ASUHAN KEBIDANAN
TANDA-TANDA DINI
BAHAYA/KOMPLIKASI IBU DAN JANIN
MASA KEHAMILAN MUDA DAN LANJUT
1. Bunda Ratna Dewi SKM, MPH selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan yang
telah memberikan pengarahan.
2. Serta semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini yang tidak bisa
penyusun sebutkan satu per satu.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak yang perlu
disempurnakan.Untuk itu saran, kritik, dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan makalah
selanjutnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat khusus nya bagi penyusun sendiri dan semua
pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat……………………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A. Tanda-tanda dini bahaya/komplikasi ibu dan janin masa kehamilan Muda
1. Pendarahan Pervaginam
2. Hipertensi Gravidarum……………………………………………………………..….
3. Nyeri Perut Bagian Bawah……………………………………………………...……..
C. Faktor faktor resiko penyakit perempuan yang seperti apa yang bisa terkena……………..
1. Pendarahan Pervaginam…………………………………………………………………
2. Hipertensi Gravidarum…………………………………………………………………
3. Nyeri Perut Bagian Bawah………………………………………………………………
4. Pendarahan Pervaginam……………………………………………………………….
5. Sakit Kepala Yang Hebat………………………………………………………………
6. Penglihatan Kabur……………………………………………………………………….
A. LATAR BELAKANG
Tanda bahaya kehamilan harus dikenali dan terdeteksi sejak dini sehingga
dapat ditangani dengan benar karena setiap tanda bahaya kehamilan bisa
mengakibatkan komplikasi kehamilan.Berdasarkan penilitian, telah diakui saat ini
bahwa setiap kehamilan dapat memiliki potensi dan membawa risiko bagi ibu. WHO
memperkirakan sekitar 15% dari seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi
komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya dan dapat mengancam jiwanya. Bidan
sebagai pemberi pelayanan kebidanan akan menemukan wanita hamil dengan
komplikasi-komplikasi yang mungkin dapat mengancam jiwa.
Oleh karena itu, bidan harus dapat mendeteksi sedini mungkin terhadap tanda-
tanda bahaya pada ibu hamil yang mungkin akan terjadi, karena setiap wanita hamil
tersebut beresiko mengalami komplikasi. Yang sudah barang tentu juga memerlukan
kerjasama dari para ibu-ibu dan keluarganya, yang dimana jika tanda-tanda bahaya ini
tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi, dapat mengakibatkan kematian ibu.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apasajakah tanda-tanda dini bahaya/komplikasi ibu dan janin masa kehamilan
Muda?
2. Apasajakah tanda-tanda dini bahaya/komplikasi ibu dan janin masa kehamilan
Lanjut?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa saja tanda-tanda dini bahaya/komplikasi ibu dan janin masa
kehamilan Muda.
2. Untuk mengetahui apa saja tanda-tanda dini bahaya/komplikasi ibu dan janin masa
kehamilan Lanjut.
D. MANFAAT
1. Mengetahui macam-macam kelainan payudara tanda-tanda dini bahaya/komplikasi ibu
dan janin masa kehamilan Muda. dan Lanjut
2. Memberikan informasi kepada masyarakat Mengetahui macam-macam kelainan payudara
tanda-tanda dini bahaya/komplikasi ibu dan janin masa kehamilan Muda. dan Lanjut
BAB II
PEMBAHASAN
2. Hipertensi gravidum
Mual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum
dan paling menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan. Mual dan
muntah ini biasanya diseebabkan oleh perubahan dalam sistem endokrin yang
terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar
hCG (human chorionic gonadotrophin) (Woolfson, 2009). Mual dan muntah
biasanya dirasakan di pagi hari “morning sickness”, rasa mual ini tak
membahayakan kesehatan bayi selama ibu hamil bisa mengkonsumsi makanan
secara seimbang dan banyak minum. Sebagian besar wanita yang mengalami
mual di pagi hari cukup cepat mengetahui apa yang bisa dan tidak bisa di cerna
(Page, 2009).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama
kehamilan.Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning
sicknessnormal yang umunya dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi
muntah normal dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan.Sehubungan
dengan adanya ketonemia, penurunan berat badan, dan dehidrasi, hiperemesis
gravidarum dapat terjadi disetiap trimester dengan tingkat keparahan yang
bervariasi (Varney, 2007).Hiperemesis gravidarum sering disertai dengan
dehidrasi, gangguan elektrolit, dan ketosis.Sebaiknya penyebab dari mual muntah
segera dievaluasi. Menurut Fadlun (2011) penyakit hiperemesis gravidarum
dibagi dalam beberapa tingkat yaitu sebagai berikut:
a. Tingkat 1
Gejala: lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, nyeri
epigastrium, nadi meningkat, turgor kulit berkurang, tekanan darah sistolik
menurun, lidah kering dan mata cekung.
