Anda di halaman 1dari 31

KEPERAWATAN ANAK

HISPRUNG
Dosen Pengampu: Wahyudi, S.Kep, Ns.MH

Nama Anggota:
1. Noki Formike (P1337420220001)
2. Putri Wijayanti (P1337420220002)
3. Putri Nur H. (P1337420220003)
4. Lia Eka Karliah (P1337420220004)
5. Rona Wigiarti (P1337420220005)

Kelompok 1_2A
L A T A R

B E L A K A N G

Penyakit Hisprung diseababkan oleh tidak terdapatnya sel


ganglion parasimpatis dari pleksus aurbach di kolon.
Sebagian besar segmen yang aganglionik yang mengenai
rectum dan bagian bawah kolon sigmoid dan terjadi hipertrofi
serta distensi yang berlebihan pada kolon yang lebih
proksimal (Staf Pengajaer FKUI, 2000, 1134-1135)

Penyakit hisprung pada tahun 1888, terdapat dua kasus bayi


meninggal dengan perut yang kembung dengan kolon yang
sangat melebar dan oenuh feses. Penyakit ini disebut mega
colon dan merupakan kelaianan yang sering dijumpai sebagai
obstruksi usus pada neonatus (Nelson, 2012, edisi 15, vol 2)

Biasanya penyakit hisprung terjadi pada bayi aterm dan


jarang pada bayai prematur. Penyakit ini ditemukan tanda
dan gejala yaitu adanya kegagalan meneluarkanmecconium
dalam waktu 24-48 jamm setelah lahir, muntah berwarna hijau
dan konstipasi faktor penyebab penyakit hisprung diduga
dapat terjadi karena faktor genetik dan faktor lingkungan.

Oleh sebab itu, penyakit hisprung sudah dapat dideteksi


melalui pemeriksaan yang dilakukan seperti radiolofi, barium,
enema, rectal biopsi, rectum, manometri anorektal dan melalui
penatalaksanaan dan terapeutik yaitu dengan pembedahan
dan colostomi.
(Efendi, M., 2020)
DEFINISI
Hisprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya
sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian rectosigmoid calon
dan ketidakadaan ini menimbulkan abnormal atau tidak
evakuasi usus spontan (Betz, Cecily &Sowden : 2000)
Hirschprung (megakolon/aganglionic congenital) adalah
anomali kongenital yang mengakibatkan abstruksi mekanik
karena ketidakadekuatan motilitas sebagian usus. Hisprung
merupakan keadaan tidak ada atau kecilnya sel saraf ganglion
parasimpatik pada pleksus meinterikus dari kolon distalis.
Daerah yang terkena dikenal sebagai segmen aganglionik
(Sodikin, 2011)

(Yulianty, M.R, et,al, 2014)

Diagnosis penyakit Hirschsprung secara


cepat dan tepat sangat diperlukan
karena salah satu komplikasi dari
penyakit Hirschsprung adalah
enterokolitis yang dapat mengakibatkan
kematian. Hal ini terdapat pada 12-58%
kasus penyakit Hirschsprung (1-4)
(Inggarwati;Triambodo, 2010).
(Widodo, A.T, et.al, 2017)
ETIOLOGI
Penyakit hisprung terjadi ketika saraf di usus
besar tidak terbentuk dengan sempurna. Saraf ini
berfungsi untuk mengontrol pergerakan usus
besar. Oleh sebab itu, jika saraf usus besar tidak
terbentuk dengan sempurna maka usus besar
tidak dapat mendorong feses keluar. Penyebab
dari hisprung yang sebenarnya tidak diketahui,
tetapi hisprung atau Mega Colon diduga terjadi
karena:
Faktor genetik dan lingkungan, sering terjadi
pada anak dengan Down Syndrom
Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam
dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal
pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
(Alfian, T., Efendi, M., 2020)
MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Buku Saku, Keperawatan Pediatri, Cecily L. Betz dan Linda A.

Sowden, EGC :2002)

Masa neonatal:
Gagal mengeluarkan meconium dalam
48 jam setelah lahir
Muntah berisi empedu
Enggan minum
Distensi abdomen
Masa neonatal:
Konstipasi
Diare berulang
Tinja seperti pita,

berbau busuk
Distensi abdomen
Gagal tumbuh
(Yulianty, M.R, et.al, 2014)
Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon
menggambarkan adanya kerusakan primer dengan
tidak adanya sel ganglion pada dinding submukosa
kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada
dalam rectumdan bagian proksimal pada usus besar.
Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik)
dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta
spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga
mencegah keluarnya feses secara normal yang
menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan
distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai
pada bagian yang rusak pada Mega Colon
(Betz,Cecily & Sowden).

(Alkarimah, Z, et.al, 2018)


PATHWAY
(Alkarimah, Z, et.al, 2018)
Pemeriksaan Diasnotik
1. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi, perut kembung atau membuncit di
seluruh lapang pandang. Apabila keadaan sudah
parah, akan terlihat pergerakan usus pada dinding
abdomen. Pada pemeriksaan fisik fokus pada area
abdomen, lipat paha, dan rectum akan didapatkan :
Inspeksi : tanda khas didapatkan adanya distensi
abdominal. Pemeriksaan rectum dan feses akan
didapatkan adanya perubahan feses seperti pita
dan dan berbau busuk.
Auskultasi : pada fase awal didapatkan penurunan
bising usus, dan berlanjut dengan hilangnya bising
usus.
Perkusi : timpani akibat abdominal mengalami
kembung.
Palpasi : teraba dilatasi kolon
(Schulten, 2011)
2. Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan ini, jari akan

merasakan jepitan karena lumen

rektum yang sempit, pada saat

ditarik akan diikuti dengan keluarnya

udara dan mekonium yang

menyemprot. (Sodikin, 2011)

(Schulten, 2011)
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kimia Darah : Pada kebanyakan pasien

temuan elektrolit dan panel renal

biasanya dalam batas normal. Anak dengan

diare memiliki hasil yang sesuai

dengan dehidrasi. Pemeriksaan ini dapat

membantu mengarahkan pada

penatalaksanaan cairan dan elektrolit

b. Darah Rutin : Pemeriksaan ini dilakukan

untuk mengetahui hematokrit dan

platelet preoperatif.

c. Profil Koagulasi : Pemeriksaan ini

dilakukan untuk memastikan tidak ada

gangguan pembekuan darah yang perlu

dikoreksi sebelum operasi dilakukan.

(Schulten, 2011)
4. Pemeriksaan Radiologi
Foto polos abdomen tegak akan memperlihatkan
usus-usus melebar atau terdapat gambaran obstruksi
usus rendah.
Dengan pemeriksaan Barium Enema akan ditemukan:
1. Terdapat daerah transisi
2. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian
usus yang menyempit.
3. Enterokolitis pada segmen yang melebar.
4. Adanya penyumbatan pada kolon.
5. Terdapat retensi barium setelah 24-48 jam (Padila,
2012)
5. Pemeriksaan lain-lain
Biopsi rektal dilakukan dengan anestesi umum, hal ini
melibatkan diperolehnya sampel lapisan otot rektum
untuk pemeriksaan adanya sel ganglion dari pleksus
Aurbach (Biopsi) yang lebih superfisial untuk
memperoleh mukosa dan submukosa bagi
pemeriksaan pleksus meissner. (Sodikin, 2011)
Biopsi otot rektum, pengambilan otot rektum,
dilakukan bersifat traumatik, menunjukan
aganglionosis otot rektum. Caranya adalah dengan
mengambil lapisan otot rektum, yang dilakukan di
bawah narkose.
BIOPSI ISAP

Caranya adalah dengan mengambil mukosa dan


submukosa dengan alat pengisap dan mencari sel
ganglion pada daerah submukosa.

MANOMETRI ANOREKTAL

merupakan uji dengan suatu balon yang ditempatkan


dalam rektum dan dikembangkan. Secara normal,
dikembangkannya balon akan menghambat sfingter
an interna. Efek inhibisi pada penyakit hirschsprung
tidak ada dan jika balon berada di dalam usus
aganglionik, dapat diidentifikasi gelombang rektal
yang abnormal. Uji ini efektif dilakukan pada masa
neonatus karena dapat diperoleh hasil baik positif
palsu ataupun negatif palsu.

PEMERIKSAAN AKTIVITAS ENZIM ASETILKOLIN


ESTERASE DARI HASIL BIOPSI ISAP

Bila ditemukan peningkatan aktivitas enzim asetilkolin


enterase, maka berarti khaspenyakit hirsprung.
PENATALAKSANAAN

Menurut Padila (2012), penatalaksanaan pada


penyakit adalah sebagai berikut :
Temporasi ostomy dibuat proksimal teradap
segmen aganglionik untuk melepaskan
obstruksi untuk melepaskan obstruksi dan
secara normal melemah dan terdilatasi usus
besar untuk mengembalikan ukuran
normalnya.
Pembedahan koreksi diselesaikan atau
dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg (20 pounds) atau
sekitar 3 bulan setelah operasi pertama.Ada
beberapa prosedur pembedahan yang
dilakukan seperti Swenson, Duhamel, Boley &
Soave. Prosedur Soave adalah satu prosedur
yang paling sering dilakukan terdiri dari
penarikan usus besar yang normal bagian
akhir dimana mukosa aganglionik telah
diubah.
(Nadya, D.A.,2019)
Asuhan

Keperawatan

Hisprung
PENGKAJIAN
Anamnesis

Identitas Klien a. Keluhan Utama


Nama, umur, jenis kelamin,
Masalah yang dirasakan klien yang

pendidikan, alamat, pekerjaan,


sangat mengganggu pada saat

agama, suku bangsa, tanggal, dan


dilakukan pengkajian pada klien

jam MRS, nomor register, dan


hisprung misalnya, sulit BAB, distensi

diagnosis medis. abdomen, kembung, dan muntah.

