Anda di halaman 1dari 11

JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan Penulisan

Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

Konsep Penyakit

Konsep Askep Menurut Teori

BAB III KASUS

Kasus

Pembahasan

BAB IV JURNAL

Jurnal

BAB V PENUTUP

Simpulan

Saran
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

C. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit

1. Definisi

Displasia perkembangan pinggul adalah suatu kondisi bawaan kelainan


panggul yang didapat sejak lahir berupa dislokasi pada panggul karena acetabulumdan
caput femur tidak berada pada tempat seharusnya. Hal ini dapat terjadi sekali dalam
setiap 1.000 kelahiran hidup. Sendi panggul diciptakan seperti bola dan sendi soket.
Pada Developmental Dysplasia of the Hip, soket pinggul bisa jadi dangkal, sehingga
"bola" dari tulang kaki yang panjang tidak pada tempatnya, juga dikenal sebagai caput
femoral menyelinap keluar dari soket. Caput femoral bisa saja bergerak sebagian atau
seluruhnya keluar dari soket pinggul.
2. Etiologi
Penyebab pasti pada kasus DDH belum dapat diketahui secara pasti, namun
secara luas kasus DDH ini diyakini sebagai gangguan perkembangan pada seorang
anak. Hal ini karena DDH dapat terjadi pada saat kehamilan, setelah lahir, bahkan
selama masa kanak-kanak.
Faktor risiko :
 Genetik  kelemahan ligament
 Lingkungan
o Intrauterin
 Desakan : kembar, oligohidramnion
Desakan dapat mengakibatkan caput femur janin yang masih belum
terfiksasi dengan baik lepas dari acetabulum.
 Hormon : Relaksin
Relaksin merupakan hormon yang muncul saat partus untuk
melemaskan tulang panggul
o Partus
 Kesalahan dalam penolongan partus
 Bayi dengan interpretasi bokong
o Pasca partus

 Kebiasaan membedung
Pembedungan dengan sangat erat sampai membuat kaki anak yang
seharusnya fleksi menjadi ekstensi, membuat timbulnya insiden DDH
semakin tinggi.

3. Manifestasi Klinis
 Kaki bayi panjang sebelah
 Terdapat lipatan bokong dan paha yang asimetris
Lipatan bokong dan paha yang asimetris dapat menggambarkan kemungkinan terjadi
DDH pada bayi, tetapi pemeriksaan penunjang seperti USG dan foto rontgen tetap
diperlukan untuk memastikan pinggul normal atau tidak.
Ketika bayi dengan DDH sudah tumbuh beberapa bulan, maka pinggul secara
bertahap akan kehilangan rentang gerak dan kedua kaki tidak akan sama panjang
karena pinggul telah tumbuh semakin ke atas.

 Kalau sudah berjalan, jalannya tidak seimbang.


 Nyeri
Nyeri biasanya tidak terdapat pada bayi dan anak-anak dengan displasia pinggul, tapi
rasa sakit adalah gejala yang paling umum dari displasia pinggul selama masa remaja
atau sebagai dewasa muda.

4. Diagnosis
 Anamnesa  usia, factor risiko, onset gejala
 Pemeriksaan fisik
o Tes Barlow  suatu pemeriksaan yang bertujuan untuk menguji DDH
dengan usaha mengeluarkan caput femur dari acetabulum dengan
melakukan adduksi kaki bayi dan ibu jari pemeriksa diletakkan di lipatan
paha. Positif bila saat mengeluarkan femur teraba caputnya oleh ibu jari
tangan pemeriksa.
o Tes Ortoleni  suatu pemeriksaan untuk memeriksa DDH dengan
memasukkan caput femur ke acetabulum dengan melakukan abduksi pada
kaki bayi (gerakkan ke lateral). Positif bila ada terasa caput yang tadi
keluar saat tes Barlow kembali masuk ke acetabulum.
o Tes Galeazzi  fleksikan femur, dekatkan antara kiri dan kanan, lihat
apakah lututnya sama panjang atau tidak. Bila tidak sama panjang berarti
+.
o Tes Tredelenberg  anak disuruh berdiri pada satu kaki secara bergantian.
Saat berdiri pada kaki yang terjadi DDH, akan terlihat otot panggul
abduktor menjauhi garis tubuh. Normalnya otot panggul akan
mempertahankan posisinya tetap lurus.

