Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL

DISPLASIA PANGGUL DINI

DERRI ANGGARA
PO.71.20.4.16.004

Dosen Pembimbing :
Rumentalia Sulistini S.Kp.,Ns.,M.Kep.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN 2020
1. Definisi
Displasia panggul atau DDH (Developmental Dysplasia of Hip) merupakan
perkembangan abnormal panggul berupa displasia, subluksasi, dan dislokasi sendi panggul
pada anak-anak. Diagnosis dini dan tatalaksana segera sangat berpengaruh terhadap
kemungkinan hasil terbaik. Keterlambatan deteksi dan tatalaksana menimbulkan gangguan
cara berjalan, berkurangnya kekuatan panggul, dan meningkatkan kejadian penyakit
degeneratif sendi panggul dan lutut. Penatalaksanaan (non-bedah dan bedah) tergantung usia
anak saat diagnosis dan derajat keparahan displasia. (Deriano, 2019)
Congenital dislocatoin of hip atau biasa disebut pergeseran sendi atau tulang semenjak
lahir. Suatu bentuk kelainan pada persendian yang ditemukan pada bayi baru lahir.Congenital
dislocatoin of hip terjadi dengan kejadian 1,5 per 1.000 kelahiran dan lebih umum terjadi
pada anak perempuan dibanding anak laki-laki.penyebab hal ini belum diketahui tapi diduga
melibatkan faktor genetik.
2. Manifestasi Klinis
A. Bayi
o Kemungkinan tidak ada bukti gejala karena bayi dapat mengalami kesalahan tempat
femur minimal
o Lipatan gluteal yang tidak sejajar (posisi pronasi)
o Pemendekan ekstremitas pada tempat yang terkena
o Abduksi terbatas pada pinggul sisi yang terkena
o Adanya tanda-tanda Galeazzi
o Temuan positif saat dilakukan Manuver Barlow
o Temuan positif saat dilakukan maneuver ortolani
B. Toddler dan anak yang lebih tua
o Gaya berjalan seperti bebek (dislokasi pinggul bilateral)
o Peningkatan lordosis lumbal (punggung cekung) saat berdiri (dislokasi pinggul
bilateral)
o Tungkai yang terkena lebih pendek dari yang lain
o Temuan positif pada uji trendeelenburg
o Pincang.
3. Patofisiologi
Kelainan skeletal pada DDH terdiri dari kelainan acetabulum, kepala femur, leher
femur, dan panggul. Morfologi acetabulum berbentuk khas seperti soket dan bola pada
embrio berubah menjadi dangkal saat lahir. Pada kebanyakan kasus, acetabulum menjadi
lebih dalam seiring bertambahnya usia dan menutupi kepala femur. Namun demikian,
beberapa acetabula menjadi dangkal dan bahkan mencembung. Selain itu, penebalan
abnormal acetabulum, anteversi acetabula membuat acetabulum tidak dapat menutupi kepala
femur. Acetabular index (AI) secara rutin digunakan untuk mengevaluasi cakupan
acetabulum terhadap kepala femur (Chen,2018 dalam Deriano,2019)
Setelah dislokasi, epifisis kepala femur dapat tumbuh perlahan dan menghasilkan
kelainan anatomi seiring waktu. Nekrosis aseptik kepala femur karena DDH tidak jarang
terjadi. Leher femur menjadi tebal dan pendek pada anak dengan DDH. Hal ini
mengakibatkan sudut anteversi dan sudut leher femur mengalami perubahan, yang
mengganggu ruang spasial dan transmisi gaya antara acetabulum dan kepala femur. 7,8 Oleh
karena itu, stimulus tekanan oleh tekanan kepala femur pada acetabulum berkurang dan
perkembangan panggul tertunda.
Pada DDH unilateral, panggul menjadi miring dan tulang belakang membentuk
kurva kompensasi; jika DDH menyerang kedua sisi, pasien dapat menunjukkan gaya
berjalan seperti bergoyang (waddling gait), peningkatan lordosis lumbal, dan kifosis panggul.
Perubahan jaringan lunak juga dapat terjadi meliputi labrum glenoid, kapsul
artikular, ligamen, dan lemak. Jika terjadi dislokasi panggul, kapsul artikular meregang
dan menjadi longgar.
Dysplasia perkembangan pinggul (developmental dysplasia of the hip, DDH) atau
congenital dislocation of the hip merupakan ketidak normalan perkembangan antara kaput
femur dan asetabulum. Pinggul merupakan suatu bonggol (kaput femur) dan mangkuk
(asetabulum) sendi yang memberikan gerakan dan stabilitas pinggul. Terdapat tiga pola
dalam CDH :
1) Dysplasia asetabular (perkembangan tidak normal )- keterlambatan dalam
perkembangan asetabulum sehingga lebih dangkal dari normal, kaput femur tetap
dalam asetabulum ;
2) Subluksasi – dislokasi pinggul yang tidak normal ; kaput femur tidak sepenuhnya
keluar dari asetabulum dan dapat berdislokasi secara parsial ; dan
3) Dislokasi – pinggul berada pada posisi dislokasi, dan kaput femur tidak bersentuhan
dengan asetabulum. DDH pada akhirnya dapat berkembang menjadi reduksi permanen,
dislokasi lengkap, atau dysplasia akibat perubahan adaptif yang terjadi pada jaringan
dan tulang yang berdekatan.

4. Terapi/Penatalaksanaan
A. Non-Bedah
 Pavlik Harness Pada bayi baru lahir dengan displasia panggul dapat dipasang Pavlik
harness selama 1 hingga 2 bulan (bervariasi pada masing-masing bayi) untuk
menjaga kepala femur tetap di dalam acetabula. Pavlik harness dirancang untuk
menahan panggul pada posisi tepat, mengencangkan ligamen di sekitar sendi
panggul dan mempertahankan pembentukan mangkok acetabula yang normal sambil
memungkinkan gerakan tungkai yang bebas dan perawatan popok yang mudah.
 Spica cast Beberapa kasus memerlukan reduksi tertutup sendi panggul. Pada usia 1
sampai 6 bulan opsi tatalaksana displasia panggul adalah spica cast (gips) di bawah
anestesia. Penggunaan spica cast memerlukan perhatian khusus dalam perawatan
bayi sehari-hari.
 Traksi Kulit Umur bayi yang lebih tua, sekitar 6 bulan hingga 2 tahun, ditatalaksana
dengan reduksi tertutup dan spica cast. Traksi kulit dilakukan sebelum mereduksi
sendi panggul, dilakukan untuk mempersiapkan jaringan lunak di sekitar panggul
untuk perubahan posisi tulang.\
B. Bedah
Penatalaksanaan secara bedah dilakukan saat umur bayi sekitar 6 bulan hingga 2
tahun, jika prosedur reduksi tertutup tidak berhasil. Dalam prosedur ini, sayatan dibuat di
pinggul bayi yang memungkinkan ahli bedah untuk melihat dengan jelas tulang dan
jaringan lunak.
Pemeriksaan Sinar-X intra-operatif dilakukan untuk memastikan bahwa kepala
femur sudah dalam posisi yang benar di acetabula. Setelah itu, bayi ditempatkan dalam
gips spica untuk mempertahankan posisi panggul yang tepat.14 Pada anak lebih dari 2
tahun, operasi terbuka seperti osteotomi biasanya diperlukan untuk meluruskan kembali
sudut panggul.15
5. Masalah Keperawatan dan Intervensi
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dislokasi
Tujuan :Nyeri dapat berkurang atau hilang
Criteria hasil : Nyeri berkurang, Klien tampak tenang
a.       Kaji tingkat nyeri
Rasional : Untuk mengetahui skala Nyeri
b.      Atur posisi senyaman mungkin
Rasional : Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri
c.       Ajarkan tekhnik relaksasi
Rasional : Merelaksasi otot-otot tubuh
d.      Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Menghiangkan rasa nyeri
2.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri saat mobilisasi
Tujuan :  Klien dapat bergerak bebas
Criteria hasil : Klien dapat bergerak bebas
a.       Kaji tingkat mobilisasi klien
Rasional : Mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman
tindakan selanjutnya
b.      Beri latihan ROM
Rasional : Memulihkan atau meningkatkan fungsi sendi dan kekuatan otot yang
berkurang karena proses penyakit atau kecelakaan
c.       Anjurkan alat bantu jika dibutuhkan
Rasional : membantu dalam melakukan suatu hal
3.      Gangguan body image berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh
Tujuan : Masalah klien teratasi
Criteria hasil : Klien dapat menungkapkan masalahnya
a.       Kaji konsep diri
Rasional : Mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman
tindakan selanjutnya
b.      Bantu klien mengungkapkan masalahnya
Rasional : Memberikan minat dan perhatian serta memperbaiki kesalahan konsep
c.       Berikan dukungan spiritual kepada klien
Rasional : Agar klien tetap bersemangat dan tidak berputus asa terhadap
perubahan status kesehatannya
DAFTAR PUSTAKA

Deriano Denictus (2019). Diagnosis Dini Displasia Panggul. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai