Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

PENYEHATAN UDARA – A

PRAKTIKUM PENGAMBILAN SAMPEL DAN PEMERIKSAAN


MIKROBA UDARA

Oleh :
Kelompok 3

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
BANJARBARU
2019
LAPORAN PRAKTIKUM
PENYEHATAN UDARA – A

PRAKTIKUM PENGAMBILAN SAMPEL DAN PEMERIKSAAN


MIKROBA UDARA

Anggota:

No
Nama NIM
.

1. Achmad Rizalli Lail P07133217001

2. Aprilia Widiawati P07133217003

3. Devi Andriani P07133217007

4. Halimah P07133217011

5. Malinda Cahyani P07133217019

6. Mela Andriyani P07133217021

7. Muhammad Erlangga W. P P07133217022

8. Reski Prayuda P07133217032

9. Sri Suhariyati P07133217037

10. Yusril Ihza Mahendra P07133217044

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
BANJARBARU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyusun
Laporan Praktikum Pengambilan Sampel Dan Pemeriksaan Mikroba Udara,
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Selesainya penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan, arahan dan
bimbingan banyak pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Zulfikar Ali As, S.KM, M.T. , Munawar Raharja, S.Si, M.PH dan M.
Izzuddin, S.T. selaku Dosen pengajar dan pembimbing praktek Mata Kuliah
Penyehatan Udara - A yang telah memberikan kami ilmu pengetahuan.
2. Pembimbing praktik yang telah membimbing kami dalam praktikum tersebut.
3. Semua teman-teman dalam satu kelompok yang sudah bekerjasama dalam
penyusunan laporan.
Dengan demikian kami merasa masih banyak kesalahan dalam
penyusunan laporan ini. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran
demi perbaikan laporan yang telah kami buat untuk dijadikan sebagai bahan
evaluasi, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan
pengetahuan atas permasalahan kesehatan yang ada di lingkungan sekitar.

Banjarbaru, 29 Oktober 2019

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...................................................................................1
B. TUJUAN.......................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. MIKROORGANISME UDARA...................................................................2
B. JENIS MIKROORGANISME DI UDARA...................................................3
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERADAAN
MIKROORGANISME DI UDARA..............................................................4
D. DISTRIBUSI MIKROORGANISME DI UDARA.......................................5
E. MACAM- MACAM PENYAKIT YANG DITULARKAN MELALUI
UDARA OLEH MIKROORGANISME BESERTA PENGOBATANYA...6
F. PENGENDALIAN PENYAKIT YANG TERBAWA UDARA...................10

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN


A. WAKTU DAN TEMPAT............................................................................12
B. JENIS KEGIATAN......................................................................................12
C. PEMBIMBING PRAKTEK.........................................................................12
D. ALAT DAN BAHAN..................................................................................12
E. CARA KERJA.............................................................................................13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL..........................................................................................................14
B. PEMBAHASAN..........................................................................................15

iii
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................................................16
B. SARAN........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mikroba terdapat dimana-mana di sekitar kita ada yang menghuni tanah,
air, dan udara. Studi tentang mikroba yang ada di lingkungan alamiahnya
disebut ekologi mikroba. Ekologi merupakan bagian biologi yang berkenaan
dengan studi mengenai hubungan organism atau kelompok organisme dengan
lingkungannya.
Udara, sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan
yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Udara dapat
dikelompokkan menjadi: udara luar ruangan (outdoor air) dan udara dalam
ruangan (indoor air). Kualitas udara dalam ruang sangat mempengaruhi
kesehatan manusia, karena hampir 90% hidup manusia berada dalam ruangan.
Sebanyak 400 sampai 500 juta orang khususnya di negara yang sedang
berkembang sedang berhadapan dengan masalah polusi udara dalam ruangan.
Udara bukan merupakan habitat asli dari mikroba, tetapi udara sekeliling
kita sampai beberapa kilometer di atas permukaan bumi mengandung
bermacam-macam jenis mikroorganisme dalam jumlah yang beragam.
Bidang-bidang terapan dari mikrobiologi udara adalah pada bidang kesehatan,
bidang industry, ruang angkasa, dan lain-lain. Dilihat dari hal diatas, jelaslah
bahwa mikrobiologi lingkungan merupakan salah satu bidang mikrobiologi
terapan. Sebagai ilmu terapan, maka secara langsung jasad-jasad yang
terdapat di dalamnya berperan dalam lingkungan hidup, yang terutama terdiri
dari tanah, air, dan udara. Bahkan perananan mikroba dalam lingkungan
hidup pada saat sekarang adalah sebagai jasad yang secara langsung atau
secara tidak langsung mempengaruhi lingkungan; dan juga baik jasad yang
secara langsung maupun secara tidak langsung dipengaruhi oleh lingkungan.

