Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Organ paru-paru merupakan sepasang organ yang berperan dalam proses

bernapas dengan fungsinya memfasilitasi pertukaran oksigen yg dihirup dari

atmosfer ke dalam alveolus yang diteruskan ke pembuluh darah kapiler paru-paru.

Dengan begitu, paru-paru termasuk salah satu organ vital dalam keberlangsungan

hidup seseorang. Jika paru-paru gagal menjalankan fungsinya maka seseorang

tidak dapat mempertahankan homeostasis yang nantinya dapat mengakibatkan

seseorang tersebut meninggal dunia akibat kegagalan pernapasan.1

Fungsi paru-paru dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya

adalah udara yang terhirup. Udara yang berada di atmosfer terdiri atas berbagai

jenis gas yang di antaranya ada juga oksigen. Tekanan udara yang terdapat di

atmosfer juga sangat berpengaruh pada kandungan gas yang ada di dalamnya,

misalnya jika tekanan udara di suatu daerah menurun maka tekanan kandungan

gas udara tersebut juga akan menurun. Hal ini yang nantinya akan memengaruhi

fungsi paru sehingga dapat terjadi perubahan fungsi paru di daerah tertentu.2

Fungsi paru dapat diukur dengan menggunakan spirometri. Terdapat

beberapa cara pengukuran spirometri untuk menentukan fungsi paru akibat

gangguan obstruksi atau retraksi. Secara sederhana fungsi paru dapat diketahui

dengan mengukur forced expiratory volume in one second (FEV1) yaitu volume

maksimal udara yang dikeluarkan pada satu detik pertama ketika ekspirasi

maksimal setelah melakukan inspirasi maksimal dan forced vital capacity (FVC)

repository.unisba.ac.id
2

yaitu jumlah volume maksimal udara yang diekspirasikan dengan kekuatan penuh

setelah inspirasi maksimal. Nilai FEV1/FVC menunjukkan penurunan fungsi paru

dalam persentase.3

Penelitian terhadap populasi yang tinggal di dataran tinggi perlu dilakukan

dalam rangka mempelajari proses adaptasi manusia terhadap lingkungan dan

evolusi manusia. Daerah dataran tinggi memiliki stres lingkungan unik yang

berbeda dengan dataran rendah, terutama dalam hipoksia, radiasi matahari tinggi,

suhu udara rendah, kelembapan, kecepatan angin tinggi, nutrisi terbatas, dan

topografi yang terjal. Di samping itu dapat dinyatakan beberapa faktor lagi seperti

komposisi udara, tekanan udara, cuaca, jenis dan komposisi tanah, serta habitat

yang membutuhkan jenis dan besar aktivitas fisik yang berbeda di lingkungan

dataran tinggi.4

Penduduk yang tinggal di daerah dataran tinggi menunjukkan tiga hal

penting dalam adaptasi, yakni perubahan fisiologis jangka pendek, modifikasi

selama pertumbuhan dan perkembangan, serta modifikasi gen. Penduduk di

daerah dataran tinggi mempunyai penyesuaian anatomis dan fisiologis yang khas,

yang memberinya kapasitas untuk dapat bekerja pada udara pegunungan yang

tipis. Mereka cenderung mempunyai kaki pendek, tumbuh lebih lambat dan

volume dada yang besar, dada yang membulat dan tulang dada yang dapat

mengakomodasi paru-paru lebih besar sehingga kapasitas vital paru-paru menjadi

lebih besar. Menurut Beall dkk5. perkembangan bentuk dada yang menonjol pada

populasi di dataran tinggi merupakan faktor intrinsik (genetik) yang tidak

dipengaruhi oleh ketinggian sehingga pada penduduk Qunchua Bolivia yang lahir

maupun pindah ke tempat tinggi akan memiliki karakteristik tersebut. Sementara

repository.unisba.ac.id
3

menurut Frisancho5 penduduk Qunchua yang tinggal di tempat tinggi akan

mempunyai ukuran dada yang lebih besar daripada mereka yang lahir di dataran

rendah, sehingga karakteristik tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh lingkungan

asalnya.

Terdapat perbedaan tekanan barometrik dan tekanan parsial oksigen di

berbagai ketinggian juga sangat memengaruhi proses aklimatisasi seseorang yang

berhubungan dengan fungsi paru. Penelitian mengenai pengaruh tekanan oksigen

di dataran tinggi pada fungsi paru yang merupakan hasil dari aklimatisasi masih

sangat jarang dilakukan di Indonesia, mungkin juga karena keterbatasan

ketinggian dan geografis setiap pulaunya berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut

penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah benar terdapat pengaruh kadar

oksigen pada dataran tinggi mampu memengaruhi fungsi paru atau tidak.4

Faktor lingkungan sangat penting dalam pencapaian kondisi fisik

seseorang terutama seorang atlet. Lingkungan tempat tinggal seperti temperatur,

iklim, dan ketinggian tempat tinggal akan berdampak pada perubahan fisiologis

seseorang tersebut; lingkungan tempat tinggal akan berdampak pada adaptasi

fisiologis seseorang. Salah satu bentuk adaptasi lingkungan yang dapat dijadikan

perbandingan yaitu perbedaan tekanan parsial oksigen, baik yang terdapat di

dataran rendah maupun dataran tinggi.6

Salah satu yang menarik perhatian penulis adalah tim-tim olahraga sering

melakukan latihan yang bertempat di gunung selama beberapa bulan sebelum

pertandingan.7 Hal ini tentunya bertujuan untuk meningkatkan kebugaran dan

ketahanan fisik setiap pemain. Bentuk adaptasi fisiologis berkaitan dengan

repository.unisba.ac.id
4

lingkungan di dataran tinggi dapat meningkatkan fungsi organ tubuh yang akan

menunjang kebugaran pemain tim tersebut.8

Selain pengaruh terhadap fungsi paru, ada pula pengaruh ketinggian pada

nilai hemoglobin yang terdapat dalam tubuh penduduk di dataran tinggi.6,9 Seperti

yang kita ketahui peningkatan produksi sel darah merah terutama diakibatkan oleh

keadaan hipoksia. Biasanya ketika seseorang terpapar oleh kadar oksigen yang

rendah selama beberapa minggu, hematokrit dapat meningkat perlahan-lahan dari

nilai normal yang berkisar 40 sampai 45 menjadi rata-rata 60, hal ini sesuai

dengan peningkatan kadar hemoglobin dari nilai normal 15 g/dL menjadi 20

g/dL.6

Hemoglobin dalam sel darah merah berfungsi untuk mengangkut oksigen

ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan dan untuk metabolisme. Penurunan kadar

oksigen di jaringan akan menyebabkan hipoksia yang nantinya akan memengaruhi

kapasitas kerja seseorang. Hipoksia jaringan terutama di ginjal akan merangsang

pengeluaran eritropoetin yang menginisiasi pembentukan eritrosit, hal ini pula

yang nantinya akan berpengaruh pada peningkatan nilai hemoglobin seseorang.6

Dari keterangan di atas penulis tertarik untuk membandingkan fungsi paru

penduduk dataran tinggi dengan penduduk dataran rendah serta kadar hemoglobin

dalam tubuh berkaitan dengan perbedaan tekanan oksigen di kedua tempat

tersebut. Rumah Sakit Pasir Junghun AMN PTPN VIII Pangalengan merupakan

salah satu rumah sakit yang berada di dataran tinggi terletak pada ketinggian

1.650 m dpl.10 dan Rumah Sakit AMN PTPN VIII Subang yang merupakan salah

satu rumah sakit berada di dataran rendah terletak pada ketinggian 65 m dpl.,11

akan dibandingkan fungsi paru dan nilai hemoglobin setiap karyawannya. Kedua

repository.unisba.ac.id
5

rumah sakit tersebut berada di bawah naungan perusahaan yang sama sehingga

memiliki karakteristik peraturan yang sama sehingga baik untuk dibandingkan.

