Anda di halaman 1dari 5

A.

Epidemiologi
CTEV rata-rata muncul dalam 1-2:1000 kelahiran bayi di dunia
dan merupakan salah satu defek saat lahir yang paling umum pada
system musculoskeletal(Baruah et al, 2013). Insidensi CTEV beragam
pada beberapa Negara, di Amerika Serikat 2,29:1000 kelahiran; pada ras
Kaukasia 1,6:1000 kelahiran; pada ras Oriental 0,57:1000 kelahiran;
pada orang Maori 6,5-7,5:1000 kelahiran; pada orang China 0,35:1000
kelahiran; pada ras Polinesia 6,81:1000 kelahiran; pada orang Malaysia
1,3:1000 kelahiran; dan 49:1000 kelahiran pada orang Hawaii
(Hosseinzaideh, 2014).
Terdapat predominansi laki-laki sebesar 2:1 terhadap perempuan,
dimana 50% kasusnya adalah bilateral. Pada kasus unilateral, kaki kanan
lebih sering terkena. (Bergerault et al, 2013). Insidensi akan semakin
meningkat (pada 25% kasus) bila ada riwayat keluarga yang menderita
CTEV. Kemungkinan munculnya CTEV bila ada riwayat keluarga yaitu
sekitar 1:35 kasus, dan sekitar 1:3 (33%) bila anak terlahir kembar
identic (Noordin et al, 2002)

B. Etiologi
Etiologi Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) sampai saat ini
belum diketahui namun ada hubunganya dengan : Persistence of fetal
positioning, Genetic, Cairan amnion dalam ketuban yang terlalu sedikit
pada waktu hamil (oligohidramnion), Neuromuscular disorder (Kadang
kala ditemukan bersamaan dengan kelainan lain seperti Spina Bifida atau
displasia dari rongga panggul).
Beberapa teori yang kemungkinan berhubungan dengan CTEV:
1. Teori kromosomal, antara lain defek dari sel germinativum yang tidak
dibuahi dan muncul sebelum fertilisasi.
2. Teori embrionik, antara lain defek primer yang terjadi pada sel
germinativum yang dibuahi (dikutip dari Irani dan Sherman) yang
mengimplikasikan defek terjadi antara masa konsepsi dan minggu ke-
12 kehamilan.
3. Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain
hambatan temporer dari perkembangan yang terjadi pada atau
sekbvitar minggu ke-7 sampai ke-8 gestasi. Pada masa ini terjadi suatu
deformitas clubfoot yang jelas, namun bila hambatan ini terjadi
setelah minggu ke-9, terjadilah deformitasclubfoot yang ringan hingga
sedang.
4. Teori fetus, yakni blok mekanik pada perkembangan akibat
intrauterine crowding.
5. Teori neurogenik, yakni defek primer pada jaringan neurogenik.
6. Teori amiogenik, bahwa defek primer terjadi di otot.
7. Sindrom Edward, yang merupakan kelainan genetic pada kromosom
nomer 18
8. Pengaruh luar seperti penekanan pada saat bayi masih didalam
kandungan dikarenakan sedikitnya cairan ketuban (oligohidramnion)
9. Dapat dijumpai bersamaan dengan kelainan bawaan yang lain seperti
spina bifida
10. Penggunaan ekstasi oleh ibu saat sedang mengandung

A. Penatalaksanaan
Sekitar 90-95% kasus club foot bisa ditreatment dengan tindakan
non-operatif. Penanganan yang dapat dilakukan pada club foot tersebut
dapat berupa :
1. Non-Operative :
Pertumbuhan yang cepat selama periode infant
memungkinkan untuk penanganan remodelling. Penanganan dimulai
saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan yaitu : koreksi
dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot
normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah kembalinya
deformitas.
Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari
serial “cast” yang dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai
tujuan koreksi tercpai. Koreksi ini ditunjang juga dengan latihan
stretching dari struktur sisi media kaki dan latihan kontraksi dari
struktur yang lemah pada sisi lateral.
Manipulasi dan pemakaian “cast” ini di ulangi secara teratur
(dari beberapa hari sampai 1-2 bulan denganinterval 1-2 bulan)
untuk mengakomodir pertumbuhan yang cepat pada periode ini. Jika
manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah untuk
memperbaiki struktur yang berlebihan, memperpanjang atau
transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut akan di “cast”
sampai tujuan koreksi tercapai. Serial plastering (manipulasi
pemasangan gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12
minggu).

Setelah itu dilakukan koreksi dengan menggunakan sepatu khusus


sampai anak berumur 16 tahun.
Perawatan pada anak dengan koreksi non-bedah sama
dengan perawatan pada anak dengan anak dengan penggunaan
“cast”. Anak memerlukan waktu yang lama pada koreksi ini, sehingga
perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian penting
pada pemakaian cast. Orang tua juga harus mendapatkan informasi
yang cukup tentang diagnosis, penanganan yag lama dan pentingnya
penggantian “cast” secara teratur untuk menunjang penyembuhan.
Perawatan cast ( termasuk observasi terhadap komplikasi ),
dan menganjurkan orang tua untuk mefasilitasi tumbuh kembang
normal pada anak walaupun ada batasan karena deformitas atau
terapi yang lama perawatan “cast” meliputi:
 Biarkan cast terbuka sampai kering.
 Posisi ektremitas yang di balut pada posisi elevasi pada ginjal
bantal pada hari pertama atau sesuai instruksi.
 Observasi ektremitas untuk melihat adanya bengkat, perubahan
warna kulit dan laporkan bila ada perubahan up normal.
 Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secarateratur,
observasi adanya rasa nyeri.
 Batasi aktivitas gerak pada hari hari pertama tetapi anjurkan
untuk melatih otot otot secara ringan, gerakan sendi di atas dan
di bawah cast secara teratur.
 Istirahat yang lebih banyak pada hari hari pertama untuk
mencegah trauma.
 Jangan biaran anak memasukan sesuatu kedalam cast, jauhkan
benda benda kecil yang bisa di masukan kedalam cast oleh anak.
 Rasa gatal dapat di kurangi dengan ice peack, amati integrasi
kulit padatepi cast dan colaborasi bila gatal gatal semakin berat.
 Cast sebaiknya di jauhkan dengan air

2. Operatif
a. Indikasi dilakukan oprasi adalah sebagai berikut:
 Jika terapi dengan gibs gagal.
 Pada kasus rigid club fod pada umur 3 sampai 9 bulan.
b. Oprasi dilakukan dengan melepaskan jaringan lunak yang
mengalami kontraktur maupun osteotomy. Osteotomy biasanya
dilakukan pada kasus club food yang neglected/tidak di tangani
dengan tepat.
c. Kasus yang resisten paing baik di oprasi pada umur 2 minggu,
tindakan ini di mulai dengan pemanjangan tendo achiles; kalau
masih ada equinus, di lakukan posterior relase dengan
memisakan seluruh lebar kapsul pergelangan kaki posterior, dan
kalau perlu, kapsul talokalkaneus. Varus kemudian di perbaiki
dengan melkukan relase talonavikularis media dengan
memanjang tendon tibialis posterior.
d. Pada umur > 5 tahun dilkukan bone prosedure osteotomy. Diatas
umur 10 tahun atau kalau tulang kaki sudah mature,dilakukan
tindakan artrodesis triple yang terdiri atas reseksi dan koreksi
letak pada 3 persendian, yaitu: art. Talokalkaneusm, art.
Talonavikuralis, dan art. Kalkaneokuboid.

Anda mungkin juga menyukai