Anda di halaman 1dari 4

2.

Secondary survey
Survey sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki, termasuk re evaluasi tanda
vital. Peluang untuk membuat kesalahan dalam penialain pasien yang tidak sadar atau cukup
besar, sehingga diperlukan pemeriksaan teliti yang menyeluruh. Pada pemeriksaan secondary
survey ini dilakuka pemeriksaan neurologu lengkap, termasuk mencatat GCS bila belum
dilakukan dalam survey primer. Pada secondary survey ini juga dikerjakan foto rontgen dan
pemeiksaan laboratorium. Evaluasi lengkap dari pasien memerlukan pemeriksaan fisis berulangulang.
ANAMNESIS
Setiap pemeriksaan yang lengkap memerlukana anamnesis menenai riwayat perlukaan,
seringkali data seperti ini tidak bias didapat dari pasien sendiri dan harus didapat dari lapangan
atau keluarga.
Riwayat AMPLE patut diingat
A : Alergi
M : Medikasi (obat yang diminum saat ini)
P : Past Illness (penyakit penyerta / pregnancy)
E : Event / environment (lingkunga) yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.
Mekanisme perlukaan sangat menentukan keadaan pasien. Petugas lapangan seharusnya
melaporkan mekanisme perlukaan. Jenis perlukaan dapat diramalkan dari mekanisme kejadian
perlukaan. Trauma biasanyan dibagi dalam 2 jenis : tumpul dan tajam.
Mekansme perlukaan
Benturan frontal

Kemudi bengkok
Jejak lutut pada dashboard
Cedera bull eye pada kaca depan

Benturan samping, mobil

Kemungkinan pola perlukaan


Fraktur servikal
Flail chest anterior
Kontusio miokard
Pneumothorax
Rupture aorta
Ruptur lien/ hepar
Fraktur/ dislokasi coxae, lutut
Sprain cervikall kontralateral
Fraktur servika
Flail chest lateral
Pneumthorax
Ruputur aorta

Benturan belakang, mobil


Terlempar keluar
Pejalan kaki ><

Rupture diagfragma
Rupture hepar/lie/ginjal
Fraktur pelvis/acetabulum
Fraktur cervical
Kerusakan jaringan lunak leher
Semua jenis perlukaan
Mortalitas jelas meningkat
Trauma kapitis
Perlukaan toraks
Fraktur tungkai/pelvis

Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan fisis pada secondary survey dilakukan berurutan berurutan mulaidri kepala, maksilo
fasial, servikal dan leher, dada, abdomen, perineum/rectum/vagina, musculoskeletal sampai
pemeriksaan neurologis.
1. Kepala
Survey sekunder mulai dari evaluasi kepala. Seluruh kulit kepala dan kepala harus diperiksa
akan adanya luka, kontusio atau fraktur. Karena kemungkinan bengkaknya mata kemudian,
yang akan mempersulit pemeriksaan yang diteliti, mata harus diperiksa akan adanya :
Ketajaman visus
Ukuran pupil
Perdarahan konjungtiva dan fundus
Luka tembus pada mata
Lensa kontak
Dislokasio lentis
Jepitan bola mata
Ketajaman visus dengan membaca gambar snellen dan gerakan bola mata harus diperiksa
karena kemungkinan terjepitnya bola mata oleh fraktur orbita
2. Maksilo fasial
Trauma maksilo-fasial dapat mengganggu airway atau perdarahan yang hebat, yang harus
ditampon pada primery survey. Trauma maksilofasial tanpa gangguan airway atau perdarahan
hebat, baru dikerjakan setelah pasien stabil sepenuhnya dan pengelolaan definitive dilakukan
dengan aman.
3. Vertebra servikalis dan leher
Pemeriksaan leher meliputi inspeksi, palpasi dan auskultasi. Nyeri daerah vertebra servikalis,
emfisema subkutan, deviasi trachea dan fraktru laring dapat ditemukan pada pada peeriksaan

yang teliti. Dilakukan palpasi dan auskultasi pada a. karotis. Adanya jejas a. karotis harus
dicatat karena kemungkinanna adanya perlukaan pada a. karotis. Penyumbatana atau diseksi
a, karotis dapat terjadi secara lambat, tanpa gejala.
Kebanyakan trauma arteri besar di leher disebabkan karena trauma tajam, namun trauma
tumpul leher atau cedera karena sabuk pengaman dapat menyebabkan kerusakan tunika
intima, diseksi dan thrombosis.
4. Toraks
Inspeksi dari depan dan belakang akan menunjukkan flail chest atau open pneumonothoraks.
Palpasi harus dilakukan pada setiap iga dan klavikula. Penekanan pada sternum dapat nyeri
bila ada fraktur sternum atau ada costochondral separation.
Evaluasi toraks dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisis termasuk auskultasi dan fpto
toraks. Bising napas diperiksa pada bagian atas toraks untuk menentukan pneumotoraks, dan
pada bagain belakang posterior untuk menentukan adanya hematotoraks.
Adanya temponade jantung atau tension pneumotoraks dapat terlihat adanya destensi pada
vena di leher, walaupun adanya hipovolemia akan meniadakan tanda in. melemahnya suara
napas dan hipersonor pada perkusi disertai syok mungkin satu-satunya tanda akan adanya
tension pneumotoraks, yang menandakan perlunya dekompresi segera.
5. Abdomen
Pemeriksaan abdomen yang normaltidak menyingkirkan diagnosis pelukaan abdomen,
karena gejala mjngkin timbul agak lambat. Diperlukan pemeriksaan berulang dan observasi
ketat, kalau bias oleh petugas yang sama. Fraktur iga-iga terbawah atau fraktur pelvis akan
mempersulit pemeriksaan karena nyeri dari daerah ini pada saat palpasi abdomen.
6. Perineum/rectum/vagina
Perineum diperiksa akan adanya kontusio, hematoma, laserasi dan perdarahan uretra. Colok
dubur harus dilakukan sebelum memasng kateter uretra. Harus diteliti adanya darah dari
lumen rectum, prostat letak tingggi adanya fraktur pelvis, utuh tidaknya dinding rectum tonus
m. spincter ani. Pada wanita diperlukan pemeriksaan vaginal touchea untuk menentukan
adanya darah dalam vagina akibat laserasi.
7. Musculoskeletal
Ekstrremitas diperiksa akan adanya deformitas. Fraktur yang kurang jelasdapat ditegakkan
dengan memeriksa adanya nyeri, krepitasi atau gerakan abnormal.
Perlukaan berat pada ekstremitas dapat terjadi tanpa disertai fraktur baik pada pemeriksaan
maupun x-ray. Kerusakan ligament dapat menyebabkan sendi menjadi tidak stabil, kerusakan
tendo akan mengganggu pergerakan.

Gangguan sensasi dan atau hilang kemampuan kontraksi otot dapat disebabkan kerusakan
saraf perifer.
8. Neurologis
Pemeriksaaan neurologis meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran, ukuran dan reraksi pupil,
pemeriksaan motorik dan sensorik. Penurunan kesadaran harus selalu dipantau karena
merupakan gambaran perkembangan cedera tekanan intra cranial. Bila terjadi penurunan
status neurologi harus teliti ulang perfusi, oksigenasi dan ventilasi.
Referensi
Fildes, John, MD, FACS. 2008. ATLS Student Course Manual Eight Edition. United States :
American College Of Surgeon

Anda mungkin juga menyukai