ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK)
OLEH
KELOMPOK 4
Himatul Ulya
Ardilla
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kita panjatkan terhadap kehadirat Allah SWT,karena berkat dan
rahmat karunia-Nya,kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan Penyakit Paru
Obstruksi Kronis (PPOK).
Kritik dan saran sangat kami harapkan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat,
Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
Cover
kata pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.2. Klasifikasi
PPOK diklasifikasi berdasarkan derajat oleh ,menurut Global Intiative
for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) tahun 2017 yaitu :
1. Derajat 0 (beresiko)
Gejala klinis : memiliki satu atau lebih gejala batuk kronik,
produksi sputum dan dispnea,terdapat paparan pada fakor resiko,
spirometri : normal.
2. Derajat 1 (ringan)
Gejala klinis : dengan atau tanpa batuk,dengan atau tanpa produksi
sputum,sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1.
Spirometri : FEV1/FVC<70%,FEV1>80%.
3. Derajat 2 (sedang)
Gejalan klinis : dengan atau tanpa batuk,dengan atau tanpa
produksi sputum,sesak napas derajat sesak 2 (sesak timbul pada
saat aktivitas).Spirometri : FEV1<70%;50%<FEV1<80%.
4. Derajat 3 (berat)
Gejala klinis : sesak napas derajat 3 dan 4,eksarsebasi lebih sering
terjadi.Spirometri : FEV1<70%;30%<FEV1<50%.
5. Derajat 4
Gejala klinis:pasien derajat 3 dengan gagal napas kronik,disertai
komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan.Spirometri :
FEV1/FVC<70%;FEV1<30%
2.1.3. Etiologi
Dari tenggorokan, saluran pernapasan terbagi menjadi 2 cabang yang
menuju paru-paru kiri dan kanan. Di dalam paru-paru, saluran pernapasan
terbagi lagi menjadi banyak cabang yang berujung pada kantong kecil
(alveoli) tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Paru-paru
mengandalkan kelenturan alami dari saluran udara dan alveoli untuk
mendorong udara berisi karbon dioksida keluar dari tubuh. Saat mengalami
penyakit paru obstruktif kronis, baik alveoli dan seluruh cabang saluran
napas menjadi tidak lentur lagi, sehingga sulit mendorong udara. Selain itu,
saluran pernapasan juga menjadi bengkak dan menyempit, serta
memproduksi banyak dahak. Akibatnya, karbon dioksida tidak dapat
dikeluarkan dengan baik dan pasokan oksigen juga menjadi berkurang.
Menurut Wahid & Suprapto, (2013 )terdapat beberapa faktor risiko yang
mempengaruhi timbulnya penyakit PPOK, yang dapat dibedakan menjadi
faktor paparan lingkungan dan faktor host.
Faktor paparan lingkungan antara lain :
a. Rokok
Menurut Danusantoso, (2013) Merokok adalah salah satu penyebab
utama terjadainya PPOK. Komponen dari asap rokok dapat
menyebabkan iritasi pada jalan nafas. Secara patologis rokok
berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus.
b. Infeksi
Eksasebasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi
virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri
yang diisolasi paling banyak adalah Haemophilius influenza dan
Streptococcus pneumonia
c. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab
bersihan jalan nafas tidak efetif pada PPOK, tetapi bila ditambah
merokok risiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia juga dapat
menyebabkan PPOK adalah zat – zat pereduksi O2, zat – zat
pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
d. Pekerjaan
Pekerjaan yang memiliki risiko besar terkait dengan terjadinya PPOK
adalah para pekerja tambang emas, pekerja yang terpapar debu silica
yaitu pekerja industry gelas dan keramik serta pekerja asbes.
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Hematokrit
Hematokrit adalah jumal sel darah merah dalam darah sehingga
dengan melakukan pemeriksaan hematokrit maka akan kita
dapatkan hasil perbandingan jumlah sel darah merah terhadap
volume darah dalam satuan persen.kadar normal hematokrit untuk
beberapa kategori:
- Bayi baru lahir: sekitar 50% – 70
- Bayi usia 1 minggu: sekitar 37% – 49%
- Bayi usia 3 bulan: sekitar 30% – 36%
- Bayi usia 1 tahun: sekitar 28% – 45%
- Anak-anak : sekitar 36% – 40%
- Pria dewasa: sekitar 38% – 50%
- Wanita dewasa: sekitar 36% – 46%
Analisa Gas Darah
Merupakan prosedur pemeriksaan yang bertujuan untuk mengukur
jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah.AGD juga dapat
digunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau pH darah..
Nilai normal,antara lain :
- pH darah arteri menunjukkan jumlah ion hidrogen dalam darah.
pH kurang dari 7,0 disebut asam, dan lebih besar pH dari 7,0
disebut basa, atau alkali. Ketika pH darah menunjukkan bahwa
darah lebih asam, maka hal ini terjadi akibat kadar karbon
dioksida yang lebih tinggi.Sebaliknya ketika pH darah tinggi yang
menunjukkan bahwa darah lebih basa, maka hal ini terjadi akibat
kadar bikarbonat yang lebih tinggi.
- Bikarbonat adalah bahan kimia yang membantu mencegah pH
darah menjadi terlalu asam atau terlalu basa.
- Tekanan parsial oksigen adalah ukuran tekanan oksigen terlarut
dalam darah.Hal ini menentukan seberapa baik oksigen bisa
mengalir dari paru-paru ke dalam darah.
- Tekanan parsial karbon dioksida adalah ukuran tekanan karbon
dioksida terlarut dalam darah. Hal ini menentukan seberapa baik
karbon dioksida dapat mengalir keluar dari tubuh.
- Saturasi oksigen adalah ukuran dari jumlah oksigen yang dibawa
oleh hemoglobin dalam sel darah merah.
d. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada PPOK adalah
foto rontgen toraks dan CT Scan toraks.
Pada foto rontgen thoraks anteroposterior-lateral, dapat ditemukan
hiperinflasi paru, hiperlusensi, diafragma tampak datar, bayangan
jantung yang sempit, dan gambaran jantung seperti pendulum (tear
drop appearance). Pada PPOK tipe bronkitis kronis dapat ditemukan
pertambahan corak vascular paru dan kardiomegali.
Pemeriksaan CT scan toraks dapat membantu dalam
mendiagnosis berbagai tipe dari PPOK. CT Scan lebih spesifik dalam
mendiagnosa emfisema jika dibandingkan foto thoraks polos
e. Pemeriksaan EKG
tes sederhana untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung.
Tes ini menggunakan mesin pendeteksi impuls listrik yang disebut
elektrokardiograf. Elektrokardiograf akan menerjemahkan impuls
listrik menjadi grafik yang ditampilkan pada layar pemantau.
Beberapa informasi yang bisa didapatkan dari pemeriksaan EKG
adalah:
Denyut jantung. Normal, terlalu lambat, atau terlalu cepat.
Irama jantung. Teratur atau tidak teratur.
Perubahan struktur otot jantung. EKG dapat melihat kemungkinan
terdapat pembesaran dari bilik atau dinding jantung.
Suplai oksigen untuk otot jantung. Seseorang dengan suplai oksigen
yang kurang dapat dicurigai terkena penyakit jantung koroner atau
bahkan sedang mengalami serangan jantung. Biasanya hal ini
ditandai oleh nyeri dada.
2.1.7. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Edukasi
Edukasi diutamakan agar pasien berhenti merokok.Selain itu juga
dijelaskan tentang jenis obat yang dikonsumsi,cara penggunaan
waktu dan dosis pemakaian oba yang tepat.
b. Rehabilitasi
Ditujukan untuk memperbaiki gejala sesak nafas dan toleransi
aktifitas fisik.program dapat dilaksanakan didalam aau diluar ruma
sakit.
c. Nutrisi
Malnutrisi merupakan hal yang sering terjadi pada PPOK.
Malnutrisi pada pasien PPOK sangat erat kaitannya dengan
penurunan fungsi paru, penurunan kapasitas aktifitas fisik, dan
tingginya angka mortalitas. Oleh karena itu, pemberian nutrisi yang
tepat merupakan bagian dari terapi pada pasien PPOK
2. Medis
a. Terapi Oksigen
Secara umum pasien PPOK berada dalam kondisi hipoksia
berkepanjangan yang dapat menimbulkan kerusakan pada sel dan
jaringan. Pemberian oksigen relatif aman dan diketahui dapat
menurunkan angka mortalitas pada pasien PPOK berat. Para ahli
menyarankan pemberian terapi oksigen pada pasien dengan PaO2 <
55mmHg, atau PaO2<59 mmHg disertai dengan polisitemia atau cor
pulmonale.
Pemberian terapi oksigen melalui nasal kanul secara berkelanjutan
merupakan pemberian standar pada pasien hipoksemia yang
stabil.Pada pasien PPOK dengan gejala gagal nafas harus
dipertimbangkan untuk penggunaan ventilator mekanik dan dengan
pengawasan yang ketat di ruang perawat intensif.
b. Terapi Eksaserbasi
PPOK merupakan kondisi penyakit yang bisa mengalami
eksaserbasi akut sehingga harus ditangani dengan cepat.
Eksaserbasi PPOK merupakan kondisi kompleks yang disebabkan
oleh peningkatan inflamasi jalan nafas, peningkatan produksi
mukus dan penumpukkan udara. Kondisi ini akan menyebabkan
sesak nafas yang hebat, batuk, dan produksi sputum yang kental dan
purulent. Eksaserbasi PPOK dapat diklasifikasikan menjadi :
Eksaserbasi ringan dapat diatasi dengan pemberian SABA
Eksaserbasi sedang dapat diatasi dengan SABA dengan tambahan
antibiotic dan/atau kortikosteroid oral
Eksaserbasi Berat perlu rawat inap atau dibawa ke unit gawat
darurat. Eksaserbasi berat dapat menyebabkan gagal nafas
c. Bronkodilator
Pada kasus eksaserbasi,dosis atau frekuensi pemberian
bronchodilator kerja pendek ditingkatkan.Dapat diberikan
kombinasi pemberian SABA dan SAMA,dengan pilihan
pemberian:
Nebulisasi Salbutamol 2.5-5 mg setiap 20 menit selama 2 jam
atau hingga kondisi klinis membaik, diikuti pemberian inhalasi
100-200mcg(1-2 puff) setiap 20 menit selama 2 jam atau hingga
kondisi membaik.
Nebulisasi Ipratropium 0.25-0.5mg setiap 20 menit selama 2 jam
atau hingga kondisi klinis membaik, diikuti pemberian inhalasi
40mcg (2 puff) setiap 20 menit selama 2 jam atau hingga kondisi
klinis membaik
d. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis yang mungkin bermanfaat untuk pasien PPOK
adalah golongan Beta 2 agonis,golongan antikolinergik,golongan
methylxanthines,kortikosteroid,mukolitik,dan antibiotic.
1. Golongan Beta 2 Agonis
Bronchodilator bekerja dengan melebarkan jalan napas sehingga
dapat menurunkan resistensi jalan napas.Bronkhodilator dapat
diberikan tunggal atau kombinasi tergantung derajat serangan
PPOK.
Golongan Beta 2 agonis bekerja dengan menstimulus reseptor
beta2-adrenergik yang mengakibatkan relaksasksi oto polos
jalan napas.
