuai dengan teori yang ada.
5.3.2. Probandus ideal
Kategori ideal menggunakan 3 probandus laki-laki dengan berat
badan ideal yang berumur 19-20 tahun. Dari ketiganya diperoleh data
kapasitas total paru-paru masing-masing probandus sebesar D= 4683,33 cc,
E= 4733,33 cc, F= 4757,67 cc. Kapasitas total paru-paru yang dapat
ditampung maksimal pada laki-laki dengan berat badan ideal adalah kurang
lebih 4500 cc. (Waluyo:2010) Jadi, data yang diperoleh dari observasi dapat
dikatakan sesuai dengan teori.
5.3.3. Probandus Obesitas
Kategori obesitas menggunakan 3 probandus laki-laki yang berumur
20-23 tahun, dari ketiganya diperoleh data kapasitas total paru-paru masingmasing probandus sebesar G= 2592,33 cc, H= 3206,67 cc, dan I= 3530 cc.
Probandus dengan berat badan diatas ideal (obesitas) mempunyai kapasitas
total paru-paru yang lebih kecil daripada kurus dan ideal. Obesitas tersebut
menunjukkan akumulasi lemak tubuh sangat berlebihan, pada pria khususnya
diakumulasi lemak terdapat pada bagian sentral atau perut (Anurandha dkk.:
Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru
yang di miliki/Rombel 5

2008). Jadi, jika semakin banyak akumulasi lemak pada bagian perut maka
kapasitas total paru-parunya semakin kecil karena akumulasi lemak tersebut
menyebabkan peningkatan massa abdomen dan menghambat pergerakan
dinding abdomen dan diafragma sehingga secara tidak langsung dapat
menurunkan kapasitas vital paru . Dari ketiga data yang diperoleh
menujukkan hasil yang sesuai dengan teori yang ada.

BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru
yang di miliki/Rombel 5

7.1. Simpulan
Kapasitas Paru adalah jumlah volume maksimal udara yang dapat
diekspirasi individu pada detik pertama ekspirasi dalam persen (forced
expiratory volume in one second, FEV1%). Kapasitas paru-paru dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain : jenis kelamin, umur, aktivitas, pola hidup,
dan berat badan.
Berdasarkan data hasil pemelitian, rata-rata volume kapasita total
paru-paru pada probandus kurus, ideal dan obesitas berturut-turut adalah
5.420,89 cc, 4.724,77 cc, dan 3.109,66 cc. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa volume kapasitas paru-paru pada probandus kurus lebih
besar dari ideal, karena berdasarkan Guyton (1983:6) menyatakan bahwa
orang tinggi kurus biasanya mempunyai kapasitas vital paru-paru lebih besar
daripada orang normal. Sedangkan volume kapasitas paru-paru pada
probandus ideal lebih besar dari obesitas, hal ini karena semakin banyak
akumulasi lemak pada bagian perut maka kapasitas total paru-parunya
semakin kecil karena akumulasi lemak tersebut menyebabkan peningkatan
massa abdomen dan menghambat pergerakan dinding abdomen dan
diafragma sehingga secara tidak langsung dapat menurunkan kapasitas vital
paru .

Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru


yang di miliki/Rombel 5

7.2 Saran
Setelah membaca dan pempelajari laporan penelitian hubungan berat
badan dengan kapasitas total paru-paru ini diharapkan wawasan tentang
kapasitas total paru-paru bagi pembaca (khususnya civitas akademika) bisa
bertambah. Selain itu laporan ini juga semoga bisa digunakan sebagai
referensi/ rujukan untuk karya sains lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Bima Uramanda.2009.Perbedaan Nilai Kapasitas Fungsi Paru Berdasarkan
Status Merokok pada Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
(skripsi) Semarang.
Guyton, Arthur C dan John. E. Hall.2007.Buku jar Fisiologi Kedokteran Edisi
11.Jakarta:EGC
Harrington, J.M, and F.S. Gill.2003.Buku Saku Kesehatan Kerja.EGC.Jakarta.
Jonathan, Zuriel Jeffrey.2009.Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kapasitas Vital
Paru Pada Pria Dan Wanita Dewasa Normal.Bandung: pendidikan program
Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
Khasan, Nafis Ali et all.2012.Korelasi Denyut Nadi Istirahat dan Kapasitas Vital
Paru-Paru terhadap Kapasitas Aerobik.Semarang:Jurusan Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES.
Pinzon, Rizaldy. 1999. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kapsitas Vital
Paru-paru Golongan Usia Muda (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada
Purnomo.2008.Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma
Bronkial Pada Anak ( Studi Kasus Di Rs Kabupaten Kudus ).Semarang:
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Santoso, Slamet et all.2004.Perbandingan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Antara
Perokok dan Bukan Perokok (Vol 3 no 2).Bandung:Fakultas Kedokteran
Universitas Maranatha.
Waluyo.2010.Biologi Umum. Jember: Unej
.
Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru
yang di miliki/Rombel 5

LAMPIRAN
Alat dan Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi:
Nama barang

Jumlah

Harga

Jumlah (Rp)

Keterangan

Spirometer
Ember
Timbangan
Gayung
Tissue
Kapas
Alkohol 70%

barang
1
1
1
2
2 pcs
1 pcs
2 pcs

satuan (Rp)
3000
3000
4000

6000
3000
8000

Lab Biologi/BAIK
Pribadi/ Baik
Pinjem KSR/ Baik
Pribadi / Baik
Baru / baik
Baru / baik
Baru / baik

Snack untuk probandus


Banyak probandus

= 9 orang

Dana snack per orang

= Rp3000,-

Dana yang dibutuhkan

= 9 x @3000 = Rp27.000,-

Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru


yang di miliki/Rombel 5

Dokumentasi pengambilan data

Alat Spirometer

Timbangan Badan (Alat)

Alkohol 70% & Tisu

Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru


yang di miliki/Rombel 5

Proses pembersihan
Mulut Tabung Spirometer

Pengukuran Berat Badan

Breefing Sebelum Pengukuran

Proses Pengukuran

Proses Pengukuran

Proses Pengukuran

Hubungan status fisiologi mahasiswa UNNES dengan kapasitas paru-paru


yang di miliki/Rombel 5

Anda mungkin juga menyukai