5. Pemeriksaan Penunjang
 USG  teknik pencitraan diagnostik yang menggunakan gelombang suara
frekuensi tinggi dan komputer untuk membuat gambar pembuluh darah, jaringan,
dan organ. Digunakan untuk usia < 6 bulan karena penulangan belum sempurna
(tulang masih dalam bentuk tulang rawan), jadi kalau diperiksa dengan rontgen
hasilnya akan radioluscent.
 Rontgen (X-ray)  sebuah tes diagnostik yang menggunakan terlihat balok energi
elektromagnetik untuk menghasilkan gambar dari jaringan internal tulang, dan
organ ke film. Digunakan untuk usia > 6 bulan. Digunakan untuk mendiagnosis
dislokasi dan selanjutnya untuk pemantauan pengobatan.
 Computed Tomography Scan (Juga disebut CT atau CAT Scan.) - sebuah
prosedur pencitraan diagnostik yang menggunakan kombinasi dari x-ray dan
teknologi komputer untuk menghasilkan gambar penampang (sering disebut iris),
secara horisontal dan vertikal dari tubuh. CT scan menunjukkan gambar rinci dari
setiap bagian tubuh, termasuk tulang, otot, lemak, dan organ. CT scan lebih rinci
daripada umum x-ray.
 Magnetic Resonance Imaging (MRI) - sebuah prosedur diagnostik yang
menggunakan kombinasi magnet besar, radiofrequencies dan komputer untuk
menghasilkan gambar detil dari organ dan struktur dalam tubuh.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sesuai dengan derajat keparahan dan usia bayi saat temuan klinis
displasia panggul. Makin awal diketahui, makin sederhana tatalaksana dan juga makin
baik prognosis dari tatalaksana tersebut. Secara umum penatalaksanaan dibagi menjadi 2,
yaitu:
1) Non-Bedah „
 Pavlik Harness
Pada bayi baru lahir dengan displasia panggul dapat dipasang Pavlik
harness selama 1 hingga 2 bulan (bervariasi pada masing-masing bayi)
untuk menjaga kepala femur tetap di dalam acetabula. Pavlik harness
dirancang untuk menahan panggul pada posisi tepat, mengencangkan
ligamen di sekitar sendi panggul dan mempertahankan pembentukan
mangkok acetabula yang normal sambil memungkinkan gerakan tungkai
yang bebas dan perawatan popok yang mudah. „
 Spica cast
Beberapa kasus memerlukan reduksi tertutup sendi panggul. Pada usia
1 sampai 6 bulan opsi tatalaksana displasia panggul adalah spica cast
(gips) di bawah anestesia. Penggunaan spica cast memerlukan perhatian
khusus dalam perawatan bayi sehari-hari. „
 Traksi Kulit
Umur bayi yang lebih tua, sekitar 6 bulan hingga 2 tahun, ditatalaksana
dengan reduksi tertutup dan spica cast. Traksi kulit dilakukan sebelum
mereduksi sendi panggul, dilakukan untuk mempersiapkan jaringan lunak
di sekitar panggul untuk perubahan posisi tulang.
2) Bedah
Penatalaksanaan secara bedah dilakukan saat umur bayi sekitar 6 bulan hingga
2 tahun, jika prosedur reduksi tertutup tidak berhasil. Dalam prosedur ini, sayatan
dibuat di pinggul bayi yang memungkinkan ahli bedah untuk melihat dengan jelas
tulang dan jaringan lunak.
Pemeriksaan Sinar-X intra-operatif dilakukan untuk memastikan bahwa kepala
femur sudah dalam posisi yang benar di acetabula. Setelah itu, bayi ditempatkan
dalam gips spica untuk mempertahankan posisi panggul yang tepat.14 Pada anak
lebih dari 2 tahun, operasi terbuka seperti osteotomi biasanya diperlukan untuk
meluruskan kembali sudut panggul.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengertian Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah proses kegiatan praktik keperawatan langsung pada klien
di berbagai tatanan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya berdasarkan kaidah profesi
keperawatan dan merupakan inti praktik keperawatan (Ali, 2009).
Proses keperawatan adalah suatu metode yang digunakan perawat untuk memenuhi
kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan biologis, psikologis,
sosial dan spiritual yang optimal, melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis
keperawatan, penentuan rencana keperawatan, serta evaluasi tindakan keperawatan
(Suarli & Bahtiar, 2009).
Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan salah
satu wujud tanggung jawab perawat terhadap klien. Sehingga penerapan proses
keperawatan ini akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan pada klien (Asmadi,
2008).
2. Tujuan Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu upaya pemecahan masalah dengan tutjuan utamanya
untuk membantu perawat menangani klien secara komprehensif dengan dilandasi alasan
ilmiah, keterampilan teknis, dan keterampilan interpersonal. Penerapan proses
keperawatan 8 tidak hanya ditujukan untuk kepentingan klien, tetapi juga profesi
keperawatan itu sendiri (Asmadi, 2008).
Tujuan penerapan proses keperawatan bagi klien adalah (Asmadi, 2008) :
a. Mempertahankan kesehatan klien.
b. Mencegah sakit yang lebih parah dan penyebaran penyakit/komplikasi akibat
penyakit.
c. Membantu pemulihan kondisi klien setelah sakit.
d. Mengembalikan fungsi maksimal tubuh.
e. Membantu klien terminal meninggal dengan tenang.
Tujuan penerapan proses keperawatan bagi profesionalitas keperawatan, adalah :
a. Mempraktikkan metode ptemecahan masalah dalam praktik keperawatan.
b. Menggunakan standar praktik keperawatan.
c. Memperoleh metode yang baku, rasional, dan sistematis.
d. Memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan efektifitas yang tinggi.
3. Sifat-sifat Proses Keperawatan
Proses keperawatan memiliki beberapa sifat yang membedakannya dengan metode
lain. Sifat pertama adalah dinamis, artinya setiap proses keperawatan dapat kita perbarui
jika situasi yang kita hadapi berubah. Sifat kedua adalah siklus, artinya proses 9
keperawatan berjalan menurut alur (siklus) tertentu : pengkajian, penetapan diagnosis,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Sifat ketiga adalah saling ketergantungan,
artinya masing-masing tahapan pada proses keperawatan saling bergantung satu sama lain
dan berkaitan. Sifat terakhir adalah fleksibilitas, artinya urutan pelaksanaan proses
keperawatan dapat berubah sewaktu-waktu, sesuai dengan situasi dan kondisi klien
(Asmadi, 2008).
4. Komponen Proses Keperawatan
Komponen proses keperawatan sesuai dengan siklusnya atau alurnya :
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Pengkajian yang lengkap, dan sistematis
sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada klien sangat penting untuk
merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan respon individu ( Olfah & Ghofur, 2016 ).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respon klien terhadap situasi yang berkaitan degan kesehatan (Tim Okja SDKI DPP
PPNI, 2016).
3. Intervensi Keperawatan Menurut PPNI (2018)
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan PPNI (2019). Adapun intervensi yang sesuai dengan
penyakit diare adalah sebagai berikut:
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah
tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen
kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik ( Olfah
& Ghofur, 2016).
BAB III KASUS

A. Kasus

B. Pembahasan

BAB IV JURNAL

A. Jurnal

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran

Daftar Pustaka
x

1. Lucile Packard Children’s Hospital California. [Online].; 2013 [cited 2013 June 13th.
Available from: HYPERLINK
"http://www.lpch.org/DiseaseHealthInfo/HealthLibrary/orthopaedics/ddh.html"
http://www.lpch.org/DiseaseHealthInfo/HealthLibrary/orthopaedics/ddh.html .

2. International Hip Dysplasia Institute. [Online].; 2012 [cited 2013 June 13th. Available
from: HYPERLINK
"http://www.hipdysplasia.org/developmental-dysplasia-of-the-hip/child-treatment-
methods/" http://www.hipdysplasia.org/developmental-dysplasia-of-the-hip/child-
treatment-methods/ .

Anda mungkin juga menyukai