Karakteristik yang diperhatikan pada penelitian seperti jenis kelamin, usia

produktif, tinggi badan, berat badan, serta tekanan darah untuk memperlihatkan

homogenisasi kedua populasi yang akan dibandingkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut:

1) bagaimana perbandingan nilai FEV1 rata-rata antara karyawan rumah sakit

Pasir Junghun AMN PTPN VIII Pangalengan dan rumah sakit AMN

PTPN VIII Subang.?

2) bagaimana perbandingan nilai hemoglobin rata-rata antara karyawan

rumah sakit Pasir Junghun AMN PTPN VIII Pangalengan dan karyawan

rumah sakit AMN PTPN VIII Subang.?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini secara umum yaitu untuk mengetahui perbandingan

fungsi paru dan nilai hemoglobin antara masyarakat yang bekerja di

dataran tinggi dan masyarakat yang bekerja di dataran rendah.

repository.unisba.ac.id
6

1.3.2 Tujuan Khusus

Dibawah ini adalah tujuan khusus penelitian.

1) Mengukur nilai FEV1 dan nilai hemoglobin karyawan rumah sakit Pasir

Junghun AMN PTPN VIII Pangalengan.

2) Mengukur nilai FEV1 dan nilai hemoglobin karyawan rumah sakit AMN

PTPN VIII Subang.

3) Mengukur perbandingan nilai FEV1 rata-rata antara karyawan rumah sakit

Pasir Junghun AMN PTPN VIII Pangalengan dan rumah sakit AMN

PTPN VIII Subang.

4) Mengukur perbandingan nilai hemoglobin rata-rata antara karyawan

rumah sakit Pasir Junghun AMN PTPN VIII Pangalengan dan karyawan

rumah sakit AMN PTPN VIII Subang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan bahan

rujukan perihal fungsi paru dan nilai hemoglobin yang berkaitan dengan

perbedaan tekanan oksigen di berbagai dataran.

2) Sebagai tambahan informasi untuk penelitian lain mengenai kaitan kadar

tekanan oksigen di dataran tinggi dan dataran rendah dengan fungsi paru

serta nilai hemoglobin

repository.unisba.ac.id
7

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Pemerintah

1) Memberikan gambaran umum hubungan tekanan oksigen dengan fungsi

paru dan kadar hemoglobin pada masyarakat di dataran tinggi dan

masyarakat di dataran rendah yang mungkin dapat memengaruhi kinerja.

2) Pemerintah diharapkan dapat lebih bijaksana lagi membuat kebijakan yang

berhubungan dengan kinerja rumah sakit di berbagai dataran di Indonesia

berdasarkan informasi dari penelitian ini.

1.4.2.2 Bagi Masyarakat Umum

Masyarakat diharapkan dapat mengerti pengaruh lingkungan dalam hal

tekanan oksigen di berbagai geografis pada fungsi paru dan nilai

hemoglobin sehingga dapat menjaga fungsi organ tubuh baik untuk

masyarakat di dataran tinggi, maupun di dataran rendah.

1.4.2.3 Bagi Pengelola Rumah Sakit

Pengelola rumah sakit dapat mengerti hubungan tekanan oksigen terhadap

fungsi paru sehingga diharapkan pengelola rumahsakit nantinya dapat

membuat kebijakan khusus guna mempertahankan kinerja dari rumah sakit

tersebut, contohnya dengan olahraga bersama.

1.4.2.4 Bagi Karyawan Rumah Sakit

Karyawan rumah sakit di berbagai dataran mampu memahami hubungan

tekanan oksigen pada fungsi paru sehingga para karyawan lebih mawas

diri untuk menjaga kebugaran dan kesehatan guna mempertahankan

kinerja individu karyawan tersebut agar dapat menunjang kinerja rumah

sakit sebagai pusat layanan kesehatan.

repository.unisba.ac.id

Anda mungkin juga menyukai