B. TUJUAN
Untuk mengetahui jumlah koloni kuman yang terdapat di Ruang Kuliah IV
dengan AC menyala.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. MIKROORGANISME UDARA
Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup
dan tumbuh terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara terdiri
atas organisme-organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau
terbawa serta pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia agaknya
menimbulkan bakteri di udara, batuk, dan bersin menimbulkan aerosol
biologi (yaitu kumpulan partikel di udara). Kebanyakan partikel dalam
aerosol biologi terlalu besar untuk mencapai paru-paru, karena partikel-
partikel ini tersaring pada daerah pernapasan atas. Sebaliknya, partikel-
partikel yang sangat kecil mungkin mencapai tapak-tapak infektif yang
berpotensi. Jadi, walaupun udara tidak mendukung kehidupan
mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan dalam
cuplikan udara. Jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu volume
udara akan bervariasi sesuai dengan lokasi, kondisi cuaca dan jumlah orang
yang ada. Daerah yang berdebu hampir selalu mempunyai populasi
mikroorganisme atmosfer yang tinggi. Sebaliknya, hujan salju atau hujan es
akan cenderung mengurangi jumlah organisme di udara dengan membasuh
partikel-partikel yang lebih berat dan mengendapkan debu.
Kelompok mikroorganisme yang paling banyak berkeliaran di udara bebas
adalah bakteri, jamur (termasuk didalamnya ragi) dan juga mikroalgae.
Kehadiran jasad hidup tersebut didalam udara, ada yang didalam bentuk
vegetatif (tubuh jasad) ataupun dalam bentuk generatif (umumnya spora).
Menurut Unus Suriawiria (1985), komposisi baku udara yang kita hisap
setiap saat, sudah diketahui sejak lama. Walaupun begitu sejalan artikel baru
semakin kompleknya masalah pencemaran udara maka komposisi nihil
banyak yang berubah, khususnya karena terdapat komponen
asing/mikroorganisme. Komposisi baku udara secara kimia sebagai berikut :

2
Tabel komposisi udara murni tanpa cemaran mikroorganisme

Komposisi (ppm)
Komponen
Per volume Per berat

Nitrogen 780.900 755.100

Oksigen 209.500 231.500

Argon 9.300 12.800

CO2 300 460

Neon 18 12,5

Helium 5,2 0,72

Metan 2,2 1,2

Kripton 1 2,9

N. oksida 1 1,5

Hidrogen 0,5 0,08

Xenon 0,08 0,36

Kelompok mikroorganisme yang memucat banyak berkeliaran di udara


bebas, adalah bakteri, jamur (termasuk didalamnya ragi) dan mikroalgae.
Kehadiran jasad hidup nihil di udara, ada yang didalam bentuk vegetatif
(tumbuh jasad) ataupun ilustrasi bentuk generatif (umumnya spora).

B. JENIS MIKROORGANISME DI UDARA


Menurut Irianto (2002), jumlah mikroorganisme yang mencemari udara
juga ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan, misalnya dari
saluran pernafasan manusia yang diseprotkam melalui batuk dan bersin, dan
partikel-partikel debu yang terkandung dalam tetes-tetes cairan berukuran
besar dan tersuspensi dan dalam “inti tetesan” yang terbentuk bila titik-titik
cairan berukuran kecil menguap. Organisme yang memasuki udara dapat
terangkut sejauh beberapa meter atau beberapa kilometer, sebagian segera
mati dalam beberapa detik, sedangkan yang lain dapat bertahan hidup selama
berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan lebih lama lagi.

3
Nasib akhir mikroorganisme yang berasal dari udara diatur oleh
seperangkat rumit keadaan di sekeliling (termasuk keadaan astmosfer,
kelembaban, cahaya matahari dan suhu) ukuran partikel yang membawa
miroorganisme itu, serta ciri-ciri mikroorganismenya terutama kerentanannya
terhadap keadaan fisik di atmosfer.
Alga, protozoa, khamir, kapang, dan bakteri telah diisolasi dari udara
dekat permukaan bumi. Contoh mengenai jasad-jasad renik yang dijumpai di
atmosfer kota diperlihatkan pada tabel berikut:

Tinggi (meter) Bakteri (genus) Cendawan (genus)


Aspergillus
Alcaligenes
1.500 – 4.500 Macrosporium
Bacillus
Penicillium
Aspergillus
4.500 – 7.500 Bacillus
Clasdosporium
Sarcina Aspergillus
7.500 – 10.500
Bacillus Hormodendrum
Bacillus Aspergillus
10.500 – 13.500
Kurthia Hormodendrum
Micrococcus
13.500 – 16.500 Penicillium
Bacillus

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERADAAN


MIKROORGANISME DI UDARA 
Sejumlah faktor intrinsik dan lingkungan mempengaruhi dan distribusi
jenis mikroorganisme di udara. faktor intrinsik meliputi sifat dan keadaan
fisiologis mikroorganisme dan juga keadaan suspensi. Spora relatif lebih
banyak daripada sel vegetatif. 
Hal ini terutama karena sifat spora dorman yang memungkinkan mereka
untuk mentolerir kondisi yang tidak menguntungkan seperti pengeringan,
kurangnya nutrisi yang cukup dan radiasi ultraviolet. Demikian pula spora
fungi berlimpah di udara karena spora merupakan alat penyebaran
penyebaran fungi.   Ukuran mikroorganisme merupakan faktor yang
menentukan jangka waktu mereka untuk tetap  melayang di udara. Umumnya

4
mikroorganisme yang lebih kecil dapat dengan mudah dibebaskan ke udara
dan tetap di sana selama jangka waktu lama.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroorganisme udara
adalah suhu atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain.
Temperatur dan kelembaban relatif adalah dua faktor penting yang
menentukan viabilitas dari mikroorganisme dalam aerosol.Studi
dengan Serratia marcesens dan E. coli menunjukkan bahwa kelangsungan
hidup udara terkait erat dengan suhu. 
Kelembaban relatif yang lebih tinggi maupun lebih
rendah juga mempengaruhi mikroorganisme. Hampir semua virus mampu
bertahan hidup lebih baik pada RH17 sampai 25%. Namun, virus
poliomyelitis bertahan lebih baik pada RH 80 – 81%. Kemampuan
mikroorganisme bertahan hidup lebih ditentukan oleh RH dan suhu.
Pengaruh angin juga menentukan keberadaan mikroorganisme di
udara. Pada udara yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi. Tapi
sedikit aliran udara dapat menjaga mereka dalam suspensi untuk waktu yang
relatif lama. Angin penting dalam penyebaran mikroorganisme karena
membawa mereka lebih jauh.  Ketinggian membatasi distribusi mikroba di
udara. Semakin tinggi dari permukaan bumi, udara semakin kering, radiasi
ultraviolet semakin tinggi, dan suhu semakin rendah sampai bagian puncak
troposfer. Hanya spora yang dapat bertahan dalam kondisi ini, dengan
demikian, mikroorganisme yang masih mampu bertahan pada ketinggian
adalah mikroorganisme dalam fase spora dan bentuk-bentuk resisten lainnya.

D. DISTRIBUSI MIKROORGANISME DI UDARA


1. Mikroorganisme Di Luar Ruangan
Mikroorganisme yang paling banyak ditemukan yaitu spora jamur,
terutama Alternaria, Penicillium, dan Aspergillus. Mereka dapat
ditemukan baik di daerah kutub maupun tropis. Mikroorganisme yang
ditemukan di udara di atas pemukiman penduduk di bawah ketinggian 500
kaki yaitu spora Bacillus dan Clostridium, yeast, fragmen dari miselium,

5
spora fungi, serbuk sari, kista protozoa, alga, Micrococcus, dan
Corynebacterium, dan lain-lain.
2. Mikroorganisme di dalam Ruangan
Dalam debu dan udara di sekolah dan bangsal rumah sakit
atau kamar orang menderita penyakit menular, telah ditemukan
mikroorganisme seperti bakteri tuberkulum, streptokokus,
pneumokokus, dan staphylokokus.  Bakteri ini tersebar di udara
melalui batuk, bersin, berbicara, dan tertawa. Pada proses tersebut
ikut keluar cairan saliva dan mukus yang mengandung mikroba.
Virus dari saluran pernapasan dan beberapa saluran usus juga
ditularkan melalui debu dan udara.
3. Mikroorganisme Udara di Rumah Sakit
Meskipun rumah sakit adalah tempat pengobatan berbagai
penyakit, ada kasus dimana penyakit menular tambahan diderita
pasien pada saat rawat inap. Udara di dalam rumah sakit dapat
bertindak sebagai reservoir mikroorganisme patogen yang
ditularkan oleh pasien.  Infeksi yang diperoleh selama perawatan di
rumah sakit tersebut disebut infeksi nosokomial dan patogen yang
terlibat disebut sebagai patogen nosokomial.
Infeksi nosokomial di rumah sakit mungkin dibawa oleh
staf atau pasien yang masuk ke rumah sakit. Infeksi nosokomial
yang banyak ditemukan yaitu berasal dari Haemophilus.
influenzae, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aeruginosa, anggota Enterobacteriaceae dan virus
pernafasan.

E. MACAM- MACAM PENYAKIT YANG DITULARKAN MELALUI


UDARA OLEH MIKROORGANISME BESERTA PENGOBATANYA
1. Tuberkulosis atau TBC
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang sangat mudah sekali
dalam penularannya. Penderita TBC biasanya mengalami batuk yang
berkepanjangan sebagai gejala utama selama beberapa minggu yang

6
diikuti dengan demam tinggi. Pada umumnya penularan TBC terjadi
secara langsung ketika sedang berhadap-hadapan dengan si penderita,
yaitu melalui ludah dan dahak yang keluar dari batuk dan hembusan nafas
penderita. Secara tidak langsung dapat juga melalui debu, Lamanya dari
terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala penyakit dari yang
berbulan-bulan sampi tahunan membuat penyakit ini digolongkan penyakit
kronis.
TBC bisa diobati, asalkan benar-benar mempunyai keinginan dan
semangat yang besar untuk sembuh. Adapun obat TBC yang utama adalah
Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Streptomisin dan
Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan yang sering digunakan adalah
Kanamisin, Kuinolon, Makroloid, dan Amoksilin dikombinasikan dengan
Klavulanat. Pengobatan ini dilakukan selama 12 bulan untuk keseluruhan.
Faktor utama dari pada kesembuhan adalah prilaku dan lingkungan
dimana sipenderita itu tinggal, kedisiplinan dalam minum obat dan dan
dukungan orang-orang disekitar si penderita.
2. Miningitis
Miningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu
membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Miningitis
dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur
yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak.
Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan miningitis
diantaranya:
1. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus)
2. Neisseria meningitidist (meningococcus)
3. Haemophilus influenzae (haemophilus)
4. Listeria monocytogenes (listeria)
5. Bakteri lainnya juga dapat menyebabkan miningitis adalah
Staphylococcus aureus dan Mycobacterium tuberculosis
Tanda dan gejala penyakit miningitis yang khas dan umum
ditampakkan oleh penderita miningitis diatas umur 2 tahun adalah demam,
sakit kepala dan kekakuan otot leher yang berlangsung berjam-jam atau

7
dirasakan sampai 2hari. Tanda dan gejala lainnya adalah photophobia
(takut/menghindari sorotan cahaya terang), phonophobia (takut/terganggu
dengan suara yang keras), mual, muntah, sering tampak kebingungan,
kesusahan untuk bangun dari tidur, bahkan tak sadarkan diri.
Adapun beberapa antibiotik yang sering diresepkan oleh dokter
pada kasus miningitis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus
pneumoniae dan Neisseria meningitidist antara lain Cephalosporin
(ceftriaxone atau cefotaxime). Sedangkan miningitis yang disebabkan oleh
bakteri Listeria monocytogenes akan diberikan Ampicilin, Vancomycin
dan Carbepenem (meropenem), Chlorampheniod atau Ceftriaxone
Treatment atau Therapy lainnya adalah yang mengarah kepada gejala yang
timbul misalkan sakit kepala dan demam (paracetamol), shock dan kejang
(diazepam) dan lain sebagainya.
3. Flu Burung
Avian Influenza atau flu burung adalah suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh virus influenza H5N1. Virus yang membawa
penyakit ini terdapat pada unggas dan dapat menyerang manusia. Flu
burung terkadang sulit terdeteksi pada stadium awal, karena gejala klinis
penyakit ini sangat mirip dengan gejala flu biasa,antara lain demam, sakit
tenggorokan, batuk, pilek, nyeri otot, sakit kepala, dan lemas. Namun,
dalam waktu singkat penyakit ini dapat menyerang paru-paru dan
menyebabkan peradangan (pneumonia). Jika tidak dilakukan penanganan
segera, pada banyak kasus penderita akan meninggal dunia.
Upaya pencegahan penularan virus flu burung adalah senantiasa
menjaga sanitasi lingkungan. Pola hidup yang tidak menjaga kesehatan
dan kebersihan lingkungan akan mempercepat penyebaran virus ini. Selain
itu, rajinlah mencuci tangan, jangan sembarangan mengorek lubang hidung
jika jemari belum dicuci dengan sabun. Waspadai semua kotoran unggas
peliharaan, kandang, sangkar maupun kotoran burung liar.
4. Pneumonia
Pneumonia atau yang dikenal dengan nama penyakit radang paru-
paru ditandai dengan gejala yang mirip dengan penderita selesma atau

8
radang tenggorokan biasa, antara lain batuk, panas, napas cepat, napas
berbunyi hingga sesak napas, dan badan terasa lemas.Penyakit ini
umumnya terjadi akibat bakteri Streptococus pneumoniae dan Hemopilus
influenzae yang berterbangan di udara terhirup masuk ke dalam tubuh.
Bakteri tersebut sering ditemukan pada saluran pernapasan, baik pada
anak-anak maupun orang dewasa. Selain dapat menimbulkan infeksi pada
paru-paru, bakteri berbahaya itu juga dapat mengakibatkan radang selaput
pada otak (meningitis) serta infeksi pembuluh darah yang amat fatal.
5. Sars
Sindrom pernapasan akut parah atau Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) merupakan penyakit yang ditandai dengan gejala awal
gangguan pernapasan berupa napas pendek dan terkadang disertai batuk.
Penyebab SARS adalah Coronavirus, yaitu virus yang bersifat menular
dan umumnya menyerang saluran pernapasan atas, virus ini juga dapat
menyebabkan flu.
Sars adalah stadium lanjut dari pneumonia sehingga gejala awal
yang dialami penderita juga mirip dengan flu biasa. Namun, demam yang
menyerang penderita SARS dapat mencapai 38 derajat Celcius yang
terkadang disertai dengan menggigil, sakit kepala, perasaan lesu, serta
nyeri tubuh.
Belum ditemukan vaksin untuk mencegah penyakit ini, sehingga
yang dibutuhkan adalah sikap waspada agar tidak terjangkit. Beberapa
cara yang dapat dilakukan antara lain: Mencuci tangan sesering mungkin.
Bila bersentuhan dengan sesuatu yang banyak mengandung kuman atau
kotoran, gunakan alkohol untuk membunuh bakteri yang menempel di
kulit. Hindari menyentuh mulut, mata, hidung dengan tangan yang kotor. 
Gunakan masker apabila menderita batuk/pilek agar kuman dan
bakteri tidak menyebar ke orang lain. Sebagian besar infeksi terjadi di
rumah sakit, karena itu kurangi frekuensi mengunjungi ruangan dengan
tingkat infeksi tinggi.

9
F. PENGENDALIAN PENYAKIT YANG TERBAWA UDARA
1. Imunisasi. Dengan pemberian vaksin rubella pada anak-anak laki-laki dan
perempuan sejak dini
2. Pengubahan kandungan jasad penyebab infeksi di udara dengan
penyaringan, sterilisasi atau pengenceran. Penyaringan udara yang diputar
ulang dengan mengalirkan jumlah udara melalui penyaring dengan
memerlukan sistem ventilasi komplek ditambah penggunaan energi yang
besar. Teknik pengendalian di udara dengan pengenceran dengan
melakukan penggantian udara dalam dengan udara luar secara terus-
menerus. Terdapat juga metode untuk mengendalikan penyakit yang
disebarkan melalui udara, yaitu :
a) Metode sinar ultraviolet
Digunakan pada ruangan yang sesak dengan daya tembus jelek,
merusak mata sehingga sinar harus diarahkan ke langit-langit
b) Metode aliran udara satu arah
Digunakan di laboratorium industri ruang angkasa dengan batasan
mahal untuk pemanasan atau pengaturan udara
c) Metode sirkulasi ulang, udara tersaring
Digunakan di tempat apa saja dengan batasan penyaring harus
sering diganti.
d) Metode pembakaran
Digunakan pada ventilasi udara dari cerobong yang didalamnya
terdapat organisme yang menginfeksi sedang dipindahkan (Volk and
Wheeler, 1989).
Upaya untuk membebaskan udara dalam ruangan dari
mikroba  .Saat ini telah banyak dijual penyejuk udara/ AC dengan
kemampuan anti mikroba. Cara sterilisasi udara yang digunakan pada
penyejuk udara tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Mengalirkan udara melalui filter yang mengandung Leuconostoc
Citreum (bahan efektif untuk menangkal avian influenza dari tumbuhan
kimchii), Ag-Z (nano silver zeolite), Houttuyina (tumbuhan obat alami
dari Korea),  dan  Triclosan (pembunuh jamur, bakteri, dan kuman).

10
Keempat zat kimia itu akan bekerja secara efektif membunuh semua
jenis bakteri, kuman, dan virus flu burung.
2. Mengalirkan udara melewati tetesan air yang telah dialiri arus listrik.
3. Mengalirkan udara melewati ion perak.

11
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. WAKTU DAN TEMPAT


1. Pengambilan Sampel
Hari/tanggal : Kamis, 24 Oktober 2019
Waktu : 09.00 – selesai
Tempat : Ruang Kuliah VI Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
Jurusan Kesehatan Lingkungan
2. Pemeriksaan Sampel
Hari/tanggal : Kamis, 24 Oktober 2019 dan Minggu, 27 Oktober 2019
Waktu : 15.00 – selesai
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Poltekkes Kemenkes
Banjarmasin Jurusan Kesehatan Lingkungan

B. JENIS KEGIATAN
Pengambilan sampel udara dalam ruangan dengan AC menyala.

C. PEMBIMBING PRAKTEK
1. Zulfikar Ali As, S.KM, M.T.
2. Munawar Raharja, S.Si, M.PH
3. M. Izzuddin, S.T.

D. ALAT DAN BAHAN


Pengambilan Sampel 7. Tabung reaksi
1. Tabung midget impinger steril 8. Garam fisiologis steril
dan tidak steril 9. Aquades
2. Rak midget impinger 10. Alkohol
3. Trifoot 11. Lampu Bunsen
4. Flowrate 12. Korek api
5. Pompa
6. Kabel listrik

12
Pemeriksaan Sampel
1. Petridish steril
2. Lampu Bunsen
3. Korek api
4. Kapas
5. Alkohol
6. PCA agar

E. CARA KERJA
Pengambilan Sampel
1. Memasang rak midget impinger dengan trifoot.
2. Meletakkan tabung midget impinger ke dalam rak.
3. Memasukkan aquades ke dalam tabung midget impinger.
4. Memasang selang dari tabung midget impinger ke pompa kemudian
nyalakan pompa, lalu atur laju aliran udara menggunakan flowrate. Setelah
itu matikan pompa lalu selang dan flowrate dilepas untuk dipasangkan
dengan tabung midget impinger yang steril.
5. Memasukkan garam fisiologis steril ke dalam tabung midget impinger
steril. Pengerjaan dilakukan secara aseptis.
6. Memasang selang yang telah di atur laju aliran udara tadi dengan pompa.
kemudian pompa dinyalakan.
7. Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan selama 1 jam.
8. Mencatat flowrate awal dan akhir.

Pemeriksaan Sampel

1. Menyalakan lampu bunsen. Sterilkan meja praktik menggunakan alkohol.


2. Memasukkan sampel garam fisiologis ke dalam petridish steril.
3. Selanjutnya menuangkan PCA agar ke dalam petridish.
4. Petridish digoyangkan secara perlahan hingga agar merata, biarkan hingga
agar membeku. Setelah membeku, masukkan ke dalam inkubator dengan
posisi terbalik selama 3 x 24 jam. Pengerjaan dilakukan secara aseptis.
5. Menghitung koloni yang terdapat pada petridish.

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Adapun hasil yang kami dapatkan setelah melakukan praktikum:
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Mikroba Udara dengan AC menyala di
Ruang Kuliah VI
Petridish Koloni
Kontrol (e) 0
a 0
b 0
c 0
d 3
Berdasarkan tabel 4.1 hanya petridish d yang ditemukan koloni kuman
yaitu 3 koloni.
Perhitungan
( a−e ) + ( b−e ) + ( c−e ) +(d−e )
R (koloni/mL) =
8
( 0−0 )+ ( 0−0 ) + ( 0−0 ) +(3−0)
=
8
3
=
8
= 0,375 koloni/mL
R x V x 1000/m ³
JK =
Qxt
koloni
0,375 X 10 mL X 1000/m ³
mL
=
L
2 X 60 menit
menit
= 31,25 koloni/m3

B. PEMBAHASAN

14
Mikroba dapat ditemukan dalam berbagai tempat, termasuk udara.
Mikroba tidak dapat bertahan lama di udara tetapi dapat berpindah ke inang
yang lain dan berkembang biak disana. Keberadaan mikroba di udara
dipengaruhi oleh berbagai keadaan seperti suhu dan kelembaban yang
menjadi faktor penting dalam pertumbuhan mikroba dan paling banyak
ditemukan dalam ruangan. Meskipun tidak ada mikroorganisme yang
mempunyai habitat asli udara, tetapi udara di sekeliling kita sampai beberapa
kilometer di atas permukaan bumi mengandung berbagai macam jenis
mikroba dalam jumlah yang beragam. (Waluyo, 2009).
Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan 31,25 koloni/m 3. Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri, persyaratan angka kuman kurang dari 700
koloni/m3 udara sehingga jumlah angka kuman yang didapatkan di ruang
kuliah VI masih di bawah persyaratan.
Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri,
adanya bakteri udara kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air kering
ataupun terhembus oleh tiupan angin. Bakteri yang berasal dari udara
biasanya akan menempel pada permukaan tanah, lantai, maupun ruangan.

BAB V

15
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri, persyaratan angka kuman kurang dari 700
koloni/m3 udara. Adapun hasil pemeriksaan mikroba udara pada ruang kuliah
VI masih di bawah persyaratan yaitu 31,25 koloni/m3.

B. SARAN
Adapun saran yang ditujukan untuk praktikan:
1. Pada pemeriksaan ini, praktikan seharusnya selalu memperhatikan
kesterillan tangan atau peralatan yang digunakan. Karena hal tersebut
sangat mempengaruhi terhadap hasil yang akan didapatkan.
2. Berhati – hati saat melakukan pemeriksaan.
3. Tertib dan teliti.

DAFTAR PUSTAKA

16
Iswadi, dkk. 2014. “Identifikasi Jenis Bakteri Udara Di Ruangan Bersistem
HVAC (Heating Ventilation And Air Conditioning)”. Prosiding Seminar
Nasional Biotik 2014, halaman 288 – 293.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1335/MENKES/SK/X/2002 Tentang Standar Operasional Pengambilan
dan Pengukuran Sampel Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri

Ramadhan, El Nino. 2015. “Mikroorganisme di Udara”. Dalam


https://ag1992.blogspot.com/2015/06/mikroorganisme-di-udara.html.
Diunduh 30 Oktober 2019.

Suhardi, Rizal. 2012. “Mikrobiologi Udara”. Dalam http://rizalsuhardieksakta.


blogspot.com/2012/09/mikrobiologi-udara_7325.html#!/tcmbck. Diunduh
30 Oktober 2019.

LAMPIRAN

17
18

Anda mungkin juga menyukai