Anda di halaman 1dari 59

DEVELOPMENTAL DYSPLASIA OF HIP

Annisa Fadhillah Nurdina 1141170004


Ully Tangziyah Fatmala 114170076

Pembimbing :
dr. Widiyatmiko Arifin, Sp.OT

Bagian SMF Ilmu Penyakit Bedah | RSUD Waled 2018


DEFINISI

DEVELOPMENTAL
DYSPLASIA
OF HIP
 DDH juga diistilahkan sebagai Developmental
Dislocation of The Hip.
 Dahulu lebih populer dengan nama Congenital
Dislocation of the Hip (CDH) atau dislokasi
panggul kongenital
 Deformitas ortopedik yang didapat segera
sebelum atau pada saat kelahiran.
 Kondisi ini bervariasi dari pergeseran minimal ke
lateral sampai dislokasi komplit dari caput
femoris keluar acetabulum.

Bagian SMF Ilmu Penyakit Bedah | RSUD Waled 2018


Developmental Dysplasia of Hip
Subtype Developmental Dysplasia of Hip

• caput femoris berada


di acetabulum
• Dapat mengalami
dislokasi parsial saat
pemeriksaan

Type 2A; Left hip subluxation, right hip normal


Subtype Developmental Dysplasia of Hip

Type 2B; Right hip dysplasia, left hip


subluxation

Type 3A; Right hip dislocation, left


hip normal
Subtype Developmental Dysplasia of Hip

pinggul berada dalam posisi

dislokasi (paling parah).

Type 3C; Right hip subluxation, left hip


dislocation

Type 3D; Bilateral hip dislocation


EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi

Ketidakstabilan panggul berkisar 5 – 20% dari 1.000 kelahiran hidup dan

sebagian besar akan menjadi stabil setelah 3 minggu dan hanya 1-2% yang

tetap tidak stabil. Dislokasi panggul kongenital tujuh kali lebih banyak pada

perempuan daripada laki – laki, sendi panggul kiri lebih sering terkena dan

hanya 1- 5% yang bersifat bilateral. Kelainan ini lebih banyak ditemukan pada

orang Amerika dan Jepang serta jarang ditemukan pada orang Indonesia.
ANATOMI
Hip joint dibentuk oleh kaput femur yang konveks bersendi dengan
asetabulum yang konkaf. Hip joint adalah ball and socket (spheroidal) triaxial
joint. Asetabulum terbentuk dari penyatuan os ilium, ischium, dan pubis.
Seluruh asetabulum dilapisi oleh cartilago hyaline dan pusat asetabulum terisi
oleh suatu massa jaringan lemak yang tertutup oleh membran synovial.
Ligamen teres femoris berfungsi sebagai pengikat kaput femur ke bagian
bawah asetabulum dan memberikan stabilisator yang kuat didalam sendi
(intraartikular). Stabilisator bagian luar dihasilkan oleh 3 ligamen yang
melekat pada collum/ neck femur yaitu : ligamen iliofemoral, pubofemoral
dan ischiofemoral
Caput femur masuk dengan pas ke

acetabulum untuk membentuk

sudut sekitar 125o dari bagian

collum femur, dengan demikian

corpus femoris dapat bergerak

bebas tanpa terhalang pelvis saat

paha bergerak. Sudut femoral pada

wanita biasanya lebih miring (kurang

dari 125 derajat) karena pelvis lebih

lebar dan femur lebih pendek.


Faktor Resiko
Faktor Resiko

1. Genetik : suatu sifat poligenik yang ditemukan pada kelompok yang lebih
kecil (terutama gadis) yang menderita ketidakstabilan yang menetap.

2. Hormonal : tingginya kadar estrogen, progesteron dan relaksin pada ibu


dalam beberapa minggu terakhir kehamilan, dapat memperburuk
kelonggaran ligamentum pada bayi. selama periode neonatal, bayi relatif
membawa estrogen dari ibunya. Hal ini menenangkan ligamen di dalam
tubuh. Beberapa bayi sangat sensitif terhadap estrogen, sehingga
menyebabkan ligament panggul menjadi terlalu lemah, dan panggul tidak
stabil.
Faktor Resiko

3. Malposisi intrauterin : posisi bokong dengan kaki yang berekstensi, dapat


mempermudah terjadinya dislokasi, ini berhubungan dengan lebih tingginya
insidensi pada bayi yang merupakan anak sulung, dimana versi spontan lebih
sedikit kemungkinannya untuk terjadi.

4. Pascakelahiran : Dislokasi sering kali ditemukan pada orang Lapps dan


orang Indian Amerika Utara yang membedong bayinya dan menggendongnya
dengan kaki merapat, pinggul dan lutut sepenuhnya berekstensi
Faktor Resiko

Risk Factors associated with DDH include:

 Breech Presentation

 Family History of DDH (especially if in parent or sibling)

 Female Baby (DDH is four times more likely to occur in a female infant)

 Large Baby (>4kg)

 Overdue > 42 weeks

 Oligohydramnios

 Associated with Plagiocephaly, Torticollis and foot deformities

 First born baby or multiple pregnancies (twins or triplets etc)


PATOGENESIS
Patogenesis
Panggul tidak stabil saat displasia primer pada
kapsul sering tertarik
kelahiran (bentuknya asetabulum dan /atau femur
secara berlebihan
masih normal) proksimal

otot di sekelilingnya
menyesuaikan diri dengan Kaput teregang
memendek

ligamentum teres menjadi


jam pasir (hourglass) panjang dan hipertrofi

labrum asetabulum dan tepi labrum asetabulum dan tepi


kapsulnya dapat didorong ke kapsulnya dapat didorong ke
dalam soket oleh kaput dalam soket oleh kaput
femoris yang berdislokasi femoris yang berdislokasi
DIAGNOSIS
Diagnosis

Anamnesis
• Riwayat dislokasi kongenital dalam
keluarga, disertai presentasi bokong
Pemeriksaan fisik
• Uji ortolani
• Uji barlow
• Tanda galeazzi
Bayi umur 3 Bulan

 Ortolani Test (reduction test) “ The Ortolani is performed with the newborn supine and the
examiner’s index and middle fingers placed along the greater trochanter with the thumb
placed along the inner thigh. The hip is flexed to 90˚ but not more, and the leg is held in
neutral rotation. The hip is gently abducted while lifting the leg anteriorly. With this
maneuver, a “clunk” is felt as the dislocated femoral head reduces into the acetabulum”
 Barlow Test (stress test) “ The Barlow provocative test is performed with the newborn
positioned supine and the hips flexed to 90˚. The leg is then gently adducted while posteriorly
directed pressure is placed on the knee. A palpable clunk or sensation of movement is felt as
the femoral head exits the acetabulum posteriorly. This is a positive Barlow sign”
 After 3 months of age, the Ortolani and Barlow tests may be unreliable, therefore additional
means of examination, used in combination with the Ortolani and Barlow tests, are necessary.
The screening techniques described below are also used with infants 0-3 months of age.
Bayi umur 3 Bulan

After 3 months of age


tests become negative
Uji ortolani

• Dalam uji Ortolani, bagian medial paha bayi dipegang dengan ibu
jari dan jari – jari diletakkan pada trokanter mayor; pinggul
difleksikan sampai 90o dan diabduksi perlahan – lahan. Biasanya
abduksi berjalan lancar sampai hampir 90o. Pada dislokasi
kongenital biasanya gerakan terhalang, tetapi kalau tekanan
diberikan pada trokanter mayor akan terdapat suatu bunyi halus
sementara dislokasi tereduksi, dan kemudian panggul berabduksi
sepenuhnya (sentakan ke dalam). Kalau abduksi berhenti di
tengah jalan dan tidak ada sentakan ke dalam, mungkin ada suatu
dislokasi yang tak dapat direduksi
Uji Barlow

• Uji Barlow dilakukan dengan cara yang sama, tetapi di sini ibu jari pemeriksa di
tempatkan pada lipatan paha dan dengan memegang paha bagian atas,
diusahakan mengungkit caput femoris ke dalam dan keluar acetabulum selama
abduksi dan adduksi. Kalau caput femoris normalnya berada pada posisi
reduksi, tetapi dapat keluar dari sendi dan kembali masuk lagi, panggul itu
digolongkan sebagai dapat mengalami dislokasi (yaitu tak stabil)
Bayi umur >3 Bulan

 Check for leg length discrepancy Total leg


length discrepancy should be assessed in prone
with hips and knees extended, as well as
assessing for leg length discrepancy using “the
Galeazzi Test”. This test should be conducted
with the infant in supine, on a firm, flat surface
with the pelvis stabilised and level. Hips are
flexed to 90˚ and placed in neutral
adduction/abduction, with knees in flexion. In
this position, the vertical level of the knees can
be assessed for asymmetry.
Tanda
Galeazzi

• Gambar skema pemeriksaan tanda Galeazi. Dalam


keadaan berbaring dan lutut dilipat, kedua lutut
seharusnya sama tinggi. Bila terdapat dislokasi
panggul, maka lutut pada pada tungkai yang
bersangkutan akan terlihat lebih rendah.
Bayi umur >3 Bulan

 Check for asymmetrical thigh and gluteal skin


folds With the infant in prone, knees extended,
check for asymmetrical thigh or gluteal folds.
Note that “asymmetrical skin folds” alone do
not constitute a diagnosis of DDH1, however
this information can be used in combination
with other physical signs during assessment.
Pemeriksaan penunjang

• Radiologi
Rontgen pelvis :
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan indeks acetabuler, garis horizontal
Hilgenreiner, garis vertikal Perkin serta garis arkuata dari Shenton.
 Keterangan:
 Garis Hilgenreiner adalah garis horizontal yang melintasi tulang rawan tri-radiatum.
 Garis Perkin adalah garis vertikal yang berjalan melalui aspek lateral dari asetabulum.
Tepi asetabulum pada bayi masih merupakan tulang rawan sehingga tidak terlihat
pada foto rontgen.
 Indeks Asetabular (Sudut Hilgenreiner) Dibentuk oleh perpotongan antara garis
sepanjang atap asetabulum dengan garis Hilgenreiner.
 Garis Shenton adalah garis yang melewati arkus antara tepi atas foramen obturator
dan bagian medial leher femur. Garis ini akan terpotong bila terdapat dislokasi
panggul.
USG

Pemeriksaan ultrasonografi

Pemeriksaan USG pada bayi dilakukan


untuk menggantikan pencitraan panggul
dengan foto rontgen. Pada bayi baru
lahir, asetabulum dan kaput femoris
dihubungkan oleh tulang rawan,
sehingga pada foto polos biasa tidak
terlihat. Dengan pemeriksaan USG,
meskipun penderita berusia di bawah 3
bulan, hubungan antara kaput femoris
dan asetabulum dapat diamati.
Diagnosis dapat ditegakkan apabila terdapat gambaran:

• Asimetris lipatan paha

• Uji Ortolani dan Galeazzi positif

• Asetabular indeks 40 derajat atau lebih besar

• Disposisi lateral kaput femoris pada radiogram

• Limitasi yang menetap dari gerakan sendi panggul dengan atau


tanpa gambaran radiologis yang abnormal

• Kombinasi dari hal-hal yang disebutkan diatas


PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan

3-6 bulan pertama

Pembebatan.

Tujuan pembebatan adalah mempertahankan panggul agak berfleksi dan


berabduksi; posisi ekstrim dihindari dan sendi – sendi harus dimungkinkan
untuk melakukan sedikit gerakan dalam bebat. Untuk bayi yang baru lahir,
popok dobel atau bantal abduksi yang empuk cukup memadai. Bebat Von
Rosen adalah suatu bebat lunak yang berbentuk – H yang bermanfaat karena
mudah digunakan. Pengikat pelvic (Pelvic Harness) lebih sulit dipakaikan
tetapi lebih banyak memberi kebebasan kepada anak sementara posisi masih
dipertahankan.
Penatalaksanaan
3-6 bulan pertama

Tiga aturan pembebatan yang terbaik adalah :

1. Pinggul harus direduksi sebagaimana mestinya sebelum dibebat

2. Posisi ekstrim harus dihindari

3. Pinggul harus dapat digerakkan.


Penatalaksanaan
3-6 bulan pertama

Follow up : Tindakan apa pun yang telah diambil, tindak lanjut tetap
diteruskan hingga anak dapat berjalan. Kadang-kadang sekalipun dengan
terapi yang hati-hati, panggul dapat memperlihatkan adanya dispplasia
asetabulum tertentu dikemudian hari.
Penatalaksanaan

Dislokasi yang menetap 6 – 18 bulan

Reduksi tertutup

Pembebatan panggul yang direduksi secara konsentrik ditahan dalam suatu


spika gips dalam keadaan 60o fleksi, 40o abduksi dan 20o rotasi internal. Setela
6 minggu spika digantikan dengan bebat yang mencegah adduksi tetapi
memungkinkan gerakan suatu pengikat Pavlik atau gips lutut dengan batang
melintang. Bebat ini dipertahankan selama 3-6 bulan lagi dan diperiksa
dengan rontgen untuk memastikan caput femoris tereduksi secara konsentrik
dan atap acetabulum berkembang dengan normal.
Penatalaksanaan

Dislokasi yang menetap 6 – 18 bulan

Reduksi tertutup
Penatalaksanaan

Dislokasi yang menetap 6 – 18 bulan

Reduksi tertutup
Penatalaksanaan

Failure of Closed Methods

- Open reduction indicated if failure of closed reduction, persistent


subluxation, reducible but unstable other than extremes of abduction

- variety of approaches

- anterior smith peterson most common

• allows reduction and capsular plication and secondary procedures

• Disadvantages - more blood loss, damage to iliac apophysis and abductors,


stiffness
Penatalaksanaan

Open Reduction

Medial approach ( between adductor brevis and magnus)

• approach directly over site of obstacles with minimal soft tissue dissection

• unable to do capsular plication so depend on cast for post op stability

anteromedial approach Ludloff ( between neurovascular bundle and


pectineus)

• direct exposure to obstacles, minimal muscle dissection

• no plication or secondary procedures

• increased incidence of damage to medial femoral circumflex artery and


higher AVN risk
Open Reduction
Penatalaksanaan

Dislokasi yang menetap 6 – 18 bulan

Operasi

Kalau setiap tahap reduksi konsentrik belum dicapai, diperlukan operasi


terbuka.
Penatalaksanaan

Dislokasi menetap 18 bulan – 4 tahun

• Pada anak yang lebih tua, “reduksi tertutup” kemungkinan kurang

berhasil; banyak ahli bedah langsung melakukan atrografi dan reduksi

terbuka.

• “Traksi” dilakukan jika reduksi tertutup tidak berhasil. traksi membantu

melonggarkan jaringan dan menurunkan caput femoris berhadapan

dengan acetabulum.
Penatalaksanaan

Dislokasi menetap 18 bulan – 4 tahun

• “Operasi” kapsul sendi dibuka di bagian anteriornya, setiap limbus yang ke


dalam dibuang dan caput femoris ditempatkan pada acetabulum. Biasanya
diperlukan osteotomi derotasi.

• “Pembebatan” dilakukan setelah operasi, panggul ditahan dalam spika


gips selama 3 bulan dan kemudian dengan bebat memungkinkan
beberapa gerakan pinggul selama 1- 3 bulan dan diperiksa dengan rontgen
untuk memastikan telah tereduksi dan sedang berkembang secara
memuaskan.
Penatalaksanaan

Dislokasi menetap lebih dari 4 tahun

• Dislokasi Unilateral. Pada anak diatas usia 8 tahun, biasanya panggul


dapat digerakan dan rasa nyeri hanya sedikit. Kondisi ini tidak memerlukan
terapi, walaupun terjadi gangguan keseimbangan. Apabila reduksi
dilakukan, diperlukan operasi terbuka dan rekonstruksi asetabulum.
Penatalaksanaan

Dislokasi menetap lebih dari 4 tahun

• Dislokasi Bilateral. Deformitas dan waddling gait simetris sehingga tidak


terlalu tampak adanya kelainan. Resiko dari operasi juga semakin besar
karena kegagalan pada satu sisi dapat menjadikannya deformitas yang
tidak simetris. Oleh karena itu, biasanya dokter bedah menghindari
operasi pada usia diatas 6 tahun kecuali terasa nyeri yang amat sangat di
daerah panggul atau deformitas yang terjadi memang berat.
Penatalaksanaan

Treatment in Adolescent or Adult

• Femoral osteotomy should only be used in conjunction with pelvic


procedure as there is no potential for acetabular growth or remodeling but
changing orientation of femur shifts the weightbearing portion

• Pelvic osteotomy considerations

 age

 congruent reduction

 range of motion

 degenerative changes
Femoral Shortening
Salter Innominate osteotomy
Salter’s osteotomy
Salter & femoral osteotomy
Salter & femoral osteotomy
DIAGNOSIS BANDING
Perthes (Coxa plana)
 suatu keadaan yang ditandai dengan hancurnya
lempeng pertumbuhan pada leher tulang paha.
 Pada foto rontgen akan tampak bahwa kepala tulang
paha kanan mendatar.
KOMPLIKASI
 Redislocation

 kekakuan panggul

 Infeksi

 kehilangan darah

 kemungkinan nekrosis paling berat dari caput femur.


PROGNOSIS
 Penanganan penderita dengan dislokasi panggul kongenital termasuk dalam kedaruratan
medis, artinya harus segera dilakukan reposisi.
 Semakin cepat ditangani semakin baik prognosisnya. Tindakan yang lazim dilakukan
adalah reposisi, umumnya perlu pembiusan total mengingat sakit yang berat dan otot
serta jaringan penunjangnya yang kuat.
 Akibat yang bisa terjadi bila terlambat ditangani adalah terjadinya nekrosis avaskuler
yang mengakibatkan kematian jaringan tulang dan sendi sampai osteoartritis sendi yang
terjadi lebih akhir dan ditandai kerusakan jaringan sendi diikuti terbentuknya jaringan
tulang baru yang abnormal.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai