HISPRUNG
Dosen Pengampu: Wahyudi, S.Kep, Ns.MH
Nama Anggota:
1. Noki Formike (P1337420220001)
2. Putri Wijayanti (P1337420220002)
3. Putri Nur H. (P1337420220003)
4. Lia Eka Karliah (P1337420220004)
5. Rona Wigiarti (P1337420220005)
Kelompok 1_2A
L A T A R
B E L A K A N G
Masa neonatal:
Gagal mengeluarkan meconium dalam
48 jam setelah lahir
Muntah berisi empedu
Enggan minum
Distensi abdomen
Masa neonatal:
Konstipasi
Diare berulang
Tinja seperti pita,
berbau busuk
Distensi abdomen
Gagal tumbuh
(Yulianty, M.R, et.al, 2014)
Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon
menggambarkan adanya kerusakan primer dengan
tidak adanya sel ganglion pada dinding submukosa
kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada
dalam rectumdan bagian proksimal pada usus besar.
Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik)
dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta
spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga
mencegah keluarnya feses secara normal yang
menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan
distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai
pada bagian yang rusak pada Mega Colon
(Betz,Cecily & Sowden).
(Schulten, 2011)
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kimia Darah : Pada kebanyakan pasien
platelet preoperatif.
(Schulten, 2011)
4. Pemeriksaan Radiologi
Foto polos abdomen tegak akan memperlihatkan
usus-usus melebar atau terdapat gambaran obstruksi
usus rendah.
Dengan pemeriksaan Barium Enema akan ditemukan:
1. Terdapat daerah transisi
2. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian
usus yang menyempit.
3. Enterokolitis pada segmen yang melebar.
4. Adanya penyumbatan pada kolon.
5. Terdapat retensi barium setelah 24-48 jam (Padila,
2012)
5. Pemeriksaan lain-lain
Biopsi rektal dilakukan dengan anestesi umum, hal ini
melibatkan diperolehnya sampel lapisan otot rektum
untuk pemeriksaan adanya sel ganglion dari pleksus
Aurbach (Biopsi) yang lebih superfisial untuk
memperoleh mukosa dan submukosa bagi
pemeriksaan pleksus meissner. (Sodikin, 2011)
Biopsi otot rektum, pengambilan otot rektum,
dilakukan bersifat traumatik, menunjukan
aganglionosis otot rektum. Caranya adalah dengan
mengambil lapisan otot rektum, yang dilakukan di
bawah narkose.
BIOPSI ISAP
MANOMETRI ANOREKTAL
Keperawatan
Hisprung
PENGKAJIAN
Anamnesis
e. Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan
rendah diri atau bagaiman cara klien mengekspresikannya
f. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang
menderita hisprung
g. Riwayat sosial
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya mempertahankan
hubungan dengan orang lain
h. Riwayat tumbuh kembang
Meliputi: kebutuhan nutrisi, istirahat, dan aktivitas
i. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan susah BAB
(Yulianty, M.R., et.all,2014)
PEMERIKSAAN FISIK
a. Sistem integumen
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi
dapat dilihat capilary refil, warna kulit, dan edeman kulit
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c. Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi
apikal, frekuensi denyut nadi/apikal
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivis, rinitis pada mata
e. Sistem gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah
(frekuensi dan karakteristik muntah), adanya kram, dan tendernes
Pre Operasi
1. Kaji status klinik anak (tanda-tanda vital, asupan, dan keluaran)
2. Kaji adanya tanda-tanda perforasi usus
3. Kaji adanya tanda-tanda enterokolitis
4. Kaji kemampuan ank dan keluarga untuk melakukan koping terhadap
pembedahan yang akan datang
5. Kaji tingkat nyeri yang dialami
Post Operasi
1. Kaji status pascabedah anak (tanda-tanda vital, bising usus, distensi
abdomen)
2. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
3. Kaji adanya komplikasi
4. Kaji adanya tanda-tanda infeksi
5. Kaji tingkat nyeri yang dialami anak
6. Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan koping terhadap
pengalamannya di rumah sakit dan pembedahan
7. Kaji kemampuan orang tua dalam menatalaksanakan pengobatan dan
perawatan berkelanjutan
KEPERAWATAN
Pre Operasi Post Operasi
1. Gangguan eliminasi BAB: 1. Gangguan integritas kulit b/d
obstipasi berhubungan dengan kolostomi dan perbaikan
spatis usus dan tidak adanya pembedahan
daya dorong 2. Nyeri b/d insisi pembedahan
2. Gangguan nutrisi kurang dari 3. Kurangnnya pengetahuan b/d
kebutuhan tubuh berhubungan kebutuhan irigasi, pembedahan, dan
dengan intake yang inadekuat perawatan kolostomi
3. Kekurangan cairan tubuh
berhubungan dengan muntah
dan diare
4. Gangguan rasa nyaman
berhubungan dengan adanya
distensi abdomen
Post Operasi
Integritas kulit lebih baik
Nyeri berkurang atau hilang
Pengetahuan meningkat tentang
perawatan pembedaahan terutama
pembedahan kolom
Alfi, S.A., Yulis, S.E., Afrianti, K., Binti, L.M., Alkarimah, Z. (2018). Askep
Pada Anak Dengan Hisprung. Blitar: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Patria Husada Blitar.
Pakpahan, N., Pakpahan, N.P., Azizah, O.Y., Syahputra, P., Anggriani, P.,
Fernanda, P., et.al. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Masalah Hirsprung. Medan: Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes
Medan.