Anda di halaman 1dari 46

TKT

FISIOTERAPI pada SPINA


BIFIDA dan CHD

Ummy Aisyah N,SST. FT., M.Fis.,AIFO-FIT


Modul Tumbuh Kembang Trauma
TA. 2020-2021
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis dan
mengimplementasikan tindakan fisioterapi pada Spina bifida
dan CHD
FISIOTERAPI PADA
SPINA BIFIDA
Prevalensi Spina Bifida:

• Amerika Serikat: sebesar 30 per 100.000 kelahiran


hidup
• Eropa: sebesar 13.84 per 100.000 kelahiran hidup
(Snow et al,, 2015)
• Indonesia, penelitian yang dilakukan di RSCM
penderita SB sebesar 33.33% bayi yang lahir dengan
cacat lahir
(Saroyo, 2018)
Definisi:
• Kelianan kongenital pada tulang belakang akibat
kegagagalan penutupan pada neural tube
• Terjadi pada minggu ke empat post-fertilization
• Malformation of neural tube defects (NTDs)
• Kelainan ini menyebabkan pembentukan struktur
yang berkembang di luar tubuh
Definisi:
Definisi:
Mechanisms and Pathophysiology

Normal NDT Abnormal NDT


Mechanisms and Pathophysiology

• Diferensiasi neuronal
• Hemoragik dan neuron mati akibat toksisitas cairan
ketuban
• Koneksi aksonal terputus, dan fungsi hilang
• Neurological disability->neurodegeneration
JENIS-JENIS SPINA BIFIDA :
• Spina bifida occulta (SBO)
• Meningocele
• Myelomeningocele (MMC)
1. OCULTA

§ Ringan, terjadi pada sekitar 10%


kelahiran
§ Cacat di daerah lumbosakral ( L4
– S1 )
§ Biasanya ditandai dengan plak
rambut dan menutupi daerah
yang cacat
§ Tidak ada kecacatan neurologis
2. Meningocale

• Hanya meningens saja yang


berisi cairan yang menonjol
• Meningokel: cairan yang ada
di kantong terlihat dari luar,
tetapi kantong tersebut
tidak berisi spinal cord atau
saraf
• Konstipasi
• Disfungsi kandung kemih
4. Myelomeningocele
ü Melibatkan jaringan syaraf
pda kantong tsb
ü Paralisis otot
ü Tidak ada respons
terhadap sentuhan dan
nyeri
ü Insidensi deformitas
ekstremitas bawah yang
tinggi
ü Gangguan berkemih
Asam Folat untuk Mencegah SB
• Asam folat eksogen dapat meningkatkan proliferasi
sel embrio melalui stimulasi sintesis pirimidin dan
purin, dan temuan gangguan proliferasi sel embrio
• Meningkatkan metilasi makromolekul utama
termasuk DNA, yang dapat mempengaruhi ekspresi
gen embrionik, sehingga berkontribusi pada regulasi
epigenetik perkembangan sistem saraf awal untuk
penutupan tabung saraf
Screening and Diagnosis
• Prenatal Tests
USG
Testing of Amniotic fluid
Evaluation
Analysis of individual medial history
Physical examination
Evaluation of critical body systems
Imaging Studies
X-rays
Ultrasound
CT scan
MRI
Diagnosa
• Berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
• Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang
disebut triple screentes penyaringan untuk spina bifida, sindroma Down
dan kelainan bawaan lainnya.
• 85% wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida, akan memiliki
kadar serum alfa fetoprotein yang tinggiTes ini memiliki angka positif
palsu yang tinggi, karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis.
• Dilakukan USG
• Dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban).
• Pemeriksaan setelah bayi lahir:
- Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
- USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda
spinalis maupun vertebra
- CT scan atau MRI tulang belakang dilakukan untuk menentukan lokasi
dan luasnya kelainan.
Tindakan medis
• Tujuan dari pengobatan awal adalah:
- mengurangi kerusakan saraf akibat spina bifida
- meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi)
- membantu keluarga dalam menghadapi kelainan ini

• Tujuan pembedahan: menutup lubang yang terbentuk dan


untuk mengobati hidrosefalus, kelainan ginjal dan kandung
kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering menyertai spina
bifida
• Pemberian antibiotik mencegah meningitis, infeksi saluran
kemih dan infeksi lainnya
Treatment
• Regular check ups with
physician
• Surgery (48 hours after
birth)
• Medication
• Physiotherapy
Proses Fisioterapi pada Spina
Bifida
• Assesmen
• Diagnose
• Rencana intervensi
• Intervensi
• evaluasi
Intervensi FT pada SB:
• Tujuan:
ØMenjaga tonus otot
Ømencegah kontraktur
ØMenjaga ROM
ØPostural control
Ø Sensibilitas
ØStimulasi perkembangan motorik
FT Spina Bifida:
• NS->sensory stimulation
• Joint Range of Motion-> Passive exercises
• Muscle strength
• Positioning and Handling
• Mobility and Ambulation
FISIOTERAPI PADA
CONGENITAL HIP DISLOCATION
Pengertian

• CHD  kelainan
kongenital dimana
terjadi dislokasi pada
panggul karena
acetabulum dan
caput femur tidak
berada pada tempat
seharusnya.
Epidemiologi
- Bilateral > unilateral
- Perempuan > laki-laki = 8 : 1
- Terjadi 5 – 20% dari 1.000 kelahiran hidup
- sebagian besar akan menjadi stabil setelah 3
minggu dan hanya 1-2% yang tetap tidak
stabil.
Etiologi
a. Idiopatik
b. Faktor Genetik, dua ciri warisan yang dapat mempengaruhi
ketidakstabilan pinggul  yakni sendi yang longgar merata dan
displasia acetabulum
c. Faktor hormonal
tingginya kadar estrogen, progesteron dan relaksin pada ibu dalam
beberapa minggu terakhir kehamilan  dapat memperburuk
kelonggaran ligamentum pada bayi.
d. intrauterin
- Malposisi  Terutama posisi bokong dengan kaki
yang berekstensi
- Desakan kembar
e. Persalinan
- Kesalahan dalam menolong persalinan
- Bayi dengan interpretasi bokong
f. Pasca Persalinan  kebiasaan membedong
Manifestasi Klinis
• Terlihat kaki bayi panjang sebelah
• Terdapat lipatan paha bayi yang tidak seimbang
• Saat anak mampu berjalan, maka cara jalannya
menjadi tidak seimbang
Pemeriksaan CDH
1. Uji Ortolani
• Bagian medial paha bayi dipegang ibu jari dan jari2 diletakkan
pada trokanter mayor
• Pinggul difleksikan sampai 900 dan diabduksi perlahan – lahan.
Biasanya abduksi berjalan lancar sampai hampir 900.
Positif :
• Biasanya gerakan abduksi terhalang
• Ada bunyi klik saat trokhanter mayor ditekan ke dalam dan terasa
caput yang tadi keluar saat tes Barlow masuk ke acetabulum.
2. Uji Barlow
• Cara mengeluarkan kaput femur dari acetabulum
dengan melakukan adduksi kaki bayi dan ibu jari
pemeriksa diletakkan di lipatan paha.
• Positif bila saat mengeluarkan kaput femur, teraba
kaputnya oleh ibu jari pemeriksa dan terdengar bunyi
'klik'.
3. Tanda Galeazzi : Fleksikan hip 900, dekatkan antara kiri dan
kanan, lihat apakah lututnya sama panjang atau tidak. Bila
tidak sama panjang hal ini berarti hasil pemeriksaan adalah +.
4.Tes Tradelenberg: anak disuruh berdiri 1 kaki secara bergantian.
Saat berdiri pada kaki yang CDH (+), akan terlihat :
Otot panggul abduktor
(menjauhi garis tubuh).
Normalnya, otot panggul
akan mempertahankan
posisinya tetap lurus.
Pemeriksaan Penunjang
• Radiologi  pada umur 6 bulan atau lebih  bila
usia < 6 bln biasanya agak sulit dilakukan karena
pusat osifikasi sendi baru  hasilnya akan
radiolucent.
• USG  digunakan untuk usia < 6 bulan karena
osteogenesis belum sempurna (tulang masih dalam
bentuk tulang rawan)
Hasil X-Ray CHD
Penatalaksanaan
USIA 0-6 bulan
• Pemakaian popok double
 untuk menyangga femur
tetap fleksi
• 80 – 90% panggul yang tak stabil pada saat kelahiran akan stabil
scr spontan dLm 2-3 minggu
• Penggunaan Pavlik Harness.
• Setelah 3-4 bulan pemakaian popok double/Pavlik Harness
dilakukan cek radiografi dan pemeriksaan fisik. Bila membaik
maka penggunaan popok double dan Pavlik Harness dihentikan
Pemasangan : mempertahankan pinggul
dalam 90o fleksi dan sekitar 45° abduksi,
Aturan Pembebatan Yang Terbaik:
1. Pinggul harus direduksi sebagaimana
mestinya sebelum dibebat
2. Posisi ekstrim harus dihindari
3. Pinggul harus dapat digerakkan.
USIA 6-18 bulan:
• Dilakukan traksi  kedua kaki secara vertikal dan secara
berangsur- angsur abduksi ditingkatkan, (3 minggu), kedua kaki
terentang lebar- lebar.
• Setelah itu cek radiografi untuk melihat posisi, bila sudah pas,
maka dapat dilakukan fiksasi dengan spica (diganti setiap 2 bulan)
sampai hasil radiografi baik.
• Spica gips  keadaan 600 fleksi, 400 abduksi dan 200 rotasi
internal.
USIA 18 bulan - 5 tahun:
• Dilakukan operasi  spika gips selama 3 bulan
 penggunaan Pavlik Harness selama 1- 3
bulan dan diperiksa dengan rontgen
Prognosis
• Semakin muda usia bayi saat dilakukan
pengobatan, maka semakin baik prognosisnya.
Problem FT:
§ Hipotonus
§ Abnormalitas Hip Joint
§ Deformitas
§ Decrease Lowe Extrimity
Intervensi FT:
§ Mobilisasi AGA dan AGB
§ Massage
§ Pasive Exc
§ Positioning
§ Motorik stimulation
§ Sitting
§ Walking
Reference:

• S n o w - L i s y D , Ye r k e s E , C h e n g E . U p d a t e o n U r o l o g i c a l
Management of Spina Bifida from Prenatal Diagnosis to Adulthood.
Journal of Urology. 2015;194(2):288-296.
• Saroyo Y, Wijaya C, Marsubin P. Demografi Ibu yang Melahirkan
Janin dengan Kelainan Bawaan.Indones J Obstet Gynecol.
2018;6(4):222-227
• G Raghavendra Prasad, TM Rashmi. Lateral meningomyelocele in
a neonate: A case report.Journal of neonatal surgery 2016; 5(1):4
• Pozdnikin I.Y., Baskov V.E, Voloshin S.Y.,Barsukov D.B., Krasnov
A.I.,Poznovich M.S. Errors of diagnosis and the initiation of
conservative treatment in children with congenital hip
dislocation.Vol 5, No 2 (2017):42-51

Anda mungkin juga menyukai