Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

LETAK SUNGSANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas

Di susun oleh :

Anita Wahyuni
1490122100

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS GALUH
2022-2023
LAPORAN PENDAHULUAN
LETAK SUNGSANG

A. Pengertian
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian
yang terendah (presentase bokong). Letak sungsang dibagi sebagai berikut :
1. Letak sungsang murni yaitu bokong saja yang menjadi bagian depan
sedangkan kedua tungkai lurus keatas.
2. Letak bokong kaki
3. Letak lutut
4. Letak kaki
Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda
dibanding kehamilan tua dan multigravida lebih banyak dibandingkan dengan
primigravida.
B. Etiologi
Penyebab letak sungsang :
Penyebab terjadinya sungsang tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa
faktor resiko selain prematuritas yaitu:
1. Abnormalitas struktural uterus
2. Polihidramnion : Penumpukan air ketuban yang berlebihan selama
masa kehamilan
3. Plasenta previa : Kondisi ketika sebagian atau seluruh plasenta
menutupi mulut rahim
4. Mioma uteri: Suatu tumor jinak yang tumbuhnya berasal dari jaringan
otot di rahim (uterus)
5. Anomali janin (anesefalus, hidrosefalus)
6. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada,
misalnya pada panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor –
tumor pelvis dan lain – lain.
7. Gemeli (kehamilan ganda)
8. Janin sudah lama mati.
C. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu,
jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin
bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri
dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah
air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat
lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang
yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih
kecil di segmen bawah uterus.
Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum
cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada
kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi
kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka
berada dalam posisi sungsang. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni:
1. Presentasi bokong (frank breech) (50-70%). Pada presentasi bokong
akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga
ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian
pada pemeriksaan dalam hanya dapat di raba bokong.
2. Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech ) ( 5-10%). Pada
presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat di raba kaki.
3. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete
or footling ) ( 10-30%). Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna
hanya terdapat satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain
terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu
atau dua kaki.

D. Manifestasi klinik
1. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat
dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus
uteri.
3. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian
kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang
kurang budar dan lunak.
4. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.

E. Nursing pathway

LETAK SUNGSANG

Hormon estrogen dan Kelainan letak Konsentarsi oksitosin


progesteron

Tindakan operatif Kontraksi


Kontraksi sectio caesaria

Janin Terdorong
Nyeri
Terputusnya
kontinuitas
jaringan
Kandung kemih
tertekan
Kurang pengetahuan

Sering atau tidak


Kerusakan Resiko
Kecemasan BAK
integritas infeksi
jaringan

Perubahan
eliminasi BAK
F. Pemeriksaan diagnostik
1. Tes pranatal : Dapat memastikan polihidramnion, janin besar atau
gestasi multiple seperti melakukan diantaranya adalah:
a. Palpasi : Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong, dan
punggung di kiri atau kanan.
b. Auskultasi : DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih
tinggi dari pusat.
2. Pemeriksaan dalam : Dapat diraba os sakrum, tuber ischii, dan anus,
kadang kadang kaki (pada letak kaki)

G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang seperti melakukan pemeriksaan
1. Laboraturium
2. Rontgen
3. USG

H. Penatalaksanaan medik
1. Sewaktu Hamil
Yang terpenting ialah usaha untuk memperbaiki letak sebelum persalinan
terjadi dengen versi luar. Tekhnik :
a. Sebagai persiapan :
1) Kandung kencing harus dikosongkan
2) Pasien di tidurkan terlentang
3) Bunyi jantung anak diperiksa dahulu
4) Kaki dibengkokan pada lutut dan pangkal paha supaya dinding
perut kendor.
b. Mobilisasi : Bokong dibebaskan dahulu
c. Sentralisasi : Kepala dan bokong anak dipegang dan di dekatkan
satu sama lain sehingga badan anak membulat dengan demikian
anak mudah diputar.
d. Versi : Anak diputar sehingga kepala anak terdapat dibawah. Arah
pemutaran hendaknya kearah yang lebih mudah yang paling sedikit
tekanannya. Kalau ada pilihan putar kearah perut anak supaya tidak
terjadi defleksi. Setelah versi berhasil bunyi jantung anak diperiksa
lagi dan kalau tetap buruk anak diputar lagi ketempat semula.
e. Setelah berhasil pasang gurita, observasai tensi, DJJ, serta keluhan.
2. Pimpinan Persalinan
a. Cara berbaring :
1) Litotomi sewaktu inpartu
2) Trendelenburg
b. Melahirkan bokong :
1) Mengawasi sampai lahir spontan
2) Mengait dengan jari
3) Mengait dengan pengait bokong
4) Mengait dengan tali sebesar kelingking.
c. Ekstraksi kaki
Ekstraksi pada kaki lebih mudah. Pada letak bokong janin dapat
dilahirkan dengan cara vaginal atau abdominal (seksio sesarea)
3. Cara Melahirkan Pervaginam
Terdiri dari partus spontan ( pada letak sungsang janin dapat lahir secara
spontan seluruhnya) dan manual aid (manual hilfe)
Waktu memimpin partus dengan letak sungsang harus di ingat bahwa ada
2 fase :
a. Fase I : Fase menunggu
Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi.
Bila tangan tidak menjungkit ka atas (nuchee arm), persalinan akan
mudah. Sebaiknya jangan dilakukan ekspresi kristeller, karena hal
ini akan memudahkan terjadinya nuchee arm
b. Fase II : Fase untuk bertindak cepat.
Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan
antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8
menit. Untuk mempercepatnya lahirnya janin dapat dilakukan
manual aid.
4. Sectio caesaria
Suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus (Ahmad & Hikma, 2014)

