Anda di halaman 1dari 4

Embriologi Sistem Otot

Tanda munculnya otot-otot anggota badan diamati pada minggu ketujuh sebagai
pemadatan mesenkim di dekat tunas anggota badan. Mesenkim ini berasal dari sel-sel
dermomiotom somit yang bermigrasi ke tunas anggota badan untuk membentuk otot. Seperti di
daerah lainnya, jaringan ikat menentukan pola pembentukan otot. Dengan memanjangnya tunas
anggota badan, jaringan otot terpecah menjadi komponen fleksor dan ekstensor.
Tunas anggota badan atas terletak berhadapan dengan lima segmen leher bagian bawah
dan dua segmen dada bagian atas, dan tunas anggota badan bagian bawah terletak berhadapan
dengan empat segmen lumbal bagian bawah serta dua segmen sakral bagian atas. Segera setelah
tunas terbentuk, saraf spinalis yang sesuai menembus ke dalam mesenkim tersebut. Pada
mulanya, saraf itu masuk dengan cabang dorsal dan ventral yang terpisah, tetapi tidak lama
kemudian cabang ini bersatu membentuk saraf dorsalis dan ventralis yang besar. Dengan
demikian, nervus radialis, yang mempersarafi sistem otot ekstensor terbentuk melalui
penggabungan cabang segmen dorsal, sementara nervus ulnaris dan medianus, yang
mempersarafi sistem otot fleksor, terbentuk melalui penggabungan cabang ventral.
Segera setelah saraf tersebut memasuki tunas anggota badan, terjalinlah penyatuan yang
erat dengan pemampatan mesoderm yang sedang berdiferensiasi, dan penyatuan awal antar saraf
dan sel otot yang sedang berdiferensiasi ini merupakan suatu prasyarat untuk diferensiasi
fungsionalnya yang sempurna. Saraf spinalis tidak hanya memainkan peranan yang penting
dalam diferensiasi dan persarafan motorik untuk otot anggota badan, tetapi juga memberikan
persarafan sensorik untuk dermatom. Walaupun pola asli dermatom mengalami perubahan
dengan tumbuhnya anggota badan, urutan yang teratur tetap dapat dikenali pada orang dewasa.

Nurin Kamila - 152010101056


Sumber: Sadler, T. W. 2009. Embriologi Kedokteran Langman. 10th ed. Jakarta: EGC
Genu Varum (Bow Legs)
Genu varum pada anak-anak merupakan kombinasi dari torsi interna dan varus tibia bersama
dengan torsi eksterna dari femur.
Etiologi
a. terjadi segera setelah lahir yang berkaitan dengan posisi intra-uterin janin dan akan
terkoreksi secara spontan
b. kebiasaan posisi tidur dan duduk yang mendukung terjadinya kelainan ini, kelainan akan
bertambah berat sehingga tidak dapat terkoreksi secara spontan
c. dapat ditemukan pada kelainan seperti rakitis atau trauma pada lempeng epifisis dimana
kelainan ini harus dibedakan dengan genu varum yang fisiologis
d. tibia vara (penyakit blount) merupakan penyakit yang menyerang tibia dan
mempengaruhi beban yang diterima tibia sehingga tibia gagal untuk tumbuh secara
normal
e. metabolik. Vitamin D dan resistant rickets sehingga kalsifikasi pada tulang di area
persendian yang meyebabkan tulang menjadi lentur
f. kelainan kongenital. Adanya akhondroplasia merupakan penyebab genetick paling
umum. kelainan ini menyebkan defek pada pembentukan tulang secara endokhondral
Manifestasi Klinis
a. Postur tubuh pendek. kondisi ini diakibatkan karena pada esktremitas bawah anak
terbentuk garis kesejajaran tibia dan femur yang abnormal (membentuk sudut ke arah
medial atau ke arah lateral)
b. pola jalan abnormal, sering menimbulkan kesulitan berjalan pada anak, karena langkah
anak akan melambat
c. Eyeri sendi lutut dan dislokasi patela intermiten. Gangguan titik tumpu terjadi pada sendi
lutut, perpindahan titik tumpu ke arah lateral dari pusat sendi lutut sehingga akan
mengakibatkan over kompresi sendi lutut dan struktur yang ada di sekitarnya. Pada
kondisi ini dapat muncul keluhan nyeri pada sendi lutut, selain itu juga dapat terjadi
dislokasi atau subluksasi patella intermiten
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
Penilaian dilakukan baik dalam posisi berdiri, berjalan ataupun terlentang (supinasi) pada
meja pemeriksaan. Pada posisi berdiri, besarnya angulasi dari lutut dapat dinilai dengan dua cara,
yaitu:
a. Sudut femoral-tibia : sudut diantara paha dengan tungkai bawah
b. Pengukuran jarak antara penanda tulang
Jarak interkondilar (genu varum): Jarak antara kondilus femoral medial pada lutut
Pada cara berjalan lutut diperhatikan ketika fase melangkah untuk menentukan adanya
pembentukan sudut ke lateral (lateral thrust). Anak dengan varum fisiologis pada lutut umumnya
tidak terjadi pembentukan sudut. Namun pada kondisi patologis, pembentukan sudut biasanya
menunjukkan kelemahan ligamen lutut yang bisa meningkatkan potensi untuk bertambahnya
keparahan deformitas.
Pada posisi prone/supinasi dapat dinilai rotasi pinggul interna dan eksterna (torsi femoral)
dan aksis paha-kaki (torsi tibia). Pada pemeriksaan fisik, diperiksa juga adanya diskrepansi
panjang ekstremitas dengan pengukuran true length dan apparent length.
2. Radiografi
Gold standart pemeriksaan ini adalah full-length anteroposterior (AP) ekstremitas bawah.
Indikasi pemeriksaan ini dilakukan jika anak memiliki tinggi badan di bawah persentil 25
(berdasarkan kurva tinggi badan terhadap umur). Pada kondisi genu varum, pemeriksaan
radiologis dilakukan dengan mengambil foto antero-posterior (AP) paha hingga pergelangan kaki
untuk kedua esktremitas. Aksis mekanikal dan juga aksis anatomik dari ekstremitas bawah
diukur untuk penentuan diagnosis.
Pada anak dengan suspek genu varum, dapat dilakukan penilaian sudut metafisis-diafisis
(MDA) untuk membedakan antara genu varum dan tibia vara, pada genu varum sudut yang
dibentuk biasanya < 110, sedangkan pada tibia vara sudut yang dibentuk >110. Pada kondisi
normal garis ini akan tepat membagi dua dari sendi pergelangan kaki atau masih berada pada
50% bagian tengah dari sendi pergelangan kaki.
Tata Laksana
1. Penatalaksanaan Non Operatif
a) Health Education
Beberapa edukasi atau penjelasan yang dapat diberikan kepada keluarga klien antara
lain:
(1) Menjelaskan pertumbuhan kaki yang normal;
(2) Menjelaskan bahwa modifikasi dan perubahan sepatu dirasa tidak efektif;
(3) Menjelaskan bahwa kondisi ini normal pada anak-anak karena bisa menjadi normal
secara spontan;
(4) Mengkaji riwayat keluarga yang mengalami genuvarum;
(5) Pada sebagian besar anak, tatalaksana yang dapat dilakukan berupa observasi,
monitoring waktu dan perkembangan untuk mengkoreksi kaki anak.
b) Brace treatment
Bracing dapat digunakan untuk pasien dengan usia 2,5-5 tahun dengan blount disease
atau memiliki faktor risiko blount disease. Brace treatment dapat mengoreksi deformitas
varus akibat gangguan pertumbuhan patologis proximal-medial tibial.

c) KAFO (Knee Ankle Foot Orthosis)


Sebelum usia 3 tahun, digunakan knee-ankle-foot-orthosis (KAFO) selama 23 jam
sehari. Tulang akan diluruskan dengan brace, orthotic diganti setiap dua bulan atau lebih
untuk memperbaiki posisi bowlegged.

2. Pengobatan Operatif
Jika deformitas tidak membaik dengan pengobatan ortotik dan penyakit berlanjut ke tahap
berikutnya maka koreksi bedah harus dilakukan. Operasi dianjurkan untuk cacat yang semakin
parah dan bisa melumpuhkan anak, atau jika anak tersebut memiliki sudut metaphyseal-
diaphyseal lebih besar dari 14°. Indikasi mutlak untuk operasi adalah depresi tibialis dataran
tinggi (Langenskold tahap IV) dan kelemahan ligamen lutut.

Nurin Kamila - 152010101056


Sumber:
Rasjad, Chairuddin. 2015. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone
Stevens, P. M. 2017. Pediatrics Genu Varum. Medscape.
https://emedicine.medscape.com/article/1355974-overview

Anda mungkin juga menyukai