Dosen Pembimbing:
Nispi Yulyana, SST. M.Keb
Tingkat II A
Alhamdullilah, segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya.
Sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Deteksi Dini Terhadap Komplikasi
dan Kelainan pada Ibu Hamil“ sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal, dan tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Bunda Nispi Yulyana, SST, M. Keb selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal yang telah memberikan pengarahan.
2. Serta semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini yang tidak bisa
penyusun sebutkan satu per satu.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak yang perlu
disempurnakan. Untuk itu saran, kritik, dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun sendiri dan semua
pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Deteksi Dini Terhadap Komplikasi dan Kelainan pada Ibu Hamil
B. Asuhan Kegawatdaruratan pada Ibu Hamil TM 1
1. Abortus
2. KET
3. Mola Hidatidosa
4. HEG
C. Praktik
1. Pengkajian Data Subjektif
2. Pengkajian Data Objektif
3. Menentukan Diagnosa
4. Menentukan Tindakan
5. Menentukan Evaluasi Asuhan
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hemoglobin (Hb) secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan
yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia. Kadar Hb 11 gr% dianggap sebagai
batas normal terendah dalam masa kehamilan.
Untuk saat ini, anemia dalam kehamilan di Indonesia ditetapkan dengan kadar Hb < 11
gr% pada trimester I dan III atau < 10,5 gr% pada trimester II.
c) Patofisiologi
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian
diikuti dengan pendarahan kedalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan
nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan
pervaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan
sebagai benda asing dalam rongga Rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai,
dan segera setelah itu terjadi pendorongan benda asing itu keluar rongga Rahim (ekspulasi).
Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama
2 minggu sebelum pendarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin
tidak layak dilakukan jika terjadi perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari.
Sebelum minggu ke-10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini
disebabkan sebelum mingu ke-10 vili koialis belum menanamkan diri erat kedalam desidua
hingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke-10-12 korion tumbuh
dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua makin erat hingga mulai saat
tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal kalua terjadi abortus. Pengeluaran hasil
konsepsi didasarkan 4 cara :
1. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan sisa desidua.
2. Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan korion dan desidua.
3. Pecahnya amnion terjadi dengan putunya tali pusat dan pendorongan janin keluar, tetapi
mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya jani yang dikeluarkan)
4. Seluruhnya janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh. Sebagian besar
abortus termasuk dalam tga tipe pertama, karena itu kuretasi diperlukan untuk
membersihkan uterus dan mencegah perdarahan atau infeksi lebih lanjut.
d) Klasifikasi
Abortus dapat diklasifikasikan berdasarkan kejadian dan gamabara klien.
1. Berdasarkan kejadian
a. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi media maupun
mekanis, atau terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan
sendiri.
b. Abortus buatan/abortus provokatus (disengaja,digugurkan) dibagi menjadi sebagai
berikut :
Abortus buatan menurut indikasi media (abortus provokatus artisifialis atau
theraupeticus). Abortus ini sengaja dilakukan sehingga kehamilan dapat
diakhiri. Upaya menghilangkan hasil konsepsi dilakukan atas indikasi untuk
menyelamatkan jiwa ibu, misalnya: penyakit jantung, hipertensi esensial, dan
karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang terdiri atas
dokter ahli kebidanan, penyakit dalam, dan psikiater atau psikolog.
Abortus buatan criminal (abortus provocatus ciminalis) adalah pengguguran
kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang tidak berwenang dan
dilarang oleh hokum.
2. Kehamilan Ektopik
a) Pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi diluar rongga Rahim (kavum
uteri). Istilah ektopik berasal dari Bahasa inggris, yaitu ectopic, dengan akar kata dari
Bahasa yunani, topos yang berarti tempat. Jadi, istilah ektopik dapat diartikan
sebagai kehamilan diluar rongga Rahim, kehamilan didalam Rahim yang bukan pada
tempat seharusnya, juga dimasukan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya
kehamilan yang terjadi pada kornu uteri. Hal ini yang membedakan dengan istilah
kehamilan ekstrauterina.
b) Tanda dan gejala
Etiologi kehamilan ektopik biasanya disebabkan oleh terjadinya hambatan pada
perjalanan sel telur, dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Pada kasus yang
jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari
indung telur sisi yang satu, masuk kesaluran telur sisi seberangnya.
Kehamilan ektopik merupakan penyebab utama yang keempat dari seluruh
mortalitas ibu dan penyebab yang paling lazim dari mortalitas ibu dalam trimester
pertama. Lebih dari 95 % kehamilan ektopik tumbuh diberbagai anatomi pada tuba
fallopi, termasuk bagian interstitial 1 %, istmus 5 %, ampularis 85 %, dan
infundubularis 9 %. Tempat implantasi lain yang lebih jarang adalah serviks,
ovarium, sampai peritoneum.
c) Patofisiologi
Ovum yang telah dibuahi berimplantasi ditempat lain selain diendometrium
kavum uteri. Prinsip patofisiologi : gangguan/interferensi mekanik terhadap ovum
yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Kejadian ini sering
terjadi pada hal-hal berikut ini :
1. Kelainan tuba atau adanya riwayat penyakit tuba (misalnya : salpingitis),
menyebabkan okulasi atau kerusakan silia tuba.
2. Riwayat oprasi tuba,sterilisasi, dan sebagainya.
3. Riwayat penyakit radang panggul lainnya.
4. Penggunaan IUD yang mencegah terjadinya implantasi intrauterine.
5. Ovulasi yang multiple akibat induksi obat-obatan, usaha fertilisasi in vitro, dan
sebagainya. Isi konsepsi yang berimplantasi melakukan penetrasi terhadap lamina
propria dan pars muskularis dinding tuba.
6. Abortus provokatus dengan infeksi. Makin sering dilakukan abortus provokatus
makin tinggi kemungkinan terjadi salpingitis.
7. Adhesi peritubal yang terjadi setelah infeksi seperti apendisitis atau endometrium
tuba dapat tertekuk atau menyempit.
8. Pernah menderita kehamilan ektopik sebelumnya.
Kerusakan tuba lebih lanjut disebabkan oleh pertumbuhan incasif jaringan
trofoblas. Oleh karena trofoblas menginvasi pembuluh darah dinding tuba, maka
terjadi hubungan sirkulasi yang memungkinkan jaringan konsepsi bertumbuh. Pada
suatu saat, kebutuhan embrio didalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai
darah dari vaskularisasi tuba tersebut.
Kadang-kadang nidasi juga terjadi difimbria.dari bentuk diatas secara sekunder
dapat terjadi kehamilan tuba abdominal, tuba ovarial, atau kehamilan dalam
ligamentum lantum. Kehamilan paling sering terjadi dalam ampula tuba. Implantasi
telur dapat bersifat kolumnar yaitu implantasi pada puncak lipatan selaput tuba dan
terlur terletak dalam lipatan selaput lender. Bila kehamilan pecah, akan pecah
kedalam lumen tuba (abortus tuber).
Telur juga dapat menembus epitel dan berimplantasi interkolumnar, terletak
dalam lipatan selaput lender, yaitu telur masuk kedalam lapisan otot tuba karena tuba
tidak mempunyai desidua. Bila kehamilan pecah, hasil konsepsi akan masuk kedalam
rongga peritoneum (ruptur tuba). Walaupun kehamilan terjadi diluar Rahim, Rahim
juga akan ikut membesar karena hipertrofi dari otot-ototnya yang disebabkan oleh
pengaruh hormone-hormon yang dihasilkan trofoblas, begitu pula endometriumnya
berubah menjadi desidua vera.
Berberapa kemungkinan tempat terjadinya implantasi adalah dituba fallopi (paling
sering 90-95 % dan 70-80 % diampulla), serviks, ovarium, abdomen, dan sebagainya.
Kejadian implantasi patologis paling sering terjadi didinding lumen tuba karena tuba
merupakan jalur utama perjalanan ovum.
2) Ruptur tuba
Terutama terjadi jika telur berimplantasi di istmus.pada peristiwa ini, lipatan-
lipatan selaput lendir tidak seberapa,jadi besar kemungkinan terjadi implantasi
interkolumnar.trofoblas cepat sampai kelapisan otot dan kemungkinan pertumbuhan
kearah tuba sempit.oleh karena itu,telur menembus dinding tuba kearah rongga perut
atau peritoneum.
2. Kehamilan Servikal
Kehamilan servikal jarang terjadi. Pad implantasi diserviks, dapat terjadi perdarahan
tanpa disertai nyeri, dan kemungkinan terjadinya abortus spontan sangat besar. Jika
kehamilan tumbuh sampai besar, perdarahan/ruptur yang terjadi sangat berat sehingga
sering diperlakukan tindakan histerektomi total. Kriteria kehamilan servikal menurut
rubin (1911) adalah sebagai berikut :
a. Kelenjar serviks harus ditemukan diseberang tempat implantasi plasenta.
b. Tempat implantasi plasenta harus berada dibawah arteri uterine atau peritoneum
viserale uterus.
c. Janin tidak boleh terdapat didaerah korpus uterus.
d. Implantasi plasenta diserviks harus kuat.
Kriteria menurut rubin sulit diterapkan secara klinis karena memenuhi histerektomi
total untuk memastikannya. Kriteria klinis menurut palman & McElin (1959) untuk
kehamilan servikal lebih dapat diterapkan secara klinis, yaitu sebagai berikut :
a. Ostimus uteri internum tertutup.
b. Ostimus uteri ekternum terbuka sebagian
c. Hasil konsepsi terletak didalam endoserviks.
d. Perdarahan uterus setelah fase amenorea, tanpa disertai nyeri
e. Serviks lunak, membesar, dapat lebih besar daripada fundus (hour-glass uterus)
3. Kehamilan ovarial
Kehamilan ovarial ditegakkan atas dasar kriteria spiegelberg, yaitu sebagai berikut :
1. Tuba pada sisi kehamilan harus normal
2. Kantung janin harus terletak dalam ovarium
3. Jantung janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovarii propirum.
4. Jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantung janin.
Pada kenyataannya kriteria ini sulit dipenuhi,karena umumnya telah terjadi
kerusakan jaringan ovarium,pertumbuhan trofoblas yang luas,dan perdarahan
menyebabkan topografi kabur sehingga pengenalan implantasi permukaan ovum sukar
ditentukan secara pasti.
4. Kehamilan Interstisial
Implantasi telur biasanya terjadi dalam pers intitialis tuba. Miometrium memiliki
lapisan yang lebih tebah sehingga reptur terjadi lebih lambat kira-kira terjadi pada bulan
ke-3 atau ke-4. Apabila terjadi reptur, maka akan terjadi perdarahan yang hebat karena
tempat ini banyak terdapat pembuluh darah sehingga dalam waktu yang singkat dapat
terjadi kematian.
5. Kehamilan Abdominal
Kehamilan abdominal terbagi atas dua, yaitu sebagai berikut:
1. Kehamilan abdominal primer ; terjadi bila telur dari awal mengadakan implantasi
dalam rongga perut.
2. Kehamilan abdominal skunder ; berasal kehamilan tuba dan setelah rupture baru
mengalami kehamilan abdominal.
3. Mola Hidatidosa
a) Pengertian
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan dimana hasil konsepsi tidak berkembang
menjadi embrio, tetapi terjadi proliferesi dari vili koriales disertai dengaan digenerasi
hidropik.Gejala awal tidak beda dengan kehamilan biasa yaitu mual, muntah, pusing, dan
lain-lain, hanya saja derajat keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya perkembangan
lebih pesat sehingga pada umumnya besar uterus lebih besar dari umur kehamilan. Tanda
pasti kehamilan seperti ballottement dan denyut jantung janin tidak
berkembang.Perdarahan merupakan gejala utama, oleh karena itu umumnya penderita
mengalami anemia. UDG sangat membantu dalam diagnosis.
c) Patofisiologi
Resiko kematian/kesakitan pada penderita mola hidatidosa meningkat karena
perdarahan, proforasi uterus, preeklamsi berat, tirotoksikosis atau infeksi. Akan tetapi,
sekarang kematian karena mola hidatidosa sudah jarang sekali. Segera setelah jaringan
mola dikeluarkan, uterus akan mengecil, kadar hCG menurun dan akan mencapai kadar
normal sekitar 10-12 minggu pasca evakuasi. Kista luterin juga akan mengecil lagi. Pada
berberapa kasus pengecilan ini bida mengambil waktu berberapa bulan.
Sebagian besar penderita mola hidatidosa akan baik kembali setelah kuretasi. Bila
hamil lagi, umumnya berjalan normal. Mola hidatidoosa berulang dapat terjadi, tetapi
jarang. Walaupun demikian, 15-20 % dari penderita pasca mola hidatidosa dapat
mengalami degenerasi keganasan menjadi tumor trofoblas gestasioner (TTG) baik berupa
mola invasif, koriokarsinoma, maupun placental site trophoblastic tumor (PSTT).
Keganasan ini biasanya terjadi pada satu tahun pertama pasca evakuasi, yang
terbanyak dalam enam bulan pertama. MHP lebih jarang menjadi ganas. Faktor resiko
terjadinya TTG pasca mola hidatidosa adalah umur diatas 35 tahun, uterus diatas 20
minggu, kadar hCG preevakuasi diatas 100.000 IU/L dan kista lutein bilateral.
d) Klasifikasi
1. Mola Hidatidosa Komplet (MHK) – Merupakan kehamilan abnormal tanpa
embrio yang seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi hidropik yang
menyerupai anggur. Mikroskopik tampak edema stroma vili tanpa vaskularisasi
disertai hyperplasia dari kedua lapisan trofoblas. Secara sitogenik umumnya
bersifat diploid 46 XX, sebagian hasil pembuahan satu ovum, tidak berinti atau
intinya tidak aktif, dibuahi oleh sperma yang mengandung 23 X kromosom, yang
kemudian mengadakan duplikasi menjadi 42 XX. Jadi umumnya MHK bersifat
homozigot, wanita dan berasal dari bapak (androgenetic)
2. Mola Hidatidosa Parsial (MHP) – Seperti pada MHK, tetapi disini masih
ditemukan embrio yang biasanya mata pada masa dini. Degenerasi hidropik dari
vili bersifat setempat, dan yang mengalami hiperplasi hanya sinsitio trofoblas saja.
Gambaran yang khas adalah crinkling atau scalloping dari vili dan stromal
trophoblastic inclusions.
e) Diagnosis
Kehamilan mola hidatidosa dapat diperkirakan bila ditemukan hal-hal tersebut
dibawah ini :
1. Amenore
2. Perdarahan per vaginam
3. Uterus lebih besar dari tuanya kehamilan
4. Tidak ditemukan tanda pasti kehamilan
5. Kadar β-hCG yang tinggi
Penentuan diagnostic dilakukan dengan USG, yaitu ditemukan gambaran
vasikuler (gambaran badai salju).
f) Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan mola adalah evakuasi dan evaluasi
1. Setelah diagnosis ditegakkan, harus segera dilakukan vakum kuret.
2. Pemeriksaan tindak lanjut setelah kuretase perlu dilakukan mengingat adanya
kemungkinan keganasan setelah molahiatidosa. Kadar HCG dipantau hingga
minimal 1 tahun pasca-kuretase. Kadar yang menetap atau meninggal setelah 8
minggu pasca-kuretase menunjukan masih terdapat trofoblas aktif
3. Penundaan kehamilan sampai 6 bulan setelah kadar β-hCG normal
4. Mola hidatidosa dengan resiko tinggi harus diberikan kemotrapi.
1. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah gejala mual dan muntah yang berlebihan pada ibu
hamil. Istilah hyperemesis gravidarum dengan ganggun metabolic yang bermakna karena
mual dan muntah. Penderita hyperemesis gravidarium biasanya dirawat di rumah sakit.
Etiologinya belum pasti. Diduga ada hubungannya dengan paritas, hormonal, neurologis,
metabolic, stress psikologis, keracunan, dan tipe kepribadian.
Insiden dari hyperemesis gravidarum adalah 0,5-10/1000 kehamilan.kemungkinan
terjadinya penyakit ini adalah tinggipada orang kulit putih (16/1000 kelahiran)dan
rendah pada orang kulit hitam (7/1000 kelahiran).penyakit ini rata-rata muncul pada usia
kehamilan 8-12 minggu.
Hyperemesis gravidarum sering disertai dengan dehidrasi (kehilangan
BB>5%)gangguan elektrolit dan ketosis.sebaiknya penyebab dari mual muntah segera
dievaluasi.kemungkinan penyebabnya mual muntah dalam kehamilan adalah
hipertirodism,mola hidatidosa,dan hepatitis.
3. Patofisiologi
Penyebab hyperemesis gravidarum dibagi dalam berberapa tingkat yaitu sebagai
berikut.
1. Tingkat 1
Gejala : Apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata sedikit
ikterik, kadang suhu sedikit meningkat, oliguria, serta aseton
tercium dalam hawa pernapasan.
3. Tingkat 3
C. Praktik
SOAP KASUS ABORTUS
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. L Nama Suami : Tn. S
Umur : 22 tahun Umur : 23 tahun
Suku/bangsa : jawa/Indonesia Suku/bangsa : jawa/Indonesia
Agama : islam Agama : islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Alamat : jln. Melati Alamat : jln. Melati
2. Alasan Kunjungan
Tanggal : 8 juni 2015
Pukul : 02.00 WIB
Ibu datang dengan perdarahan pervagina sejak sabtu sore (2 hari yang lalu).
3. Keluhan
Perdarahan pervagina
4. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Banykanya : 4x ganti pembalut / hari
Disminorhe : tidak
Teratur / tidak teratur : teratur
Lamanya : 5 hari
Konsentrasi darah : cair
7. Riwayat penyakit yang lalu : ibu mengatakan tidak ada riwayat hipertensi, anemia,
jantung, asma dan ginjal.
8. Riwayat penyakit keluarga : ibu mengatakan di keluraga tidak ada riwayat penyakit
keturunan, menular dan berbahaya.
9. Riwayat sosial
- Perkawinan : kawin
- Usia perkawinan : 1 tahun
- Usia waktu menikah : istri : 21 tahun , suami : 22 tahun
- Kehamilan : direncanakan
- Perasaan tentang kehamilan : ibu merasa bahagia dan senang
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Status emosional : baik
4. Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 78x / menit
Pernapasan : 23x/ menit
Suhu : 36’ c
5. Berat badan sekarang : 55 kg
6. Berat badan sebelum hamil : 52 kg
7. Lila : 24 cm
8. Tinggi badan : 157 cm
Pemeriksaan Fisik
1. Muka
- Oedema : tidak ada
- Congjungtiva : merah muda
- Selera mata : putih bersih
2. Dada
- Pernapasan : normal
- Payudara : simetris
- Puting susu : menonjol dalm belum ada cairan yang keluar
- Areola : warna kecoklatan
3. Ekstemitas
- Oedema tangan dan jari : tidak ada
- Oedema tibia, kaki : tidak ada
- Varises tungkai : tidak ada
- Reflek patella kanan dan kiri : +/+
4. Abdomen
- Bekas operasi : tidak ada
- Oedema : tidak ada
- Acites : tidak ada
- Pembesaran perut : sesuai dengan besar kehamilan
Pemeriksaan kebidanan
- Palpasi
Uterus : 3 jari diatas simfisis
Tinggi fundus uteri : cm
Letak :-
Presentasi :-
Pungggung :-
Posisi janin :-
Kontraksi :-
Frekuensi :-
Kekuatan :-
Kandung kemih : kosong
- Auskultasi
DJJ : - x/ menit
Frekuensi :-
5. Gentalia
Inspeksi
- Vulva dan vagina
Varieses : tidak ada
Luka : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Benjolan : tidak ada
Nyeri : tidak ada
- Perineum
Bekas luka / luka parut : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
6. Pemeriksaan penunjang
- Hb : 13, 0 gr%
- golongan darah :B
- HIV / AIDS : (-) negatif
- Hepatitis : (-) negatif
S : NY. L di sebuah ruangan bersalin RSUD Langsa datang tanggal 08 juni 2015 pukul : 02: 15
WIB dengan keluahan dikeluarkan darah segar juga bergumpal dari itu perutnya menjadi
keram dan ibu merasa lemas dan cemas.
Data dasar : 1. Ibu mengatakan belum perna keguguran ini baru kehamilan pertamanya
P : perencanaan :
Pelaksanaa :
Evaluasi :
BB Sebelum : …. Kg
BB Setelah : … Kg
LILA : … Cm
2. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Massa : ada/Tidak ada
Kebersihan : Bersih/tidak
Distribusi : Merata/tidak
2. Muka
Warna muka : Pucat
Closma gravidarum : Ada/tidak ada
Oedema : ada/Tidak ada
3. Mata
Conjunctiva : Anemis
Sklera : An ikterik
Oedema Palpebrae : ada/Tidak ada
4. Hidung
Bentuk : Simetris/tidak
Kebersihan : Bersih/tidak
Pengeluaran : Tidak ada
Sewaktu menarik nafas : tidak merasa sakit/sesak
5. Telinga
Kebersihan : Bersih
Pendengaran : Normal
Pengeluaran : Tidak ada
6. Mulut
Bibir : Merah Jambu, sedikit kering
Lidah : Bersih
Gigi : tidak merasa nyilu pada saat minum air panas/dingin
Gusi : Merah muda, tidak ada pembengkakan,dan tidak ada perdarahan pada
waktu menyikat gigi
Sariawan : Tidak ada
7. Leher
Pembesaran kel. getah bening : Tidak ada
Pembesaran kel. thyroid : Tidak ada
Pembesaran Vena jugolaris : Tidak ada
8. Payudara
Bentuk : Simetris
Areola mammae : Cokelat Kehitaman
Papilla mammae : Menonjol
Bekas luka operasi : Tidak ada
9. Abdomen
Pembesaran : tidak normal (kembung)
Linea : Ada
Striae : Tidak ada
Bekas Op : Tidak ada, merasa nyeri tekan pada perut bagian bawah
a) Palpasi
Tidak teraba adanya balotemen perut bagian bawah sedikit mengembung dan tegang.
Terdapat cairan bebas-darah
Nyeri saat perabaan
~ Leopold I : TFU pertengahan sympisis dan pusat
~ Leopold II : tidak di lakukan
~ Leopold III : tidak di lakukan
b) Auskultasi : tidak terdengar denyut jantung janin
10. Genetalia Eksterna
Pengeluaran : ada,berupa darah atau flek – flek hitam
Kebersihan : cukup
Varices : Tidak ada
Pemeriksaan Dalam
Servik teraba lunak, nyeri tekkan pada uterus kanan dan kiri dilakukan pemeriksaan
genetalia eksterna menggunakan spekulum terlihat adanya darah di kavum douglas dan
terdapat sedikit pengeluaran darah atau flek-flek hitam ke coklatan nyeri goyang pada
pemeriksaan servik mungkin terasa tumor di samping uterus pada hematokel tumor dan
uterus sulit di bedakan
11. Ekstermitas
~ Ekstermitas atas
Warna kuku : pucat
Kelainan : tidak ada
Oedema : tidak ada
~ Ektermitas Bawah
Tungkai : Simetris
Varices : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Reflek Patella ka/ki : +/+
12. Tulang Belakang
Bentuk : lordosis
Keadaan : Normal
Kelainan : Tidak ada
Nyeri ketuk CVA : Tidak ada
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : turun hingga 9 gr %
Golongan Darah : …
~ Urine
Protein : Tidak dilakukan pemeriksaan
Reduksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
USG : tidak terlihat kerangka janin dan ditemukan kantung gestasi yang terdapat di lumen
tuba.
PP tes : hasil positif
P :
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini
a. Menjelaskan kondisi ibu
b. Jelaskan tentang kehamilan ibu saat ini
c. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan
2. Berikan konseling pada ibu saat ini
a. Anjurkan ibu untuk segera rujuk
b. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan tindakan laparatomi
3. Anjurkan ibu untuk istirahat
a. Beritahu ibu untuk istirahat cukup
b. Beritahu ibu untuk makan secara rutin
4. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi
a. Memberitahu ibu untuk makan-makanan yang bergizi
b. Memberitahu ibu untuk makan secara rutin
5. Berikan konseling untuk pasca tindakan
a. Kelanjutan fungsi produksi
b. Resiko hamil ektopik ulangan
c. Kontrasepsi yang sesuai
6. kolaborasi untuk berikan obat methotrexate
7. Berikan tablet Fe
8. Anjurkan pasien untuk puasa sebelum melakukan laparatomi
9. kolaborasi untuk laparotomi
10. Jelaskan tentang jadwal kunjungan ulang
SOAP KASUS MOLA HYDATIDOSA
B. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mengeluarkan darah dari kemaluannya dan disertai mules-mules.
HPHT : 14-06-2011
Umur kehamilan : 16 minggu
B. Pemeriksaan Fisik
Abdomen : abdomen tidak sesuai dengan usia kehamilan atau perut lebih besar dari
usia kehamilan.
Muka : simetris agak pucat
Mata : conjungtiva agak pucat, sclera putih
III. Assasment
a. Dx : Ny “Y” GI P0UK 16 minggu keadaan jalan lahir normal, KU
lemah dengan mola hydatidosa
b. Masalah : ibu cemas dengan kehamilannya
c. Dx Potensial : Ny “Y” GI P0 UK 16 minggu keadaan jalan lahir normal, KU lemah
dengan Potensial mola hydatidosa
d. Masalah potensial : ibu stress dengan kondisinya
IV. Penatalaksanaan
1) Lakulan pendekatan pada klien dan keluarga, melakukan pendekatan pada klien dan
keluarga dengan cara menyapa klien dan keluarga dengan sopan santun, dapat
menanamkan kepercayaan ibu dan keluarga pada petugas kesehatan.
2) Beritahu ibu dan keluarga bahwa ibu harus di rujuk, memberitahu ibu dan keluarga
bahwa ibu harus di rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap karena kondisi ibu yang harus
di lakukan kuretase, dapat mempermudah melakukan kuretase dengan alat-alat yang
lengkap.
3) Persiapan rujukan, mempersiapkan rujakan kerumah sakit dengan melakukan
BAKSOKU yaitu: B: Bidan harus siap antar ibu ke rumah sakit, A: Alat-alat yang
akan di bawa saat perjalanan rujukan, K: Kendaraan yang akan mengantar ibu
ke rumah sakit, S: Surat rujukan disertakan, O: Obat-obat seperti oksitosin ampul,
cairan infus, K: Keluarga harus diberitahudan mendampingi ibu saat di rujuk, U: Uang
untuk pembiayaan di rumah sakit. Ibu dan keluarga mengerti mengapa ibu dirujuk dan
bersedia untuk di rujuk.
4) Lakukan inform consent kepada klien dan keluarga, melakukan inform consent kepada
ibu dan keluarga dengan cara memberitahu ibu dan keluarga tentang tindakan kuretase
yang akan dilakukan, agar ibu dan keluarga mengetahui tindakan kuretase yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan menyetujuinya.
5) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih, menganjurkan pasien untuk
mengosongkan kandung kemih dengan cara membantu pasien BAK, dapat
mempermudah pelaksanaan tindakan.
6) Anjurkan pasien untuk berpuasa, menganjurkan pasien untuk berpuasa, agar dapat
adaptasi dalam pemberian anastesi.
7) Anjurkan pasien istirahat, menganjurkan pasien istirahat yang cukup, dapat
mengoptimalkan keadaan umum pasien.
8) Lakukan persiapan kuretase, melakukan persiapan kuretase dengan menyiapkan seluruh
alat-alat yang akan digunakan, persiapan baik dan dapat membantu pelaksanaan
kuretase dan pengobatan.
9) Kolaborasi dengan tim medis dalam pelaksanaan kuretase, melakukan kolaborasi
dengan tim medis, agar tindakan yang di lakukan tindakan yang tepat dan pengobatan
yang optimal.
SOAP HIPEREMESIS
S : Ibu datang ke BPS, memeriksakan kehamilannya yang pertama karena merasa hamil 3
bulan.
Ibu merasa mual dan muntah terus menerus sebanyak ± 12 kali, ibu ngatakan pusing dan
lemas juga
1) Riwayat menstruasi:
a. Menarche : umur 13 thn
b. Siklus : 28 hari
c. Lama : 5-6 hari
d. Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
e. Sifat darah : merah, encer dan ada gumpalan pada hari pertama
3) Pola nutrisi : ibu makan ± 1 x sehari dalam porsi keci dan minum sedikit karena,
nafsu makan berkurang akibat mual dan muntah.
5) Pola aktivitas: tidur siang jarang dilakukan, tidur malam ± 6-7 jam/hari, seksualitas ±
2 x/minggu, ibu hanya melakukan perkerjaan rumah tangga
P :
1) Memberikan penjelasan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan.
Ibu mengetahui dan mengerti hasil pemeriksaannya.
2) Memberi penjelasan tentang fisiologis kehamilan pada trimester pertama bahwa mual
dan muntah yang dirasakan oleh ibu wajar dan biasa terjadi pada awal kehamilan.
Ibu mengerti apa yang dijelaskan.
3) Menganjurkan ibu untuk istirahat teratur dan mengubah pola makannya dengan
membiasakan makan dalam porsi sedikit tapi sering dan jauhi makanan yang berbau
tajam
ibu mengerti dan bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan
4) Memberi tahu ibu tanda tanda bahaya kehamilan
ibu mengetahui tanda tanda bahaya kehamilan.
5) Memberikan ibu obat anti mual dan muntah dan tablet Fe untuk penambah darah.
Ibu menerima obat yang diberikan.
6) Membuat kesepakatan kunjungan ulang berikutnya dan menganjurkan ibu untuk
segera kembali bila dirasakan keadaannya semakin memburuk.
Ibu bersedia kembali untuk kunjunagan ulang.
BAB III
PENUTUP