Anda di halaman 1dari 14

CONGENITAL TALIPES EQUINO

VARUS (CTEV) DAN DEVELOPMENTAL


DYSPLASIA OF THE HIP (DDH)

NS. NURJANNAH, M.KEP


CONGENITAL TALIPES
EQUINO VARUS (CTEV)
DEFINISI
Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) adalah merupakan kelainan yang dibawa
sejak lahir (kongenital). CTEV adalah kelainan yang sering pula disebut Club Foot.
Kelainan ini meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi kaki
depan dan rotasi media dari tibia. Talipes berasal dari kata talus (Latin : Ankle) dan
pes (Latin : Kaki) sedangkan Equino berarti seperti kuda, Varus adalah bengkok ke
dalam.
EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI

• Kelainan ini termasuk kelainan yang sering ditemukan. Angka insidennya 2,29 dari 1000 kelahiran
hidup di Amerika Serikat, 1,6 dari 1000 kelahiran hidup pada ras Kaukasian, 0,57 dari 1000
kelahiran hidup pada ras Oriental dan 6,5 dari 1000 kelahiran hidup pada orang Maori. Jenis
kelamin laki – laki beresiko dua kali lipat dibandingkan wanita. Kejadian CTEV meningkat pada
pasien yang memiliki riwayat keluarga menderita kelainan yang sama.
• Kelainan ini dapat mengenai salah satu kaki baik kanan maupun kiri ataupun dapat pula terjadi
pada kedua kaki yaitu sebanyak 49 persen. Teori terkait hipotesa penyebab kejadian CTEV
pertama kali dikemukakan Hippocrates, setelah itu beberapa teori mulai bermunculan antara lain
karena kondisi dalam kandungan, kelainan pembentukan sendi dan tulang, pertumbuhan syaraf,
migrasi otot dan kelainan pertumbuhan yang melatarbelakangi. Pada 20% kasus, CTEV
diasosiasikan dengan kelainan kongenital lain.
DIAGNOSIS

• Diperlukan pemeriksaan bayi baru lahir yang komprehensif untuk mendeteksi


seawal mungkin tanda fisik yang mengarah pada CTEV. Saat ini dengan
kecanggihan teknologi, terkadang gambaran CTEV sudah dapat diliat pada usia
kehamilan 18- 20 minggu dengan ultrasonografi (USG). Rontgen selain untuk
menegakkan diagnosis dapat pula menjadi patokan untuk perkembangan selama
dan setelah pengobatan.
PENATALAKSANAAN

• Kondisi kelainan dapat bervariasi dengan berbagai derajat keparahan dengan


berbagai kemungkinan outcome. Tujuan penanganan adalah menciptakan dan
menjaga plantigrade, posisi kaki yang dapat berfungsi dengan baik.
• 1. Terapi Konservatif • 2. Pembedahan
Beberapa penelitian mendukung kearah menunda
Penanganan harus diberikan sedini mungkin, antara
pembedahan sampai usia dapat berjalan dengan
hari pertama dan kedua setelah lahir. Penanganan ini
pertimbangan kaki yang lebih besar dan keberadaan
terdiri dari manipulasi berulang dan strapping adesif kekuatan alami berjalan kaki yang dapat mempertahankan
yang menjaga koreksi pada kelainan. Jika manipulasi koreksi setelah pembedahan. Pembedahan tertunda ini
ini tidak memungkinkan untuk dikerjakan, dapat pula cocok diterapkan untuk kelainan yang kaku dan berat. Untuk
dilakukan plaster cast yang ringan yang dapat kasus yang tidak terlalu berat, usia 6 bulan cocok untuk
mempertahankan posisi kaki dengan lebih baik. Cast ini dilakukan operasi dengan tetap dilanjutkan oleh manipulasi
dan cast sampai anak dapat berjalan. Tujuan utama operasi
dapat dicuci dan diganti setiap minggu. Pada
CTEV adalah untuk melepaskan jeratan sendi (kapsul dan
prinsipnya ketiga komponen kelainan harus dikoreksi kontraktur ligamen serta jaringan fibrosis). Selain itu
dan punggung kaki harus dikembalikan pada alignment memanjangkan tendon – tendon sehingga kaki dalam posisi
yang baik dengan telapak kaki. normal tanpa tekanan maupun tarikan.
DEVELOPMENTAL
DYSPLASIA OF THE HIP
(DDH)
PENGERTIAN

