2020
DAFTAR PENYAKIT MALFORMASI KONGENITAL MUSKULOSKELETAL DAN
KELAINAN KONGENITAL SSP:
1. Genu Varum
2. Genu Valgum
3. Displasia Sendi Panggul
4. Spina Bifida
5. Hidrosefalus
6. Sindrom Marfan
7. Club Foot
8. Pertes
9. Meningocele
10.Encephalocele
11.Anensefal
1. Genu varum – SKDI 2
Penyebab
Jika seorang anak sakit-sakitan, baik dengan rakhitis atau penyakit lain yang
mencegah pengerasan tulang, atau diberi makan yang tidak benar, kondisi
tertunduk dapat bertahan. Jadi penyebab utama kelainan ini adalah rakhitis .
Masalah tulang, infeksi , dan tumor juga dapat memengaruhi pertumbuhan kaki,
terkadang menyebabkan kaki bengkok di satu sisi. Penyebab lainnya adalah
pekerjaan, terutama di kalangan joki , dan dari trauma fisik , kondisi yang sangat
mungkin terjadi setelah kecelakaan yang melibatkan condyles femur
Pengobatan
Umumnya, tidak diperlukan pengobatan untuk presentasi idiopatik karena ini
adalah varian anatomi normal pada anak kecil. Perawatan diindikasikan jika
bertahan lebih dari 3 setengah tahun. Dalam kasus presentasi sepihak atau
kelengkungan progresif memburuk, bila disebabkan oleh rakhitis , yang paling
penting adalah mengobati penyakit konstitusional, pada saat yang sama
menginstruksikan pengasuh untuk tidak menempatkan anak pada kakinya. Dalam
banyak kasus, hal ini sendiri sudah cukup untuk menghasilkan penyembuhan,
tetapi masalah dapat dipercepat dengan menerapkan bidai . Ketika deformitas
muncul pada pasien yang lebih tua, baik dari trauma atau pekerjaan, satu-satunya
perawatan permanen adalah pembedahan , tetapi penyangga ortopedi dapat
meredakannya.
Prognosis
Dalam kebanyakan kasus yang menetap setelah masa kanak-kanak, hanya ada
sedikit atau tidak ada efek pada kemampuan berjalan. Karena stres yang tidak
merata dan keausan pada lutut, bagaimanapun, bahkan manifestasi yang lebih
ringan dapat menyebabkan timbulnya artritis yang dipercepat.
Genu valgum , biasa disebut " knock-knee ", adalah kondisi di mana kedua lutut
bersudut dan bersentuhan saat kaki diluruskan. Individu dengan deformitas
valgus parah biasanya tidak dapat menyentuh kedua kaki mereka sekaligus
meluruskan kaki. Istilah ini berasal dari bahasa Latin genu , 'knee', dan valgus yang
sebenarnya berarti 'bengkok ke luar', tetapi dalam hal ini, digunakan untuk
menggambarkan bagian distal dari sendi lutut yang membengkok ke luar dan
dengan demikian bagian proksimalnya tampak seperti membungkuk ke dalam.
Untuk kutipan dan informasi lebih lanjut tentang penggunaan kata Valgus dan
Varus , lihat deformitas varus .
Genu valgum ringan didiagnosis ketika seseorang berdiri tegak dengan kaki
bersentuhan juga memperlihatkan lutut bersentuhan. Ini dapat dilihat pada anak-
anak dari usia 2 sampai 5, dan sering diperbaiki secara alami saat anak-anak
tumbuh. Namun, kondisinya dapat berlanjut atau memburuk seiring
bertambahnya usia, terutama bila itu disebabkan oleh penyakit, seperti rakhitis .
Idiopathic genu valgum adalah bentuk bawaan atau tidak diketahui penyebabnya.
Kondisi sistemik lain mungkin terkait, seperti distrofi kornea kristal Schnyder ,
kondisi dominan autosom yang sering dilaporkan dengan hiperlipidemia .
Penyebab
Genu valgum dapat timbul dari berbagai sebab antara lain nutrisi, genetik,
traumatis, idiopatik atau fisiologis dan infeksi.
Diagnostik
Derajat genu valgum secara klinis dapat diperkirakan dengan sudut Q , yang
merupakan sudut yang dibentuk oleh garis yang ditarik dari tulang belakang iliaka
superior anterior melalui pusat patela dan garis yang ditarik dari pusat patela ke
pusat tulang belakang. tuberkulum tibialis . Pada wanita, sudut Q harus kurang
dari 22 derajat dengan lutut diperpanjang dan kurang dari 9 derajat dengan lutut
dalam 90 derajat fleksi. Pada pria, sudut Q harus kurang dari 18 derajat dengan
lutut diperpanjang dan kurang dari 8 derajat dengan lutut dalam 90 derajat fleksi.
Sudut Q khas adalah 12 derajat untuk pria dan 17 derajat untuk wanita.
Pengobatan
Pengobatan genu valgum pada orang dewasa tergantung pada penyebab yang
mendasari dan tingkat keterlibatan sendi yaitu artritis. Osteotomi korektif tulang
dan penggantian sendi prostetik dapat digunakan tergantung pada usia dan gejala
pasien dalam hal nyeri dan gangguan fungsional. Penurunan berat badan dan
penggantian olahraga berdampak tinggi untuk olahraga berdampak rendah dapat
membantu memperlambat perkembangan kondisi. Pada setiap langkah, berat
badan pasien menyebabkan distorsi pada lutut menuju posisi lutut yang terlipat,
dan efeknya meningkat dengan peningkatan sudut atau peningkatan berat.
Bahkan pada posisi lutut normal, tulang paha berfungsi miring karena mereka
terhubung ke ikat pinggang pinggul pada titik-titik yang jauh lebih jauh daripada
yang terhubung di lutut.
Bekerja dengan spesialis pengobatan fisik seperti ahli fisioterapi , atau fisioterapis
dapat membantu pasien mempelajari cara meningkatkan hasil dan menggunakan
otot kaki dengan benar untuk menopang struktur tulang. Perawatan alternatif
atau pelengkap mungkin termasuk prosedur tertentu dari Iyengar Yoga atau
Metode Feldenkrais .
Sendi panggul merupakan persambungan antara dua tulang, satu sisi berbentuk
seperti bola, sisi lainnya berupa rongga. Pada sendi panggul yang normal, bola
berada dalam rongganya. Namun pada kondisi dysplasia panggul (developmental
dysplasia of hip/ DDH), bola tersebut berada di luar rongga atau berada di dalam
rongga tetapi tidak pas tempatnya.
Kondisi ini dialami oleh bayi, umumnya tak lama setelah lahir. Namun pada
sebagian kasus, dysplasia pinggul juga bisa terjadi pada tahun pertama kehidupan
anak.
Penyebab Displasia Pinggul (Developmental Dysplasia of Hip)
Terdapat banyak hal yang dapat menyebabkan seorang anak rentan mengalami
dysplasia pinggul. Di antaranya adalah:
Selain itu, kadang untuk memastikan dugaan dysplasia pinggul, dokter juga akan
meminta penderita untuk dilakukan pemeriksaan foto rontgen pinggul atau
ultrasonografi (USG) daerah pinggul.
Karena dialami oleh bayi, biasanya tak ada keluhan yang terjadi. Namun pada bayi
yang mengalami dysplasia pinggul, panjang tungkai kiri dan kanan terlihat
berbeda, lipatan kulit di paha kiri dan kanan berbeda, tungkai di sisi pinggul yang
mengalami dysplasia terlihat lebih sulit digerakkan. Dan bila anak sudah bisa
berjalan, maka sisi tungkai yang mengalami dysplasia pinggul akan terlihat lebih
pincang atau lemah.
Pada pengobatan ini, orang tua harus mampu memasang dan menjaga posisi
brace agar tidak tergeser –khususnya jika anak makan, ganti pakaian, dan ganti
popok. Alat ini umumnya digunakan selama 1 bulan.
Pada usia 2-6 bulan, pengobatannya menggunakan alat yang sama dengan di atas.
Namun alat tersebut digunakan lebih lama. Umumnya mencapai 12 minggu. Jika
setelah itu, posisi pinggul belum normal, maka kadang-kadang tindakan reposisi
perlu dilakukan. Reposisi merupakan tindakan dokter menggunakan tangan,
untuk secara manual menarik atau mendorong sendi pinggul sampai sendi
tersebut berada dalam posisi yang normal.
Pada usia 6 bulan sampai dua tahun, dokter akan mencoba melakukan reposisi
dahulu. Namun bila tidak berhasil, maka operasi harus dilakukan. Operasi
dilakukan dengan membuat sayatan kulit di daerah pinggul sampai tulang dan
sendi terlihat jelas, lalu diperbaiki posisinya.
Pada usia dua tahun ke atas, pengobatannya adalah dengan operasi, dilanjutkan
dengan pemasangan alat sejenis gips (bernama spica cast) untuk menjaga sendi
pinggul tetap stabil.
Hal lain yang dapat dilakukan untuk mencegah DDH adalah dengan membedong
bayi dengan cara yang benar. Sebenarnya, membedong tak harus dilakukan.
Tetapi jika orang tua ingin membedong anaknya, maka hindari membedong
terlalu ketat dan hindari memaksa kaki anak agar lurus saat dibedong.
4. Spina bifida – SKDI 2
Spina Bifida
Spina bifida adalah cacat lahir yang terjadi akibat terganggunya pembentukan tabung
saraf selama bayi dalam kandungan. Hal ini menyebabkan munculnya celah pada ruas
tulang belakang.
Sistem saraf berkembang dari piringan sel di sepanjang punggung embrio. Dalam
satu bulan pertama kehamilan, ujung-ujung piringan ini melengkung, menutup,
dan membentuk tabung saraf. Seiring waktu, tabung saraf ini akan berkembang
menjadi otak dan sistem saraf di tulang belakang.
Bila proses ini terganggu, maka cacat tabung saraf (neural tube defect) bisa
terjadi. Spina bifida termasuk jenis cacat tabung saraf paling umum, di mana
beberapa ruas tulang belakang janin tidak menutup sempurna dan menciptakan
celah.
Meningokel
Meningokel adalah spina bifida dengan celah pada ruas tulang belakang yang
lebih besar. Pada kondisi ini, selaput pelindung saraf tulang belakang mencuat
keluar dari celah tersebut, sehingga membentuk kantung pada punggung bayi.
Kantung yang keluar melalui celah ruas tulang belakang biasanya berisi cairan
sumsum tulang belakang tanpa serabut saraf, sehingga penderitanya bisa tidak
merasakan keluhan tertentu.
Mielomeningokel
Mielomeningokel adalah jenis spina bifida paling berat. Pada kondisi ini, kantung
yang keluar dari celah tulang belakang berisi cairan dan sebagian saraf tulang
belakang. Keluhan dan gejala yang muncul akan bergantung lokasi dan tingkat
kerusakan saraf tulang belakang.
Jika saraf tulang belakang yang mengatur fungsi berkemih mengalami kerusakan
mungkin akan muncul gangguan berkemih. Pada kasus yang lebih parah bisa
terjadi kelemahan total atau paralisis dari tungkai yang disertai dengan gangguan
berkemih.
Mengalami kekurangan asam folat. Asam folat adalah vitamin yang sangat
penting untuk perkembangan janin.
Memiliki riwayat keluarga dengan spina bifida.
Memiliki riwayat mengonsumsi obat-obatan anti-kejang, seperti asam
valproat.
Menderita diabetes atau obesitas.
Mengalami hipertermia pada minggu-minggu awal kehamilan.
Diagnosis Spina Bifida
Spina bifida bisa dideteksi selama kehamilan atau setelah bayi dilahirkan. Cara
yang dapat dilakukan antara lain:
Tes darah
Dokter dapat memeriksa kadar AFP (alfa-fetoprotein) yang terkandung
dalam darah ibu hamil. AFP adalah suatu protein yang diproduksi oleh
janin. Kadar AFP yang tinggi dalam darah ibu hamil bisa menandakan janin
berpotensi mengalami kecacatan tabung saraf, seperti spina bifida.
USG (ultrasonografi)
Pemindaian visual pada janin melalui USG dapat membantu mendeteksi
spina bifida. Melalui tes ini, dokter dapat melihat kelainan struktur di tubuh
janin. Misalnya, jeda ruas tulang belakang yang terlalu lebar atau ada
benjolan pada tulang belakang.
Amniosentesis
Amniosentesis adalah prosedur pengambilan sampel cairan ketuban. Pada
tes ini, akan dinilai kadar AFP. Kadar AFP yang tinggi menandakan adanya
robekan pada kulit sekitar kantung bayi. Hal ini bisa menjadi tanda spina
bifida atau cacat lahir lainnya.
5. Hidrosefalus – SKDI 2
Hidrosefalus
Rewel
Mudah mengantuk
Tidak mau menyusu
Muntah
Pertumbuhan terhambat
Kejang
Pada anak-anak, dewasa, dan lansia, gejala hidrosefalus yang muncul tergantung
pada usia penderita. Gejala-gejala tersebut antara lain:
Sakit kepala
Penurunan daya ingat dan konsentrasi
Mual dan muntah
Gangguan penglihatan
Gangguan koordinasi tubuh
Gangguan keseimbangan
Kesulitan menahan buang air kecil
Pembesaran kepala
Penyebab Hidrosefalus
Hidrosefalus disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi dan
penyerapan cairan di dalam otak. Akibatnya, cairan di dalam otak terlalu banyak
dan membuat tekanan dalam kepala meningkat. Kondisi ini bisa disebabkan oleh
beberapa faktor, yang meliputi:
Hidrosefalus bisa terjadi pada bayi ketika proses persalinan, atau beberapa saat
setelah dilahirkan. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi kondisi
tersebut, di antaranya:
Diagnosis Hidrosefalus
Hidrosefalus pada bayi dapat dilihat dari bentuk kepalanya yang membesar.
