Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesuai dengan proses tumbuh kembang, pemantauan perlu dilakukan sejak
awal yaitu sewaktu dalam kandungan sampai dewasa degan pemantaauan yang
baik akan dapat dideteksi adanya penyimpangan secara dini sehingga tindakan
koreksi yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang lebih memuaskan.dengan
kata lain jika penyimpangan terjadi di usia dini dan di deteksi sedini
mungkin,maka tindakan koreksi akan memberikan hasil yang
memuaskan,sedangkan bila penyimpangan terjadi pada usia dini tetapi baru
dideteksi pada usia yang lebih lanjut,hasil koreksi akan kurang memuaskan.
Upaya untuk membantu tumbuh kembang secara optimal dengan cara deteksi
adanya penyimpangan dan intervensi dini perlu dilaksanaka oleh semua pihak
sejak mulai dari tingkat keluarga,petugas kesehatan mulai dari kadar kesehatan
sampai dokter spesialis,dan disemua tingkat pelayanan kesehatan mulai dari
tingkat dasar sampai pelayanan yang lebih spesialistis.Dengan adanya program
deteksi dan intervensi dini terhadap penyimpangan tumbuh kembang yang
dilaksanakan dimasyarakat melalui program posyandu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimkasud dengan Ekstraksi Bokong?
2. Apa yang dimaaksud dengan Ekstraksi Kaki?
3. Bagaimana cara penanganan Ekstraksi Bokong?
4. Bagaimana cara penanganan Ekstraksi Kaki

C. Tujuan
Setelah mempelajari dan membahas makalah ini maka di harapkan :
1. Mengetahui pengertian Ekstraksi Bokong dan Ekstraksi Kaki
2. Mengetahui tanda dan gejala Ekstraksi Bokong dan Ekstraksi Kaki
3. Mengetahui komplikai dari Ekstraksi Bokong dan Ekstraksi Kaki
4. Mengetahui etiologi Ekstraksi Bokong dan Ekstraksi Kaki
5. Mengetahui penanganan Ekstraksi Bokong dan Ekstraksi Kaki

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ektraksi Bokong

1. Pengertian Ektraksi Bokong


Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang
terendah (presentasi bokong). (Sumber: Rukiyah.2011)
 Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian terendahnya bokong,
kaki atau kombinasi keduanya. (Sumber: Sarwono:2009)
Persalinan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana bayi letaknya
sesuai dengan badan ibu, kepala berada pada fundus uteri sedangkan bokong merupakan
bagian terbawah (di daerah pintu atas panggul/simfisis). (Sumber:Sarwono.2010).

2. Tanda dan Gejala Ekstraksi Bokong


a. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu  sering
merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
b. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
c. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada
pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar dan lunak.
d. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.

3. Klasifikasi Ekstraksi Bokong            
Klasifikasi presentasi bokong menurut Liu (2008) adalah:

2
a. Ekstensi (Frank Breech)
Posisi ini paling sering ditemukan yang terjadi sebesar 75%
kejadian presentasi bokong pada primigravida dan 50% pada multigravida.
Penempelan yang baik terhadap serviks mungkin dilakukan tetapi tungkai
yang ekstensi dapat membebat janin yang menghambat fleksi lateral tubuh.
Kelahiran tungkai memerlukan bantuan.
b. Presentasi Bokong Sempurna (Complete Breech)
Terjadi terutama pada ibu multigravida dengan diameter  pelviks baik atau
pada gestasi multipel terdapat resiko prolaps tali pusat. Proses persalinan secara
spontan atau melalui ekstremitas bawah yang mudah mungkin dapat dilakukan.
c. Presentasi Bokong Tidak Sempurna (Incomplete Breech)
Presentasi ini jarang terjadi. Terdapat penempelan yang buruk pada serviks sehingga
memiliki resiko yang lebih tinggi terjadinya prolaps tali pusat. Presentasi ini dapat
mengindikasikan kesulitan dalam penurunan sehingga direkomendasikan kelahiran
dengan sectio sesaria.

4. Etiologi Ekstraksi bokong


Menurut Winkjosastro (2007) penyebab terjadinya presentasi bokong adalah:
a. Dari Faktor Ibu
Presentasi bokong disebabkan oleh multiparitas, plasenta previa dan panggul sempit.
b. Dari faktor Janin
1).  Hidrosefalus atau anensefalus
2). Gemelli
3). Hidramnion atau Oligohidramnion
4). Prematuritas
Menurut Manuaba (2008) penyebab terjadinya presentasi bokong adalah:
a. Panggul sempit
b. Lilitan tali pusat atau tali pusat pendek
c. Kelainan uterus (uterus arkuatus, uterus duktus, uterus dupleks)
d. Terdapat tumor di pelvis yang mengganggu masuknya kepala janin ke PAP,
e.  Plasenta previa
f. Gemeli

3
5. Patofisiologi Ekstraksi Bokong
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban
relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan
demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau
letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada
kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri,
sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan
demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak
sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala.

6. Penatalaksanaan Ekstraksi bokong


a.  Penatalaksanaan Selama Hamil
Bila pada masa antenatal ditemui presentasi bokong terutama
pada primigravida, hendaknya dilakukan versi luar menjadi presentasi kepala. Versi
luar biasanya dilakukan pada pada kehamilan antara 34-38 minggu. Pada umumnya
versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan, karena janin masih dapat
memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38, versi luar sulit berhasil
karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif sudah berkurang.
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti sedangkan
denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Apabila bokong sudan turun,
bokong harus dikeluarkan dulu dari rongga panggul, tindakan ini dilakukan dengan
meletakkan jari-jari kedua tangan penolong pada perut ibu bagian bawah untuk
mengangkat bokong janin. Tetapi apabila bokong sudah tidak dapat dikeluarkan
maka versi luar tidak dapat dilakukan lagi. (20)
Menurut Manuaba (2008), versi luar boleh dilakukan dengan syarat :
1) Saat kehamilan usia kehamilan sekitar diatas 34 minggu dan dibawah 38
minggu, dan belum masuk PAP.
2) Saat Inpartu: pembukaan kurang dari 4 cm, ketuban masih utuh dan bagian
terendah belum masuk PAP. Keduanya dilakukan di rumah sakit dan bila perlu
segera dilakukan secsio sesaria.

4
Tehnik versi luar meliputi ekstensi yaitu mengeluarkan bagian terendah dari
PAP, mobilisasi yaitu mengarahkan bokong ke arah perut janin, rotasiyaitu memutar
bokong atau kepala dengan putaran 90° (observasi DJJ), fiksasi yaitu memasukkan
kepala ke PAP sehingga terfiksasi.
Posisi knee-chest tindakan ini dapat dilakukan pada kehamilan sekitar 7-7,5
bulan, masih dapat dicoba melakukan posisi ini 3-4 kali sehari selam 15 menit. Situasi
ruangan yang masih longgar diharapkan dapat memberi peluang bagi kepala untuk
turun menuju PAP. Dasar pertimbangan kepala lebih berat dari bokong sehingga
dengan hukum alam akan mengarah ke PA

b. Pertolongan Persalinan
Menurut Varney (2010), sebelum terjadi persalinan yang sesungguhnya hal-
hal berikut harus sudah dilakukan :
1) Pemerikasaan abdomen secara cermat, sonografi atau sinar X untuk
menyingkirkan hiperekstensi kepala, hydrosefalus atau presentasi kaki atau
mulut.
2)  Pembukaan lengkap.
3)  Keraguan tentang keadekuatan panggul ibu sudah terjawab.
4)  Pengosongan kandung kemih.
5) Episiotomi jika diperlukan.
6) Penentuan upaya mengejan yang baik.
7) Persiapan upaya bayi baru lahir yang lengkap.
8) Pengaturan posisi ibu pada tepi tempat tidur.
9) Kolaborasi dengan dokter.
Menurut Fachrudin (2009) penatalaksanaan persalinan bokong meliputi :
1) Persalinan Spontan (Spontan Bracht)
Persalinan berlangsung dengan tenaga ibu sendiri, tanpa manipulasi
penolong
2) Ekstraksi Parsial
Ekstraksi parsial dilakukan jika persalinan sontan tidak berhasil, atau
jika scapula inferior tidak terlihat setelah ibu mengedan sebanyak   2-3
kali.Fase persalinan pada ekstraksi parsial :
a) Fase lambat

5
Fase dimana penolong menunggu dengan sabar lahirnya bokong
sampai umbilicus, setelah itu tali pusat dikendurkan.
b) Fase Cepat    
Fase dimana penolong harus bertindak cepat, mulai dari
lahirnya umbilicus sampai lahirnya mulut, maksimal waktu
adalah 8 menit.

