Disusun oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Pemindahsebaran Penyakit Melalui Udara”
dengan tujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Tahun Ajaran 2019.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kategori
sempurna, oleh karena itu penulis dengan hati dan tangan terbuka mengharaokan saran dan
kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas makalah yang akan datang.
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak luoa untuk menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moral dan spiritual,
langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
2.6 Macam penyakit yang ditularkan melalui udara Tuberkulosis atau TBC .... 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Lingkungan, sesuatu yang ada di sekeliling kita dimana semua makhluk hidup berada
dari makhluk terkecil (mikroorganisme) sampai makhluk yang sempurna (manusia).
Lingkungan yang terdiri dari udara, air dan tanah dimana dari ketiga komponen tersebut kita
sangat membutuhkannya dalam kehidupan sehari-hari, bila ketiga komponen tersebut
terganggu maka terganggu pula aktivitas kita, misalnya saja jika terdapat mikroorganisme
yang tidak menguntungkan dalam air dan yang lain-lainnya, lebih lanjutnya akan kita bahas
di bawah ini. Peranan mikroorganisme dalam pengelolaan pencemaran lingkungan dapat
terjadi dalam dua hal :
a) Mikroorganisme yang telah direkayasa dapat digunakan untuk menggantikan suatu proses
produk sehingga hanya menghasilkan polutan sedikit mungkin.
4
b) Mikroorganisme yang telah direkayasa dapat digunakan sebagai organisme pembersih.
Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup dan tumbuh
terapung begitu saja di udara.Flora mikroorganisme udara terdiri atas organisme-organisme
yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa serta pada partikel debu.Setiap
kegiatan manusia agaknya menimbulkan bakteri di udara, batuk, dan bersin menimbulkan
aerosol biologi (yaitu kumpulan partikel di udara).Kebanyakan partikel dalam aerosol biologi
terlalu besar untuk mencapai paru-paru, karena partikel-partikel ini tersaring pada daerah
pernapasan atas.Sebaliknya, partikel-partikel yang sangat kecil mungkin mencapai tapak-
tapak infektif yang berpotensi.Jadi, walaupun udara tidak mendukung kehidupan
mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan udara.
Jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu volume udara akan bervariasi sesuai dengan
lokasi, kondisi cuaca dan jumlah orang yang ada. Daerah yang berdebu hampir selalu
mempunyai populasi mikroorganisme atmosfer yang tinggi. Sebaliknya, hujan, salju atau
hujan es akan cenderung mengurangi jumlah organisme di udara dengan membasuh partikel-
partikel yang lebih berat dan mengendapkan debu.
Menurut Unus Suriawiria (1985), kompisisi baku udara yang kita hisap setiap saat, sudah
diketahui sejak lama. Walaupun begitu sejalan dengan semakin kompleknya masalah
pencemaran udara maka komposisi tersebut banyak yang berubah, khususnya karena terdapat
komponen asing/mikroorganisme. Komposisi baku udara secara kimia sebagai berikut:
Komponen
Komposisi (ppm)
Per Volume
Per Berat
Nitrogen
780.900
755.100
5
Oksigen
209.500
231.500
Argon
9.300
12.800
CO2
300
460
Neon
18
12,5
Helium
5,2
0,72
Metan
2,2
1,2
Kripton
2,9
N. Oksida
6
1,5
Hidrogen
0,5
0,08
Xenon
0,08
0,36
Selain gas, partikel debu dan uap air, udara juga mengandung mikroorganisme.Di
udara terdapat sel vegetatif dan spora bakteri, jamur dan ganggang, virus dan kista protozoa.
Selama udara terkena sinar matahari, udara tersebut akan bersuhu tinggi dan berkurang
kelembabannya. Selain mikroba yang mempunyai mekanisme untuk dapat toleran pada
kondisi ini, kebanyakan mikroba akan mati. Udara terutama merupakan media penyebaran
bagi mikroorganisme. Mereka terdapat dalam jumlah yang relatif kecil bila dibandingkan
dengan di air atau di tanah.Mikroba udara dapat dipelajari dalam dua bagian, yaitu mikroba di
luar ruangan dan di dalam ruangan.
Pentingnya mikroorganisme udara telah dipelajari sejak 1799, di mana tahun Lazaro
Spallanzani berusaha untuk menyangkal teori “generatio spontanea”. Tahun 1837, Theodore
Schwann, dalam percobaan untuk mendukung pandangan Spallanzani memasukkan udara
segar yang telah dipanaskan ke dalam kaldu daging steril dan menunjukkan bahwa
pertumbuhan mikroba tidak dapat terjadi. Louis Pasteur pada tahun 1861 merupakan orang
yang pertama menunjukkan bahwa mikroorganisme tumbuh akibat kontaminasi dari
7
udara.Dia menggunakan kapas khusus untuk menyaring udara sehingga mikroba tidak dapat
masuk ke dalam kaldu daging steril.Dia secara mikroskopis menunjukkan keberadaan
mikroorganisme dalam kapas. Dalam percobaan menggunakan tabung berleher angsa, ia
menunjukkan bahwa pertumbuhan tidak bisa terjadi dalam media steril kecuali terdapat
kontaminasi dari udara yang tidak steril.
Ada peningkatan yang progresif di tingkat kematian dengan peningkatan suhu dari -
18° C sampai 49o C. Virus dalam aerosol menunjukkan perilaku serupa. Partikel influenza,
polio dan virus vaccinia lebih mampu bertahan hidup pada temperatur rendah, 7-24° C.
