DISUSUN OLEH:
Elina, S. Kep
A. Definisi
Salah satu kelainan kongenital dari sistem muskuloskeletal adalah
dislokasi kongenital pada panggul, meliputi subluksasi dari panggul, dan
displasia dari panggul (Artha, 2014). Meskipun istilah Dislokasi kongenital pada
panggul telah luas dipakai selama beberapa abad, istilah yang lebih
diterima saat ini adalah Developmental Displacement pada
panggul, Klisic pada tahun 1989 merekomendasikan istilah ini karena
karena menggambarkan suatu kelainan yang dinamis, sesuai dengan
perkembangan bayi. Istilah baru ini mencerminkan fakta, bahwa
persentase kecil dari panggul yang saat lahir terlihat normal, dan menjadi
subluksasi atau dislokasi paling lambat saat usia 6 – 10 bulan. Berdasarkan hal
tersebut, maka disokasi dan subluksasi tidak benar – benar merupakan proses
kongenital (Salter, 1999).
Developmental displasia of the hip adalah pertumbuhan abnormal
dari hip yang meliputi subluksasi caput femur, displasia acetabulum, dan
dislokasi caput femur dari acetabulum. Pada neonatus dengan DDH, caput
femur dapat mengalami dislokasi dan tereduksi secara spontan ke dalam
acetabulum (Kurniawan & Ahmad, 2015)
Dislokasi panggul kongenital (DDH) merupakan kelainan
kongenital terjadi dislokasi pada panggul karena asetabulum dan femoral
head tidak berada pada tempat seharusnya. Tidak semua dislokasi panggul
dapat direduksi. Dalam subluksasi panggul, kepala femoralis (Kotlarsky
dkk, 2015).
Developmental Displacement pada panggul mencakup subluksasi,
dislokasi, dan displasia (kegagalan pertumbuhan tulang acetabulum dan
proximal femur). Merupakan fase spectrum dari ketidakstabilan panggul
pada bayi. Dalam keadaan normal, panggul bayi baru lahir dalam keadaan
stabil dan sedikit fleksi. Suatu kelainan yang tidak mudah terlihat saat
lahir, dan memerlukan pemeriksaan dengan metode spesifik saat bayi
baru lahir untuk mendeteksi kelainan ini. Tetapi masih belum dapat mengenali
penyakit ini sedini mungkin, bahkan baru dapat dilihat saat anak mulai belajar
berjalan.Abnormalitas ini, jika tidak ditangani dengan baik sejak awal, akan
menyebabkan peradangan pada panggul saat dewasa. Paling sedikit satu per
tiga dari peradangan sendi panggul pada dewasa disebabkan oleh
Developmental Displacement pada panggul. Dislokasi panggul adalah
femoral head berada diluar dari acetabulum tetapi masih di dalam kapsul.
Subluksasi panggul adalah femoral head bergeser ke samping juga atas dan
masih bersentuhan dengan bagian dari acetabulum. Panggul stabil pada posisi
fleksi dan abduksi, pada subluksasi posisi panggul akstensi dan adduksi.
Saat panggul mengalami dislokasi atau subluksasi, perkembangan
tulang femoral head dan acetabulum menjadi tidak normal, yang akan
menyebabkan displasia.
B. Faktor penyebab
Beberapa penyebab DDH secara teoritis telah banyak
dikemukakan, antara lain penyebab mekanik, hormon-induced joint laxity,
displasia acetabulum primer dan faktor genetik. Faktor genetik diduga kuat
memiliki peran sebagai etiologi DDH. Kelainan ini cenderung didapat
pada individu yang memiliki riwayat DDH dalam keluarga, bahkan dalam
seluruh populasi (contoh negaranegara di utara dan timur Mediterania).
Wynne dan Davis pada tahun 1970 mengidentifikasi dua kelainan yang
diturunkan, yang dapat menjadi predisposisi timbulnya DDH, yaitu
kelemahan sendi generalisata (bersifat dominan) dan acetabulum yang
dangkal (bersifat poligenik, terutama terlihat pada anak perempuan dan
ibunya). Namun demikian, hal ini tidak bisa dianggap sebagai penyebab
tunggal karena dari 4 atau 5 kasus hanya satu yang mengalami dislokasi.
Ortolani melaporkan bahwa 70% anak dengan DDH memiliki riwayat
kelainan tersebut di dalam keluarganya.
Faktor hormonal, yaitu tingginya kadar estrogen, progesteron dan relaxin
pada ibu hamil di mingguminggu terakhir kehamilan diduga menjadi
pencetus DDH. Tingginya kadar hormon tersebut diduga menyebabkan
relaksasi pelvis saat proses kelahiran yang menyebabkan ligamentous
laxity pada anak sehingga mempermudah terjadinya dislokasi caput femur.
Malposisi intrauterin (terutama posisi Breech dengan tungkai
ekstensi) diduga turut menyebabkan terjadinya DDH. Dislokasi unilateral
biasanya mengenai panggul kiri, terutama pada presentasi vertex (occiput
anterior sinistra) dimana panggul adduksi. Faktor-faktor postnatal juga
diduga berperan terhadap timbulnya instabilitas pada hip dan displasia
acetabulum. Kebiasaan meletakkan bayi dalam selimut dengan posisi
ekstensi penuh pada hip dan lutut serta kebiasaan menggendng bayi di
belakang sehingga bayi dalam posisi abduksi akan mempermudah
terjadinya DDH (Antony, 2008).
Berbeda dari kelainan kongenital lainnya, Developmental
Displacement pada panggul merupakan hasil akhir kombinasi dari
pengaruh faktor genetik dan lingkungan. Etiologi dari abnormalitas ini
masih kontroversial karena data yang kurang adekuat. Keadaan ini
dihubungkan dengan beberapa faktor. Diantaranya faktor ras, banyak
ditemukan pada orang amerika asli, dan jarang pada orang tionghoa dan
orang berkulit hitam. Faktor genetik, dengan ditemukannya data bahwa
abnormalitas ini lebih sering pada bayi yang memiliki riwayat keluarga
dengan Developmental Displacement pada panggul. Faktor lainnya adalah
posisi janin di dalam rahim dan riwayat kelahiran sungsang Kelainan
muskuloskeletal lainnya seperti metatarsus adductus dan torticollis juga
dilaporkan berhubungan dengan Developmental Displacement pada panggul.
Oligo-hidramnion juga dihubungkan dengan kejadian abnormalitas ini. Panggul kiri
lebih sering terkena, diduga karena posisi di dalam rahim, panggul kiri
berhadapan dengan sakrum dari ibu, dan menyebabkan posisi aduksi.
C. Patofisiologi
E. Asuhan Keperawatan
a) Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d agen cedera fisik
2. Gangguan Mobilitas fisik b/d gangguan muskuloskeletal
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan ekstremitas
ditandai dengan perubahan postur tubuh
4. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang penyakit
b) Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d agen cedera fisik
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x1 hari
diharapkan nyeri berkurang atau teratasi
Kriteria Hasil:
- Nyeri berkurang/ terkontrol (skala1-4)
- Pasien tidak gelisah
- Tanda-tanda vital normal
F. Operasi THR
Total Hip Replacement (THR) merupakan tindakan operasi
penggantian sendi hip, setelah terjadinya kerusakan kronis pada acettabulum
dan caput femur. Total Hip Replacement Surgery merupakan suatu operasi
pergantian sendi pinggul dengan menggunakan bahan metal dan plastik
keras sehingga diharapkan sendi buatan ini dapat mengurangi nyeri dan
memperbaiki fungsi. Menurut Commonwealth Orthopaedics’ surgeons di
Virginia bagian Utara, pada tahun 2003 - 2006 terdapat 2,600 pasien yang
telah melakukan THR. Di United States, tahun 2003 terdapat 200,000 tindakan
operasi THR, 100,000 partial hip replacements, dan 36,000 revision hip
replacements (Chunliu et al., 2007) dan menurut National Institute of Arthritis
and Musculoskeletal and Skin Diseases mengatakan, angka kejadian THR pada
tahun 2009 berkisar 1 : 2,266 kejadian.
Tindakan operasi THR kerap menimbulkan beberapa komplikasi.
Komplikasi yang serius seperti infeksi sendi terjadi 2% dari jumlah pasien
(AAOS, 2015). Beberapa jenis kompikasi pasca THR adalah Blood loss
requiring transfusion, Deep vein thrombosis (DVT), Pulmonary embolism,
Excessive joint bleeding, Hematoma, Joint infection, Joint dislocation, Sciatic
nerve injury.
DAFTAR PUSTAKA