Sedangkan pada pasien dewasa, hidrosefalus dapat diketahui oleh dokter dengan
menanyakan gejala yang dialami dan melakukan pemeriksaan fisik.
Kemudian, dokter akan memastikannya dengan melakukan pencitraan melalui
USG, CT scan, atau MRI. Pencitraan tersebut juga digunakan untuk mengetahui
penyebab hidrosefalus dan adanya kondisi lain yang terkait dengan gejala pada
pasien.
Pengobatan Hidrosefalus
Hidrosefalus ditangani dengan cara operasi. Tujuannya adalah mengembalikan
dan menjaga kadar cairan di dalam otak. Metode operasi yang biasanya
diterapkan pada pasien hidrosefalus adalah:
Operasi pemasangan shunt
Shunt adalah selang khusus yang dipasang di dalam kepala untuk mengalirkan
cairan otak ke bagian lain di tubuh, agar mudah terserap ke dalam aliran darah.
Bagian tubuh yang dipilih untuk mengalirkan cairan otak adalah rongga perut.
Operasi ini juga disebut dengan nama VP shunt.
Beberapa penderita hidrosefalus bisa memerlukan shunt untuk seumur hidupnya.
Oleh karena itu, pemeriksaan rutin perlu dilakukan, guna memastikan shunt tetap
bekerja dengan baik.
Endoscopic third ventriculostomy (ETV)
ETV dilakukan dengan membuat lubang baru di dalam rongga otak, agar cairan di
dalam otak bisa mengalir ke luar. Prosedur ini sering kali diterapkan pada
hidrosefalus yang disebabkan oleh penyumbatan di dalam rongga otak.
Pencegahan Hidrosefalus
Hidrosefalus merupakan kondisi yang sulit dicegah. Namun, risiko hidrosefalus
dapat dihindari dengan beberapa langkah berikut:
Sindrom Marfan
Sindrom Marfan adalah gangguan pada jaringan ikat, yang terjadi akibat kelainan
genetik. Jaringan ikat adalah jaringan yang berfungsi sebagai penunjang atau
penghubung antara organ tubuh, termasuk stuktur tulang. Gangguan apa pun
yang terjadi pada jaringan ikat, akan berdampak pada seluruh tubuh.
Sindrom Marfan bisa menimpa siapa saja, baik pria maupun wanita, dalam segala
rentang usia. Gangguan ini termasuk jarang terjadi, yaitu pada setiap 1 dari 5000
orang.
Mata
Jantung
Pada pasien dengan keluhan penyakit jantung, dokter akan meresepkan obat
penghambat beta (beta-blockers), seperti bisoprolol, untuk meringankan kerja
jantung dan memperlambat pembesaran aorta. Bila pasien tidak bisa
mengonsumsi penghambat beta, dokter akan memberikan obat lain,
seperti irbesartan atau losartan. Namun jika tingkat keparahan sudah cukup berat
dan berpotensi mengancam nyawa pasien, dokter akan menyarankan untuk
dilakukan pembedahan, yaitu dengan mengganti bagian aorta yang membengkak
dengan bahan sintetik.
Tulang dan sendi
Penderita sindrom Marfan dengan tulang dada (sternum) yang menonjol ke luar
umumnya tidak perlu ditangani, karena kebanyakan tidak menimbulkan masalah.
Sebaliknya, tulang dada yang melekuk ke dalam perlu diperbaiki, karena dapat
menekan paru-paru dan mengganggu pernapasan. Penanganan kondisi tersebut
adalah dengan memperbaiki posisi tulang dada dan tulang rusuk melalui operasi.
Untuk skoliosis, penanganan yang dilakukan tergantung pada tingkat keparahan
yang dialami penderita. Pada anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan,
dokter akan menyarankan penggunaan korset tulang belakang. Namun apabila
kelengkungan tulang belakang yang sudah parah (40 derajat atau lebih) atau
kelengkungan tersebut membuat saraf tulang belakang tertekan, dokter akan
merekomendasikan operasi untuk meluruskan kembali tulang tersebut.
Sedangkan pada penderita sindrom Marfan yang mengalami nyeri sendi, dokter
dapat memberikan paracetamol atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
KAKI pengkor merupakan suatu penyakit atau kecacatan bawaan dari kaki yang
penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Deteksi awal kelainan ini dapat
dilakukan selama masa kehamilan dengan bantuan ultrasonografi (USG) selama
Ante Natal Care (ANC) oleh dokter kandungan, dan dapat juga dilakukan setelah
bayi Iahir melalui skrining klinis oleh dokter anak atau kebidanan atau orangtua
penderita. Jika dideteksi lebih awal, penanganan dapat dilakukan saat periode
emas (1-2 minggu setelah lahir), dengan harapan angka kesembuhan lebih
optimal.
Pada kaki pengkor, terjadi kekakuan otot dan tendon bagian dalam kaki sehingga
tendon menjadi pendek dan menarik kaki ke arah dalam. Oleh karena itu, metode
yang paling aman dan tepat adalah peregangan kembali tendon-tendon tersebut
secara berkala. Waktu terbaik atau periode emas pemakaian gips pada metode ini
adalah 1-2 minggu pertama pasca kelahiran, yang dikerjakan oleh dokter spesialis
orthopedi. Penanganan terbaik pada saat ini adalah tata laksana nonoperatif
secara bertahap dengan metode Ponsetti yang diperkenalkan oleh Profesor
Ignacio Ponsetti dari Universitas Iowa, Amerika Serikat. Biasanya semakin muda
pasien, repetisi pemakaian gips akan semakin sedikit. Penggantian gips umumnya
dilakukan di antara interval 7 hari, gips dapat dibuka di rumah dengan
mencelupkan ke air hangat. Namun, pada umumnya setelah 5-6x repetisi akan
dilakukan evaluasi ulang apakah pasien sudah cukup dengan tatalaksana gips saja
ataukah perlu ditambahkan pemanjangan tendon Achilles di tumit dengan cara
bedah minimal invasif.
Pencegahan pada kaki pengkor sulit untuk dilakukan karena faktor genetik sangat
dominan sehingga biasanya deteksi dini dan peran aktif orangtua sangat
diperlukan karena kelainan kaki pengkor dapat diikuti dengan cacat bawaan di
tempat lain terutama yang sifatnya sindromik dan multipel pada organ-organ lain,
seperti kepala, wajah, perut, dan tulang belakang. Jika Anda atau keluarga
memiliki masalah ini, Anda dapat berkonsultasi dengan tim medis di RS kami, baik
dari deteksi dini sampai penanganan nonoperasi dan bedah minimal invasif.
8. Pertes
Etiologi
Epidemiologi
Perawakan pendek
Patofisiologi
Pincang onset akut atau berbahaya, seringkali tidak menimbulkan rasa sakit
(1 sampai 3 bulan)
Jika nyeri hadir, bisa terlokalisasi di pinggul, atau merujuk ke lutut, paha,
atau perut
Nyeri saat rotasi mengacu pada paha dan / atau lutut anteromedial
Atrofi paha & bokong (dari rasa sakit yang menyebabkan tidak
digunakannya)
Afebrile
Perbedaan panjang kaki
Evaluasi Kiprah
Kiprah Antalgik (akut): Fase posisi pendek akibat nyeri pada tungkai yang
menahan beban
Evaluasi
Lab digunakan untuk mengecualikan diagnosis lain (jumlah sel darah lengkap, ESR
dalam rentang referensi)
Pencitraan Diagnostik
Jika ragu-ragu atau foto polos normal, coba scan tulang atau MRI
Temuan Awal
Temuan Akhir
Perawatan / Manajemen
Pengobatan Nonoperatif
Diindikasikan untuk anak-anak dengan usia tulang kurang dari 6 tahun atau
keterlibatan pilar A lateral
Pengobatan Operatif
Artroskopi Pinggul
Arthrodiastasis pinggul
Opsi kontroversial
Perbedaan diagnosa
Sinovitis transien
Penyakit Gaucher
Hipotiroidisme
Meyers displasia
Pementasan
Grup B: Pilar lateral mempertahankan tinggi lebih dari 50%. Akan ada hasil
yang buruk jika usia tulang lebih dari 6 tahun.
Prognosa
Faktor Prognostik
Biasanya usia yang lebih muda saat diagnosis memberikan hasil yang lebih
baik.
Pasien yang berusia lebih dari 6 tahun mungkin terus mengalami nyeri dan
artritis berikutnya.
Pasien berusia lebih dari 8 tahun dan pasien di pilar lateral grup B atau B / C
(grup perbatasan) melakukan lebih baik dengan operasi daripada dengan
perawatan nonoperatif.
Pasien berusia kurang dari 8 tahun dan pasien dalam kelompok B baik-baik
saja terlepas dari pilihan pengobatan.
Pasien di grup C mengalami hasil buruk terkait kondisi pinggul, apa pun
pilihan pengobatannya.
Pemulihan
Lima puluh persen pasien hampir pulih sepenuhnya, tanpa gejala sisa jangka
panjang
Lima puluh persen pasien mengalami nyeri dan kecacatan pada usia 40-an dan 50-
an, dan penyakit sendi degeneratif yang menyebabkan penggantian pinggul pada
usia 60-an dan 70-an.
Jenis kelamin
Pasien wanita memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan pasien pria jika
onset terjadi pada usia lebih dari 8 tahun.
