PELAYANAN ANESTESIA
c) ASA III : Penderita dengan kelainan sistemik sedang s/d berat, tapi
tidak mempengaruhi fungsi vital / fungsi kehidupan (bila ada
komplikasi maka baru mempengaruhi fungsi vital).
d)ASA IV: Penderita dengan kelainan sistemik berat, mempengaruhi
fungsi kehidupan dan mengganggu fungsi vital.
8. Memastikan adanya informed Concent, kecuali dalam keadaan sangat darurat.
9. Pada penderita dengan kelainan sistemik berat, dengan komplikasi perlu
dibentuk Tim pada parade kecil.
2. PENATA LAKSANAAN ANESTESIA / ANALGESIA.
a.
Prinsip Umum.
Anestesia hendaknya dilakukan oleh dokter Spesialis Anestesiologi dibantu oleh
tenaga Perawat Terlatih (Perawat Anestesi)
b.
Pedoman pemantauan selama anestesi / analgesia
Pemantauan yang ketat pada pasien yang diberi anestesia / anagesia merupakan
suatu keharusan untuk mencegah kecelakaan anestesia / analgesia dan hasil yang
tidak diinginkan.
1)
Hasil yang harus dipantau pada selang waktu yang teratur (paling
lambat setiap 5 menit ), kecuali bila secara teknis tidak mungkin.
a)
Ventilasi
(1)
Palpasi atau observasi balon reservoar atau aukultasi bunyi nafas,
bunyi jantung atau dianjurkan pemantauan CO 2 tidal akhir (Kapnografi)
(2)
Observasi terlepasnya hubungan mesin anestesi dari pasien.
b)
Sirkulasi
Diukur tekanan darah non invasif, (invasif pada keadaan operasi berat dan
lama) dan palpasi frekuensi nadi atau auskultasi denyut jantung. Pada
operasi besar dan lama atau pada resiko tinggi dianjurkan untuk
menggunakan ECG monitor dan Oksimeter pulsa.
c)
Oksigen
Oksigen darah pasien dipantau dengan memperhatikan warna kuku, selaput
lendir, warna darah dan dianjurkan penggunaan Oksimeter pulsa.
2)
EKG
Pemantauan kontinue EKG hendaknya dilakukan pada operasi besar atau lama
atau pada pasien dengan resiko tinggi, dimulai sejak permulaan induksi
anestesi sampai pasien siap meniggalkan kamar operasi.
3)
Suhu
Pada setiap pemberian anestesi / analgesia umum hendaknya dapat segera
dilakukan pengukuran suhu tubuh, bila diperlukan.
4)
Urine
Pada operasi besar dan lama hendaknya dilakukan kateterisasi untuk
memantau pengeluaran / produksi urine.
3. KEAMANAN PASIEN SELAMA ANESTESIA
a. Mesin anestesi harus diperiksa / diuji secara berkala dan dipastikan berfungsi
dengan baik
b. Bila digunakan elektokauter, elektrokoagulator atau peralatan listrik lain yang
menimbulkan bunga api selama prosedur tindakan, maka sebaiknya digunakan zat
zat anestesi yang tidak mudah terbakar.
c. Laringoskop, pipa jalan nafas / pipa trakhea, kantong nafas, sungkup muka, dan
semua alat anestesi yang berhubungan langsung dengan pasien hendaknya dicuci
setiap prosedur.
d.
PENGAJUAN OPERASI
1.
Pengajuan rencana operasi elektif /
berencana oleh departemen lain tidak melebihi jam 11.00 pagi, sehari sebelum operasi.
2.
Rencana operasi pada pasien dengan
resiko tinggi dengan penyulit, maka harus dibicarakan antar departemen yang terkait
atau dibentuk tim / parade kecil.
PEMBATALAN OPERASI / ANESTESI
Dalam penatalaksanaan anestesi pada operasi berencana ( elektif ) ada kalanya terjadi
pembatalan operasi, alasan pembatalan dapat disebabkan oleh :
1. Alasan Medis
a. Pasien menjelang operasi
1)
Pasien menderita panas tinggi, atau panas yang sebabnya tidak diketahui dan
tidak berhubungan dengan penyakitnya
2)
Pasien menderita batuk dan pilek, khusunya pada bayi / anak anak.
3)
Tekanan darah yang belum terkontrol, atau naik dengan tiba-tiba ( diastolik
>110 ) yang tidak dapat diturunakan segera dengan obat-obatan penenang,
timbulnya kelainan kardiologis atau kelainan paru yang dapat megancam jiwa
pasien.
4)
Belum terkoreksi dengan baik hasil hasil pemeriksaan / laboratorium
seperti : gula darah, elektrolit, ereum / kreatinin, T-3, T 4, albumin dan
sebagainya.
b. Dokter, menjelang operasi :
1) Dinas keluar atau ada halangan tiba-tiba, yang semestinya / operasinya tidak dapat
diwakilkan oleh operator / anestesi lain. Karena operasi khusus seperti : operasi
jantung, transplantasi ginjal dan sebagainya.
2) Bila operasi tidak khusus maka operator / anestesi harus diganti oleh operatur /
anestesi lain yang ditunjuk oleh koordinator anestesi / bedah atau konsultan yang
bertugas pada hari itu.
2. Alasan non medis :
a.
Pasien :
Pasien menolak operasi atau tidak datang / belum masuk ruangan atau tidak
terdaftar dalam acara operasi atau salah mengajukan pasien.
b.
Fasilitas, menjelang operasi :
Listrik mati, AC mati, oksigen habis, pakaian operasi steril habis, alat alat operasi
belum steril dan sebagainya.
Lain lain :
Seperti : 1) Belum adanya Surat Persetujuan Operasi (Informed Consent)
2) Persiapan operasi belum lengkap
3) Persiapan darah belum ada
4) Tidak ada induksi setelah jam 14.00 WIB, kecuali operasinya sangat
singkat sekali dan khusus pada hari jumat tidak ada induksi setelah jam
11.00 pagi
5) Dan lain- lain
Catatan :
Pembatalan operasi tersebut harus dikoordinasikan dengan Kepala
Ruangan Bedah Sentral.
1)
b. Evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus serta hasil konsultasi
Departemen lain yang terkait. Terutama penyakit kandungan dan kardiologi.
c. Anamnesa makan / minum terakhir, kondisi pengosongan lambung.
3.
Premedikasi
Pada Operasi C tidak boleh diberikan premedikasi, kecuali pada kasus-kasus tertentu.
Untuk operasi bedah kandungan yang lain dapat diberikan premedikasi ringan.
4.
Penatalaksanaan Anestesi
Dapat dilakukan dengan :
a. Anestesi umum, dosis obat yang dipakai harus disesuaikan / titrasi untuk menjamin
kemanan pasien (ibu), bayi, dan kontraksi kandungannya.
b. Induksi : dapat digunakan obat-obat sedatif intravena