Ekstraksi Parsial dapat dilakukan dengan tiga cara:


a). Cara Klasik
Prinsipnya adalah melahirkan bahu belakang terlebih dahulu. Untuk melahirkan
bahu belakang, kedua kaki dipegang dengan satu tangan, di tarik cunam keatas
sejauh mungkin , dan tangan yang satu lagi melahirkan tangan belakang.
b).  Cara Muller  
Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan terlebih dahulu, kedua tangan
penolong memegang panggul bayi secara femuro-pelvik dan ditarik cunam ke
bawah sampai bahu depan lahir, kemudian ditarik ke atas untuk melahirkan bahu
belakang.
a). Cara Lovset
Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan dengan cara memutar badan janin 180
derajat, kemudian setelah bahu depan lahir, badan janindiputar lagi ke arah
berlawanan untuk melahirkan bahu belakang.

3) Ekstraksi Total
Ada dua macam ekstraksi total, ekstraksi bokong dan ekstraksi kaki.
Ekstraksi bokong dilakukan jika bokong sudah berada di dasar panggul,
sedangkan ekstraksi kaki dilakukan pada presentasi kaki, atau bokong masih dapat
dibebaskan dari pintu atas panggul. Kaki diturunkan dengan cara Pinard.
                       
(3)              

Menurut Winkjosastro (2007), penatalaksanaan persalinan presentasi bokong adalah


sebagai berikut :
a). Ditentukan terlebih dahulu apakah ada indikasi untuk melakukan secsio
sesaria seperti kesempitan panggul, plasenta previa,atau ada tumor dalam rongga
panggul. Apabila tidak ada hendaknya dilakukan pengawasan kemajuan
persalinan kristeller karena dapat membuat kedua lengan menjungkit ke atas dan

6
kepala terdorong turun diantara lengan sehingga menyulitkan kelahiran lengan dan
bahu.
b). Setelah bokong lahir, tidak boleh melakukan tarikan atau
dorongan kristeller karena dapat membuat kedua lengan menjungkit ke atas dan
kepala terdorong turun diantara lengan sehingga menyulitkan kelahiran lengan dan
bahu.
c). Pada saat kepala masuk ke dalam rongga panggul tali pusat tertekan antara kepala
janin dan panggul ibu. Dengan demikian lahirnya kepala tidak boleh memakan waktu
lebih dari 8 menit setelah umbilikus lahir. Setelah umbilikus lahir, tali pusat ditarik
sedikit sehingga kendor untuk mencegah teregangnya tali pusat dan tali pusat terjepit
antara kepala dan panggul.
Untuk melahirkan bahu dan kepala dapat dipilih beberapa tindakan
a). Prasat bracht     
Bokong dan pangkal paha janin dipegang dengan 2 tangan kemudian
dilakukan hiperlordosis tubuh janin sehingga lambat laun badan bagian atas, bahu
lengan dan kepala janin dapat dilahirkan. Pada prasat bracht ini, penolong tidak sama
sekali melakukan tarikan dan hanya membantu melakukan proses persalinan sesuai
dengan mekanisme persalinan presentasi bokong. Tatapi prasat bracht tidak selalu
berhasil melahirkan bahu dan kepala sehingga untuk mempercepat kelahiran bahu dan
kepala dilakukan manual haid atau manual hilfe.

b). Cara klasik                    
Pada dasarnya lengan kiri janin dilahirkan oleh tangan kiri penolong, sedangkan
lengan kanan janin dilahirkan dengan tangan kanan penolong, kedua lengan
dilahirkan sebagai lengan belakang. Bokong dan pangkal paha yang telah lahir
dipegang dengan kedua tangan, badan ditarik ke bawah sampai dengan ujung
bawah scapula depan terlihat dibawah symphisis. Kedua kaki janindipegang dengan
tangan yang berlawanan dengan lengan yang akan dilahirkan, tubuh janin ditarik ke
atas sehingga perut janin ke arah perut ibu tangan penolong yang satu dimasukkan
kedalan jalan lahir  dengan menelusuri punggung janin menuju lengan belakang
sampai ke fossa cubiti. Dua jari tangan tersebut ditempatkan sejajar
dengan humerus dan lengan belakang janindikeluarkan dengan bimbingan jari-jari
tersebut.

7
Untuk melahirkan lengan depan, dada dan punggung janin dipegang dengan kedua
tangan, tubuh janin diputar untuk merubah lengan depan supaya berada di belakang
dengan arah putaran demikian rupa sehingga punggung melewati symphisis kemudian
lengan yang sudah berada di belakang tersebut dilahirkan dengan cara yang sama.
Cara klasik tersebut dilakukan apabila lengan depan menjungkit ke atas atau berada
dibelakang leher janin. Karena memutar tubuh dapat membahayakan janin maka
apabila letak bahu normal cara klasik dapat dilakukan tanpa memutar tubuh janin,
sehingga lengan kedua dilahirkan tetap sebagai lengan depan. Kedua kaki dipegang
dengan tangan yang bertentangan dengan lengan depan untuk menarik
tubuh janin kebawah sehingga punggung janin mengarah ke bokong ibu. Tangan yang
lain menelusuri punggung janin menuju ke lengan depan sampai fossa cubiti dan
lengan depan dikeluarkan dengan kedua jari yang sejajar dengan humerus.
c). Muller
Dengan kedua tangan pada bokong dan pangkal paha, tubuh janin ditarik ke bawah
sampai bahu depan berada di bawah symphisis kemudian lengan depan dikeluarkan
dengan cara yang kurang lebih sama dengan cara yang telah diuraikan di depan,
sesudah itu baru lengan belakang dilahirkan.
d). Lovset
Dasar pemikirannya adalah bahu belakang janin selalu berada lebih rendah daripada
bahu depan karena lengkungan jalan lahir, sehingga bila bahu belakang diputar ke
depan dengan sendirinya akan lahir di bawah symphisis setelah sumbu
bahu janinterletak dalam ukuran muka belakang, dengan kedua tangan pada bokong
tubuh janin ditarik ke bawah sampai ujung bawah scapula depan terlihat di
bawah symphisis. Kemudian tubuh janin diputar dengan cara memutar dada dan
punggung oleh dua tangan sampai bahu belakang terdapat di depan dan tampak
dibawah symphisis, dengan demikian lengan dapat dikeluarkan dengan mudah. Bahu
yang lain yang sekarang menjadi bahu belakang, dilahirkan dengan memutar kembali
tubuh janin kearah berlawanana sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dan
lengan dapat dilahirkan dengan mudah.

c. Melahirkan kepala
1).  Cara Mauriceau (Viet Smillie)
Badan janin dengan perut ke bawah diletakkan pada lengan kiri penolong. Jari
tengah dimasukkan kedalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan jari manis

8
pada maksila, untuk mempertahankan supaya kepala janin tetap dalam
keadaan fleksi. Tangan kanan memegang bahu janin dari belakang dengan jari
telunjuk dan jari tengah berada di sebelah kiri dan kanan leher. Janin ditarik ke
bawah dengan tangan kanan sampai suboksiputatau batas rambut di
bawah symphisis. Kemudian tubuh janindigerakkan ke atas, sedangkan tangan kiri
tetap mempertahankan fleksi kepala, sehingga muka lahir
melewati perineum disususl oleh bagian kepala yang lain. Perlu ditekankan disini
bahwa tangan kiri tidak boleh ikut menarik janin, karena dapat menyebabkan
perlukaan pada mulut dan muka janin.
2). Cunam Piper     
Cara ini dianggap lebih baik karena dengan cunam tarikan dilakukan terhadap
kepala sedangkan dengan cara Mauriceau tarikan dilakukan pada leher. Kedua
kaki janin dipegang oleh pembantu dan diangkat ke atas kemudian cunam dipasang
melintang terhadap kepala dan melintang terhadap panggul. Cunamditarik ke bawah
sampai batas rambut dan suboksiput berada di bawah symphisis,
dengan suboksiput sebagai tititk pemutaran, cunam diarahkan mendatar dan ke atas,
sehingga muka janindilahirkan melewati perineum disusul oleh bagian kepala yang
lain.

7. Komplikasi Ekstraksi Bokong


Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), komplikasi presentasi bokong meliputi:
a. Bagi Ibu
 Robekan perineum lebih besar.
 Jika ketuban pecah dini dapat terjadi partus lama.
  Infeksi.
b. Bagi janin
Adanya gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong dan perut lahir karena
tali pusat terjepit.

Menurut Manuaba (2008), komplikasi presentasi bokong pada bayi adalah sebagai


berikut:
a. Dapat menurunkan IQ bayi.
b.  Perdarahan intrakranial.
c.  Asfiksia.

9
d. Aspirasi air ketuban.
e. Meningitis.
f. Dislokasi persendian.
g.  Fraktur ekstremitas.

B. Ekstraksi kaki
Dilakukan bila kala II tak maju atau tampak gejala kegawatan ibu-bayi
a. Tangan kanan masuk secara obstetric menelusuri bokong, pangkal paha sampai
lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin, sehingga kaki bawah
menjadi fleksi, tangan yang lain mendorong fundus ke bawah. Setelah kaki fleksi
pergelangan kaki di pegang dengan dua jari dan dituntun ke luar dari vagina sampai
batas lutut.
b. Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari di letakkan di
belakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di depan betis, kaki
ditarik curam ke bawah sampai pangkal paha lahir.
c. Pegangan dipindah ke pangkal setinggi mungkin dengan kedua ibu jari di belakang
paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di depan paha.
d. Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir. Kemudian
pangkal paha dengan pegangan yang sama di elevasi ke atas hingga trokhanter
belakang lahir. Bila kedua trokhanter telah lahir berarti bokong lahir.
e. Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dahulu, maka yang lahir lebih
dahulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter depan maka
pangkal paha ditarik terus curam ke bawah.
f. Setelah bokong lahir maka dilanjutkan cara Clasik , atau Muller atau Lovset.

10
Soap
ASUHAN KEBIDANAN DENGAN PRESENTASE

EKSTRAKSI BOKONG

DATA SUBJEKTIF

1. Ibu mengatakan Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat
dan ibu  sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2. Ibu mengatakan mengeluh merasa sesak sejak 1 minggu yang lalu
3. Ibu mengatakan keluar air-air dari alat kelaminnya
4. Ibu mengatakan mulas, dan semakin sering serta terdapat dorongan meneran seperti ingin
BAB yang tidak bisa ditahan
5. Ibu mengatakan pergerakan janin terasa di bagian bawah pusat
6. Ibu mengatakan sering merasa benda keras (kepala) mendesak bagian bawah perut

DATA OBJEKTIF

1. Keadaan umum ibu : kurang baik


2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vita ibu normal
4. Palpasi menurut Leopold :
a. TFU : 36 cm
b. Leopold I : bagian terendahjanin teraba bulat keras melenting kepala
c. bLeopold II : bagian kiri ibu teraba keras, datar, ada tahanan seperti papan
(punggung), bagian kanan ibu teraba bagian kecil-kecil tidak merata (ekstremitas
janin)
d. Leopold III : fundus teraba bagian lunak tebal dan sulit digoyangkan
( Bokong)
e. Leopold IV : tangan pemeriksa divergen ( sudah masuk PAP), penurunan 3/5
f. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.

ANALISA

Ibu dengan Ekstraksi bokong

11
PERENCANAAN

MENOLONG KELAHIRAN BAYI SECARa BRACHT

Lahirnya Bokong
1. Saat bokong bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, biarkan bokong
keluar perlahan-lahan
 Jangan melakukan intervensi, ikut saja proses keluarnya janin
2. Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut & sebagian dada
3. Lakukan hiperlordosis janin pada saat angulus scapula inperior tampak dibawah
simpisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior, yaitu punggung janin
didekatkan keperut ibu tanpa tarikan) disesuaikan dengan lahirnya badan janin
 Bila pada tahap ini ternyata terjadi hambatan pengeluaran saat tubuh janin
mencapai daerah scapula inferior, segera lakukan pertolongan dengan cara klasik
atau Mueller
4. Gerakan keatas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi, kepala

