Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

MATERNAL DAN NEONATAL


DETEKSI DINI TERHADAP KOMPLIKASI DAN KELAINAN
PADA IBU HAMIL

Disusun Oleh Kelompok 3:


1. Agita Monalisa 7. Klara Nisa Amanda
2. Arysta G.P. Dimagah 8. Ledia Santika Sapitri
3. Atika Yepi Sari 9. Mauliya Widiyawati
4. Dwi Nurma Nela 10. Rike Nur Safitri
5. Febri Melati 11. Rise Kurnia
6. Fourtiya Mayu Sari 12. Yuni Lorida Hasugian

Dosen Pembimbing:
Nispi Yulyana, SST. M.Keb

Tingkat II A

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PRODI DIII KEBIDANAN
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya.
Sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Deteksi Dini Terhadap Komplikasi
dan Kelainan pada Ibu Hamil“ sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal, dan tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada :

1. Bunda Nispi Yulyana, SST, M. Keb selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal yang telah memberikan pengarahan.
2. Serta semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini yang tidak bisa
penyusun sebutkan satu per satu.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak yang perlu
disempurnakan. Untuk itu saran, kritik, dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun sendiri dan semua
pihak.

Bengkulu, Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Deteksi Dini Terhadap Komplikasi dan Kelainan pada Ibu Hamil
B. Asuhan Kegawatdaruratan pada Ibu Hamil TM 1
1. Abortus
2. KET
3. Mola Hidatidosa
4. HEG
C. Praktik
1. Pengkajian Data Subjektif
2. Pengkajian Data Objektif
3. Menentukan Diagnosa
4. Menentukan Tindakan
5. Menentukan Evaluasi Asuhan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Deteksi Dini Terhadap Komplikasi dan Kelainan pada Ibu Hamil


1. Pengertian Deteksi Dini
Deteksi dini yaitu melakukan tindakan untuk mengetahui seawal mungkin adanya
kelainan, komplikasi, dan penyakit ibu selama kehamilan yang dapat menjadi penyulit
ataupun komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan bayi dalam persalinan, serta nifas.

2. Prinsip Deteksi Dini


Prinsip deteksi dini yaitu melakukan skrining secara teratur dan ketat terhadap adanya
kelainan, komplikasi, dan penyakit dalam kehamilan, persalinan dan nifas

3. Manfaat Deteksi Dini


Manfaat dari deteksi dini yaitu diharapkan dapat mencegah komplikasi lebih lanjut atau
meminimalkan resiko akibat terjadinya komplikasi. Hal-hal yang harus dilakukan dalam
deteksi dini adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kehamilan dini (early Ante Natal Care [ANC] detection)
 Idealnya, setiap wanita hamil memeriksakan diri ketika terlambat haid sekurangnya 1
bulan, maka jika ada kelainan yang akan timbul dapat segera teratasi
 Pemeriksaan dilakukan secara (head to toe) dan pemeriksaan ginekologi
 Pada primigravida perlu dilaksanakan pemeriksaan panggul untuk mendeteksi adanya
abnormalitas pada bentuk dan ukuran panggul
b. Pemeriksaan ANC secara rutin
Pelayanan ANC sangat penting untuk mendeteksi secara dini komplikasi dan penyulit
persalinan, serta mendidik wanita dan keluarga tentang kehamilan, persalinan, dan nifas
 Trimester I : 4 minggu sekali (< 14 minggu)
 Trimester II : 2 minggu sekali (< 28 minggu)
 Trimester III : 1 minggu sekali (> 28 minggu)
c. Pemeriksaan yang difokuskan pada ANC
Elemen-elemen penting pada kunjungan ANC pertama kali adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan Fisik Umum
 Tinggi Badan
 Berat Badan
 Tanda-tanda vital : tekanan darah, denyut nadi, suhu
2) Kepala dan leher
 Edema di wajah
 Ikterus pada mata
 Bibir pucat
 Leher, meliputi pembengkakan saluran limfe atau pembengkakan kelenjar tiroid
3) Tangan dan kaki
 Edema di jari tangan
 Kuku jari pucat
 Varises vena
 Refleks
4) Payudara
 Ukuran dan kesimetrisan
 Putting payudara menonjol/masuk
 Keluarnya kolostrum atau cairan lain
 Retraksi, dimpling
 Massa
 Nodul aksila
5) Abdomen
 Luka bekas operasi
 Tinggi fundus uteri (jika > 12 minggu dilakukan dengan palpasi, setelah 22 minggu
menggunakan pita ukur)
 Letak, presentasi, posisi, dan penurunan kepala dengan maneuver Leopold (kalau
>36 minggu)
 DJJ (jika > 18 minggu
6) Genetalia luar (Eksterna)
 Varises
 Perdarahan
 Luka
 Cairan yang keluar
 Pengeluaran dari uretra dan skene
 Kelenjar bartholin bengkak (massa), cairan yang keluar
7) Genetalia dalam (Interna)
 Serviks, meliputi : cairan yang keluar, luka (lesi), konsistensi, posisi, mobilitas,
tertutup atau terbuka
 Vagina, meliputi cairan yang keluar, luka, darah
 Ukuran adneksa, bentuk, posisi, mobilitas, kelunakan, massa (pada trimester
pertama)
 Uterus meliputi : ukuran, bentuk, posisi, mobilitas, kelunakan, massa (pada
trimester pertama)

Elemen-elemen penting dari pemeriksaan selama kunjungan ulang ANC :


1) Riwayat kehamilan sekarang
 Gerakan janin (penyulit)
 Setiap masalah atau tanda-tanda bahaya
 Keluhan-keluhan lazim dalam kehamilan
 Kekhawatiran-kekhawatiran lainnya
2) Pemeriksaan fisik
 Berat badan
 Tekanan darah
 Pengukuran tinggi fundus
 Palpasi abdomen untuk mendeteksi kehamilan ganda (setelah 28 minggu)
 Maneuver Leopold untuk mendeteksi kelainan letak (setelah 36 minggu)
 DJJ (setelah 18 minggu)
3) Pemeriksaan laboratorium protein urine
Pemeriksaan protein urine merupakan cara yang efektif untuk mendeteksi preeklamsia,
suatu kondisi yang membahayakan ibu hamil.
Informasi penting yang dikumpulkan pada setiap kunjungan antenatal (Pusdiknakes
WHO, 2001) adalah sebagai berikut :
a. Trimester I
 Membina hubungan saling percaya
 Mendeteksi masalah yang dapat diobati
 Mencegah masalah (suntik tetanus toksoid, anemia zat besi, penggunaan praktik
tradisional yang merugikan)
 Memulai persiapan persalinan dan siap menghadapi komplikasi
 Mendorong perilaku sehat (nutrisi, latihan kebersihan, istirahat, dan sebagainya)
b. Trimester II
Sama seperti TM I, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklamsia (teliti tanda-
tandanya)
c. Trimester III
Sama seperti TM I dan II, ditambah palpasi abdomen untuk mendeteksi kehamilan
ganda, deteksi kelainan letak janin, atau kondisi yang memerlukan rujukan

4. Tanda-tanda Bahaya selama Periode Antenatal


Enam tanda bahaya selama periode antenatal adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan per vaginam
b. Sakit kepala yang hebat, menetap, yang tidak hilang
c. Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja)
d. Nyeri abdomen yang hebat
e. Bengkak pada muka atau tangan
f. Bayi kurang bergerak seperti biasa
Jika bidan mengidentifikasi/menemukan suatu tanda bahaya, maka langkah berikutnya
adalah melaksanakan untuk membuat diagnosis dan membuat rencana penatalaksaan
yang sesuai.
5. Skrining Kompilasi, Kelainan, dan Penyakit
a. Pemeriksaan USG
USG merupakan suatu media diagnostik dengan menggunakan gelombang ultrasonik
untuk mempelajari struktur jaringan berdasarkan gambaran ecko dari gelombang
ultrasonik. Pemeriksaaan USG saat ini dipandang sebagai metode pemeriksaan yang
aman.
Pemeriksaan USG pada kehamilan normal usia 5 minggu struktur kantong gestasi
intrauterin dapat dideteksi dimana diameternya sudah mencapai 5-10 mm. Jika
dihubungkan dengan kadar HCG pada saat itu kadarnya sudah mencapai 6000-6500 mlU/
ml. Dari kenyataan ini bisa juga diartikan bahwa kadar HCG yang lebih dari 6500 mlU/
ml tidak dijumpai adanya kantong gestasi intrauterin, maka kemungkinan kehamilan
ektopik. Jika dicurigai sesuatu yang abnormal, bidan harus merujuk ibu hamil

b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hemoglobin (Hb) secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan
yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia. Kadar Hb 11 gr% dianggap sebagai
batas normal terendah dalam masa kehamilan.
Untuk saat ini, anemia dalam kehamilan di Indonesia ditetapkan dengan kadar Hb < 11
gr% pada trimester I dan III atau < 10,5 gr% pada trimester II.

B. Asuhan Kegawatdaruratan pada Ibu Hamil TM I


1. Abortus
a) Pengertian
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi atau berakhirnya kehamilan sebelum
janin dapat hidup didunia luar (viable), tanpa mempersoalkan penyebabnya dengan berat
badan <500 gram atau umur kehamilan <20 minggu.

b) Tanda dan Gejala


Penyebab abortus merupakan gabungan dari berberapa faktor. Umumnya abortus
didahului oleh kematian janin. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus,
yaitu :
1. Faktor janin
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan
zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus
pada trimester pertama, yakni :
a. Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio atau kelainan
kromosom (monosomi, trisomi, atau poliploidi)
b. Embrio dengan kelainan local
c. Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas)
2. Faktor maternal
a. Infeksi-infeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin yang sedang
berkembang, terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua.
Tidak ketahui penyebabnya kematian janin secara pasti, apakah janin yang menjadi
terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya.
Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus :
 Virus. Misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes simpleks, varicella zoster,
vaccinia, campak, hepatitis, polio, dan ensefalo-mielitis.
 Bakteri. Misalnya salmonella typhi.
 Parasite. Misalnya toxoplasma gondii, plasmodium.
b. Penyakit vaskuler. Misalnya hipertensi vaskuler
c. Kelainan endokrin. Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesterone tidak
mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid, defesiensi insulin.
d. Faktor imunologis. Ketidakcocokan (inkompatibilitas) system HLA (Human
Leukocyte Antigen).
e. Trauma. Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma
tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan:
 Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum graviditatum sebelum
minggu ke-8
 Pembedahan intraabdominal dan oprasi pada uterus pada saat hamil.
f. Kelainan uterus. Hypoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks
inkompeten atau retroflexia uteri gravidi incarcerate.
g. Faktor psikosomatik. Pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.
3. Faktor Eksternal
a. Radiasi. Dosis 1-10 red bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama dapat
merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
b. Obat-obatan. Antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain-lain. Sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah dibuktikan
bahwa obat tersebut tidak membahayakan janin, atau untuk pengobatan penyakit
ibu yang parah.
c. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzene.

c) Patofisiologi
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian
diikuti dengan pendarahan kedalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan
nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan
pervaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan
sebagai benda asing dalam rongga Rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai,
dan segera setelah itu terjadi pendorongan benda asing itu keluar rongga Rahim (ekspulasi).
Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama
2 minggu sebelum pendarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin
tidak layak dilakukan jika terjadi perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari.
Sebelum minggu ke-10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini
disebabkan sebelum mingu ke-10 vili koialis belum menanamkan diri erat kedalam desidua
hingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke-10-12 korion tumbuh
dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua makin erat hingga mulai saat
tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal kalua terjadi abortus. Pengeluaran hasil
konsepsi didasarkan 4 cara :
1. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan sisa desidua.
2. Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan korion dan desidua.
3. Pecahnya amnion terjadi dengan putunya tali pusat dan pendorongan janin keluar, tetapi
mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya jani yang dikeluarkan)
4. Seluruhnya janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh. Sebagian besar
abortus termasuk dalam tga tipe pertama, karena itu kuretasi diperlukan untuk
membersihkan uterus dan mencegah perdarahan atau infeksi lebih lanjut.

d) Klasifikasi
Abortus dapat diklasifikasikan berdasarkan kejadian dan gamabara klien.
1. Berdasarkan kejadian
a. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi media maupun
mekanis, atau terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan
sendiri.
b. Abortus buatan/abortus provokatus (disengaja,digugurkan) dibagi menjadi sebagai
berikut :
 Abortus buatan menurut indikasi media (abortus provokatus artisifialis atau
theraupeticus). Abortus ini sengaja dilakukan sehingga kehamilan dapat
diakhiri. Upaya menghilangkan hasil konsepsi dilakukan atas indikasi untuk
menyelamatkan jiwa ibu, misalnya: penyakit jantung, hipertensi esensial, dan
karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang terdiri atas
dokter ahli kebidanan, penyakit dalam, dan psikiater atau psikolog.
 Abortus buatan criminal (abortus provocatus ciminalis) adalah pengguguran
kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang tidak berwenang dan
dilarang oleh hokum.

2. Berdasarkan gambaran klinis


a. Abortus iminens (keguguran mengancam)
Abortus ini baru mengencam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya.
Ostium uteri tertutup, uterus sesuai umur kehamilan. Didiagnosis bila seorang wanita
hamil < 20 minggu mengeluarkan darah sedikit per vaginam. Pendarahan dapat
berlanjut berberapa hari atau dapat berulang. Dapat disertai rasa nyeri perut bawah
atau punggung bawah.

b. Abortus insipiens (keguguran berlangsung)


Abotus ini sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi. Ostium terbuka,
terapa ketuban, dan berlangsung hanya berberapa jam saja. Abotus insipiens
didagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang
keluar gumpalan darah yang disertai nyeri karena kontraksi Rahim kuat dan
ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban
dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan
jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi, oleh karena itu, evakuasi harus
segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada
keadaan ini merupakan kontraindikasi.
c. Abortus inkompletus
(keguguran tidak
lengkap)
Abortus inkomplet didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir
atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta) masih
tertinggal didalam Rahim. Perdarahan terus berlangsung banyak dan membahayakan
ibu. Serviks sering
tetap terbuka karena
masih ada benda
didalam Rahim yang
dianggap sebagai
benda asing (corpus
alienum). Oleh karena
itu, uterus akan
berusaha
mengeluarkannya
dengan mengadakan
kontraksi sehingga ibu
merasakan nyeri.
d. Abortus kompletus (keguguran lengkap)
Seluruh bayi telah dilahirkan dengan lengkap, ostium tetutup, uterus lebih kecil
dari umur kehamilan atau ostium terbuka, dan kavum uteri kosong. Pada abortus ini,
perdarahan segera berkurang setelah isi Rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya
perdarahan berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka Rahim telah sembuh.
Serviks juga dengan segera menutup kembali.

e. Abortus tertunda (missed abortion)


Keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke-20, tetapi tertanam didalam
Rahim selama berberapa minggu (8 minggu atau lebih)
setelah janin mati. Saat terjadinya kematian janin kadang-
kadang ada perdarahan per vaginam sedikit sehingga
menimbulkan gambaran abortus imniens. Selanjutnya
Rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorpsi air ketuban dan meserasi
janin.
f. Abortus habitualis (keguguran berulang)
Abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3 kali
berturut-turut. Kejadiannya jauh lebih sedikit dari pada abortus spontan (kuraang dari
1%).

2. Kehamilan Ektopik

a) Pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi diluar rongga Rahim (kavum
uteri). Istilah ektopik berasal dari Bahasa inggris, yaitu ectopic, dengan akar kata dari
Bahasa yunani, topos yang berarti tempat. Jadi, istilah ektopik dapat diartikan
sebagai kehamilan diluar rongga Rahim, kehamilan didalam Rahim yang bukan pada
tempat seharusnya, juga dimasukan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya
kehamilan yang terjadi pada kornu uteri. Hal ini yang membedakan dengan istilah
kehamilan ekstrauterina.
b) Tanda dan gejala
Etiologi kehamilan ektopik biasanya disebabkan oleh terjadinya hambatan pada
perjalanan sel telur, dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Pada kasus yang
jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari
indung telur sisi yang satu, masuk kesaluran telur sisi seberangnya.
Kehamilan ektopik merupakan penyebab utama yang keempat dari seluruh
mortalitas ibu dan penyebab yang paling lazim dari mortalitas ibu dalam trimester
pertama. Lebih dari 95 % kehamilan ektopik tumbuh diberbagai anatomi pada tuba
fallopi, termasuk bagian interstitial 1 %, istmus 5 %, ampularis 85 %, dan
infundubularis 9 %. Tempat implantasi lain yang lebih jarang adalah serviks,
ovarium, sampai peritoneum.

c) Patofisiologi
Ovum yang telah dibuahi berimplantasi ditempat lain selain diendometrium
kavum uteri. Prinsip patofisiologi : gangguan/interferensi mekanik terhadap ovum
yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Kejadian ini sering
terjadi pada hal-hal berikut ini :
1. Kelainan tuba atau adanya riwayat penyakit tuba (misalnya : salpingitis),
menyebabkan okulasi atau kerusakan silia tuba.
2. Riwayat oprasi tuba,sterilisasi, dan sebagainya.
3. Riwayat penyakit radang panggul lainnya.
4. Penggunaan IUD yang mencegah terjadinya implantasi intrauterine.
5. Ovulasi yang multiple akibat induksi obat-obatan, usaha fertilisasi in vitro, dan
sebagainya. Isi konsepsi yang berimplantasi melakukan penetrasi terhadap lamina
propria dan pars muskularis dinding tuba.
6. Abortus provokatus dengan infeksi. Makin sering dilakukan abortus provokatus
makin tinggi kemungkinan terjadi salpingitis.
7. Adhesi peritubal yang terjadi setelah infeksi seperti apendisitis atau endometrium
tuba dapat tertekuk atau menyempit.
8. Pernah menderita kehamilan ektopik sebelumnya.
Kerusakan tuba lebih lanjut disebabkan oleh pertumbuhan incasif jaringan
trofoblas. Oleh karena trofoblas menginvasi pembuluh darah dinding tuba, maka
terjadi hubungan sirkulasi yang memungkinkan jaringan konsepsi bertumbuh. Pada
suatu saat, kebutuhan embrio didalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai
darah dari vaskularisasi tuba tersebut.
Kadang-kadang nidasi juga terjadi difimbria.dari bentuk diatas secara sekunder
dapat terjadi kehamilan tuba abdominal, tuba ovarial, atau kehamilan dalam
ligamentum lantum. Kehamilan paling sering terjadi dalam ampula tuba. Implantasi
telur dapat bersifat kolumnar yaitu implantasi pada puncak lipatan selaput tuba dan
terlur terletak dalam lipatan selaput lender. Bila kehamilan pecah, akan pecah
kedalam lumen tuba (abortus tuber).
Telur juga dapat menembus epitel dan berimplantasi interkolumnar, terletak
dalam lipatan selaput lender, yaitu telur masuk kedalam lapisan otot tuba karena tuba
tidak mempunyai desidua. Bila kehamilan pecah, hasil konsepsi akan masuk kedalam
rongga peritoneum (ruptur tuba). Walaupun kehamilan terjadi diluar Rahim, Rahim
juga akan ikut membesar karena hipertrofi dari otot-ototnya yang disebabkan oleh
pengaruh hormone-hormon yang dihasilkan trofoblas, begitu pula endometriumnya
berubah menjadi desidua vera.
Berberapa kemungkinan tempat terjadinya implantasi adalah dituba fallopi (paling
sering 90-95 % dan 70-80 % diampulla), serviks, ovarium, abdomen, dan sebagainya.
Kejadian implantasi patologis paling sering terjadi didinding lumen tuba karena tuba
merupakan jalur utama perjalanan ovum.

d) Klasifikasi Kehamilan Ektopik


1. Kehamilan Tuba
Menurut tempat nidasinya, dibedakan menjadi berikut ini :
a. Kehamilan ampulla (terjadi dalam ampula tuba)
b. Kehamilan istmus (terjadi dalam istmus tuba)
c. Kehamilan interstisial (terjadi dalam pars instisialis tuba)
Kehamilan tuba tidak dapat mencapai cukup bulan, biasanya berakhir pada
minggu ke-6-12, keadaan yang paling sering antara minggu ke-6-8. Berakhirnya
kehamilan tuba ada dua acara, yaitu abortus tuba dan ruptur tuba.
1) Abortus tuba
Telur yang terus membesar menembus endosalping(selaput lendirt tuba),masuk
ke lumen dan dikeluarkan didaerah infundibulum.hal ini terutama terjadi jika telur
berimplantasi didaerah ampula tuba.disni biasanya telur tertanam kolumnar karena
lipatan-lipatan selaput lendir tinggi dan banyak,selain itu rongga tuba agak besar
hingga telur mudah tumbuh kearah rongga tuba dan lebih muda menembus desista
kapsularis yang tipis dari lapisan otot tuba.
Abortus tuba terjadi kira-kira antara minggu ke 6-12.perdarahan yang keluar dari
ujung tuba dan mengisi kavum douglas,terjadilah hematokel retrouterin.ada kalanya
ujung tuba tertutup karena perlengketan-perlengketan hingga darah terkumpul
didalam tuba dan menggembungkan tuba yang disebut hematosalping.

2) Ruptur tuba
Terutama terjadi jika telur berimplantasi di istmus.pada peristiwa ini, lipatan-
lipatan selaput lendir tidak seberapa,jadi besar kemungkinan terjadi implantasi
interkolumnar.trofoblas cepat sampai kelapisan otot dan kemungkinan pertumbuhan
kearah tuba sempit.oleh karena itu,telur menembus dinding tuba kearah rongga perut
atau peritoneum.

2. Kehamilan Servikal
Kehamilan servikal jarang terjadi. Pad implantasi diserviks, dapat terjadi perdarahan
tanpa disertai nyeri, dan kemungkinan terjadinya abortus spontan sangat besar. Jika
kehamilan tumbuh sampai besar, perdarahan/ruptur yang terjadi sangat berat sehingga
sering diperlakukan tindakan histerektomi total. Kriteria kehamilan servikal menurut
rubin (1911) adalah sebagai berikut :
a. Kelenjar serviks harus ditemukan diseberang tempat implantasi plasenta.
b. Tempat implantasi plasenta harus berada dibawah arteri uterine atau peritoneum
viserale uterus.
c. Janin tidak boleh terdapat didaerah korpus uterus.
d. Implantasi plasenta diserviks harus kuat.
Kriteria menurut rubin sulit diterapkan secara klinis karena memenuhi histerektomi
total untuk memastikannya. Kriteria klinis menurut palman & McElin (1959) untuk
kehamilan servikal lebih dapat diterapkan secara klinis, yaitu sebagai berikut :
a. Ostimus uteri internum tertutup.
b. Ostimus uteri ekternum terbuka sebagian
c. Hasil konsepsi terletak didalam endoserviks.
d. Perdarahan uterus setelah fase amenorea, tanpa disertai nyeri
e. Serviks lunak, membesar, dapat lebih besar daripada fundus (hour-glass uterus)

3. Kehamilan ovarial
Kehamilan ovarial ditegakkan atas dasar kriteria spiegelberg, yaitu sebagai berikut :
1. Tuba pada sisi kehamilan harus normal
2. Kantung janin harus terletak dalam ovarium
3. Jantung janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovarii propirum.
4. Jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantung janin.
Pada kenyataannya kriteria ini sulit dipenuhi,karena umumnya telah terjadi
kerusakan jaringan ovarium,pertumbuhan trofoblas yang luas,dan perdarahan
menyebabkan topografi kabur sehingga pengenalan implantasi permukaan ovum sukar
ditentukan secara pasti.

4. Kehamilan Interstisial
Implantasi telur biasanya terjadi dalam pers intitialis tuba. Miometrium memiliki
lapisan yang lebih tebah sehingga reptur terjadi lebih lambat kira-kira terjadi pada bulan
ke-3 atau ke-4. Apabila terjadi reptur, maka akan terjadi perdarahan yang hebat karena
tempat ini banyak terdapat pembuluh darah sehingga dalam waktu yang singkat dapat
terjadi kematian.
5. Kehamilan Abdominal
Kehamilan abdominal terbagi atas dua, yaitu sebagai berikut:
1. Kehamilan abdominal primer ; terjadi bila telur dari awal mengadakan implantasi
dalam rongga perut.
2. Kehamilan abdominal skunder ; berasal kehamilan tuba dan setelah rupture baru
mengalami kehamilan abdominal.

e) Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)


Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar
endometrium kavum uteri. Sebesar 90 % kehamilan ektopik tejadi di tuba. Kehamilan
ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur apabila masa kehamilan berkembang melebihi
ruang kapasitas ruang implantasi dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik
terganggu. Sebagaian besar penyebabnya belum diketahui. Gelaja yang timbul pada saat
kehamilan ektopik adalah sebagai berikut :
1. Kehamilan ektopik yang belum terganggu
Sama seperti hamil muda, namun disertai perdarahan bercak berulang. Tanda tidak umum
adanya massa lunak diadneksa dan nyeri goyang pada porsio.
2. Kehamilan ektopik terganggu (KET)
Ditemui kondisi gawat darurat dan abdominal akut seperti pucat/anemis kedasaran
menurun, syok, perut kembung, nyeri perut bagian bawah dan nyeri goyang pada porsio.

3. Mola Hidatidosa

a) Pengertian
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan dimana hasil konsepsi tidak berkembang
menjadi embrio, tetapi terjadi proliferesi dari vili koriales disertai dengaan digenerasi
hidropik.Gejala awal tidak beda dengan kehamilan biasa yaitu mual, muntah, pusing, dan
lain-lain, hanya saja derajat keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya perkembangan
lebih pesat sehingga pada umumnya besar uterus lebih besar dari umur kehamilan. Tanda
pasti kehamilan seperti ballottement dan denyut jantung janin tidak
berkembang.Perdarahan merupakan gejala utama, oleh karena itu umumnya penderita
mengalami anemia. UDG sangat membantu dalam diagnosis.

b) Tanda dan Gejala


Sampai sekarang belum diketahui etiologi dari penyakit ini. Yang baru diketahui
adalah faktor resiko seperti :
1. Umur – Mola hidatidosa lebih banyak ditemukan pada wanita hamil berumur dibawah
20 tahun dan diatas 35 tahun.
2. Etnik – Lebih banyak ditemukan pada mongloid daripada kehamilan.
3. Genetik – Wanita dengan balanced translocation mempunyai resiko lebih tinggi.
4. Gizi – Mola hidatidosa banyak ditemukan pada mereka yang kekurangan protein.

c) Patofisiologi
Resiko kematian/kesakitan pada penderita mola hidatidosa meningkat karena
perdarahan, proforasi uterus, preeklamsi berat, tirotoksikosis atau infeksi. Akan tetapi,
sekarang kematian karena mola hidatidosa sudah jarang sekali. Segera setelah jaringan
mola dikeluarkan, uterus akan mengecil, kadar hCG menurun dan akan mencapai kadar
normal sekitar 10-12 minggu pasca evakuasi. Kista luterin juga akan mengecil lagi. Pada
berberapa kasus pengecilan ini bida mengambil waktu berberapa bulan.
Sebagian besar penderita mola hidatidosa akan baik kembali setelah kuretasi. Bila
hamil lagi, umumnya berjalan normal. Mola hidatidoosa berulang dapat terjadi, tetapi
jarang. Walaupun demikian, 15-20 % dari penderita pasca mola hidatidosa dapat
mengalami degenerasi keganasan menjadi tumor trofoblas gestasioner (TTG) baik berupa
mola invasif, koriokarsinoma, maupun placental site trophoblastic tumor (PSTT).
Keganasan ini biasanya terjadi pada satu tahun pertama pasca evakuasi, yang
terbanyak dalam enam bulan pertama. MHP lebih jarang menjadi ganas. Faktor resiko
terjadinya TTG pasca mola hidatidosa adalah umur diatas 35 tahun, uterus diatas 20
minggu, kadar hCG preevakuasi diatas 100.000 IU/L dan kista lutein bilateral.

d) Klasifikasi
1. Mola Hidatidosa Komplet (MHK) – Merupakan kehamilan abnormal tanpa
embrio yang seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi hidropik yang
menyerupai anggur. Mikroskopik tampak edema stroma vili tanpa vaskularisasi
disertai hyperplasia dari kedua lapisan trofoblas. Secara sitogenik umumnya
bersifat diploid 46 XX, sebagian hasil pembuahan satu ovum, tidak berinti atau
intinya tidak aktif, dibuahi oleh sperma yang mengandung 23 X kromosom, yang
kemudian mengadakan duplikasi menjadi 42 XX. Jadi umumnya MHK bersifat
homozigot, wanita dan berasal dari bapak (androgenetic)
2. Mola Hidatidosa Parsial (MHP) – Seperti pada MHK, tetapi disini masih
ditemukan embrio yang biasanya mata pada masa dini. Degenerasi hidropik dari
vili bersifat setempat, dan yang mengalami hiperplasi hanya sinsitio trofoblas saja.
Gambaran yang khas adalah crinkling atau scalloping dari vili dan stromal
trophoblastic inclusions.

e) Diagnosis
Kehamilan mola hidatidosa dapat diperkirakan bila ditemukan hal-hal tersebut
dibawah ini :
1. Amenore
2. Perdarahan per vaginam
3. Uterus lebih besar dari tuanya kehamilan
4. Tidak ditemukan tanda pasti kehamilan
5. Kadar β-hCG yang tinggi
Penentuan diagnostic dilakukan dengan USG, yaitu ditemukan gambaran
vasikuler (gambaran badai salju).
f) Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan mola adalah evakuasi dan evaluasi
1. Setelah diagnosis ditegakkan, harus segera dilakukan vakum kuret.
2. Pemeriksaan tindak lanjut setelah kuretase perlu dilakukan mengingat adanya
kemungkinan keganasan setelah molahiatidosa. Kadar HCG dipantau hingga
minimal 1 tahun pasca-kuretase. Kadar yang menetap atau meninggal setelah 8
minggu pasca-kuretase menunjukan masih terdapat trofoblas aktif
3. Penundaan kehamilan sampai 6 bulan setelah kadar β-hCG normal
4. Mola hidatidosa dengan resiko tinggi harus diberikan kemotrapi.

4) Hiperemesis Gravidarum (HEG)

1. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah gejala mual dan muntah yang berlebihan pada ibu
hamil. Istilah hyperemesis gravidarum dengan ganggun metabolic yang bermakna karena
mual dan muntah. Penderita hyperemesis gravidarium biasanya dirawat di rumah sakit.
Etiologinya belum pasti. Diduga ada hubungannya dengan paritas, hormonal, neurologis,
metabolic, stress psikologis, keracunan, dan tipe kepribadian.
Insiden dari hyperemesis gravidarum adalah 0,5-10/1000 kehamilan.kemungkinan
terjadinya penyakit ini adalah tinggipada orang kulit putih (16/1000 kelahiran)dan
rendah pada orang kulit hitam (7/1000 kelahiran).penyakit ini rata-rata muncul pada usia
kehamilan 8-12 minggu.
Hyperemesis gravidarum sering disertai dengan dehidrasi (kehilangan
BB>5%)gangguan elektrolit dan ketosis.sebaiknya penyebab dari mual muntah segera
dievaluasi.kemungkinan penyebabnya mual muntah dalam kehamilan adalah
hipertirodism,mola hidatidosa,dan hepatitis.

2. Tanda dan Gejala


Insiden dari hyperemesis gravidarium adalah 0,5 – 10/1.000 kehamilan. Kemungkinan
terjadinya penyakit ini adalah tinggi pada orang kulit putih (16/1.000 kelahiran) dan rendah
pada orang kulit hitam (7/1.000 kelahiran). Penyakit ini rata-rata muncul pada usia
kehamilan 8-12 minggu.
Hiperemesis gravidarum sering disertai dengan dehidrasi (kehilangan BB ≥ 5 %),
gangguan elektrolit, dan ketosis. Sebaiknya penyebab dari mual muntah segera dievaluasi.
Kemungkinan penyebabnya mual muntah dalam kehamilan adalah hipertiroidism, mola
hidatidosa, dan hepatitis.

3. Patofisiologi
Penyebab hyperemesis gravidarum dibagi dalam berberapa tingkat yaitu sebagai
berikut.
1. Tingkat 1

Gejala : Lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, nyeri


epigastrium, nadi meningkat, turgor kulit berkurang, tekanan
darah sistolik menurun, lidah kering, dan mata cekung.
2. Tingkat 2

Gejala : Apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata sedikit
ikterik, kadang suhu sedikit meningkat, oliguria, serta aseton
tercium dalam hawa pernapasan.

3. Tingkat 3

Gejala : Keadaan umum lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti, kesadaran


menurun dari somnolen sampai koma, nadi lebih cepat, tekanan darah
lebih turun, komplikasi fatal ensefalopati Wernicke :nystagmus,
diplopia, perubahan mental dan ikterik
4. Penatalaksanaan
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penyakit hyperemesis gravidarum
adalah sebagai berikut.
1. Analisis urine, kultur urine, menilai peningkatan endapan spesifik, infeksi atau
bilirubinuria, HCG urine atau darah.
2. Darah rutin
3. Na, Cl, K, glukosa, kreatinin, dan asam urat
4. Fungsi hati (SGOT, SGPT, alkaline fosfatase)
5. Pemeriksaan tiroid (tiroksin dan TSH)
6. USG untuk menyingkirkan kemungkinan mola.
Jika kondisinya berat dan lama, hati-hati, harus depat menyingkirkan kelainan
patologis (apendisitis akut, obstruksi saluran pencernaan, penyakit hepar, kandung
kemih, pancreas, hiatus hernia, ISK, dan lesi intrakraninal)

C. Praktik
SOAP KASUS ABORTUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. L DENGAN ABORTUS INSIPIENS

DI RUANG BERSALIN RSUD LANGSA

A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas
Nama Ibu : Ny. L Nama Suami : Tn. S
Umur : 22 tahun Umur : 23 tahun
Suku/bangsa : jawa/Indonesia Suku/bangsa : jawa/Indonesia
Agama : islam Agama : islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Alamat : jln. Melati Alamat : jln. Melati

2. Alasan Kunjungan
Tanggal : 8 juni 2015
Pukul : 02.00 WIB
Ibu datang dengan perdarahan pervagina sejak sabtu sore (2 hari yang lalu).

3. Keluhan
Perdarahan pervagina

4. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Banykanya : 4x ganti pembalut / hari
Disminorhe : tidak
Teratur / tidak teratur : teratur
Lamanya : 5 hari
Konsentrasi darah : cair

5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G : 1 P : 0 A : 1


Pernah keguguran : tidak ada
Pernah di kuret : tidak ada
Keguguran terakhir : tidak ada
Jarak antara kehamilan :tidak ada
Perna imunisasi TT : belum
Komplikasi pada waktu hamil : tidak ada
Penolong persalinan yang lalu : belum perna melahirkan
Tempat persalinan : tidak ada
Komplikasi persalinan yang lalu :tidak ada

6. Riwayat kehamilan sekarang


- HPHT : 04 – 03 – 2015
- TTP : 11 – 12 – 2015
- Keluhan-keluhan : TM I : Mual muntah, TM II: - , TM III : -
- Imunisasi TT :-
- KB yang digunakan :-
- Pergerakan pertama kali :-
- Bila bergerak sudah terasa , pergerakan anak 24 jam terakhir : -
- Keluhan yang dirasakan
Rasa lelah : ada
Mual dan muntah yang lama : tidak ada
Nyeri perut : ada
Panas, menggigil : tidak ada
Sakit kepala berat/ terus-menerus : tidak ada
Penglihatan kabur : tidak ada
Rasa nyeri/panas waktu BAK : tidak ada
Rasa panas pada vulva vagina dan sekitarnya : tidak ada
Pengeluaran cairan pervagina : ada
Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : tidak ada
Oedema : tidak ada
- Diet makan
Makan 3x/ hari, perubahan makan yang dialami termasuk ngidam, nafsu makan
dan lain-lain.
Minum minimal 8 gelas/ hari
- Pola eliminasi : BAB : 1x/hari, BAK : 6x/hari
- Aktivitas sehari-hari : tidur 2 jam pada siang hari. 8 jam pada malam hari

7. Riwayat penyakit yang lalu : ibu mengatakan tidak ada riwayat hipertensi, anemia,
jantung, asma dan ginjal.
8. Riwayat penyakit keluarga : ibu mengatakan di keluraga tidak ada riwayat penyakit
keturunan, menular dan berbahaya.
9. Riwayat sosial
- Perkawinan : kawin
- Usia perkawinan : 1 tahun
- Usia waktu menikah : istri : 21 tahun , suami : 22 tahun
- Kehamilan : direncanakan
- Perasaan tentang kehamilan : ibu merasa bahagia dan senang
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Status emosional : baik
4. Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 78x / menit
Pernapasan : 23x/ menit
Suhu : 36’ c
5. Berat badan sekarang : 55 kg
6. Berat badan sebelum hamil : 52 kg
7. Lila : 24 cm
8. Tinggi badan : 157 cm

Pemeriksaan Fisik

1. Muka
- Oedema : tidak ada
- Congjungtiva : merah muda
- Selera mata : putih bersih
2. Dada
- Pernapasan : normal
- Payudara : simetris
- Puting susu : menonjol dalm belum ada cairan yang keluar
- Areola : warna kecoklatan
3. Ekstemitas
- Oedema tangan dan jari : tidak ada
- Oedema tibia, kaki : tidak ada
- Varises tungkai : tidak ada
- Reflek patella kanan dan kiri : +/+
4. Abdomen
- Bekas operasi : tidak ada
- Oedema : tidak ada
- Acites : tidak ada
- Pembesaran perut : sesuai dengan besar kehamilan

Pemeriksaan kebidanan

- Palpasi
Uterus : 3 jari diatas simfisis
Tinggi fundus uteri : cm
Letak :-
Presentasi :-
Pungggung :-
Posisi janin :-
Kontraksi :-
Frekuensi :-
Kekuatan :-
Kandung kemih : kosong
- Auskultasi
DJJ : - x/ menit
Frekuensi :-
5. Gentalia
Inspeksi
- Vulva dan vagina
Varieses : tidak ada
Luka : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Benjolan : tidak ada
Nyeri : tidak ada
- Perineum
Bekas luka / luka parut : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
6. Pemeriksaan penunjang
- Hb : 13, 0 gr%
- golongan darah :B
- HIV / AIDS : (-) negatif
- Hepatitis : (-) negatif

CATATAN PENDOKUMENTASI SOAP

S : NY. L di sebuah ruangan bersalin RSUD Langsa datang tanggal 08 juni 2015 pukul : 02: 15
WIB dengan keluahan dikeluarkan darah segar juga bergumpal dari itu perutnya menjadi
keram dan ibu merasa lemas dan cemas.

O : pemeriksaan fisik (Data Objektif)

- Keadaan umum : baik


- Kesadaran : compos mentis
- Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg, N : 78x/ menit
Suhu : 36 c, P : 23x/ menit
- Bb sebelum hamil : 52 kg
- Bb sekarang : 55kg
- Tb : 157 cm
- Pemeriksaan Leopold
Leopold I : TFU 3 jari di atas simfisis
Leopold II : belum teraba
Leopold II : belum teraba
Leopold IV : belum teraba

A : Diagnosa Ny. L G1P0A0 dengan usia kehamilan 3 minggu abortus insipiens

Data dasar : 1. Ibu mengatakan belum perna keguguran ini baru kehamilan pertamanya

2. HPHT : 04- 03- 2015

3. DJJ belum terdengar

4. USG (+) hasil konsepsi masih ada di uterus

Masalah : perdarahan pervagina

Kebutuhan : 1. Pemasangan infus

2. perbaikan kondisi ibu yang cemas


3. persiapan menunggu sisa hasil konsepsi

4. jaga privasi pasien dan kebersihan ibu

5. nutrisi dan cairan

P : perencanaan :

Tanggal : 09 juni 2015

Pukul : 03.00 WIB

1. Observasi keadaan umum ibu


2. Jelaskan kepada pasien tentang keadaan saat ini
3. Pemasangan infus
4. Anjurkan ibu untuk bedrest total
5. Beritahu keluraga tentang tindakan yang akan dilakukan
6. Anjurkan ibu untuk berpuasa sebelum dilakukan tindakan kuretase
7. Persiapan peralatan kurektase
8. Berikn dukungan mental kepada ibu.
9. Anjurkan suami jaga kebersihan ibu.
10. Anjurkan ibu melakukan kunjungan ulang 1 minggu kemudia.

Pelaksanaa :

Tanggal : 09 juni 2015

Pukul : 03.10 WIB

1. Observasi keadaan ibu, yaitu :


K/U : lemah
TD : 110/70 mmHg, N: 78x / menit
Pernapasan : 22x/ menit, Suhu : 36 C
2. Menjelaskan kepada ibu tentang keadaannya saat ini dan kehamilannya sekarang harus
dikurektase karena ada bangian janin tertingal di uterus.
3. Pemasangan infus dengan cairan RL 20 tetes/ menit agar ibu tidak kekurangan cairan.
4. Menganjurkan ibu untuk berbaring dan jangan cemas karena akan mempengaruhu
keadaan ibu.
5. Memberitahu keluarga tindakan yang akan dilakukan yaitu bertujuan mengeluarkan sisa
perdarahan karena ibu mengalami abortus sehingga harus dilakukan tindakan kuretase.
6. Anjurkan ibu berpuasa 6 jam seblum melakukan kuretase.
7. Persiapan peralatan kuretase.
8. Memberikan dukungan mental pada ibu, meyakinkan pada ibu bahwa perdarahan akan
berhenti dan nyeri akan hilang dan kehimilan selajutnya tidak ada masalah.
9. Anjurkan suami untuk menganti pemablut agar tidak terjadi infeksi
10. Menganjurkan ibu melakukan kunjungan ulang 1 minggu kemudia atau ibu mengalami
perdarahan abnormal.

Evaluasi :

Tanggal : 09 juni 2015

Pukul : 07.30 WIB

1. Keadaan umum ibu baik, dengan pemeriksaan TTV :


TD : 120/80 mmHg pernapasan : 24x/ menit
Suhu : 36,8 C Nadi : 76x/ menit
2. Ibu sudah mengetahui keadaannya saat ini bahwa kehamilannya tidak bisa lagi di tolong
dan ibu sudah iklas janinnya sudah meninggal.
3. Pemberian cairan infus RL 20x tetes/menit sudah terpasang.
4. Ibu dianjurkan untuk bedrest supaya memulihkan keadaan ibu.
5. Keluarga dan suami sudah mengetahui tindakan yang akan dilakukan yaitu kurektase.
6. Ibu sudah berpuasa.
7. Peralatan kurektase sudah disiapkan.
8. Ibu sudah tidak lagi cemas dan keadaan perut ibu sudah tidak nyeri lagi.
9. Ibu bersedia tindakan yang akan dilakukan / dan suami menjaga kebersihan pembalut
agar tidak infeks.
10. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ukang 1 minggu kemudia dan jika mengalami
perdarahan abnormal ke tenaga kesehatan.
SOAP KASUS KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “A”


HAMIL DENGAN KET

Hari / Tanggal pengkajian       : ………………..


Jam                                          : ………………..
Tempat                                    : ………………..
No. Register                            : ………………..

S : Ibu mengatakan


         Bernama Ny “A” umur …. tahun
         Umur kehamilan dari 4 bulan, hamil anak ke ….
         Tidak/pernah mengalami keguguran
         Haid Terakhir ………….  TP: ………………
         Tidak merasakan pergerakan janin, Pada KET abdominal setiap gerakan menimbulkan
rasa sakit, gerakan terlihat jelas di bawah kulit
         Pada saat berubah posisi dari berdiri ke duduk,dari duduk ke tidur merasa nyeri
         Tidak pernah menderita penyakit menular (TBC,DBD, hepatitis)
         Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit TBC, Asma,DM, Hepatitis,
Hipertensi, Jantung, dan keturunan kembar.
         ada pengeluaran dari kemaluan seperti darah dengan sedikit flek
         nyeri perut bagian bawah dan di daerah bahu

O : 1. Pemeriksaan Umum


         K/U                       : lemah
         Kesadaran             : Compos mentis, koma sampai tidak sadar
         TTV
TD                         : menurun sampai syok
Pols                        : meningkat
RR                         : normal
Suhu                      : menurun

         BB Sebelum          : …. Kg
         BB Setelah            : … Kg
         LILA                     : … Cm

2. Pemeriksaan Fisik
1.  Kepala
Massa              : ada/Tidak ada
Kebersihan      : Bersih/tidak
Distribusi         : Merata/tidak
2.  Muka
Warna muka                : Pucat
Closma gravidarum     : Ada/tidak ada
Oedema                       : ada/Tidak ada

3.  Mata
Conjunctiva                 : Anemis
Sklera                          : An ikterik
Oedema Palpebrae      : ada/Tidak ada

4.  Hidung
Bentuk                                     : Simetris/tidak
Kebersihan                              : Bersih/tidak
Pengeluaran                             : Tidak ada
Sewaktu menarik nafas           : tidak merasa sakit/sesak

5.  Telinga
Kebersihan      : Bersih
Pendengaran   : Normal
Pengeluaran     : Tidak ada

6.  Mulut
Bibir                : Merah Jambu, sedikit kering
Lidah               : Bersih
Gigi                 : tidak merasa nyilu pada saat minum air panas/dingin
Gusi                 : Merah muda, tidak ada pembengkakan,dan tidak ada perdarahan pada
waktu menyikat gigi
Sariawan         : Tidak ada

7.   Leher
Pembesaran kel. getah bening : Tidak ada
Pembesaran kel. thyroid          : Tidak ada
Pembesaran Vena jugolaris     : Tidak ada

8.   Payudara
Bentuk                      : Simetris
Areola mammae          : Cokelat Kehitaman
Papilla mammae          : Menonjol
Bekas luka operasi      : Tidak ada

9.  Abdomen
Pembesaran                 : tidak normal (kembung)
Linea                           : Ada
Striae                           : Tidak ada
Bekas Op                    : Tidak ada, merasa nyeri tekan pada perut bagian bawah
a)      Palpasi
 Tidak teraba adanya balotemen perut bagian bawah sedikit mengembung dan tegang.
 Terdapat cairan bebas-darah
 Nyeri saat perabaan
~ Leopold I : TFU pertengahan sympisis dan pusat
~ Leopold II : tidak di lakukan
~ Leopold III : tidak di lakukan
b)   Auskultasi : tidak terdengar denyut jantung janin

10.  Genetalia Eksterna
Pengeluaran     : ada,berupa darah atau flek – flek hitam
Kebersihan      : cukup
Varices            : Tidak ada

 Pemeriksaan Dalam
Servik teraba lunak, nyeri tekkan pada uterus kanan dan kiri dilakukan pemeriksaan
genetalia eksterna menggunakan spekulum terlihat adanya darah di kavum douglas dan
terdapat sedikit pengeluaran darah atau flek-flek hitam ke coklatan nyeri goyang pada
pemeriksaan servik  mungkin terasa tumor di samping uterus pada hematokel tumor dan
uterus sulit di bedakan

11.  Ekstermitas
~ Ekstermitas atas
Warna kuku     : pucat
Kelainan          : tidak ada
Oedema           : tidak ada
~ Ektermitas Bawah
Tungkai                       : Simetris
Varices                        : Tidak ada
Oedema                       : Tidak ada
Reflek Patella  ka/ki    : +/+

12. Tulang Belakang
Bentuk                        : lordosis
Keadaan                      : Normal
Kelainan                     : Tidak ada
Nyeri ketuk CVA       : Tidak ada

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Hb                               : turun hingga 9 gr %
Golongan Darah          : …
~ Urine
Protein             : Tidak dilakukan pemeriksaan
Reduksi           : Tidak dilakukan pemeriksaan
USG : tidak terlihat kerangka janin dan ditemukan kantung gestasi yang terdapat di lumen
tuba.
PP tes : hasil positif

4. Pemerikasaan panggul luar


Distantia cristarum            : 28 - 30 cm
Distantia spinarum            : 25 - 27 cm
Lingkar panggul                : 80 - 90 cm

A : Ny. A umur … tahun G… P… A... Hamil … minggu dengan KET

P :
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini
a. Menjelaskan kondisi ibu
b. Jelaskan tentang kehamilan ibu saat ini
c. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan
2. Berikan konseling pada ibu saat ini
a. Anjurkan ibu untuk segera rujuk
b. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan tindakan laparatomi
3. Anjurkan ibu untuk istirahat
a. Beritahu ibu untuk istirahat cukup
b. Beritahu ibu untuk makan secara rutin
4. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi
a. Memberitahu ibu untuk makan-makanan yang bergizi
b. Memberitahu ibu untuk makan secara rutin
5. Berikan konseling untuk pasca tindakan
a. Kelanjutan fungsi produksi
b. Resiko hamil ektopik ulangan
c. Kontrasepsi yang sesuai
6. kolaborasi untuk  berikan obat methotrexate
7. Berikan tablet Fe
8. Anjurkan pasien untuk puasa sebelum melakukan laparatomi
9. kolaborasi untuk laparotomi
10. Jelaskan tentang jadwal kunjungan ulang
SOAP KASUS MOLA HYDATIDOSA

PADA NY.’’Y’’ DENGAN G I P 0  USIA KEHAMILAN 16 MINGGU JANIN


TUNGGAL HIDUP LETAK KEPALA INTRA UTERI JALAN LAHIR
NORMAL DENGAN MOLA HYDATIDOSA

I.      Data Subjektif (S)          


Tanggal Pengkajian                       : 16-10-2011
Pukul                                             : 10.00 WIB
A.    Biodata
Nama                :  Ny “Y”                Nama suami      : Tn “W”
Umur                 :  23 tahun              Umur                 : 26 tahun
Suku/bangsa      :  Jawa/Indonesia    Suku/bangsa      : Jawa/Indonesia
Agama              :  Islam                    Agama               : Islam
Pendidikan        :  SMA                    Pendidikan        : SMA
Pekerjaan          :  IRT                      Pekerjaan           : wiraswasta
Alamat rumah   :  Diwek, jombang  Alamat rumah   : Diwek, Jombang

B.     Keluhan Utama
Ibu mengatakan mengeluarkan darah dari kemaluannya dan disertai mules-mules.
HPHT                          : 14-06-2011
Umur kehamilan          : 16 minggu

II.    Data Objektif


A.    Pemeriksaan Umum
Keadaan umum    : Lemah
Kesadaran            : composmentis
TB                          :     150 cm
BB sekarang           :     51 kg
BB sebelum hamil : 48 kg
TD                          :     120/60 mmHg
N                            :     100 x/mnt
RR                          :     22 x/menit
S                             :     36,60C
HPHT                     : 14-06-2011
TP                         :  21-03-2012

B.     Pemeriksaan Fisik
 Abdomen : abdomen tidak sesuai dengan usia kehamilan atau perut lebih besar dari
usia kehamilan.  
 Muka : simetris agak pucat
 Mata : conjungtiva agak pucat, sclera putih
III.      Assasment
a. Dx              :  Ny “Y” GI P0UK 16 minggu keadaan jalan lahir normal, KU
lemah dengan mola hydatidosa
b. Masalah     : ibu cemas dengan kehamilannya
c. Dx  Potensial   :   Ny “Y” GI P0  UK 16 minggu keadaan jalan lahir normal, KU lemah
dengan Potensial mola hydatidosa
d. Masalah potensial    : ibu stress dengan kondisinya

IV.  Penatalaksanaan
1) Lakulan pendekatan pada klien dan keluarga, melakukan pendekatan pada klien dan
keluarga dengan cara menyapa klien dan keluarga dengan sopan santun, dapat
menanamkan kepercayaan ibu dan keluarga pada petugas kesehatan.
2) Beritahu ibu dan keluarga bahwa ibu harus di rujuk, memberitahu ibu dan keluarga
bahwa ibu harus di rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap karena kondisi ibu yang harus
di lakukan kuretase, dapat mempermudah melakukan kuretase dengan alat-alat yang
lengkap.
3) Persiapan rujukan, mempersiapkan rujakan kerumah sakit dengan melakukan
BAKSOKU yaitu:  B: Bidan harus siap antar ibu ke  rumah sakit, A: Alat-alat yang
akan di bawa saat perjalanan rujukan, K: Kendaraan yang akan mengantar ibu
ke  rumah sakit, S: Surat rujukan disertakan, O: Obat-obat seperti oksitosin ampul,
cairan infus, K: Keluarga harus diberitahudan mendampingi ibu saat di rujuk, U: Uang
untuk pembiayaan di rumah sakit. Ibu dan keluarga mengerti mengapa ibu dirujuk dan
bersedia untuk di rujuk.
4) Lakukan inform consent kepada klien dan keluarga, melakukan inform consent kepada
ibu dan keluarga dengan cara memberitahu ibu dan keluarga tentang tindakan kuretase
yang akan dilakukan, agar ibu dan keluarga mengetahui tindakan kuretase yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan menyetujuinya.
5) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih, menganjurkan pasien untuk
mengosongkan kandung kemih dengan cara membantu pasien BAK, dapat
mempermudah pelaksanaan tindakan.
6) Anjurkan pasien untuk berpuasa, menganjurkan pasien untuk berpuasa, agar dapat
adaptasi dalam pemberian anastesi.
7) Anjurkan pasien istirahat, menganjurkan pasien istirahat yang cukup, dapat
mengoptimalkan keadaan umum pasien.
8) Lakukan persiapan kuretase, melakukan persiapan kuretase dengan menyiapkan seluruh
alat-alat yang akan digunakan, persiapan baik dan dapat membantu pelaksanaan
kuretase dan pengobatan.
9) Kolaborasi dengan tim medis dalam pelaksanaan kuretase, melakukan kolaborasi
dengan tim medis, agar tindakan yang di lakukan tindakan yang tepat dan pengobatan
yang optimal.
SOAP HIPEREMESIS

ASUHAM KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


HIPEREMESIS TINGKAT 1
26-02-2013
Identitas klien             :
Istri                                                                                                                  Suami
Nama               : Ny. I                                                                                      Tn. M
Umur               : 21 thn                                                                                    26 thn
Kebaangsaan   : Indonesia                                                                              Indonesia
Agama             : Islam                                                                                     Islam
Pendidikan      : SMA                                                                                     SMA
Perkerjaan       : IRT                                                                                        Karyawan
Alamat          : Cengkareng Cengkareng

S    : Ibu datang ke BPS, memeriksakan kehamilannya yang pertama karena merasa hamil 3 
bulan.
         Ibu merasa mual dan muntah terus menerus sebanyak ± 12 kali, ibu ngatakan pusing dan
lemas juga
           
1) Riwayat menstruasi:
a. Menarche        : umur 13 thn
b. Siklus              : 28 hari
c. Lama               : 5-6 hari
d. Banyaknya      : 2-3 kali ganti pembalut
e. Sifat darah      : merah, encer dan ada gumpalan pada hari pertama

2) Riwayat kehamilan sebelumnya : -


a. HPHT  : 01-01-2013
b. HTP     : 08-10-2013
c. Hasil test kehamilan (+) dilakukan oleh klien
d. Pergerakan janin (-)

3) Pola nutrisi      : ibu makan ± 1 x sehari dalam porsi keci dan minum sedikit karena,
nafsu makan berkurang akibat mual dan muntah.

4) Pola eleminasi : BAB ± 1 x sehari, BAK ±5 x sehari tidak ada keluhan

5) Pola aktivitas: tidur siang jarang dilakukan, tidur malam ± 6-7 jam/hari, seksualitas ±
2 x/minggu, ibu hanya melakukan perkerjaan rumah tangga

6) Riwayat penyakit        : -


O      : KU :lemah, kesadaran : CM, emosional : baik
            TTV     : TD     : 100/70 mmHg           TB: 155 CM
                          N       : 96 x/menit                 BB : 51 Kg
                          R       : 22 x/menit                 lila  : 25 CM
                          S        : 37.2° C
           
Pemeriksaan fisik        :
1) Kepala             : kulit kepala bersih, tidak ada kotoran/ketombe, rambut sehat
2) Muka               : tidak ada edema, tidak ada cloasma gravidarum
3) Mata                : mata tampak cekung, konjungtiva agak pucat, sclera putih, tidak ikterik
4) Telinga            : bersih tidak ada serumen
5) Mulut              : bibir terlihat sedikit kering dan pecah- pecah, lidah kotor
6) Leher               : tidak ada pembengkakan kelenja tiroid
7) Dada               : jantung regular, paru-paru tidak sesak, payudara tidak ada benjolan,
bentuk simetris, putting menonjol, hiper pigmentasi pada aerola mamae
8) Abdomen        : adanya nyeri epigastrium,  tidak ada luka bekas operasi, tidak ada striae
dan linea, pembesaran sesuai dengan masa kehamilan. TFU sesimpisis, ballottement (+)
9) Anogenital      : vulva vagina tidak ada kelainan, tidak ada kodiloma, tidak ada
pembengkaan kelenjar
10) Anus tidak ada hemoroid
11) Ekstermitas     : atas tidak ada odem, bawah tidak ada odem tidak ada varises, patella
(+/+),
12) Pemeriksaan lab : HB 10 gram%, protein urine (-)

A      : G1P0A0 umur kehamilan 8 minggu ballottement (+) dengan hiperemesis gravidarum


tingkat 1

P          :
1) Memberikan penjelasan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan.
Ibu mengetahui dan mengerti hasil pemeriksaannya.
2) Memberi penjelasan tentang fisiologis kehamilan pada trimester pertama bahwa mual
dan muntah yang dirasakan oleh ibu wajar dan biasa terjadi pada awal kehamilan.
Ibu mengerti apa yang dijelaskan.
3) Menganjurkan ibu untuk istirahat teratur dan mengubah pola makannya dengan
membiasakan makan dalam porsi sedikit tapi sering dan jauhi makanan yang berbau
tajam
ibu mengerti dan bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan
4) Memberi tahu ibu tanda tanda bahaya kehamilan
ibu mengetahui tanda tanda bahaya kehamilan.
5) Memberikan ibu obat anti mual dan muntah dan tablet Fe untuk penambah darah.
Ibu menerima obat yang diberikan.
6) Membuat kesepakatan kunjungan ulang berikutnya dan menganjurkan ibu untuk
segera kembali bila dirasakan keadaannya semakin memburuk.
Ibu bersedia kembali untuk kunjunagan ulang.
BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai