PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
(Kemenkes RI, 2013). Penyakit DBD masuk dalam urutan kedua dari 10
besar penyakit yang dirawat inap di rumah sakit pada tahun 2009 dengan
121.334 kasus dan 898 kematian. Distribusi kasus DBD per kelompok umur
dari tahun 1993 sampai 2009 terjadi pergeseran dari kelompok kasus DBD
yaitu kelompok umur <15 tahun adalah yang terbesar, namun pada tahun
1999 sampai 2009 kelompok umur yang terbesar yaitu 15 tahun. Persentase
penderita laki-laki dan perempuan yaitu pada jenis kelamin laki-laki (53,78%)
dan jenis kelamin perempuan (46,23%) (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan
data dari Kemenkes RI pada tahun 2013 tercatat 112.511 kasus dengan
angka kesakitan DBD 45,85/100.000 penduduk dan 871 kematian dengan
1
angka kamatian atau Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,77% (Kemenkes
RI, 2013)
Saat ini, infeksi virus dengue menyebabkan angka kesakitan dan
kematian paling banyak dibandingkan dengan infeksi arbovirus lainnya. Setiap
tahun, di seluruh dunia, dilaporkan angka kejadian infeksi dengue sekitar 20 juta
dan angka kematian berkisar 24.000 jiwa. Sejak tahun 1952 infeksi virus dengue
menimbulkan penyakit dengan manifestasi klinis berat, yaitu DBD yang
ditemukan di Manila, Filipina. Kemudian ini menyebar ke negara lain seperti
Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Pada tahun 1968 penyakit DBD dilaporkan di
Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian yang sangat tinggi. Pada DBD
terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue
(dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh
tanda renjatan atau syok yang dapat berakibat fatal. Kegawat daruratan DBD ini
dinyatakan sebagai salah satu masalah kesehatan global.(WHO,2011)
1.2
Tujuan
Untuk dapat mengetahui dan memahami definisi, faktor resiko,
Manfaat
Diharapakan dengan adanya responsi kasus ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca khususnya dokter muda agar dapat menangani kasus
demam berdarah yang disertai dengan komplikasi berupa shock (dengue shock
syndrom) sesuai dengan guideline yang ada sebagai dokter umum.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
pada
anak-anak.Sampai
sekarang
penyakit
DBD
ini
masih
dan berbagai gejala yang tidak spesifik. Berat ringan gejala tersebut
bervariasi dan biasanya berlangsung selama beberapa hari (WHO, 2011).
WHO telah merekomendasikan kriteria penegakkan diagnosis dengue
berdasarkan klinis dan laboratorium untuk menjadi acuan para klinisi
dalam mendiagnosis dan mengklasifikasikan kasusnya (WHO, 2009).
Tidak semua kasus infeksi dengue dapat diketahui dari gejala klinis,
namun konfirmasi laboratorium perlu untuk memastikan penyakit.
Penegakkan diagnosis dengue seperti berikut ini :
1. Diagnosis suspek infeksi dengue
Diagnosis suspek infeksi dengue ditegakkan apabila ditemukan kriteria
yaitu; demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung
selama dua sampai tujuh hari, serta adanya manifestasi perdarahan
(sekurang-kurangnya uji tourniquet/rumple leede positif).
2. Diagnosis Demam Dengue (DD)
Demam dengue biasanya merupakan demam tinggi mendadak dengan
suhu 390C, disertai keluhan nyeri kepala, nyeri belakang bola mata,
nyeri otot dan tulang, ruam kulit, kadang-kadang ada perdarahan yang
tidak lazim, peningkatan hematokrit 5% sampai 10%. Terdapat sekurangkurangnya satu dari kriteria berikut ini yaitu pemeriksaan antibodi IgM
positif, positif antigen virus dengue, positif pemeriksaan PCR, dan kasus
berlokasi di suatu daerah dan dalam waktu bersamaan terdapat kasus
konfirmasi DD atau DBD.
3. Diagnosis DBD
Penegakkan diagnosis DBD diperlukan minimal ada kriteria klinis 1 dan 2,
serta dua kriteria laboratorium (WHO, 2009) (Kemenkes RI, 2013).
Kriteria atau manifestasi klinis DBD antara lain demam mendadak, tinggi
tanpa sebab yang jelas yang secara terus menerus berlangsung selama
dua sampai tujuh hari, terdapat beberapa gejala perdarahan spontan
berbentuk
perdarahan
bawah
kulit,
mimisan,
perdarahan
gusi,
perdarahan saluran cerna. Terdapat uji tourniquet yang positif dan resiko
terjadinya syok ditandai dengan nadi yang cepat dan lemah serta
penyempitan tekanan nadi (20 mmHg atau kurang) atau nadi tidak teraba,
kaki dan tangan terasa dingin, kulit lembab dan penderita menjadi
gelisah. Kriteria pemeriksaan laboratorium dalam penegakkan diagnosis
DBD
yaitu
ada
penurunan
jumlah
trombosit
(trombositopenia
hari,
terjadinya
hemokonsentrasi
dengan
peningkatan
kadar
komplemen
serum
menurun,
hipoproteinemia,