• Sendi panggul merupakan persambungan antara dua tulang, satu sisi berbentuk seperti
bola, sisi lainnya berupa rongga. Pada sendi panggul yang normal, bola berada dalam
rongganya. Namun pada kondisi dysplasia panggul(developmental dysplasia of hip/
DDH), bola tersebut berada di luar rongga atau berada di dalam rongga tetapi tidak pas
tempatnya.
• Kondisi ini dialami oleh bayi, umumnya tak lama setelah lahir. Namun pada sebagian
kasus, dysplasia pinggul juga bisa terjadi pada tahun pertama kehidupan anak.
PENYEBAB

• Terdapat banyak hal yang dapat menyebabkan seorang anak rentan mengalami dysplasia
pinggul. Di antaranya adalah:
• Bayi lahir dalam posisi sungsang (bokong di bawah)
• Adanya riwayat keluarga yang mengalami dysplasia pinggul
• Saat hamil, ibu mengalami oligohidramnion (air ketuban terlalu sedikit)
• Bayi yang dibedong dengan terlalu ketat
DIAGNOSIS

• Untuk menentukan adanya dysplasia pinggul, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik
ke daerah pinggul. Kemudian tungkai dan pinggul penderita akan digerak-gerakkan
dengan jenis manuver tertentu untuk mengetahui bagian mana yang mengalami
gangguan.
• Selain itu, kadang untuk memastikan dugaan dysplasia pinggul, dokter juga akan
meminta penderita untuk dilakukan pemeriksaan foto rontgen pinggul atau ultrasonografi
(USG) daerah pinggul.
PENCEGAHAN

Untuk mencegah displasia pinggul, saat ibu mengandung, sebaiknya dipastikan apakah ibu
mengalami penyulit kehamilan –seperti kehamilan sungsang atau oligohidramnion. Jika
ada, maka konsultasikan dengan dokter kandungan mengenai cara melahirkan dan cara
mendeteksi dini dysplasia pinggul pada bayi.
Hal lain yang dapat dilakukan untuk mencegah DDH adalah dengan membedong bayi
dengan cara yang benar. Sebenarnya, membedong tak harus dilakukan. Tetapi jika orang tua
ingin membedong anaknya, maka hindari membedong terlalu ketat dan hindari memaksa
kaki anak agar lurus saat dibedong.
PENGOBATAN

• Pada prinsipnya, semakin cepat dysplasia pinggul diketahui, maka pengobatan dan penyembuhannya akan lebih mudah dan cepat. Namun jika
dysplasia pinggul baru diketahui setelah anak berdiri dan berjalan, maka pengobatannya menjadi cukup rumit.
• Pengobatan dysplasia pinggul tergantung dengan usia anak. Pada usia 0-2 bulan, untuk mengatasi dysplasia pinggul, akan dipasang brace khusus,
yaitu penyangga yang terbuat dari bahan logam untuk mempertahankan pinggul dan sendi-sendinya agar berada dalam posisi yang tepat.
• Pada pengobatan ini, orang tua harus mampu memasang dan menjaga posisi brace agar tidak tergeser –khususnya jika anak makan, ganti pakaian,
dan ganti popok. Alat ini umumnya digunakan selama 1 bulan.
• Pada usia 2-6 bulan, pengobatannya menggunakan alat yang sama dengan di atas. Namun alat tersebut digunakan lebih lama. Umumnya mencapai
12 minggu. Jika setelah itu, posisi pinggul belum normal, maka kadang-kadang tindakan reposisi perlu dilakukan. Reposisi merupakan tindakan
dokter menggunakan tangan, untuk secara manual menarik atau mendorong sendi pinggul sampai sendi tersebut berada dalam posisi yang normal.
• Pada usia 6 bulan sampai dua tahun, dokter akan mencoba melakukan reposisi dahulu. Namun bila tidak berhasil, maka operasi harus dilakukan.
Operasi dilakukan dengan membuat sayatan kulit di daerah pinggul sampai tulang dan sendi terlihat jelas, lalu diperbaiki posisinya.
• Pada usia dua tahun ke atas, pengobatannya adalah dengan operasi, dilanjutkan dengan pemasangan alat sejenis gips (bernama spica cast) untuk
menjaga sendi pinggul tetap stabil.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai