Anda di halaman 1dari 4

A.

DIAGNOSIS
Diagnosis spina bifida, termasuk meningokel ditegakkan berdasarkan gejala dan
hasil pemeriksaan fisik. Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan
darah yang disebut triple screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida,
sindroma down dan kelainan bawaan lainnya.
Sebanyak 85 % wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida, akan
memiliki kadar serum alfa fetoprotein yang tinggi. Tes ini meliliki angka positif palsu
yang tinggi, karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk
memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina
bifida. Kadang-kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairanm ketuban).
Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan rontgen tulang belakang untuk
menentukan luas dan lokasi kelainan, pemeriksaan USG tulang belakang bisa
menunjukkan

adanya

kelainan

pada

korda

spinalis

maupun

vertebra,

serta

pemeriksaan CT-Scan atau MRI tulang belakang kadang-kadang dilakukan untuk


menentukan lokasi dan luasnya kelainan (Wafi Nur, 2010).
Pemeriksaan neurologis yang cermat sangat dianjurkan. Anak yang tidak
bergejala dengan pemeriksaan neurologis normal dan keseluruhan tebal kulit menutup
meningokel dapat menunda pembedahan. Sebelum koreksi defek dengan pembedahan
penderita harus secara menyeluruh diperiksa dengan menggunakan rontgenogram
sederhana, ultrasonografi, dan tomografi komputasi (CT) dengan metrizamod atau
resonansi magnetik (MRI) untuk menentukkan luasnya keterlibatan jaringan syaraf jika
ada dan anomali yang terkait, termasuk diastematomelia, medulla spinalis terlambat
dan lipoma. Penderita dengan kebocoran cairan serebrospinalis (CSS) satu kulit yang
menutupi tipis harus dilakukan pembedahan segera untuk mencegah meningitis. Scan
CT kepala dianjurkan pada anak dengan meningokel karena kaitannya dengan
hidrosefalus pada beberapa kasus. Meningokel anterior menonjol ke dalam pelvis
melalui defek pada sakrum (Behrman dkk, 2000).

B. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari pengobatan awal spina bifida, termasuk meningokel adalah
mengurangi kerusakan saraf akibat spina bifida, meminimalkan komplikasi (misalnya
infeksi), serta membantu keluarga dalam menghadapi kelainan ini. Pembedahan
dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk menutup lubang yang
terbentuk dan untuk mengobati hidrosefalus, kelainan ginjal dan kandung kemih serta
kelainan bentuk fisik yang sering menyertai spina bifida.
Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat
fungsi otot. Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan
infeksi lainnya, diberikan antibiotik. Untuk membantu memperlancar aliran air kemih
bisa dilakukan penekanan lembut diatas kandung kemih. Pada kasus yang berat
kadang harus dilakukan pemasangan kateter. Diet kaya serat dan program pelatihan
buang air besar bisa membantu memperbaiki fungsi saluran pencernaan.
Untuk mengatasi gejala muskuloskeletal (otot dan kerangka tubuh) perlu campur
tangan dari ortopedi (bedah tulang) maupun terapi fisik. Kelainan saraf lainnya diobati
sesuai dengan jenis dan luasnya gangguan fungsi yang terjadi. Kadang-kadang
pembedahan

shunting

untuk

memperbaiki

hidrisefalus

akan

menyebabkan

berkurangnya mielimeningokel secara spontan.


Penatalaksanaan:
a.

Sebelum dioperasi, bayi dimasukkan kedalam incubator dengan kondisi

tanpa baju.
b.

Bayi dalam posisi telungkup atau tidurjika kantungnya besar untuk

mencegah infeksi.
Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah dan ahli ortopedi, dan ahli urologi,
terutama untuk tidakan pembedahan, dengan sebelumnya melakukan informed
consent.
Penanganan yang dapat dilakukan pada kelainan ini, antara lain :
a.

Untuk spina bifida atau meningokel tidak diperlukan pengobatan

b.

Perbaikan

pembedahan diperlukan

mielomeningokel,

kadang-kadang

meningokel,

melalui

c.

Apabila dilakukan perbaikan melalui pembedahan, pemasangan pirau

(shunt) untuk memungkinkan drainase CSS perlu di lakukan untuk mencegah


hidrosefalus dan peningkatan tekanan intrakranial selanjutnya
d.

Seksio sesarea terencana sebelum mulainya persalinan dapat penting

dalam mengurangi kersakan neurologis yang terjadi pada bayi dengan defek medula
spinalis (Corwin, 2009).

DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Richard E dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta:
EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Lia Dewi, Vivian Nanny. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai