NIM: 2110913120008
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANJARBARU
2021
1. PENDAHULUAN
Sistem pernafasan mencakup seluruh pernapasan yang berjalan ke
paru. Dalam keadaan normal paru mengandung sekitar 2 sampai 2,5 liter
udara selama siklus respirasi, tetapi dapat diisi sampai 5,5 liter atau
dikosongkan sampai tersisa 1 liter.Pada orang dewasa sehat, rata-rata
jumlah udara maksimum yang dapat dikandung oleh kedua paru adalah
sekitar 5,7 liter pada pria (4,2 liter pada wanita). Bentuk anatomis, usia,
distensibilitas paru, dan ada atau tidaknya penyakit pernafasan
mepengaruhi kapasitas paru total ini. Perubahan-perubahan volume paru
yang terjadi selama bernafas dapat diukur menggunakan spirometer.
Spirometer merupakan suatu metode sederhana untuk mencatat volume
udara yang masuk dan keluar paru-paru. Spirometer ini terdiri dari sebuah
drum yang dibalikkan di atas bak air , dan drum tersebut diimbangi oleh
suatu beban. Dalam drum terdapat oksigen untuk bernafas , dan sebuah
pipa yang menghubungkan mulut dengan ruang gas atau oksigen. Apabila
seseorang bernafas dari dank e dalam ruang ini, drum akan naik turun dan
terjadi perekaman yang sesuai di atas gulungan kertas yang berputar.
1
4. Volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah
ekspirasi paling kuat disebut volume residu (VR).Volume ini
besarnya kira-kira 1200 ml.
5. Kapasitas inspirasi (KI) adalah jumlah udara yang dapat dihirup
oleh seseorang, dimulai dari tingkat ekspirasi normal dan
pengembangan paru sampai jumlah maksimum.
Kapasitas Inspirasi (IC) = Volume alun nafas (VT) + volume
cadangan inspirasi (IRV)
6. Kapasitas residu fungsional (KRF) adalah jumlah udara yang
tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal
Kapasitas residu fungsional (FRC) = Volume cadangan ekspirasi
(ERV) + Volume residu (RV)
7. Kapasitas vital (KV) adalah julah udara maksimum yang dapat
dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi
paru secara maksimum dan mengeluarkan sebanyak-banyaknya.
Kapasitas vital (VC) =volume cadangan inspirasi (IRV) + volume
alun nafas (VT) + volume cadangan ekspirasi (ERV)
8. Kapasitas paru total (KPT) adalah volume maksimum di mana paru
dapat dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa.
Kapasitas paru total (KPT) = VT + IRV + ERV + RV. Nilai rata-
ratanya = 5.700-6.000 ml.
9. Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (Forced Expiratory
Volume, FEV₁). Volume udara yang dapat diekspirasi selama detik
pertama eksprasi pada penentuan KV. Biasanya KEV₁ adalah
sekitar 80%; yaitu dalam keadaan normal 80% udara yang dapat
dipaksa keluar dari paru yang mengembang maksimum dapat
dikeluarkan dalam 1 detik pertama. Pengukuran ini memberikan
indikasi laju aliran udara maksimum yang dapat terjadi di paru.
2
Frekuensi pernapasan yang berkaitan dengan jumlah proses inspirasi-
ekspirasi seseorang dalam hitungan waktu ini akan sangat
berpengaruh dalam jumlah udara yang dapat masuk maupun keluar
paru-paru. Frekuensi pernapasan inipun tidak luput dari berbagai factor
yang dapat mempengaruhinya diantaranya sebagai berikut 2:
A. Usia
Bertambahnya umur seseorang mengakibatkan frekuensi
pernapasan menjadi semakin lambat. Pada usia lanjut, energi yang
dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan pada saat pertumbuhan,
sehingga oksigen yang diperlukan relative sedikit. Untuk
mengimbangi kebutuhan oksigen yang relatif kecil ini maka
frekuensi pernapasan pada orang dengan usia lanjut jauh lebih
kecil dibandingkan dengan orang yang usianya lebih muda dalam
masa pertumbuhan yang memiliki kebutuhan energi yang lebih
besar. Frekuensi yang kecil ini menunjukkan juga bahwa volume
udara yang dapat masuk maupun keluar paru akan lebih kecil bila
dibandingkan dengan volume udara pernapasan pada orang dengan
usia lebih muda dan frekuensi pernapasan yang lebih besar.
B. Suhu tubuh
Jika suhu tubuh menurun, tubuh akan meningkatkan
metabolismenya, sehingga kebutuhan akan oksigen meningkat.
Sama halnya dengan factor usia, kebutuhan akan oksigen yang
meningkat akibat peningkatan metabolisme tubuh juga
meningkatkan frekuensi napas yang dengan otomatis juga
berpengaruh pada volume udara pernapasan seseorang.
C. Posisi tubuh
Posisi tubuh mempengaruhi banyaknya otot yang bekerja.
Misalnya pada saat berdiri otot akan berkontraksi sehingga oksigen
yang dibutuhkan lebih banyak dan laju pernapasan pun akan
menigkat dibandingkan pada saat orang duduk.
3
D. Jenis kelamin
Pada umumnya laki-laki banyak memutuhkan energi. Oleh
karena itu, kebutuhan oksigennya lebih banyak daripada
perempuan.
E. Tahap perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-
paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Pada
orang dewasa thorax diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia
juga terjadi perubahan pada bentuk thorax dan pola napas.
F. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi
oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin rendah tekanan parsial
oksigen darah arteri, sehingga makin sedikit oksigen yang dihirup
individu. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan
tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga
kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang
dingin akan terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya
meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-
kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
G. Gaya hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplai oksigen
dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang
berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
H. Status kesehatan
Pada orang yang sehat system kardiovaskuler dan pernapasan
dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada system kardiovaskuler
kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-se
tubuh.
4
I. Narkotika
Narkotika seperti morfin dapat menurunkan laju dan
kedalaman pernapasan ketika depresi pusat pernapasan di medulla.
5
2. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :
6
4.6 Setelah melakukan pembebanan probandus disuruh beristirahat selama
5 menit.
4.7 Lakukan test force spirometry :
a. Nyalakan alat dengan menekan tombol ON/Off
b. Tekan tombol forced untuk melakukan tes force spirometry
c. Tekan tombol , kemudian masukan data pasien, pengisian harus
tepat karena akan mempengaruhi nilai predictive vital capacity.
d. Tekan tombol start, dan bersiaplah untuk melakukan percobaan.
e. Probandus memegang pneumotachograph set dan mulut
diletakkan pada bagian mouthpiece kemudian probandus disuruh
melakukan inspirasi maksimal, lalu melakukan ekspirasi maksimal
dengan cepat dan tuntas.
f. Jika prosedur e telah dianggap benar, tekan tombol accept.
g. Probandus disuruh bernapas normal minimal selama 30 detik.
h. Ulangi prosedur d, e dan f sebanyak 3 kali.
i. BTL-08 spiro akan secara otomatis memilih hasil percobaan yang
terbaik.
j. Tekan tombol print untuk mencetak hasil percobaan.
4.8 Hitung perubahan nilai FEV1 post pembebanan dengan nilai FEV1
sebelum pembebanan dengan rumus
FEV 1 pre pembebanan−FEV 1 post pembebanan
% ∆ FEV = X 100 %
FEV 1 pr e pembebanan
7
5. HASIL
Praktikum : SPIROMETRI DENGAN PEMBEBANAN
Laki-
1. Tn. A 19 160 65
laki
Laki-
2. Tn. B 20 167 49
laki
4,33
= -0,33 x 100
4,33
8
= -7,62%
4,12
4,12
= -3,88%
Kesimpulan :
Mengetahui,
(Assisten mahasiswa)
9
6. PEMBAHASAN
Respirasi atau pernapasan adalah usaha tubuh untuk memenuhi
kebutuhan O2 dalam proses metabolisme dan mengeluarkan CO2 sebagai
hasil metabolisme dengan perantara organ paru dan saluran napas bersama
kardiovaskular sehingga dihasilkan darah yang kaya oksigen. Respirasi
mempunyai 3 tahap yaitu: ventilasi, difusi, perfusi. Ketiga komponen ini
selalu bekerjasama dan bila ada gangguan pada salah satu atau lebih
komponen maka akan terjadi gangguan pertukaran gas. Situasi faal paru
seseorang dikatakan normal jika hasil kerja proses ventilasi, difusi, perfusi,
serta hubungan antara ventilasi dengan perfusi pada orang tersebut dalam
keadaan santai menghasilkan tekanan parsial gas darah arteri (PaO2 dan
PaCO2) yang normal 6. Yang dimaksud keadaan santai adalah ketika
jantung dan paru tanpa beban kerja yang berat. Pemeriksaan fungsi paru
merupakan satu metode yang objektif dalam menilai perubahan atau
gangguan fungsi paru seorang penderita dengan penyakit paru atau
dicurigai mengalami gangguan paru. Dengan hasil pemeriksaan fungsi
paru akan dapat menentukan bagaimana pola gangguan fungsi, apakah
gangguan obstruktif atau restriktif. Informasi yang diperoleh dari evaluasi
objektif ini sangatlah penting untuk menentukan bagaimana dan kapan
pengobatan penderita dimulai dan apakah pengobatan yang diberikan
memberi respons atau tidak.
10
c. Peningkatan fungsi paru signifikan setelah pengobatan dengan
anti inflamasi selama 4 minggu :
Peningkatan FEV1 >12% dan >200mL (atau PEF >20%) dari
baseline setelah terapi 4 minggu, tanpa infeksi saluran nafas
d. Exercise challenge test positif :
Penurunan FEV1 >10% dan 200mL dari baseline
e. Bronchial challenge test positif :
Penurunan FEV1 ≥20% dari baseline dengan dosis methacholin
atau histamine standar atau penurunan ≥15% dengan
rangsangan hiperventilasi terstandar, salin hipertonis, atau
manitol
f. Variasi fungsi paru yang eksesif antara kunjungan ke dokter :
Variasi FEV1 >12% dan >200mL antara kunjungan, tanpa
adanya infeksi saluran nafas
Pemeriksaan spirometri adalah pemeriksaan untuk mengukur volume
paru statik dan dinamik seseorang dengan alat spirometer. Spirometri
sederhana biasanya memberikan informasi yang cukup. Sejumlah
spirometer elektronik yang murah dan kadang-kadang spirometer
komputer mampu mengukur dengan tepat parameterparameter tertentu
seperti kapasitas vital, volume ekspirasi paksa dalam detik pertama
(FEV1) dan puncak expiratory flow. Meskipun spirometer sendiri tidak
mungkin membuat diagnosis spesifik namun dapat menentukan adanya
gangguan obstruktif dan restriktif serta dapat memberi perkiraan derajat
kelainan. Dalam tinjauan kepustakaan ini membahas tentang faal paru
statik yaitu volume udara pada keadaan statis yang tidak terkait dengan
dimensi waktu, terdiri atas: (1) Tidal volume (TV), (2) Inspiratory reserve
volume/ volume cadangan inspirasi (IRV/VCI), (3) Expiratory reserve
volume/volume cadangan ekspirasi (ERV/VCE), (4) Residual volume
(RV), (5) Inspiratory capacity/kapasitas inspirasi (IC/KI), (6) Functional
residual capacity/kapasitas residu fungsional (FRC/KRF), (7) Vital
capacity/kapasitas vital (VC/KV), (8) Forced vital kapasity/kapasitas vital
paksa (FVC/KVP), (9) Total lung capacity/kapasitas paru total
11
(TLC/KPT). Fisiologi Sistem Respirasi Istilah faal mempunyai arti kerja
atau fungsi. Faal paru berarti kerja atau fungsi paru dan uji faal paru
mempunyai arti menguji apakah fungsi paru seseorang berada dalam
keadaan normal atau abnormal. Pada kehidupan suatu individu, paru mulai
berfungsi saat individu lahir, yaitu saat tangis pertama yang menunjukkan
adanya proses mekanika inspirasi pertama disusul dengan ekspirasi
pertama. Begitulah seterusnya proses pernapasan itu terdiri atas inspirasi
dan ekspirasi berlangsung dimulai sejak lahir sampai napas berhenti pada
akhir hayat seseorang individu.5,6 Sistem respirasi secara fundamental
merupakan sarana untuk menghirup udara, memfasilitasi pertukaran gas
dalam udara dengan suatu cairan (darah) dan akhirnya mengembuskan
keluar udara dengan komposisi yang berbeda. Sebagaimana dijelaskan
lewat hukum gas ideal dan hokum Boyle, udara dan gas yang menjadi
komponennya ditandai oleh kuantitas, volume dan tekanannya. Demikian
pula fisiologi pernapasan dapat dijelaskan sebagai suatu rangkaian
perubahan yang digerakkan oleh tekanan dalam volume gas di dalam paru-
paru. Rangkaian perubahan ini memungkinkan regulasi O2, CO2, dan pH
di dalam darah. Fungsi paru atau fungsi sistem pernapasan yang utama
adalah melaksanakan pertukaran gas antara O2 dan CO2 di membran
respirasi (pada pernapasan eksterna) dan pada pernapasan interna meliputi
pengangkutan O2 dan CO2 dalam peredaran darah serta utilisasi O2 di
jaringan-jaringan dan pembebasan sisa metabolisme CO2 untuk dibuang
keluar tubuh oleh membran respirasi. Proses respirasi dibagi atas tiga
tahap utama yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi adalah peristiwa
masuk dan keluarnya udara kedalam paru (inspirasi dan ekspirasi). Difusi
adalah perpindahan oksigen (O2) dari alveoli ke dalam darah dan diikat
oleh Hemoglobin (Hb) menjadi senyawa Oksi-Hb dan karbondioksida
(CO2) lepas dari ikatan karbamino keluar dari darah ke alveoli. Dan
perfusi adalah distribusi Oksi-Hb dalam darah ke jaringan seluruh tubuh
dan CO2 dari jaringan ke alveoli paru. Fungsi yang lain dari sistem
pernapasan adalah: fungsi fonasi (bicara), pertahanan tubuh oleh paru dan
saluran napas, fungsi keseimbangan asam–basa dan keseimbangan air.
12
Tes fungsi paru atau spirometri adalah prosedur untuk memeriksa
kondisi dan fungsi sistem pernapasan. Pemeriksaan ini juga dapat
membantu dokter untuk mendiagnosis penyakit saluran pernapasan serta
memantau efektivitas pengobatan. Beberapa parameter yang dapat diukur
oleh spirometer adalah 3 :
Normal
13
e. Etnis : faktor etnis mempengaruhi fungsi paru. Pada etnis
Polinesia, India, Jepang, Pakistan, dan Afrika, hasil referensi akan
dikalikan 0,90. Hal ini disebabkan karena bentuk tubuh dan
perbedaan nutrisi pada mereka yang berasal dari negara
berkembang
f. Kebiasaan merokok : akan menyebabkan penurunan fungsi paru
dibandingkan mereka yang tidak merokok. Hal ini harus
disesuaikan kembali dengan interpretasi hasil, karena pada hasil
spirogram semua yang mengalami penurunan akan dinyatakan
abnormal. Rasio FEV1/FVC ≥0,7 atau ≥70% dan FVC ≥80% dari
nilai prediksi dapat dijadikan acuan umum untuk menyatakan
bahwa hasil spirometri normal. Prediksi nilai kondisi normal pada
tiap pasien dapat berbeda-beda, tergantung umur, berat badan, dan
jenis kelamin. Jika spirometer menunjukan hasil di bawah 80%
dari nilai yang telah prediksi, pasien bisa dikatakan mengalami
gangguan pada saluran pernapasan.
Obstruktif
14
1. Kurva volume-time: FVC akan tetap normal, namun FEV1 akan turun
secara signifikan, sehingga rasio FEV1/FVC menurun di bawah lower
limit of normal range (<LLN) atau < 0,70
2. Kurva flow-volume loop terlihat konkaf pada ekspirasi
Intinya, pasien dengan PPOK tidak akan menunjukkan perbaikan
FEV1/FVC setelah pemberian bronkodilator.
15
PPOK, dinyatakan rasio FEV1/FVC < 0,70, atau nilai FEV1 <80%
post pemberian bronkodilator dimana cut off ini dinyatakan sebagai
LLN. Sedangkan untuk asthma, cut off untuk rasio FEV1/FVC adalah
< 0,75-0,80 untuk menyatakan adanya obstruksi saluran napas 4 .
Restriksi
16
Campuran
17
spirometri sederhana ataupun dengan spirometri yang canggih seperti
bodypletyismography. Bodypletyismograph merupakan alat yang dapat
mengukur volume paru lebih lengkap daripada spirometri konvensional.
Tes faal paru dilakukan dengan menilai fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi
darah paru dan transport gas O2 dan CO2 dalam peredaran darah. Untuk
uji skrining, biasanya penilaian faal paru seseorang cukup dengan
melakukan uji fungsi ventilasi paru. Untuk menilai fungsi ventilasi
digunakan spirometer untuk mencatat grafik pernapasan berdasarkan
jumlah dan kecepatan udara yang keluar atau masuk ke dalam spirometer.
Gangguan ventilasi terdiri atas gangguan restriksi dan gangguan obstruksi.
Restriksi adalah gangguan pada pengembangan paru oleh sebab apapun.
Pada gangguan restriksi, paru menjadi kaku sehingga daya tarik kedalam
lebih besar maka dinding dada mengecil. Volume paru menjadi mengecil
dan sela iga menyempit sebagai parameter yang diukur adalah VC. Nilai
normal VC 80%-120% prediksi. VC kurang dari 80% nilai prediksi
dianggap gangguan restriksi. VC lebih dari 120% nilai prediksi merupakan
suatu keadaan over atau hiperinflasi. Selain itu, pada penyakit-penyakit
restriktif kecepatan aliran normal, walaupun kadang-kadang kecepatan
aliran akan berkurang secara proporsional terhadap berkurangnya
kapasitas vital. Pada gangguan obstruksi, menunjukkan adanya penurunan
kecepatan aliran ekspirasi dan kapasitas vital normal. Pada obstruksi,
aliran udara lebih hebat. Pada obstruksi, aliran udara lebih hebat, kapasitas
vital mungkin turun sebagai akibat terperangkapnya udara. Sebagai contoh
pada penyakit asma, bronkhitis kronik, dan emfisema merupakan
penyakit-penyakit obstruktif yang paling banyak kita temukan. Respon
terhadap terapi bronkhodilator harus dievaluasi. Peningkatan kapasitas
vital setelah inhalasi bronkhodilator biasanya dianggap menunjukkan
respon yang baik terhadap terapi bronchodilator yang diberikan. Nilai
FEV, yang banyak dipakai adalah FEV1/FVC, abnormal bila <80%, rasio
FEV1/ FVC < 80 %. Parameter ini sangat penting karena tingkat akurasi
untuk obstruksi di sentral airway cukup besar. FEV1/FVC akan normal
18
apabila FVC nya sangat rendah. Berdasarkan nilai fungsi ventilasi, dapat
ditentukan beberapa data tentang ventilasi paru berikut:
19
VEP1/KVP dalam batas normal maka hal ini kemungkinan
disebabkan oleh kelainan paru restriksi. Kecenderungan untuk
menginterpretasikan suatu bentuk gabungan antara kelainan
obstruktif dan restriktif apabila ditemukan nilai KVP yang rendah.
20
DAFTAR PUSTAKA
Godfrey MS, Jankowich MD. The vital capacity is vital: epidemiology and
clinical significance of the restrictive spirometry pattern. Chest. 2016 Jan
1;149(1):238-51.
21