I. Komplikasi
Pada letak sungsang yang persisten, meningkatnya komplikasi berikut seperti
1. Morbiditas dan mortalitas perinatal dari persalinan yang sulit.
2. Berat badan lahir yang rendah pada persalinan preterm, hambatan
pertumbuhan, atau keduanya.
3. Prolaps tali pusat.
4. Plasenta previa.
5. Kelainan fetus, neonatus, dan bayi.
6. Anomali uterus dan tumor.
7. Multipel fetus
8. Intervensi operatif, khususnya seksio sesarea.

J. Pengkajian
1. Identitas
Ini hal pertama yang perlu ditanyakan bidan kepada pasien untuk
mengetahui latar belakang pasien. Ini juga bertujuan agar tidak
ada kekeliruan data antar pasien.
2. Riwayat menstruasi
Ini perlu ditanyakan agar bidan memperoleh gambaran dasar dari
organ reproduksinya. Yang perlu dikaji adalah :
a. HPHT bila hari pertama haid terakhir diketahui maka dapat
memperhitungkan usia kehamilan dan perkiraan persalinan.
Ditanyakan untuk mengetahui umur kehamilan dan
menentukan hari taksiran persalinan (HTP) dengan rumus Neagle
(hari +7, bulan -3, tahun +1).
b. Siklus haid : Panjang siklus haid yang biasa pada wanita ialah
28-32 hari. Hal ini diperlukan apabila ibu tidak benar-benar
mengingat HPHT.
c. Lama haid : Lama haid biasanya berlangsung selama 5-7 hari.
Hal ini perlu dikaji untuk membedakan antara menstruasi ataukah
gejala tanda hartman yang dialami ibu.
d. Teratur/tidak
e. Banyak atau tidak : Ini juga bisa menjadi pembeda antara
menstruasi dan tanda hartman.
f. Fluor albus : Sedikit/sedang/banyak, tidak gatal, tidak bau, warna
(putih, keruh, bening), kekentalan (kental, encer). (Fadlun &
Feryanto, 2011)
3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
a. Kehamilan
Untuk mengetahui apakah ada gangguan/penyulit pada
kehamilan yang lalu.
b. Persalinan
Untuk mengetahui apakah ada gangguan/penyulit pada
persalinan yang lalu.
c. Nifas
Untuk mengetahui apakah ada gangguan/penyulit pada nifas
yang lalu. Untuk mengetahui hasil akhir persalinan (apakah
abortus, lahir hidup, apakah dalam kesehatan yang baik) apakah
terdapat komplikasi atau intervensi pada nifas dan apakah
ibu tersebut mengetahui penyebabnya (Maryunani, 2016)
4. Riwayat kehamilan sekarang
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu beresiko tinggi atau
tidak,
meliputi:
a. Klien mengatakan bahwa kehamilan ini adalah kehamilan yang
ke ... dan UK ... minggu.
b. HPL : Untuk mengetahui perkiraan persalinan. Dihitung dari
HPHT.
c. Keluhan-keluhan : Untuk mengetahui apakah ibu memiliki
keluhan yang dapat berlanjut menjadi penyulit selama
kehamilannya.
d. Terapi apa saja yang sudah didapat untuk mengatasi keluhan ibu.
e. ANC : Untuk mengetahui riwayat ANC, teratur atau tidak,
tempat ANC dan saat kehamilan berapa (Sujiyatini, 2009).
Serta bagaimana hasil yang didapat.
f. Gerakan janin: Pertama kali gerakan janin dirasakan dan
bagaimana keadaannya sekarang aktif/gerakan, berkurang/tidak
bergerak.
g. Imunisasi TT : Kapan disuntik TT dan sudah berapa kali.
Imunisasi yang dianjurkan adalah imunisasi TT, imunisasi ini
diberikan untuk mencegah tetanus pada bayi baru lahir dan
pada ibu bersalin (Fadlun & Feryanto, 2011)
5. Pola fungsional kesehatan
d. Nutrisi : Untuk mengetahui bagaimana status gizi ibu. Apakah
nutrisinya cukup bagi ibu dan bayi atau tidak. Karena pada
umumnya dalam masa kehamilan, ibu membutuhkan tambahan
kalori sebesar 300 kalori per hari. Begitu juga kebutuhan zat
besi, protein, dll. Semua kebutuhan nutrisi ibu bertambah.
e. Eliminasi : Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui pola BAB dan
BAK ibu sehari-hari yang meliputi frekuensi dan konsistensi.
Karena biasanya dalam masa kehamilan, cenderung berubah dari
semasa sebelum hamil. Pada masa kehamilan biasanya ibu akan
mengalami lebih sering kencing dan konstipasi.
f. Aktivitas, ini penting ditanyakan karena data ini memberikan
gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan
ibu di rumah. Jika kegiatan pasien terlalu berat sampai di
khawatirkan dapat menimbulkan penyulit masa hamil.
g. Istirahat, perlu menggali kebiasaan istirahat pasien supaya
diketahui hambatan yang mungkin muncul jika di dapatkan data
yang senjang tentang pemenuhan kebutuhan istirahat. Hal ini
meliputi lama dan bagaimana kualitas istirahatnya, apakah
nyenyak atau tidak.
h. Personal hygiene, ini penting ditanyakan karena bagaimanapun
juga hal ini akan memengaruhi kesehatan pasien dan bayinya.
i. Pola seksualitas, walaupun ini adalah hal yang cukup privasi
bagi pasien, namun penting bidan untuk menanyakan kebiasaan
ini, karena terjadi beberapa kasus keluhan dalam aktivitas
seksual yang cukup mengganggu pasien namun ia tidak tahu
kemana harus berkonsultasi. Dapat dijelaskan pada ibu bahwa
selama tidak ada keluhan yang dapat membahayakan
kehamilannya maka boleh dilakukan.
j. Faktor psikososial dan budaya: Untuk mengetahui
bagaimana penerimaan pasien beserta keluarganya terhadap
kehamilan ini. Karena hal ini akan sangat berpengaruh pada
psikologis ibu. Serta apakah ada adat budaya dalam keluarga
atau kebiasaan ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan
(Fadlun & Feryanto, 2011)
6. Pemeriksaan Fisik
a. Muka : Apakah ada oedema, pucat.
b. Mata : Identifikasi warna konjungtiva dan sklera.
c. Mulut : Identifikasi adanya sianosis atau kepucatan dan pecah-
pecah pada bibir dan lidah.
d. Leher : Identifikasi adakah pembengkakan kelenjar thyroid, dan
lymfe dan adakah pembengkakan vena jugularis.
e. Payudara : Adakah hyperpigmentasi areola mammae, puting susu
datar, tenggelam/menonjol, kolostrum sudah keluar/ belum.
f. Abdomen : Identifikasi apakah ada bekas SC atau bekas operasi
lain, apakah ada striae gravidarum,
g. Mengukur TFU.
1) Leopold I : selain mengetahui TFU, Leopold I
juga untuk mengetahui bagian apa yang ada di fundus.
Pada letak membujur pada fundus, teraba lunak tidak
bulat dan tidak melintang.
2) Leopold II : Leopold II bertujuan untuk mengetahui
bagian apa yang ada disamping kiri dan kanan uterus
ibu.Pada letak membujur dapat ditetapkan punggung
anak yang teraba bagian keras, memanjang seperti
papan dan sisi yang berlawanan teraba bagian kecil janin.
Dan banyak lagi kemungkinan perabaan pada letak yang
lain.
3) Leopold III : Menentukan apa bagian terendah janin.
4) Leopold IV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah
janin masuk pintu atas panggul (Posisi tangan
petugas konvergen, divergen atau sejajar).
h. Genetalia: Identifikasi apakah vulva bersih atau adakah
pengeluaran pervaginam (lendir, darah), adakah varises, adakah
benjolan abnormal yang menentukan kelancaran jalan lahir,
juga adanya luka perineum menandakan sudah pernah
melahirkan.
i. Ekstrimitas : Identifikasi ekstremitas atas dan bawah apakah ada
oedem dan varises, bagaimana refleks patella
nya.Varises merupakan pembesaran dan pelebaran pembuluh
darah yang sering dijumpai pada ibu hamil di sekitar vulva,
vagina, paha dan tungkai bawah. Oedema tungkai terjadi akibat
sirkulasi vena terganggu akibat terkena uterus yang membesar
pada vena-vena panggul. (Maryunani, 2016)

K. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
L. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA PERENCANAAN
NO
PERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI
1 2 3 4 5
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
dengan terputusnya keperawatan, di harapkan nyeri Observasi Observasi
kontinuitas jaringan berkurang dengan kriteria : 1. Identifikasi lokasi, Mengetahui lokasi, karakteristik,
Ds : karakteristik, durasi, durasi, frekuensi, kualitas dan
- Klien tidak mengeluh frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri saat beraktifitas. intensitas nyeri agar dapat
- Klien mengeluh nyeri
nyeri pada luka - Klien tidak meringis menentukan asuhan keperawatan
operasi menahan nyeri yang diperlukan
- Nyeri skala 4 (1- - Skala nyeri turun dari
10) skala +4 menjadi skala Terapeutik
+1. Terapeutik
- Klien Agar pasien dapat mengendalikan
mengatakan 1. Berikan tekhnik non
nyeri meskipun tanpa efek
nyeri seperti di farmakologis untuk mengurangi
farmakologis
tusuk-tusuk rasa nyeri (kompres hangat)
- Klien Keadaan lingkungan yang nyaman
2. Kontrol lingkungan yang
mengatakan sesuai keinginan pasien diharapkan
memperberat rasa nyeri
nyeri bertambah dapat membuat rasa nyeri pasien
ketika bergerak berkurang
- Klien
mengatakan
takut untuk
bergerak Edukasi Edukasi
Do : 1. Jelaskan penyebab, periode, Agar pasien mengenali faktor-faktor
- Terdapat luka dan pemicu nyeri yang mempengaruhi nyeri
bekas operasi -+ 2. Jelaskan strategi meredakan Agar pasien mampu mengendalikan
10 cm nyeri rasa nyeri
- Tampak meringis 3. Ajarkan tehnik non Agar pasien mampu mengendalikan
menahan sakit farmakologis untuk nyeri tanpa efek faarmakologis
- Skala nyeri 4 (1- mengurangi rasa nyeri
10)
Kolaborasi Kolaborasi
- TTV
1. Kolaborasi pemberian Memastikan Terapi analgetik yang
TD : 130/80 analgesik diberikan efektif dengan melakukan
N : 89x /menit kolaborasi

S : 36,7 0C
R : 20x /menit
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi
berhubungan dengan keperawatan, di harapkan Observasi Observasi
terputusnya kontinuitas tidak ada tanda-tanda infeksi, 1. Monitor tanda dan gejala 1. Infeksi lokal hanya pada bagian
jaringan (tindakan dengan kriteria : infeksi lokal dan sistemik tertentu Infeksi lokal yang dapat
operatif section caesaria) menjadi sistemik bilamikro-
- Klien bebas dari tanda organisme mencapai sistem
Ds : dan gejala infeksi limfatikatau vascular
- Menunjukkan Terapeutik Terapeutik
- Klien mengeluh kemampuan untuk
nyeri pada luka mencegah timbulnya 1. Cuci tangan sebelum dan 1. Untuk mengantisipasi apabila
bekas operasi infeksi sesudah kontak dengan pasien ada kuman atau bakteri yang
- Nyeri skala 4 (1-
dan lingkungan pasien dapat menyebabkan penyakit
10)
yang menular
- Klien
2. Pertahankan tehnik aseptik pada 2. Agar bebas dari infeksi dan juga
mengatakan
pasien beresiko tinggi mikroorganisme
nyeri seperti di
3. Lakukan perawatan luka setiap 3. Agar bebas dari infeksi dan juga
tusuk-tusuk
hari mikroorganisme
- Klien
mengatakan
Edukasi Edukasi
nyeri bertambah
1. Jelaskan tanda dan gejala 1. Agar pasien dapat
ketika bergerak
infeksi mengetahui secara dini tanda
- Klien
2. Ajarkan cara mencuci tangan tanda terjadinya infeksi
mengatakan
dengan benar 2. Agar pasien dapat mengetahui
takut untuk
cara mencuci tangan dengan 6
bergerak
langkah cuci tangan
Do :
3. Ajarkan cara perawatan luka
- Terdapat luka untuk di lakukan di rumah
bekas operasi -+
10 cm
- Tampak meringis
menahan sakit
- Skala nyeri 4 (1-
10)
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & ginekologi FK.Unpad,1993. Obstetri Fisiologi.Eleman


Bandung

Carpenito,Lynda Juall, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.EGC.


Jakarta .2001. Diktat Kuliah Ilmu Keperawatan Maternitas TA:
2000/2001 PSIK.FK. Unair,Surabaya.

Hanifa,W.et all. 1989. Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka S.P. Jakarta
2000. Pedoman Diagnosa & Terapi, Lab. SMF Ilmu Kebidanan &
Penyakit Kandungan RSUD Dr. Soetomo. Surabaya

Saifudin,Abdul Bari dkk, 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
& JNKKR-POGI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai