Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST SECTIO CAESAREA


DENGAN INDIKASI CPD (CEPHALOPELVIC DISPROPORTION)

DI SUSUN OLEH :

NAMA : SOPUTAN FRIGIA CHRISTY NIM : 171114401780

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA

2019
A. Pengertian

CPD adalah tidak ada kesesuaian antara kepala janin dengan bentuk dan
ukuran panggul. Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan
ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat
keluar melalui vagina. Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa
medis digunakan ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat
melewati panggul ibu.
Seringkali, diagnosis ini dibuat setelah wanita telah bekerja keras selama
beberapa waktu, tetapi lain kali, itu dimasukkan ke dalam catatan medis wanita
sebelum ia bahkan buruh. Sebuah misdiagnosis of CPD account untuk banyak
yang tidak perlu dilakukan bedah caesar di Amerika Utara dan di seluruh dunia
setiap tahunnya. Diagnosis ini tidak harus berdampak masa depan seorang
wanita melahirkan keputusan. Banyak tindakan dapat diambil oleh ibu hamil
untuk meningkatkan peluangnya untuk melahirkan melalui vagina.

B. Etiologi
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai
berikut :

1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan

a. Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil


b. Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
c. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuran muka
belakang
d. Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit.
e. Panggul belah : symphyse terbuka

2.Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya

a. Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit


picak dan lain-lain
b. Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
c. Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring

3. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang

a. Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong


b. Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring.

4. Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah Coxitis, luxatio, atrofia.


Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring fraktura dari tulang
panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul.

Penyebab dari Cephalopelvic Disproportion sendiri antara lain oleh karena :


1. Kapasitas panggul yang kecil atau ukuran panggul yang sempit
2. Ukuran janin yang terlalu besar atau yang paling sering menyebabkan
CPD
3. Kedua hal di atas yang terjadi pada saat yang bersamaan

C. Manifestasi Klinis
1. Pada palpasi abdomen, pada primipara kepala anak belum turun setelah
minggu ke-36.
2. Pada primipara ada perut menggantung
3. Pada anamnesa, multipara persalinan yang dulu-dulu sulit.
4. Ada kelainan letak pada hamil tua.
5. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dan lain-
lain).
6. Persalinan Lebih lama dari biasa.

D. Patofisologi
Tulang – tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis. Os
koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang – tulang
ini satu dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara kedua
os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Dibelakang terdapat artikulasio sakro-
iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Dibawah terdapat
artikulasio sakro-koksigea yang menghubungkan os sakrum (tl panggul) dan os
koksigis.
Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan
pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser
lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang
sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat dilakukan bila ujung os
koksigis menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin
dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang.
Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan
pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea
terminalis, disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea
terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Pada ruang yang dibentuk oleh
pelvis mayor terdapat organ–organ abdominal selain itu pelvis mayor
merupakan tempat perlekatan otot–otot dan ligamen ke dinding tubuh.
Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari
kolon, rektum, kandung kemih dan pada wanita terdapat uterus dan ovarium.
Pada ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis yang dibentuk oleh
muskulus levatorani dan muskulus koksigeus.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radrologi
Untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto
a. Foto pintu atas panggul
b. Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms), sehingga tabung rontgen tegak
lurus
diatas pintu atas panggul
2. Foto lateral
a. Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada
trochanter
b. maya samping

F. Penatalaksanaan Medis
1. Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala
janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung
pervaginan dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini
merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage
karena faktor tersebut tidak dapat diketahui sebelum persalinan. Persalinan
percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada letak
sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya
adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin
bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi
plasentajanin yang akan menjadi penyulit persalinan percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu
dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah
keluar sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy
medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan,
kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan
terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi
di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan dimana sebelumnya
merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis.
Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong memasukkan
tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan
menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong
menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar
ke diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan. Persalinan
percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour. Trial of labour
serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya
adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan
lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan
karena biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit
dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini. Keberhasilan persalinan
percobaan adalah anak dapat lahir sontan pervaginam atau dibantu ekstraksi
dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila
pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu atau anak
kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah
kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps yang
gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.

2. Sectio Caesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat
dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki. Seksio
sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena
peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan
persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan pervaginum belum
dipenuhi.

3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
4. Kraniotomi
Dilakukan Pada janin yang meninggal.

G. Komplikasi
Apabila persalinan dengan disproporsisefalo pelvik dibiarkan berlangsung
sendiri tampa-bilamana perlu. Pengambiilan tindakan yang tepat, timbulnya
bahaya bagi ibu dan janin.
1. Bahaya bagi ibu
a. Partus lama yang sering disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil
dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi intrapartum.
b. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan
dapat timbul regangan segmen bawah uerus dan pembentukan lingkaran
retrasi patologik (Bandl). Keadaan ini terkenal dengan ruptura uteri
mengancam. Apabila tidak segera diambil tindakan untuk mengurangi
regangan, akan timbul ruptur uteri.
c. Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalo pelvik jalan lahir
pada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan
tulang panggul. Hal ini meninbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat
terjadinya Iskemia dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa
hari post partum akan terjadi fistula vesiko servikalis, atau fitula vesiko
vaginalis atau fistula rekto vaginalis
2. Bahaya pada janin
a. Partus lama dapat meningkatkan kematian Perinatal, apabila jika ditambah
dengan infeksi intrapartum.
b. Prolasus Funikuli, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat besar
bagi janin dan memerlukan kelahiranya dengan apabila ia masih hidup.
c. Dengan adanya disproporsi sefalopelvik kepala janin dapat melewati
rintangan pada panggul dengan mengadakan moulage dapat dialami oleh
kepala janin tampa akibat yang jelek sampai batas – batas tertentu. Akan
tetapi apabila batas – batas tersebut dilampaui, terjadi sobekan pada
tentorium serebelli dan pendarahan intrakrahial.
d. Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang – kadang oleh
simfiksi pada panggul picak menyababkan perlukaan pada jaringan diatas
tulang kepala janin, malahan dapat pula meninbulakan fraktur pada
Osparietalis
A. Pengkajian
1. Identitas
Ras: ukuran jenis-jenis panggul berbeda-beda dari berbagai ras.
Pada wanita yang tinggi badan < 145 cm, kemungkinan panggul kecil perlu
diperhatikan.
2. Riwayat penyakit
Ibu yang mempunyai penyakit diabetes mellitus akan mempengaruhi besar
janin.
Pada postpoliomyelitis masa kanak-kanak mengakibatkan panggul miring.
Fraktur pada ekstremitas timbul kallus atau kurang sempurna sembuhnya dapat
mengubah bentuk panggul.
Penyakit rankitis pada masa kanak-kanak, jika duduk tekanan badan pada
panggul dengan tulang-tulang atau sendi-sendi yang lembek menyebabkan
sacrum dengan promontoriumnya bergerak ke depan dan bagian bawahnya
mendatar sehingga sacrum mendatar.
3. Riwayat persalinan yang lalu
Apakah partus yang lalu berlangsung lama, ada riwayat letak lintang atau
sunsang, persalinan ditolong dengan alat atau operasi.
4. Riwayat kehamilan sekarang
Usia kehamilan tidak boleh > 42 minggu.
Pergerakan anak.
Tinggi fundus uteri.
Letak anak lintang atau sunsang.
5. Pola pemenuhan kebutuhan dasar
Nutrisi
Pada trimester ke 7 ibu harus mengurangi makanan yang mengandung
karbohidrat karena berat badan janin besar akan mempengaruhi prises
persalinan.
6. Psikososial
Kecemasan akan Nampak karena takut apakah ibu dan janin dapat melalui
proses persalinan dengan lancar atau tidak, keduanya harus menyiapkan dana
yang lebih jika harus dilakukan secsio sesarea.
7.  Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan panggul luar.
Palpasi: usia kehamilan36 minggu bagian terendah janin belun turun pada
primigravida.
Selisih distansia spinarum dan distansia cristarum<1,6 cm.
Conjugata eksterna < 16 cm
Pemeriksaan panggul dalam: promontorium teraba, linea inominata teraba,
sacrum, spina iskhiadika menonjol.
1. Melakukan Osborn Test
Pemeriksaan dengan tangan yang satu menekan kepala janin dari atas ke arah
rongga panggul sedang tangan lain yang diletakan pada kepala, menentukan
apakah bagian ini menonjol diatas symphisis atau tidak.

2. Metode Muller Munro Kerr


Tangan yang satu memegang kepala janin dan menekannya ke arah rongga
panggul, sedangkan 2 jari tangan yang lain dimasukan ke dalam rongga vagina
untuk menentukan sampai berapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut,
sementara itu ibu jari tangan yang masuk dalam vagina memeriksa dari luar
hubungan antara kepala janin dan symphisis.

B. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan kesulitan dalam persalinan.
2. Ansietas berhubungan dengan kesulitan dalam persalinan, kurang
pengetahuan tentang pola persalinan normal.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan sekunder dari
atony uterus.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan rupture membrane.
C. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan kesulitan dalam persalinan
Intervensi : Manajemen Nyeri.
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi.
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
c. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
d. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
e. Kurangi factor presipitasi nyeri.

2. Ansietas berhubungan dengan kesulitan dalam persalinan, kurang


pengetahuan tentang pola persalinan normal
Intervensi : Anciety Reduction (penurunan kecemasan)
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
d. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
e. Berikan informasi factual mengenai diagnosis, tindakan diagnosis

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan sekunder dari


atony uterus
Intervensi : Fluid management
a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
b. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa)
c. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt,
osmolalitas urin, albumin, total protein)
d. Monitor vital sign setiap 15 menit-1 jam
e. Monitor status nutrisi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan rupture membrane
Intervensi :
a. Pertahankan teknik aseptif
b. Batasi pengunjung bila perlu
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
d. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
e. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC


Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC
Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai