Pembimbing :
dr. Widiyatmiko Arifin, Sp.OT
DEVELOPMENTAL
DYSPLASIA
OF HIP
DDH juga diistilahkan sebagai Developmental
Dislocation of The Hip.
Dahulu lebih populer dengan nama Congenital
Dislocation of the Hip (CDH) atau dislokasi
panggul kongenital
Deformitas ortopedik yang didapat segera
sebelum atau pada saat kelahiran.
Kondisi ini bervariasi dari pergeseran minimal ke
lateral sampai dislokasi komplit dari caput
femoris keluar acetabulum.
sebagian besar akan menjadi stabil setelah 3 minggu dan hanya 1-2% yang
tetap tidak stabil. Dislokasi panggul kongenital tujuh kali lebih banyak pada
perempuan daripada laki – laki, sendi panggul kiri lebih sering terkena dan
hanya 1- 5% yang bersifat bilateral. Kelainan ini lebih banyak ditemukan pada
orang Amerika dan Jepang serta jarang ditemukan pada orang Indonesia.
ANATOMI
Hip joint dibentuk oleh kaput femur yang konveks bersendi dengan
asetabulum yang konkaf. Hip joint adalah ball and socket (spheroidal) triaxial
joint. Asetabulum terbentuk dari penyatuan os ilium, ischium, dan pubis.
Seluruh asetabulum dilapisi oleh cartilago hyaline dan pusat asetabulum terisi
oleh suatu massa jaringan lemak yang tertutup oleh membran synovial.
Ligamen teres femoris berfungsi sebagai pengikat kaput femur ke bagian
bawah asetabulum dan memberikan stabilisator yang kuat didalam sendi
(intraartikular). Stabilisator bagian luar dihasilkan oleh 3 ligamen yang
melekat pada collum/ neck femur yaitu : ligamen iliofemoral, pubofemoral
dan ischiofemoral
Caput femur masuk dengan pas ke
1. Genetik : suatu sifat poligenik yang ditemukan pada kelompok yang lebih
kecil (terutama gadis) yang menderita ketidakstabilan yang menetap.
Breech Presentation
Female Baby (DDH is four times more likely to occur in a female infant)
Oligohydramnios
otot di sekelilingnya
menyesuaikan diri dengan Kaput teregang
memendek
Anamnesis
• Riwayat dislokasi kongenital dalam
keluarga, disertai presentasi bokong
Pemeriksaan fisik
• Uji ortolani
• Uji barlow
• Tanda galeazzi
Bayi umur 3 Bulan
Ortolani Test (reduction test) “ The Ortolani is performed with the newborn supine and the
examiner’s index and middle fingers placed along the greater trochanter with the thumb
placed along the inner thigh. The hip is flexed to 90˚ but not more, and the leg is held in
neutral rotation. The hip is gently abducted while lifting the leg anteriorly. With this
maneuver, a “clunk” is felt as the dislocated femoral head reduces into the acetabulum”
Barlow Test (stress test) “ The Barlow provocative test is performed with the newborn
positioned supine and the hips flexed to 90˚. The leg is then gently adducted while posteriorly
directed pressure is placed on the knee. A palpable clunk or sensation of movement is felt as
the femoral head exits the acetabulum posteriorly. This is a positive Barlow sign”
After 3 months of age, the Ortolani and Barlow tests may be unreliable, therefore additional
means of examination, used in combination with the Ortolani and Barlow tests, are necessary.
The screening techniques described below are also used with infants 0-3 months of age.
Bayi umur 3 Bulan
• Dalam uji Ortolani, bagian medial paha bayi dipegang dengan ibu
jari dan jari – jari diletakkan pada trokanter mayor; pinggul
difleksikan sampai 90o dan diabduksi perlahan – lahan. Biasanya
abduksi berjalan lancar sampai hampir 90o. Pada dislokasi
kongenital biasanya gerakan terhalang, tetapi kalau tekanan
diberikan pada trokanter mayor akan terdapat suatu bunyi halus
sementara dislokasi tereduksi, dan kemudian panggul berabduksi
sepenuhnya (sentakan ke dalam). Kalau abduksi berhenti di
tengah jalan dan tidak ada sentakan ke dalam, mungkin ada suatu
dislokasi yang tak dapat direduksi
Uji Barlow
• Uji Barlow dilakukan dengan cara yang sama, tetapi di sini ibu jari pemeriksa di
tempatkan pada lipatan paha dan dengan memegang paha bagian atas,
diusahakan mengungkit caput femoris ke dalam dan keluar acetabulum selama
abduksi dan adduksi. Kalau caput femoris normalnya berada pada posisi
reduksi, tetapi dapat keluar dari sendi dan kembali masuk lagi, panggul itu
digolongkan sebagai dapat mengalami dislokasi (yaitu tak stabil)
Bayi umur >3 Bulan
• Radiologi
Rontgen pelvis :
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan indeks acetabuler, garis horizontal
Hilgenreiner, garis vertikal Perkin serta garis arkuata dari Shenton.
Keterangan:
Garis Hilgenreiner adalah garis horizontal yang melintasi tulang rawan tri-radiatum.
Garis Perkin adalah garis vertikal yang berjalan melalui aspek lateral dari asetabulum.
Tepi asetabulum pada bayi masih merupakan tulang rawan sehingga tidak terlihat
pada foto rontgen.
Indeks Asetabular (Sudut Hilgenreiner) Dibentuk oleh perpotongan antara garis
sepanjang atap asetabulum dengan garis Hilgenreiner.
Garis Shenton adalah garis yang melewati arkus antara tepi atas foramen obturator
dan bagian medial leher femur. Garis ini akan terpotong bila terdapat dislokasi
panggul.
USG
Pemeriksaan ultrasonografi
Pembebatan.
Follow up : Tindakan apa pun yang telah diambil, tindak lanjut tetap
diteruskan hingga anak dapat berjalan. Kadang-kadang sekalipun dengan
terapi yang hati-hati, panggul dapat memperlihatkan adanya dispplasia
asetabulum tertentu dikemudian hari.
Penatalaksanaan
Reduksi tertutup
Reduksi tertutup
Penatalaksanaan
Reduksi tertutup
Penatalaksanaan
- variety of approaches
Open Reduction
• approach directly over site of obstacles with minimal soft tissue dissection
Operasi
terbuka.
dengan acetabulum.
Penatalaksanaan
age
congruent reduction
range of motion
degenerative changes
Femoral Shortening
Salter Innominate osteotomy
Salter’s osteotomy
Salter & femoral osteotomy
Salter & femoral osteotomy
DIAGNOSIS BANDING
Perthes (Coxa plana)
suatu keadaan yang ditandai dengan hancurnya
lempeng pertumbuhan pada leher tulang paha.
Pada foto rontgen akan tampak bahwa kepala tulang
paha kanan mendatar.
KOMPLIKASI
Redislocation
kekakuan panggul
Infeksi
kehilangan darah