Long Acting B2
Agonis (LABA)
1. Arformoterol 4.5-9 0.00750.0 1212
Formoterol
2. Indacaterol 75-300 24
3. Olodaterol 2.5,5 24
4. Salmeterol 25-50 12
2. Golongan Antikolinergik
Golongan anikolinergik bekerja dengan memblok efek bronkho
konstriktor dari asetilkoline pada resepor M2 Muskarinik yang
terdapat di otot polos saluran napas.
3. Golongan Methyilxanthines
Jenis obat yang paling sering di pakai dari golongan ini adalah
teofilin
A. Riwayat Penyakit
1. Riwayat penyakit sekarang
Keluarga klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit,klien tiba
tiba sesak nafas kemarin malam tanggal 19 januari 2016,ada
riwayat batuk lama, saat pengkajian tanggal 28 januari 2016 klien
tampak sesak nafas dan batuk lebih kurang 3 minngu. Batuk
berdahak dank lien merupakan perokok aktif.
Auskultasi
Sering didapatakan adanya bunyi nafas ronkhi dan wheezing
sesuai tingkat beratnya obstruksi pada bronkiolus.Pada
pengkajian lain, didapatkan kadar oksigen yang rendah
(hipoksemia) dan kadar karbon dioksida yang tinggi
(hiperkapnea) terjadi pada tahap lanjut penyakit. Pada
waktunya, bahkan gerakan ringan sekali pun seperti seperti
membungkuk untuk mengikatkan tali sepatu, mengakibatkan
dispnea dan keletihan (dispnea eksersonial). Paru yang
mengalami emfisematosa tidak berkontraksi saat ekspirasi dan
bronkiolus tidak dikosongkan secara efektif dari sekresi yang
dihasilkannya. Klien renta terhadap reaksi imflamasi dan
infeksi akibat pegumpulan sekresi ini. Setelah infeksi terjadi,
klien mengalami mengi yang berkepanjangan saat ekspirasi.
2. B2 (Blood)
sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum.
Denyut nadi takikardi. Tekanan darah biasanya normal. Batas
jantung tidak mengalami pergeseran. Vena jungularis mungkin
mengalami distensi selama ekspirasi. Kepala dan wajah jarang
dilihat adanya sianosis.
2. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi
penyakit yang serius.
3. B4 (Bladder)
Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan
pada system perkemihan.Namun perawat perlu memonitori
adanya oliguria yang merupakan salah satu tanda awal dari syok.
4. B5 (Bowl)
Klien biasanya mual, nyeri lambung dan menyebabkan klien tidak
nafsu makan.Kadang disertai penurunan berat badan.
5. B6 (Bone)
Karena penggunaan otot bantu nafas yang lama klien terlihat
kelelahan, sering didapatkan intoleransi aktivitas dan gangguan
pemenuhan ADL (Ativity Day Living).
b. Kebutuhan Biopsikososial
1. Akivitas Istirahat
Klien tampak duduk membungkuk kearah depan di tempat tidur,
klien tidak dapat melakukan, aktivitas secara mandiri sehingga
perlu dibantu. Klien mengalami gannguan istirahat dan tidur,
kurang lebih 1-2 jam perhari.
2. Personal Hygiene
Klien selama dirumah sakit, tidak bisa melakukan aktivitas
perwatan diri sendiri dadn harus dibantu keluarga.
3. Nutrisi
Keluarga klien mengatakan, klien hanya makan setengah porsi
yang disediakan.
4. Eliminasi
Klien tidak menggunakan alat bantu catheter, urine berwarna
kuning jernih, bak 5-6x /hari. Bab 1x sehari
5. Psikososial
Klien mengalami kelemahan hanya duduk membungkuk ditempat
tidur kearah depan
6. Spiritual
Klien beragama islam, selama dirawat klien mengatakan tidak
bisa melaksanakan ibadah sholat karena sesak, klien hanya
berzikir dan berdoa.
BAB III
ANALISIS JURNAL