PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang bidan yang membuka praktik mandiri dapat disebut juga sebagai
wirausahawan. Dimana wirausahawan adalah seorang yang memiliki keahlian
menjual, mulai menawarkan ide hinggá komoditas yakni layanan jasa. Sebagai
pelaku usaha mandiri dalam bentuk layanan jasa kesehatan dituntut untuk
mengetahui dengan baik manajemen usaha. Bidan sebagai pelaku usaha mandiri
dapat berhasil baik dituntut untuk mampu sebagai manajerial dan pelaksana
usaha, di dukung pula kemampuan menyusun perencanaan berdasarkan visi
yang diimplementasikan secara strategis dan mempunyai ke mampuan personal
selling yang baik guna meraih sukses. Diharapkan bidan nantinya mampu
memberikan pelayanan kesehatan sesuai profesi dan mampu mengelola
manajemen pelayanan secara profesional, serta mempunyai jiwa entrepreneur.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui syarat mendirikan usaha.
2. Untuk mengetahui bidang usaha pelayanan kebidanan
3. Untuk mengetahui managemen SDM
4. Untuk mengetahui managemen pemasaran/promosi
5. Untuk mengetahui managemen keuangan, rancangan pembukuan dan
laporan keuangan
6. Untuk mengetahui managemen resiko/pengendalian
C. Manfaat
2. Peralatan
No Peralatan Tidak Steril Peralatan Steril Peralatan Habis
Pakai
1 Tensimeter klem pean Kapas
2 Termometer ½
klem kocher Kain kasa
3 Stetoskop Korentang Plester
4 Timbangan bayi Gunting tali pusat Handuk
5 Timbangan dewasa Gunting benang Pembalut wanita
6 Pengukur panjang bayi Kateter
7 Penghisap lendir Pincet
8 Pita mengukur Kocher tang
9 Sterilisasi Pincet chirurgic
10 Oksigen dengan Cocor bebek
regulator
11 Strilisator Mangkok metal
12 Bak instrumen Pengikat tali pusat
13 Sahli Pengisap lendir
14 Masker Tampon tang
15 Bengkok Tampon vagina
16 Gunting ferband Pemegang jarum
17 Spatel lidah Jarum kulit & otot
18 Jam detik Sarung tangan
19 Reflek hamer Benang sutura
20 Apron Catgur
21 Pengaman mata Doek steril
22 Sarung kaki plastik Sims
23 Semprit disposible
24 Tempat placenta
25 Senter kecil
26 Pakaian ibu dan bayi
27 Sarung tangan karet
28 Tempat kotoran
29 Tempat kain kotor
30 Selimut
31 Kertas lakmus
32 Gelas ukur 500ml
3. Peralatan pencegahan infeksi
a. Wadah anti tembus
b. Tempat sampah basah dan kering
c. Ember
d. Ember plastik tertutup
e. Ember plastik dan sikat
f. DTT set
g. Tempat penyimpanan peralatan
4. Formulir yang disediakan
a. Formulir Informed Consent
b. Formulir ANC
c. Partograf
d. Formulir persalinan / nifas dan KB
e. Formulir rujukan
f. Formulir surat kelahiran
g. Formulir permintaan darah
h. Formulir kematian
5. Media penyuluhan kesehatan
a. Ada poster di dinding
1) Pesan-pesan ASI Ekslusif
2) Pesan Immunisasi
3) Pesan Vitamin A
4) Persalinan
5) Tanda Bahaya
b. Ada leaflet
c. Ada booklet
d. Ada majalah bidan dan lainnya
6. Sarana
a. Rumah terbuat dari tembok
b. Lantai keramik
c. Ruang tempat periksa
d. Ruang perawatan
e. Dapur
f. Kamar mandi
g. Ruang cuci pakaian/alat
h. Ruang tunggu
i. Wastafel
j. Tempat sampah dan tempat parkir
C. Managemen SDM
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam suatu perusahaan disamping faktor lain seperti modal. Oleh
karena itu, SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas
dan efisiensi organisasi, sebagai salah satu fungsi dalam perusahaan yang
dikenal dengan manajemen sumber daya manusia. (Hariandja, 2002: 2)
Manajemen SDM (Sumber Daya Manusia) merupakan suatu proses
menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh,
manajer dan tenaga-tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktifitas
organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Unsur MSDM adalah manusia. Bagian atau unit yang mengurusi SDM adalah
HRD (Human Resource Department), manajemen sumber daya manusia
adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok
suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk
ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi
memerlukannya.
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bagian dari
manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur sumber daya
manusia. Adalah tugas MSDM untuk mengelola unsur manusia secara baik
agar diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya. Dengan demikian
kita dapat mengelompokkan tugas MSDM atas tiga fungsi. (Umar, 1998: 3)
1.Fungsi manajerial : perencanaan. Pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian
2. Fungsi operasional : pengadaan, pengembangan, kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja.
3. Kedudukan MSDM dalam pencapaian tujuan organisasi perusahaan
secara terpadu.
Dari penjelasan diatas serta pendapat ahli tentang definisi MSDM, penulis
mencoba mengartikan definisi MSDM sebagai suatu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan atas pengadaan,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan
hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan
secara terpadu. (Umar, 1998: 3)
Kegiatan dari tiap tahap proses di atas terlukis dalam tabel dibawah ini.
Dari gambar tabel diatas jelas tampak bahwa proses untuk mendapatkan
pegawai dimulai dari menentukan kebutuhan pegawai, lalu menentukan
pekerjaan apa yang membutuhkan pegawai beserta syarat-syarat calon
pegawai yang dapat diterima beserta proses rekrutmen, seleksi dan jika
diterima akan dimulai dengan orientasi bagi pekerja untuk berkenalan dengan
tugas yang akan mereka kerjakan. Selama pegawai bekerja, hendaknya
perusahaan memperhatikan hak-hak pegawai seperti kompensasi,
perencanaan karier, keselamatan kerja dan kesehatan serta pelatihan dan
pengembangan. Dengan terpenuhinya hak-hak mereka, diharapkan
produktivitas dan prestasi kerja mereka akan menghasilkan laba bagi
perusahaan. Selanjutnya, setelah pegawai bekerja, mau tidak mau suatu saat
ia harus berhenti. Mekanisme pemberhentian sering disebut PHK. (Umar,
2000: 116)
D. Managemen Pemasaran
Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan
pemasaran. Menurut Kotler dan Armstrong pemasaran adalah analisis,
perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari program-program yang
dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang
menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan.
Sedangkan manajemen adalah proses perencanaan (Planning),
pengorganisasian (organizing) penggerakan (Actuating) dan pengawasan.
Jadi dapat diartikan bahwa Manajemen Pemasaran adalah sebagai analisis,
perencanaan, penerapan, dan pengendalian program yang dirancang untuk
menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang
menguntungkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai
tujuan – tujuan organisasi.
Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan
pemasaran, yang meliputi:
a. Analisis
Analisis yaitu dengan membuat inventarisasi kelompok sasaran dan
mencari institusi yang dapat yang dapat membantu dan bekerja sama.
Sasaran pemasaran jasa asuhan kebidanan adalah ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, bayi, balita, calon pengantin, pasangan usia subur,
wanita usia menopause, dan lanjut usia.
b. Melakukan riset
Tujuan melakukan riset yaitu untuk mengetahui tanggapan masyarakat
terutama kelompok sasaran terhadap jasa pelayanan yang akan
diberikan.
c. Menyusun strategi pemasaran
Strategi yang digunakan disini merupakan serangkaian tindakan terpadu
menuju keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran adalah :
1) Faktor micro, yaitu perantara pemasaran, pesaing dan masyarakat.
2) Factor macro, yaitu demografi/ ekonomi, politik hukum,
teknologi/fisik dan sosial/ budaya.
3) Strategi pemasaran dari sudut pandang penjual :
a) Tempat yang strategis
b) Produk yang bermutu
c) Harga yang kompetitif
d) Promosi yang gencar
4) Strategi pemasaran dari sudut pandang pembeli/ pelanggan :
a) Kebutuhan dan keinginan pelanggan
b) Biaya
c) Kenyamanan
d) Komunikasi
5) Monitoring dan evaluasi
Kegiatan monitoring adalah proses untuk menemukan kekurangan atau
kesalahan pada strategi yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan
kegiatan untuk mengetahui apakah tujuan dari strategi pemasaran telah
tercapai atau belum
6) Pelaksanaan proses pemasaran
Kegiatan ini menggunakan media yang telah dipersiapkan untuk
menunjang program melalui pesa- pesan sehingga mudah diingat oleh
masyarakat luas atau konsumen
b. Buku Pemasukan.
Setiap sen yang keluar dan masuk ke dalam bisnis Anda
HARUS dicatat ke dalam buku arus kas Anda. Buku
pemasukan berisi tentang catatan setiap uang yang masuk ke
dalam bisnis Anda sehari-harinya.
c. Buku Arus Kas.
Arus kas bisnis Anda harus terus menerus dikontrol agar Anda
tahu apakah perusahaan Anda masih punya cadangan biaya
untuk beroperasi, atau justru sudah lama pailit. Maka,
pencatatan dan pelaporan harus dilakukan dengan seksama dan
teliti.
d. Buku Catatan Stok.
Dengan catatan ini, Anda bisa mengawasi operasional sehari-
hari bisnis Anda. Anda bisa membandingkan antara
pemasukan, pengeluaran untuk stok, dan jumlah barang yang
keluar dari gudang. Apabila tidak sesuai, maka ada beberapa
hal yang patut Anda curigai.
e. Buku Inventaris Barang.
Dengan catatan ini, Anda bisa menjaga setiap aset yang Anda
miliki tetap ada di bawah kendali Anda. Caranya, catat setiap
barang yang Anda beli di sini, setelah Anda mencatatnya pada
buku pengeluaran. Secara berkala, bandingkan antara aset
Anda di buku inventaris dengan buku pengeluaran Anda. Buku
ini sangat efektif untuk bisnis restoran. Misalnya untuk
mengetahui dengan pasti jumlah peralatan masak dan peralatan
makan yang Anda miliki.
f. Buku Laba Rugi.
Buku laba rugi adalah pembukuan sederhana pada suatu
periode akuntansi yang di dalamnya terdiri dari unsur-unsur
seperti pendapatan dan beban perusahaan. Dari sini, Anda bisa
mengetahui laba (atau justru rugi) bersih yang dihasilkan
bisnis Anda.
3. Cara Membuat Pembukuan Sederhana
a. Membuat Catatan Khusus untuk Transaksi Pengeluaran
b. Membuat Catatan Khusus untuk Transaksi Pemasukan
c. Membuat Estimasi Arus Kas
d. Membuat Catatan Stok
e. Membuat Catatan Inventaris Barang
f. Membuat Buku Laba Rugi
g. Neraca
F. Manajemen Resiko/Pengendalian
1. Pengertian Manajement resiko
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa
manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam
mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu
rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian resiko, pengembangan
strategi untuk mengelolanya dan mitigasi resiko dengan menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan sumber daya. Strategi yang dapat diambil
antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari
resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau
semua konsekuensi resiko tertentu. Manajemen resiko tradisional
terfokus pada resiko- resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal
(seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum).
Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen
semua wirausaha. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai
metodenya dapat menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas
menuju keberhasilan di dalam masing-masing aktivitas dari semua
aktivitas. Fokus dari manajemen resiko yang baik adalah identifikasi dan
cara mengatasi resiko. Sasarannya untuk menambah nilai maksimum
berkesinambungan (sustainable) organisasi. Tujuan utama untuk
memahami potensi upside dan downside dari semua faktor yang dapat
memberikan dampak bagi organisasi. Manajemen resiko meningkatkan
kemungkinan sukses, mengurangi kemungkinan kegagalan dan
ketidakpastian dalam memimpin keseluruhan sasaran organisasi.
Manajemen resiko seharusnya bersifat berkelanjutan dan
mengembangkan proses yang bekerja dalam keseluruhan strategi
organisasi dan strategi dalam mengimplementasikan. Manajemen resiko
seharusnya ditujukan untuk menanggulangi suatu permasalahan sesuai
dengan metode yang digunakan dalam melaksanakan aktifitas dalam
suatu organisasi di masa lalu, masa kini dan masa depan.
Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi
dengan kebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk dipimpin
beberapa manajemen senior. Manajemen resiko harus diterjemahkan
sebagai suatu strategi dalam teknis dan sasaran operasional, pemberian
tugas dan tanggung jawab serta kemampuan merespon secara
menyeluruh pada suatu organisasi, di mana setiap manajer dan pekerja
memandang manajemen resiko sebagai bagian dari deskripsi
kerja.Manajemen resiko mendukung akuntabilitas (keterbukaan), kinerja
pengukuran dan reward, mempromosikan efisiensi operasional dari
semua tingkatan.
1. Resiko spekulatif
Resiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi
perusahaan yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat
memberikan kerugian. Resiko spekulatif kadang-kadang dikenal
dengan istilah resiko bisnis (business risk). Seseorang yang
menginvestasikan dananya di suatu tempat menghadapi dua
kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya
menguntungkan atau malah investasinya merugikan. Resiko
yang dihadapi seperti ini adalah resiko spekulatif.
2. Resiko murni
Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat
berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak
mungkin menguntungkan. Salah satu contoh adalah kebakaran,
apabila perusahaan menderita kebakaran, maka perusahaan
tersebut akan menderita kerugian. Kemungkinan yang lain
adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian kebakaran
hanya menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan
kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan maksud-
maksud tertentu. Resiko murni adalah sesuatu yang hanya dapat
berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak
mungkin menguntungkan. Salah satu cara menghindarkan
resiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian besarnya
kerugian dapat diminimalkan. itu sebabnya resiko murni kadang
dikenal dengan istilah resiko yang dapat diasuransikan
( insurable risk ). Perbedaan utama antara resiko spekulatif
dengan resiko murni adalah kemungkinan untung ada atau tidak,
untuk resiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung
sedangkan untuk resiko murni tidak dapat kemungkinan untung.
Kejadian sesungguhnya terkadang menyimpang dari
perkiraan. Artinya ada kemungkinan penyimpangan yang
menguntungkan maupun merugikan. Jika kedua kemungkinan
itu ada, maka dikatakan resiko itu bersifat spekulatif.
Sebaliknya, lawan dari risiko spekulatif adalah resiko murni,
yaitu hanya ada kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai
kemungkinan keuntungan. Manajer resiko tugas utamanya
menangani risiko murni dan tidak menangani risiko spekulatif,
kecuali jika adanya resiko spekulatif memaksanya untuk
menghadapi resiko murni tersebut.
Menentukan sumber resiko adalah penting karena
mempengaruhi cara penanganannya. Sumber resiko dapat
diklasifikasikan sebagai resiko sosial, resiko fisik, dan resiko
ekonomi.
Biaya-biaya yang ditimbulkan karena menanggung resiko
atau ketidakpastian dapat dibagi sebagai berikut:
1. Biaya-biaya dari kerugian yang tidak diharapkan
2. Biaya-biaya dari ketidakpastian itu sendiri
4. Mengidentifikasi resiko
Pengidentifikasian resiko merupakan proses analisa untuk
menemukan secara sistematis dan berkesinambungan atas resiko
(kerugian yang potensial) yang dihadapi perusahaan. Oleh karena itu,
diperlukan checklist untuk pendekatan yang sistematis dalam menentukan
kerugian potensial. Salah satu alternatif sistem pengklasifikasian
kerugian dalam suatu checklist adalah; kerugian hak milik (property
losses), kewajiban mengganti kerugian orang lain (liability losses) dan
kerugian personalia (personnel losses). Checklist yang dibangun
sebelumnya untuk menemukan resiko dan menjelaskan jenis-jenis
kerugian yang dihadapi oleh suatu perusahaan.
Perusahaan yang sifat operasinya kompleks, berdiversifikasi dan
dinamis, maka diperlukan metode yang lebih sistematis untuk
mengeksplorasi semua segi. Metode yang dianjurkan adalah sebagai
berikut:
a. Questioner analisis resiko (risk analysis questionnaire)
b. Metode laporan Keuangan (financial statement method)
c. Metode peta aliran (flow-chart)
d. Inspeksi langsung pada objek
e. Interaksi yang terencana dengan bagian-bagian perusahaan
f. Catatan statistik dari kerugian masa lalu
g. Analisis lingkungan
5. Menganalisa resiko
Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya
adalah pengukuran resiko dengan cara melihat seberapa besar potensi
terjadinya kerusakan (severity) dan probabilitas terjadinya resiko
tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah
subjektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa resiko
memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan
probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada
tahap ini sangatlah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik
supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam
implementasi perencanaan manajemen resiko.
Kesulitan dalam pengukuran resiko adalah menentukan
kemungkinan terjadi suatu resiko karena informasi statistik tidak selalu
tersedia untuk beberapa resiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi
dampak kerusakan (severity) sering kali cukup sulit untuk asset
immaterial.
9. Menangani Resiko
Resiko yang tidak dapat diterima/ditoleransi segera dibuatkan rencana
tindakan untuk meminimalisir kemungkinan dampak terjadinya resiko dan
personel yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana tindakan.
Cara menangani resiko berupa memindahkan resiko melalui asuransi dan
kontrak kerja kepada pihak ketiga, mengurangi tingkat kemungkinan
terjadinya resiko dengan cara menambah/meningkatkan kecukupan
pengendalian internal yang ada pada proses bisnis perusahaan, dan
mengeksploitasi resiko bila tingkat resiko dinilai lebih rendah dibandingkan
dengan peluang terjadinya peristiwa yang akan terjadi. Pemilihan cara
menangani resiko dilakukan dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat,
yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan rencana tindakan lebih
rendah daripada manfaat yang diperoleh dari pengurangan dampak kerugian
resiko.
Seluruh resiko yang diidentifikasi, dianalisis, dievaluasi, dan ditangani
dimasukkan ke dalam register resiko yang memuat informasi mengenai
nama resiko, uraian mengenai indikator resiko, faktor pencetus terjadinya
peristiwa yang merugikan, dampak kerugian bila resiko terjadi, pengendalian
resiko yang ada, ukuran tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko
setelah mempertimbangkan pengendalian yang ada, dan rencana tindakan
untuk meminimalisir tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, serta
personil yang bertanggung jawab melakukannya.
BIDAN
ASISTEN BIDAN
MAHASISWA
6. Managemen Resiko/pengendalian
Selama BPM Y mendirikan BPM alhamdulilah belum pernah mengalami Resiko
yang mengakibatkan kerugian, BPM Y tidak pernah mendapati pasien yang
meninggal di BPMnya, tidak ada komplen dari masyarakat sekitar mengenai
BPM nya, Selama Bidan Y mendirikn BPM di wilayah Rawa makmur
tanggapan dari masyarakat atau aparat Desa sangat positif dan mereka sangat
senang karena dapat membantu masyarakat sekitar.
7. Managemen Keuangan
Dalam proses managemen keuangan bunda rata-rata penghasilan berbulan sekiar
>10 juta, dan sekitar 160 pasien, kemudian dari hasil yang diperoleh
dimanfaatkan untuk keperluan BPM seperti Obat-obatan spuit cairan infuse
sesuai kebutuhan BPM dan juga untuk mengaji asisten bunda, gaji asisten
dihitung 10% dari pendapatan BPM perbulan tidak dipatok dengan nominal
perbulannya. Pengeluaran bunda rata-rata perbulan sekitar 4-5 juta.
8. Rancangan pembukuan sederhana
a. Laopran harian
Rancangan pembukuan di catat setiap hari di buku ANC,Buku Berobat,
KB,Laporan Surat Masuk dan Keluar, Buku Catatan persalinan, Buku
Imunisasi dan Buku kas.
b. Laporan Bulanan
Setiap ANC,Persalinan, Imunisasi, Ibu nifas,pelayanan kesehatan Neonatus
dan Asektor KB setiap bulannya dilaporkan ke puskesmas Beringin Raya.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pembahasan
Bidan Praktek Mandiri (BPM) merupakan bentuk pelayanan kesehatan di
bidang kesehatan dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan
masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang
menjalankan praktek harus memiliki Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) sehingga
dapat menjalankan praktek pada saran kesehatan atau program. (Imamah, 2012 :
01)
Bidan Praktek Mandiri memiliki berbagai persyaratan khusus untuk
menjalankan prakteknya, seperti tempat atau ruangan praktek, peralatan, obat –
obatan. Namun pada kenyataannya BPM sekarang kurang memperhatikan dan
memenuhi kelengkapan praktek serta kebutuhan kliennya. Di samping peralatan
yang kurang lengkap tindakan dalam memberikan pelayanan kurang ramah dan
bersahabat dengan klien. Sehingga masyarakat berasumsi bahwa pelayanan
kesehatan bidan praktek mandiri tersebut kurang memuaskan. (Rhiea, 2011 : 01)
Pelayanan yang diberikan di bidan praktek mandiri meliputi penyuluhan
kesehatan, konseling KB, antenatal care, senam hamil, perawatan payudara,
asuhan persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi, pelayanan KB (IUD,
AKBK, Suntik, Pil), imunisasi (ibu dan bayi), kesehatan reproduksi remaja,
perawatan pasca keguguran. Selain itu, bidan praktek mandiri melayani
pemeriksaan untuk orang yang sakit, kemudian memberi pelayanan kesehatan
terhadap WUS (wanita usia subur ) serta LANSIA (lanjut usia). (Imamah, 2011 :
01)
Tingginya permintaan masyarakat terhadap peran aktif Bidan dalam
memberikan pelayanan terus meningkat. Ini merupakan bukti bahwa eksistensi
Bidan di tengah masyarakat semakin memperoleh kepercayaan, pengakuan dan
penghargaan.
Berdasarkan hal inilah, Bidan dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan
kemampuan sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas
pelayanannya termasuk pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi. Karena hanya melalui pelayanan berkualitas pelayanan yang terbaik
dan terjangkau yang diberikan oleh Bidan, kepuasan pelanggan baik kepada
individu, keluarga dan masyarakat dapat tercapai. (Ambarwati, 2010 : 0l)
Dengan demikian bunda memberi nama BPM nya yaitu BPM Yati
Suheli,Amd.Keb yang beralamat di rawa makmur. Selain membuka PMB bidan
Yati juga bekerja di puskesmas Beringin Raya,Bidan Yati memiliki dua orang
asisten, dan sistem pembagian gaji 10% setiap bulannya, bidan yati menerima
mahasiswi magang dari seluruh instansi akan tetapi untuk saat ini ada tiga
instansi yang bekerjasama bersama bidan yati.
Bidan yati tidak memasangkan iklan pada media sosial dan media cetak akan
tetapi melalui pelayanan yang baik, tanpa membeda- bedakan setiap pasien,
maka melaui pasien secara tidak langsung telah di promosikan atas pelayanan
yang memuaskan.
Bidan Yati sudah memiliki surat izin kepemilikan bangunan,surat tanda
registrasi dan surat izin praktek bidan, Bidan Yati tidak memasang tarif. Bidan
Yati memiliki 2 tempat tidur bersalin, 2 tenpat tidur perawatan, ruang tunggu
keluarga pasien, ruang pendaftaran,ruang obat, kamar mandi, dan dapur.
Untuk pembuangan limba Bidan Yati memisahkan limba medis dan limba
non medis. Limba medis di bawah kepuskesmas untuk diolah lebih lanjut.
BAB V
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, Bidan Praktek
Mandiri (BPM) merupakan bentuk pelayanan kesehatan dibidang kesehatan dasar.
Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai dengan
kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang menjalankan praktek harus memiliki
Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) sehingga dapat menjalankan praktek pada
sarana kesehatan atau program.
B. Saran
Adapun saran kami untuk bidan “Y” tetaplah menjadi bidan yang
profesional dan bertanggung jawab terhadap tugas yang telah dipercayai. dan
untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak,
Serta memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang Bidan Praktek Mandiri
sehingga mahasiswa menjadi lebih tahu dan bisa menjadi calon bidan yang
berguna juga kelaknya.
DOKUMENTASI