8
tingkat kelembaban relatif (RH) optimum untuk kelangsungan hidup mikroorganisme adalah
antara 40 sampai 80%. Kelembaban relatif yang lebih tinggi maupun lebih rendah
menyebabkan kematian mikroorganisme. Hampir semua virus mampu bertahan hidup lebih
baik pada RH 17 sampai 25%.Namun, virus poliomyelitis bertahan lebih baik pada RH 80 –
81%.Kemampuan mikroba bertahan hidup lebih ditentukan oleh RH dan suhu.Pada semua
temperatur, kemampuan mereka untuk bertahan hidup adalah pada RH ekstrem.Terlepas dari
RH, peningkatan suhu menyebabkan penurunan waktu bertahan.
Belum ada mikroba yang habitat aslinya di udara. Pada sub pokok bahasan
sebelumnya mikrooganisme di udara dibagi menjadi 2, yaitu mikroorganisme udara di luar
ruangan dan mikroorganisme udara di dalam ruangan. Mikroba paling banyak ditemukan di
dalam ruangan.
Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun terestrial.Mikroba di
udara pada ketinggian 300-1,000 kaki atau lebih dari permukaan bumi adalah organisme
tanah yang melekat pada fragmen daun kering, jerami, atau partikel debu yang tertiup
angin.Mikroba tanah masih dapat ditemukan di udara permukaan laut sampai sejauh 400 mil
dari pantai pada ketinggian sampai 10.000 kaki.Mikroba yang paling banyak ditemukan yaitu
spora jamur, terutama Alternaria, Penicillium, dan Aspergillus.Mereka dapat ditemukan baik
di daerah kutub maupun tropis.
9
Mikroba yang ditemukan di udara di atas pemukiman penduduk di bawah ketinggian
500 kaki yaitu spora Bacillus dan Clostridium, yeast, fragmen dari miselium, spora fungi,
serbuk sari, kista protozoa, alga, Micrococcus, dan Corynebacterium, dan lain-lain.
Dalam debu dan udara di sekolah dan bangsal rumah sakit atau kamar orang
menderita penyakit menular, telah ditemukan mikroba seperti bakteri tuberkulum,
streptokokus, pneumokokus, dan staphylokokus.Bakteri ini tersebar di udara melalui batuk,
bersin, berbicara, dan tertawa. Pada proses tersebut ikut keluar cairan saliva dan mukus yang
mengandung mikroba. Virus dari saluran pernapasan dan beberapa saluran usus juga
ditularkan melalui debu dan udara.Patogen dalam debu terutama berasal dari objek yang
terkontaminasi cairan yang mengandung patogen.Tetesan cairan (aerosol) biasanya dibentuk
oleh bersin, batuk dan berbicara.Setiap tetesan terdiri dari air liur dan lendir yang dapat berisi
ribuan mikroba.Diperkirakan bahwa jumlah bakteri dalam satu kali bersin berkisar antara
10.000 sampai 100.000. Banyak patogen tanaman juga diangkut dari satu tempat ke tempat
lain melalui udara dan penyebaran penyakit jamur pada tanaman dapat diprediksi dengan
mengukur konsentrasi spora jamur di udara.
Meskipun rumah sakit adalah tempat pengobatan berbagai penyakit, ada kasus dimana
penyakit menular tambahan diderita pasien pada saat rawat inap.Udara di dalam rumah sakit
dapat bertindak sebagai reservoir mikroorganisme patogen yang ditularkan oleh
pasien.Infeksi yang diperoleh selama perawatan di rumah sakit tersebut disebut infeksi
nosokomial dan patogen yang terlibat disebut sebagai patogen nosokomial.Infeksi,
diwujudkan oleh gejala terkait, setelah tiga hari dirawat di rumah sakit bisa dianggap sebagai
infeksi nosokomial (Gleckman & Hibert, 1982 dan Bonten & Stobberingh, 1995). Terdapat
dua cara utama penyebaran patogen nosokomial, yaitu dengan kontak (baik langsung atau
tidak langsung), dan penyebaran melalui udara.
Infeksi nosokomial di rumah sakit mungkin dibawa oleh staf atau pasien yang masuk
ke rumah sakit.Infeksi nosokomial yang banyak ditemukan yaitu berasal dari
Haemophilus.influenzae, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Pseudomonas
aeruginosa, anggota Enterobacteriaceae dan virus pernafasan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemindahsebaran mikroba melalui udara serimg dinamakan infeksi asal udara dan
infeksinya dittulakan melalui udara.Wahana pemindahsebaran ini adalah tetesan air liur,
sekresi pernafasan lain, debu tercemar dan fomit (benda mati yang tercemat oleh pathogen
dan membantu penyebaranya).Penyebaran infeksi asal debu, dapat menjadi bertambah bila
orang bergerak ketempat-tembat dengan fentilasi yang kurang baik.Setiap kegiatan yang
menimbulkan debu, seperti melepskan pakaian, mengatur tempat tidur, menyapu lantai
menambah resiko infeksi asal debu.
Beberapa penyakit asal udara tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh
manusia.Penularan mikroba ini, bergantung pada pemindah sebaran asal udara yang cepat
dari satu orang ke orang lain, kadang-kadang dengan pemindahan langsung seperti melalui
11
ciuman.Misal virus campak. Namun mikroba lain, seperti bakteri tuborkulosis dapat bertahan
hidup untuk jangka waktu lama di luar tubuh.
3. 2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
12