PENATALAKSANAAN

1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa janinnya


presentase bokong
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang di jelaskan.
2. Memberikan konseling pada ibu bahwa walaupun letak janinnya tidak berubah (tetap
letak bokong) tetapi persalinan pervaginam dan persalinan diharapkan ditolong di
puskesmas, rumah sakit yang memiliki peralatan lebih lengkap dan tenaga yang
terampil.
Evaluasi : Ibu mengerti dan siap melahirkan di puskesmas / rumah sakit.
3. Mendiskusikan mengenai persiapan kelahiran dan persalinan di rumah sakit dan
persiapan ibu jika timbul komplikasi.
Evaluasi : Ibu ingin melahirkan di puskesmas / rumah sakit dan berharap dapat
melahirkan normal, ditolong oleh bidan atau dokter.
4. Menganjurkan ibu untuk datang memeriksakan kehamilannya pada tanggal 07 Mei
2014.
5. Evaluasi : Ibu mau datang memeriksakan kehamilannya pada tanggal 07 Mei 2014.

12
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Presentasi bokong merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengankepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan di dalam
uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih
banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, presentasi bokong atau letak lintang.  
Presentasi bokong umumnya terjadi pada akhir trimester kedua kehamilan atau mendekati
aterm

B.     Saran
Saat ini banyak negara maju yang lebih memilih untuk melahirkan presentasi
bokongsecara perabdominam dibanding pervaginam. Di Amerika hampir 90% presentasi
bokongdilaksanakan secara perabdominam. Hal ini juga berlaku di Australia dan Inggris.
NamunSectio Caesaria juga memiliki resiko yang mungkin setara dibanding dengan
persalinannormal. Pada Sectio Caesaria mungkin dapat terjadi perlukaan pada organ sang ibu,
perlukaan bayi, perdarahan masif, infertilitas, infeksi postoperatif dan luka yang
lamasembuh.Pada wanita hamil dengan janin tunggal presentasi bokong tanpa adanya
kompilkasiatau masalah apapun sebaiknya dianjurkan untuk dilakukan versi luar. Sebaiknya
versi luar dilakukan setelah usia 37 minggu, namun bila tidak bisa dapat dilakukan pada usia
36minggu.Pada akhirnya pemilihan cara persalinan pada ibu hamil dengan presentasi
bokongharus didasarkan pada kemampuan penolong, kelengkapan sarana dan prasarana
sertakesejahteraan ibu dan janin

13
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Gawat Darurat Obstetri dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk
Profesi Bidan.  Jakarta. EGC

Rohani, Dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta. Salemba Medika

 Rukiyah dan yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta. Buku


Kesehatan.
Sulistyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta. Salemba Medika.
  Varney. 2010. Buku Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC
 Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka sarwono
Prawirohardjo.
Prawiroharjo, Sarwono, 2006, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

14
MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN
MATERNAL DAN NEONATAL

Ektraksi Bokong dan Ekstraksi Kaki

Disusun Olekh Kelompok 12 :

1. Dwi Nurma Nela P0 5140117 058


2. Ledia Santika Sapitri P0 5140117 025

Dosen Pembimbing :
Kosma Heryati,M.Kes

Tingkat II A

KEMENTERIAN KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN KEBIDANAN

Tahun Ajaran 2018/2019

15
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga


kami dapat menyelesaikan makalah tugas Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal ini dengan lancar. Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang terkait dan membantu proses
penyusunan serta menyelesaikan makalah yang berjudul “Ektraksi Bokong dan Ekstraksi
Kaki”Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan.
Demikian makalah ini kami buat. Apabila ada kesalahan kami mohon maaf. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Bengkulu, Februari 2019

Penulis

16
ii
DAFTAR ISI

Cover i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan 1

Bab II Pembahasan

A. Ekstraksi Bokong 2

B. Ekstraksi Kaki 10

Bab III Penutup

A. Kesimpulan 13

B. Saran 13

DAFTAR PUSTAKA

iii17

Anda mungkin juga menyukai