b. Riwayat kesehatan sekarang


Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelh 24 jam setelah lahir,
distensi abdomen, dan muntah hujau atau fekal
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakam bagaimana
upaya klien mengatasi masalah tersebut
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan,
persalinan, kelahiran, riwayat alergi, dan imunisasi
d. Riwayat nutrisi
Meliputi: masukan diet anak dan pola makan anak

e. Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan
rendah diri atau bagaiman cara klien mengekspresikannya
f. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang
menderita hisprung
g. Riwayat sosial
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya mempertahankan
hubungan dengan orang lain
h. Riwayat tumbuh kembang
Meliputi: kebutuhan nutrisi, istirahat, dan aktivitas
i. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan susah BAB
(Yulianty, M.R., et.all,2014)
PEMERIKSAAN FISIK

a. Sistem integumen
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi
dapat dilihat capilary refil, warna kulit, dan edeman kulit
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c. Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi
apikal, frekuensi denyut nadi/apikal
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivis, rinitis pada mata
e. Sistem gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah
(frekuensi dan karakteristik muntah), adanya kram, dan tendernes

(Yulianty, M.R., et.all,2014)


PEMERIKSAAN FISIK

Pre Operasi
1. Kaji status klinik anak (tanda-tanda vital, asupan, dan keluaran)
2. Kaji adanya tanda-tanda perforasi usus
3. Kaji adanya tanda-tanda enterokolitis
4. Kaji kemampuan ank dan keluarga untuk melakukan koping terhadap
pembedahan yang akan datang
5. Kaji tingkat nyeri yang dialami

Post Operasi
1. Kaji status pascabedah anak (tanda-tanda vital, bising usus, distensi
abdomen)
2. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
3. Kaji adanya komplikasi
4. Kaji adanya tanda-tanda infeksi
5. Kaji tingkat nyeri yang dialami anak
6. Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan koping terhadap
pengalamannya di rumah sakit dan pembedahan
7. Kaji kemampuan orang tua dalam menatalaksanakan pengobatan dan
perawatan berkelanjutan

(Yulianty, M.R., et.all,2014)


DIAGNOSA

KEPERAWATAN
Pre Operasi Post Operasi
1. Gangguan eliminasi BAB: 1. Gangguan integritas kulit b/d
obstipasi berhubungan dengan kolostomi dan perbaikan
spatis usus dan tidak adanya pembedahan
daya dorong 2. Nyeri b/d insisi pembedahan
2. Gangguan nutrisi kurang dari 3. Kurangnnya pengetahuan b/d
kebutuhan tubuh berhubungan kebutuhan irigasi, pembedahan, dan
dengan intake yang inadekuat perawatan kolostomi
3. Kekurangan cairan tubuh
berhubungan dengan muntah
dan diare
4. Gangguan rasa nyaman
berhubungan dengan adanya
distensi abdomen

(Yulianty, M.R., et.all,2014)


INTERVENSI
Pre Operasi
Post Operasi
Implementasi
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan: melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksankan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien.
Implementasi harus sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah
yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang
dilakukan yaitu:
a. Tindakan mandiri
b. Tindakan observasi
c. Tindakan health education
d. Tindakan kolaborasi

(Yulianty, M.R., et.all,2014)


EVALUASI
Pre Operasi
Pola eliminasi berfungsi norma
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
Nyeri pada abdomen teatasi

Post Operasi
Integritas kulit lebih baik
Nyeri berkurang atau hilang
Pengetahuan meningkat tentang
perawatan pembedaahan terutama
pembedahan kolom

(Yulianty, M.R., et.all,2014)


Daftar Pustaka

Alfi, S.A., Yulis, S.E., Afrianti, K., Binti, L.M., Alkarimah, Z. (2018). Askep
Pada Anak Dengan Hisprung. Blitar: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Patria Husada Blitar.

Efendi, M., Alfian, T. (2020). Asuhan Keperawatan Hisprung. Surabaya:


Program S1-Keperawatan, Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surabaya.

Nadya, D. A., (2019). Gambaran Gangguan Eliminasi Fekal Pada


Pasien Anak Dengan Hirschprung Disease Di Riang Cendana 4 Irna I
RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. KTI tidak dipublikasikan. Yogyakarta:
Yayasan Keperawatan Yogyakarta. Akademi Keperawatan
Yogyakarta.

Pakpahan, N., Pakpahan, N.P., Azizah, O.Y., Syahputra, P., Anggriani, P.,
Fernanda, P., et.al. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Masalah Hirsprung. Medan: Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes
Medan.

Susanti, E. D. (2020). Studi Dokumentasi Konstipasi Pada Pasien An.S


Dengan Hirscprung Disease. KTI tidak dipublikasikan. Yogyakarta:
Yayasan Keperawatan Yogyakarta. Akademi Keperawatan
Yogyakarta.

Widodo, A.T., Anggraini, A., Robi, N.F. (2017). Asuhan Keperawatan


Hisprung. Kepanjen: Program studi S1-Keperawatan dan Ners. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen.

Yulianty, M.R., Antari, N.W.T., Putra, E.P. (2014). Asuhan Keperawatan


Pada Anak Dengan Hirsprung. Bandung: Program Studi Keperawatan
Bogor. Poltekkes Kemenkes Bandung.

Anda mungkin juga menyukai