Komplikasi
9. Meningocele
Meningokel sederhana terdiri dari meninges dan CSF yang menonjol ke jaringan
subkutan melalui defek tulang belakang. Meningokel di atas kulit biasanya masih
utuh. Sebuah meningokel kompleks dikaitkan dengan anomali tulang belakang
lainnya. Meningocele adalah anomali tulang belakang yang biasanya asimtomatik
dan tidak terkait dengan kondisi neurologis akut. Cacat tabung saraf adalah jenis
cacat bawaan kedua yang paling umum setelah cacat jantung bawaan.
Ada dua jenis: terbuka atau tertutup. Disrafisme tulang belakang terdiri dari
spektrum anomali bawaan yang berasal dari lengkungan saraf yang rusak, dari
mana meninges atau elemen saraf mengalami hernia, yang mengarah ke berbagai
manifestasi klinis. Disrafisme tulang belakang termasuk aperta (lesi yang terlihat)
dan okulta (tanpa lesi eksternal yang terlihat). Meningocele, myelomeningocele,
lipomeningomyelocele, rachischisis, dan myeloschisis adalah nama yang dikenal
berdasarkan temuan patologis. Myelomeningocele adalah yang paling umum di
antara yang lain terhitung untuk 90% kasus.
Etiologi
Etiologi pasti dari meningocele masih kurang dipahami. Cacat tabung saraf yang
paling terisolasi tampaknya disebabkan oleh kekurangan folat, kemungkinan
dikombinasikan dengan faktor risiko genetik dan lingkungan. Kekurangan folat
mungkin terkait dengan asupan oral yang tidak adekuat, penggunaan antagonis
folat, atau faktor genetik yang menyebabkan metabolisme folat abnormal.
Mereka mungkin juga terkait dengan anomali kromosom atau kelainan gen
tunggal.
Epidemiologi
Insiden cacat tabung saraf berkisar antara 1,0 hingga 10,0 per 1.000 kelahiran di
seluruh dunia. Prevalensi cacat tabung saraf di AS dan banyak negara Eropa
adalah sekitar 0,5 hingga 0,8 per 1000 kelahiran, dan risiko kekambuhan pada
kehamilan berikutnya hingga 5%. Prevalensi cacat tabung saraf memiliki tingkat
variabel di antara geografi, etnis, jenis kelamin, dan negara yang
berbeda. Prevalensi lebih tinggi di antara orang kulit putih dibandingkan dengan
orang kulit hitam dan wanita dibandingkan dengan pria. Risiko cacat tabung saraf
untuk beberapa kelompok etnis / ras (misalnya, Irlandia dan Meksiko) lebih tinggi
daripada yang lain (misalnya, Kulit putih dan Asia).
Patofisiologi
Cacat tabung saraf (NTD) adalah konsekuensi dari gangguan dalam proses
neurulasi. Selama neurulasi, serangkaian peristiwa yang terkoordinasi
memunculkan pelat saraf, lipatan saraf, ditambah tabung saraf, yang akhirnya
membedakan dan berkembang menjadi otak dan sumsum tulang belakang di
masa depan. Cacat tabung saraf muncul dari neuropori anterior dan posterior
saat terakhir menutup. Mereka bisa terbuka atau tertutup, berdasarkan jaringan
saraf yang terbuka atau tertutup.
NTD terbuka adalah hasil dari kerusakan pada neurulasi primer dan melibatkan
area mana pun di sistem saraf pusat (SSP). NTD tertutup disebabkan oleh
kerusakan pada neurulasi sekunder dan ada di tulang belakang.
Histopatologi
Penilaian awal bayi baru lahir sangat penting saat lahir. Pemeriksaan detail pada
kepala dan leher, termasuk kepala, tulang tengkorak, dan ukuran dan bentuk
fontanel anterior, dilakukan. Pemeriksaan neurologis lengkap harus dilakukan
saat lahir untuk menyingkirkan kelainan neurologis. Manifestasi klinis dari
meningokel toraks kira-kira terkait dengan ukuran dan kedekatannya dengan
struktur sekitarnya. Mereka bisa datang dengan nyeri punggung, sesak napas,
batuk, dan jantung berdebar-debar bila disertai dengan kompresi struktur paru
dan mediastinal.
Evaluasi
Semua pasien harus diperiksa secara radiologis setelah lahir, tergantung pada
status klinis mereka. Film sinar-X polos menunjukkan adanya kelainan tengkorak,
kelainan tulang, dan kelainan bentuk tulang belakang. Magnetic Resonance
Imaging (MRI) adalah tes diagnostik terbaik untuk mempelajari kelainan jaringan
saraf dan menilai hidrosefalus yang terkait. Ultrasonografi untuk menilai
hidrosefalus dengan cepat dapat membantu. Pembedahan harus dilakukan untuk
mengevaluasi kebutuhan akan perbaikan bedah darurat.
Perawatan / Manajemen
Perbedaan diagnosa
Prognosa
Komplikasi
Prevalensi cacat tabung saraf telah menurun secara signifikan selama tiga puluh
tahun terakhir karena kemajuan dalam resolusi halus ultrasonografi untuk
pemeriksaan janin dalam rahim, ketersediaan klinis penanda laboratorium seperti
pengukuran serum alfa-fetoprotein, penghentian kehamilan yang terkena
dampak, dan konsumsi asam folat suplemen oleh wanita dalam kelompok usia
reproduksi.
10.Encephalocele
Etiologi
Epidemiologi
Banyak NTD memiliki dominasi jenis kelamin pada wanita, tetapi lebih jelas untuk
encephalocele (4.5: 1). Pasien wanita lebih cenderung memiliki ensefalokel
oksipital (1.9: 1) daripada ensefalokel anterior. Pasien pria lebih cenderung
memiliki ensefalokel anterior. Namun, beberapa penelitian telah menemukan
kejadian serupa untuk ensefalokel anterior.
Patofisiologi
Ensefalokel basal terjadi melalui pelat kribriformis, sinus etmoid, atau sphenoid
dan biasanya tersembunyi. Ensefalokel transetmoid akibat herniasi melalui
cribriform plate, sphenoethmoidal akibat herniasi melalui tulang ethmoid dan
sphenoid, transsphenoidal akibat herniasi melalui saluran kraniofaringeal, dan
sphenomaxillary akibat herniasi melalui fisura orbital superior dan inferior.
Anomali terkait bergantung pada lokasi ensefalokel. Pada ensefalokel prinsipal,
agenesis korpus kalosal, kista arakhnoid, hidrosefalus, dan kompleks agyria-
pachygyria ditemukan. Ensefalokel oksipital dapat dikaitkan dengan malformasi
Chiari, malformasi Dandy-Walker, dan anomali kalosal atau migrasi.
Massa tertutup kulit yang terlihat di dekat garis tengah di area anterior atau
posterior kepala adalah tanda bahwa pasien memiliki ensefalokel. Ensefalokel
anterior biasanya berhubungan dengan jembatan hidung, glabella, atau orbit
medial. Di area posterior, bisa di atas atau di bawah torcula. Kantung sebagian
besar dapat diisi dengan CSF dan dapat tembus cahaya.
Gejala ensefalokel anterior yang paling umum adalah obstruksi hidung, diikuti
oleh rinore CSF dan meningitis. Presentasi yang lebih jarang termasuk
hipertelorisme. ensefalokel basal anterior yang paling umum adalah lempeng
cribriform (64,0%), diikuti oleh atap ethmoid (31,3%) dan sphenoid atau sella
(15,5%).
Pada ensefalokel posterior, hidrosefalus sering terjadi pada 40% hingga 60% kasus
oksipital. Ensefalokel frontal memiliki hidrosefalus hanya pada 14% kasus. Kejang
pada ensefalokel oksipital terjadi pada 17%, tetapi jarang terjadi pada kasus
anterior. Ensefalokel lobus temporal / fossa kranial tengah dapat muncul dengan
otorrhea atau rinore CSF yang tiba-tiba. Episode berulang meningitis dapat terjadi
sebelum diagnosis ditegakkan.
Evaluasi
Ultrasonografi prenatal, sering dilakukan antara minggu ke-9 dan ke-11, adalah
pencitraan andalan yang menunjukkan kantung berisi cairan melalui cacat
tengkorak. Namun, setelah 13 minggu, ini akan menunjukkan apakah defeknya
adalah meningocele (tanpa herniasi jaringan otak) atau encephalocele.
Tes DNA untuk skrining kelainan kromosom dapat dilakukan pada sepuluh
minggu. Namun, pasien dengan hasil tes DNA bebas sel layar negatif masih dapat
menunjukkan hasil USG yang abnormal pada 3,5%. Telah dilaporkan bahwa
kelainan kromosom dapat terlewatkan dalam 8% pemeriksaan DNA bebas sel
dalam sampel plasma ibu.
Perawatan / Manajemen
Untuk operasi ensefalokel dasar atau basal, cadangan darah yang rendah pada
anak kecil dan tantangan anatomi teknis harus dipertimbangkan terhadap risiko
kelainan bentuk wajah, gangguan saluran napas, dan infeksi. Akibatnya, beberapa
orang merekomendasikan untuk menunda operasi sampai usia 2 sampai 3 tahun
jika tidak ada bukti adanya rhinorrhea aktif atau kondisi yang mengancam jiwa.
Namun, yang lain merekomendasikan pembedahan sedini dua bulan karena ada
ekspansi hidung yang cukup yang disebabkan oleh encephalocele, mengurangi
kesulitan teknis.
Perbaikan cacat dural, baik yang utama atau menggunakan perikranium, harus
dilakukan dalam semua kasus. Lem fibrin digunakan untuk memperkuat
penutup. Penutupan defek tulang dilakukan dengan menggunakan cangkok
tulang calvarial split autologous, mesh titanium, dan material tulang
osteokonduktif. Jika cacatnya kecil, tidak perlu dilakukan perbaikan. Drainase
lumbal intraoperatif selama 5–7 hari dapat digunakan untuk mencegah kebocoran
CSF. Kebocoran CSF pasca operasi berkembang pada 6,0% kasus tetapi merespon
dengan baik dengan drainase lumbal. Eksplorasi ulang untuk kebocoran CSF
terjadi pada 1% hingga 2% kasus.
Perbedaan diagnosa
Glioma hidung
Epidermoid hidung
Dakriosistitis
Dakriosistokel
Hemangioma
Polip hidung
Prognosa
Komplikasi
Kebocoran CSF
Meningitis
Kejang
Hidrosefalus
Kekambuhan endoskopi
Penundaan perkembangan
Gangguan perkembangan
Konsultasi
Operasi plastik
Ahli bedah kraniofasial
Ahli Otolaringologi
Intensivist
Ahli saraf
Ahli Endokrinologi
Ahli jantung
Neurorehabilitasi
Ahli genetika
Untuk mencegah NTD, fortifikasi asam folat dari makanan atau suplementasi
asam folat selama usia subur dianjurkan. Namun, tidak ada hubungan yang jelas
antara kekurangan asam folat dan pembentukan ensefalokel. Wanita usia subur
harus menggunakan 400 mg asam folat setiap hari.
Pendidikan remedial khusus dan layanan medis, sosial, dan kejuruan lainnya
direkomendasikan untuk anak-anak dengan keterlambatan perkembangan.
11.Anensefal
Mekanisme
Neurulasi primer:
Neurulasi sekunder:
Pada tingkat sakral dan tulang ekor, tabung saraf disebut sebagai
tailbud. [5] Kuncup ekor memunculkan tabung saraf dan jaringan non-epidermis
lainnya. [7] Sel tailbud mulai berkumpul dan berkembang biak, [7] membentuk
medullary cord. [] Saat medullary cord terbentuk, persimpangan antar sel muncul
dan bergabung dengan permukaan sel lateral. [] Epitelisasi medullary cord
menghasilkan banyak lumina. Proses kavitasi berlangsung dan menghasilkan
terciptanya lumen sentral. Lumen tunggal ini adalah tabung saraf sekunder, yang
akhirnya menyatu dengan tabung saraf primer, membentuk satu struktur
kontinu. Terlepas dari keberhasilan pembentukan tabung saraf anterior selama
neurulasi primer, neurulasi sekunder masih bisa berhasil. [
Menguji
SEBELUM MELAHIRKAN
USG
Alfa-fetoprotein
SETELAH KELAHIRAN
Pada periode postnatal, diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan fisik. Semua
kriteria berikut diperlukan untuk diagnosis positif [] :
Patofisiologi
FAKTOR GIZI
Folat adalah koenzim yang memfasilitasi transfer unit satu karbon, yang kemudian
dalam berbagai reaksi, seperti sintesis purin dan pirimidin, serta reaksi
metilasi. [] Kekurangan folat merupakan faktor risiko nutrisi penting yang
diketahui berkontribusi pada perkembangan penyakit. [] Kekurangan folat dapat
disebabkan oleh berbagai penyebab:
2. Malabsorpsi folat
Folat terlibat dalam proses metilasi homosistein dan sitosin. Ini juga berkontribusi
pada sintesis purin dan pirimidin. Akibatnya, kekurangan folat menyebabkan
ketidakmampuan untuk membangun protein dan DNA dengan benar dan juga
mengubah ekspresi beberapa gen. Meskipun peran folat dalam mengurangi risiko
NTD tidak banyak diketahui, wanita usia subur didorong untuk memasukkan
suplemen folat ke dalam makanan mereka.
FAKTOR LINGKUNGAN
Obat anti epilepsi (AED) adalah penyebab NTD yang diketahui. Penggunaan AED,
seperti valproate, carbamazepine, dan phenytoin, mengubah penyerapan folat,
yang menyebabkan penurunan kadar folat dalam darah. Sebagai catatan,
valproate dianggap sebagai AED paling teratogenik, terutama bila dikombinasikan
dengan lamotrigin. Antagonis asam folat lainnya termasuk trimetoprim
(antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi, seperti malaria), triamterene
(diuretik hemat kalium), dan aspirin (antikoagulan yang dijual bebas).