b. Tingkat 2
Gejala: apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata sedikit
ikterik, kadang suhu sedikit meningkat, oliguria, serta aseton tercium dalam
hawa pernafasan.
c. Tingkat 3
Keadaan umum lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti, kesadaran
menurun dari samnolen sampai koma, nadi lebih cepat, tekanan darah lebih
turun, komplikasi fatal ensefalopati wernicke: nistagmus, diplopia, perubahan
mental, dan ikterik.
Penanganan:
1. Tanyakan pada ibu mengenai karakteristik nyeri, kapan terjadi, seberapa
hebat, kapan mulai dirasakan, apakah berkurang bila untuk istirahat.
2. Tanyakan pada ibu mengenai tanda dan gejala lain yang mungkin
menyertai misalnya muntah, mual, diare, dan panas badan.
3. Ukur dan monitor vital sign
4. Lakukan pemeriksaan luar dan periksa dalam, raba kelembutan abdomen/
rebound tenderness/ kelembutan yang mungkin berulang, periksa adanya
nyeri sudut costovertebra/ pinggang bagian dalam
5. Periksa adanya proteinuria.
B. Tanda-Tanda Dini Bahaya/Komplikasi Ibu Dan Janin Masa Kehamilan Lanjut
1. Pendarahan Pravaginam
Pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih untuk
melangsungkan persalinan per vaginam, karena (1) bagian terbawah janin akan
menekan plasenta dan bagian plasenta yang berdarah; dan (2) bagian plasenta
yang berdarah itu dapat bebas mengikuti regangan segmen-bawah uterus,
sehingga pelepasan plasenta dari segmen bawah uterus lebih lanjut dapat
dihindarkan. Apabila pemecahan selaput ketuban tidak berhasil menghentikan
perdarahan, maka terdapat 2 cara lainnya yang lebih keras menekan plasenta dan
mungkin pula lebih cepat menyelesaikan persalinan , yaitu pemasangan cunam
Willett, dan versi raxton-Hicks. Kedua cara ini sudah ditinggalkan dalam dunia
kebidanan mutakhir karena seksio sesarea jauh lebih aman bagi ibu dan janinnya.
Kedua cara ini masih mempunyai tempat tertentu dalam dunia
kebidanan, umpamanya dalam keadaan darurat sebagai pertolongan pertama
untuk mengatasi perdarahan banyak, atau apabila seksio sesarea tidak mungkin
dilakukan. Sernua cara ini mungkin mengurangi atau menghentikan perdarahan;
dengan demikian , menolong ibu, akan tetapi tidak selalu menolong janinnya.
Tekanan yang ditimbulkan terus menerus pada plasenta akan mengurangi
sirkulasi darah antara Werus dan placenta, sehingga dapat menyebabkan anoksia
sampai kematian janin. Oleh karena itu, cara ini cenderung dilakukan pada janin
yang telah mati atau yang ognosisnya untuk hidup di luar uterus tidak baik. Cara
ini, apabila akan dilakukan, lebih tepat dilakukan pada multipara karena
persalinannya dijamin lebih lancar; dengan demikian tekanan pada plasenta
berlangsung titiak terlampau lama. reksio sesarea.
Di rumah sakit yang serba lengkap.seksio sesarea akan merupakan cara
persalinan yang terpilih. Nesbitt (1962) melaporkan 65% dari semua kasus
plasenta previanya diselesaikan dengan seksio sesarea. Di Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo, antara tahun 1971 — 1975, seksio sesarea dilakukan pada kira-
kira 10% dari semua kasus plasenta previa, yang kebanyakan terdiri dari kasus-
kasus yang tidak terdaftar. Gawat janin, atau kematian janin tidak boleh
merupakan untuk melakukan seksio sesarea, demi keselamatan ibu. Akan tetapi,
gawat mungkin terpaksa menunda seksio sesarea sampai keadaannya dapat
diperbaiki, fasilitas memungkinkan.
Perdarahan yang berlebihan dari bekas insersio plasenta tidak
selaludapatdiatasi pemberian uterotonika, apalagi kalau penderita telah
sanggup anemis. Memasukkan tampon ke dalam uterus untuk menghentikan
perdarahan dari segmen-bawah uterus selagi melakukan seksio sesarea merupakan
suatu tindakan yang tidak adekuat. Histerektomia totalis merupakan tindakan
yang cepat untuk menghentikan perdarahan, dan dapat menyelamatkan jiwa
penderita; namun sebelumnya sebaiknya dicoba terlebih dahulu untuk
menghentikan perdarahan itu dengan jahitan.Apabila cara-cara tersebut tidak
berhasil mengatasi perdarahan, dianjurkan untuk menghentikan perdarahan
demikian itu dengan jalan mengikat arteria hipogasmka.
Prognosis
Dengan penanggulangan yang baik.seharusnya kematian ibu karena
plasenta previa rendah sekali, atau tidak ada sama sekali. Sejak diperkenalkannya
penanganan pasif pada tahun 1945, kematian perinatal berangsur-angsur dapat
diperbaiki.Walaupun demikian, hingga kini kematian perinatal yang disebabkan
prematuritas tetap memegang peranan utama. Penanganan pasif maupun aktif
memerlukan fasilitas tertentu, yang belum dicukupi pada banyak tempat di tanah
air kita, sehingga beberapa tindakan yang sudah lama ditinggalkan oleh dunia
kebidanan mutakhir masih terpaksa dipakai juga seperti pemasangan cunani
Willett, dan versi Braxton-Hicks. Tindakan-tindakan ini sekurang-kurangnya
masih dianggap penting untuk menghentikan perdarahan di mana fasilitas seksio
sesarea belum ada.Dengan demikian tindakan-tindakan hu leb'h banyak ditujukan
demi keselamatan lbu danpada janinnya.
Sakit kepala yang menunjukkan masalah serius, adalah sakit kepala hebat,
yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang disertai penglihatan
kabur/berbayangan
a) Gejala pre eklamsi
Pusing dan pening
Proporsi darah pada wanita hamil terkumpul pada bagian perut dengan
tujuan untuk mensuplay kebutuhan sang janin. Selama kehamilan ada juga
terdapat kasus anemia : karena permintaan sang bayi akan zat beside
butuhkannya. Karena sebab-sebab ini sirkulasi darah yang banyak
mengandung oksigen menuju otak sang ibu menjadi berkurang dan pening
atau pusing akan terjadi.
b) PX :
Anamnesa ibu : pandangan kabur atau tidak
Periksa : adanya oedem pada muka / tangan
Periksa : TD, protein urine, reflex
Periksa : suhu → bila meningkat lengkapi lab. Darah untuk mengetahui
parasit malaria
3. Penglihatan Kabur
Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit
kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak dan meningkatkan
resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan
kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan penglihatan.
Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda pre-eklampsia.
Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah
perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur atau berbayang,
melihatbintik-bintik(spot),berkunang-kunang.Selain itu adanya skotama, diplopia
dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang menujukkan adanya pre-eklampsia
berat yang mengarah pada eklampsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan
peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks cerebri atau didalam retina
(oedema retina dan spasme pembuluh darah).(Uswhaaja2009:5)
Penyebab penglihatan kabur adalah;
a) Oleh karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah
selama kehamilan.
b) Perubahan ringan (minor) adalah normal.
c) Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa
adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya pandangan yang kabur
atau berbayang secara mendadak.
d) Perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang
hebat dan mungkin merupakan gejala dari pre-eklamsi.
Penanganan Umum
1) Istirahat cukup
2) Mengatur diet, yaitu meningkatkan konsumsi makanan yang
mengandung protein dan mengurangi makanan yang mengandung
karbohidrat serta lemak.
3) Kalau keadaan memburuk namun memungkinkan dokter akan
mempertimbangkan untuk segera melahirkan bayi demi
keselamatan ibu dan bayi.(Hendrayani, 2009:3)
4) Jika tidak sadar atau kejang. Segera dilakukan mobilisasi seluruh
tenaga yang ada dan menyiapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan antala lain kejang dan eklamsia
Bengkak Pada Wajah, Kaki dan Tangan.
Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan
tubuh, dan dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.Oedema pretibial yang
ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak
seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklampsia. Hampir
separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada
kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan
kaki. Oedema yang mengkhawatirkan ialah oedema yang muncul
mendadak dan cenderung meluas. Oedema biasa menjadi
menunjukkan adanya masalah serius dengan tanda-tanda antara
lain: jika muncul pada muka dan tangan, bengkak tidak hilang
setelah beristirahat, bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya,
seperti: sakit kepalayang hebat, pandangan mata kabur dll. Hal ini
dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre-
eklampsia. (Uswhaaja, 2009: 5-6)
C. Faktor faktor resiko penyakit perempuan yang seperti apa yang bisa terkena
1. Pendarahan Pervaginam
a) Faktor genetik.
Hal ini biasanya disebabkan karena adanya konsentrasi gen-gen letal perzigot lebih
tinggi dibandingkan dengan pada crossbreeding (Toelihere, 1985). Gen lethal yang
diperoleh dari induk dan bapaknya, dapat menyebabkan abortus. Kelainan kromosom
baik pada autosom maupun kromosom kelamin juga dapat menyebabkan abortus
(Hardjopranjoto, 1995).
Sebelum implantasi, embrio lebih mudah terkena pengaruh mutasi genetic dan
kelainan kromosom diikuti oleh kematian fetus. Kelainan kromososm dapat dibedakan
atas kelainan jumlah kromosm dan struktur kromosom. Kejadian ini dapat berlangsung
karena kegagalan penyebaran kromosom atau susunan kromatin dalan sel tubuh
penderita, terjadi selama berlangsungnya proses meiosis dan mitosis dari sel ovum
atau sel sperma yang dapat menghasilkan dua bentuk sel yang poliploid. Yang
dimaksud dengan poliploid adalah penambahan jumlah kromosom yang normal (2n+1)
(Hardjopranjoto, 1995).
Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotipe embrio. Paling
sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenik.
Bagaimanapun gambaran ini belum termasuk kelainan yang disebabkan oleh gangguan
gen tunggal (kelainan mendelian) atau mutasi pada beberapa lokus (gangguan
poligenik dan multifaktor) yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan kariotipe.
Kejadian tinggi kelainan sitogenetik konsepsi terjadi pada awal kehamilan.
Kelainan sitogenetik embrio biasanya berupa aneploid yang disebabkan oleh kejadian
sporadis, misalnya nonjunction meiosis atau poliploidi dari fertilitas abnormal separuh
dari abortus karena kelainan sitogenik pada trimester pertama berupa trisomik
autosom. Triploidi ditemukan pada 16% kejadian abortu, dimana terjadi fertilisasi
ovum normal haploid oleh 2 sperma (dispermi) sebagai mekanisme patologi primer.
Trisomi timbul akibat dari nonjunction meiosis selama gametogenesis pada pasien
dengan kariotipenormal. Untuk sebagian besar trisomik, gangguan meiosis maternal
bisa berimplikasi pada gametogenesis. Insoden trisomi meningkat dengan
bertambahnya usia trisomi 16 semua trisomi berakhir abortus kecuali pada trisomi
kromosom 1. sindroma turner adalah penyebab 20-25% kelainan sitogenik pada
abortus. Sepertiga fetus dengan sindroma down (trisomi21) bisa bertahan.
Pengelolaan standar menyarankan untuk pemeriksaan genetik amniosentesis
pada semua ibu hamil dengan usia lanjut, yaitu di atas 35 tahun. Risiko ibu terkena
aneploidi adalah 1 : 80, pada usia di atas 35 tahun karena ngka kejadian kelainan
kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia 35 tahun.
Kealainan lain biasanya berhubungan dengan fertilisasi abnormal (etraploisi,
triploidi). Kelainan ini tidak bisa dihubungkan dengan kelangsungan kehamilan.
Tetraploidi terjadi pada 8% kejadian abortus karena kelainan kromosom, dimana
terjadinya kelaian pada fase sangat awal sebelum proses pembelahan.
Struksut kromosom merupakan kelainan kromosom ketiga. Kelainan struktur
terjadi pada 3% kelainan sitogenetik pada abortus. Ini menunjukan bahwa kelainan
struktur kromosom sering diturunkan dari ibunya. Kelainan struktur kromosom pada
pria berdampak pada rendahnya konsentrasi sperma, infertilitas, dan bisa mengurangi
peluang kehamilan dan terjadinya keguguran.
Kelainan sering juga berupa gen yang abnormal, mungkin karena adanya mutasi
gen yang bisa menganggu proses implantasi bahkan menyebabkan abortus berulang
adalah miotonis distriphy, yang berupa autosom dominan dengan penetrasi yang
tinggi, kelainan ini progresif dan penyebab abortusnya mungkin karena kombinasi gen
yang abnormal dan mengganggu fungsi uterus.
Gangguan jaringan konektif lain, misalnya sindroma Marfan, sindroma Ehlers-Danlos,
homosisteinuri dan pseudoxanthoma elasticcum. Juga pada perempuan dengan sicle
cell anemia berisiko tinggi mengalami abortus. Hal ini karena mioinfark pada plasenta.
Kelainan hematologik lan menyebabkan abortus misalnya disfibrinogenemi, defisiensi
faktor XIII dan hipofibrinogenemi afibrinogenemi kongenital.
Abortus abnormal bisa disebabkan oleh penyatuan dari 2 kromosom yang
abnormal dimana bila kelainannya hanya pada salah satu orangtua, faktor tersebut
tidak diturunkan. Studi yang pernah dilakukan menunjukan bahwa bila didapatkan
kelainan kariotipe pada kejadian abortus, maka kehamilan berikutnya juga berisiko
abortus.
b) Penyebab anatomik
Defek anatomi uterus diketahui sebagaui penyebab komplikasi obstetrik, seperti
abrtus berulang, prematuritas serta malpresentasi janin. Insiden kelainan bentuk uterus
berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan. Pada perempuan dengan riwayat abortus,
ditemukan anomali uterus pada 27% . penyebab abortus terbanyak karena kelainan
anatomik uterus adalah septum uterus kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis
atau unikornis. Mioma uteri bisa menyebabkan infertilitas maupun abortus berulang.
Sebagian mioma tidak memberikan gejala, hanya berukuran bersar atau memasuki
kavum uteri yang akan menimbulkan gangguan.
Sindroma asherman bisa menyebabkan gangguan gangguan tempat implantasi
serta pasokan darah permukaan endometrium. Risiko abortus antara 25-0% bergantung
pada berat atau ringannya gangguan. Untuk mendiagnosis ini dapat digunakan
histerosalpingografi (HSG) dan USG.
c) Penyebab autoimun
Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dengan penyakit autoimun,
misalnya Sistematic Lupus Erithematosus (SLE) danAntiphospolipid
Antibodies (aPA). aPA merupakan antibodi yang akan berikatan dengan sisi negatif
dari fosfolipid. Paling sedikt ada 3 bentuk aPA yang diketahui mempunyai arti klinis
yang penting, yaitu Lupus Anticoagulant (LAC),Anticardiolipin Antibodies (aCLs),
dan Biologokally False-positive untuk syphilis(FP-STS). APS (Antiphospholipid
syndrome) sering juga ditemukan pada beberapa keadaan obstetri misalnya pada
preeklamsi, IUGR, dan prematuritas. Beberapa keadaan lain yang berhubungan
dengan APS yaitu trombosis arteri-vena, trombositopeni autoimun, anemia hemolitik,
dan hipertensi pulmonum.
The International Consensus Workshop pada 1998 mengajukan klasifikasi
kriteria untuk APS, yaitu meliputi:
1. Trombosis vaskular
satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau kapilar yang dibuktikan
dengan gambaran Doppler, pencitraan, atau histopatologi.
Pada histopatologi, trombosisnya tanpa disertai gambaran inflamasi.
2. Komplikasi kehamilan
tiga atau lebih kejadian abortus dengan sebab yang tidak jelas, tanpa kelainan
anatomik, genetik, atau hormonal
satu atau lebih kematian janin dimana gambaran morfologi secara sonografi
normal
satu atau lebih persalinan prematur dengan gambaran janin normal dan
berhubungan dengan preeklamsi berat atau insufisiensi plasenta yang berat.
3. Kriteria laboratorium
aCL : IgG atau IgM dengan akdar yang sedang atau tinggi pada 2 kali atau
lebih pemeriksaan dengan jarak lebih dari atau sama dengan6 minggu.
aCL diukur dengan metode ALISA standar.
4. Fosfolpid / antikoagulan
Pemanjangan tes skrining koagulasi fosfolipid (misalnya aPTT, CT).
Kegagalan untuk memperbaiki tes skrining yang memanjang dengan
penambahan plasma platelet normal.
Adanya perbaikan tes yang memanjang dengan penambahan fospolipid
Singkirkan dulu kelainan pembekuan darah yang lain dan pemakaian heparin.
d) Penyebab infeksi
1. bakteri
a) Listerisa monositogenesis
b) Klamidia trachomatis’
c) Ureaplasma urealitikum
d) Mikoplasma hominis
e) Bakterial baginosis
2. Virus
a) Sitomegalovirus
b) Rubella
c) HSV
d) HIV
e) Parvovirus
3. Parasit
a) Toksoplasmosis gondii
b) Plasmodium falsiparum
4. Spirokaeta
a) Treponema pallidum
e) Faktor lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan kimia, atau
radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan terhadap
buangan gas anastesi dan tembakau. Rokok diketahui mengandung ratusan unsur
toksik, antara lain nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga
menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurunkan pasokan
oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin. Dengan adanya gangguanpada
sistem sirkulasi fetoplasenta dapayt terjadi gangguan pertumbuhan janin yang
berakibat terjadinya abortus.
f) Faktor Hormonal
Ovulasi, implantasi serta kehamilan dini bergantung pada kordinasi yang baik
dengan sistem pengaturan hormon maternal, oleh karena itu, perlu perhatian
langsung terhadap sistem hormon secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran
hormon setelah konsepsi terutama kadar progesteron.
4. Hipertensi Gravidarum
a) Gangguan usus.
b) Cedera
c) Patah tulang pada area panggul.
d) Peradangan/infeksi kandung kemih.
e) Salpingitis/peradangan saluran tuba.
f) Kanker rahim.
g) Infeksi serviks.
h) Peradangan serviks.
i) Kanker serviks.
j) Abrupsi plasenta.
k) Radang panggul.
l) Keguguran
m) Endometriosis
n) Sakit akibat dating bulan.
6. Pendarahan Pervaginam
8. Penglihatan Kabur
a. Peningkatan tekanan darah yang cepat
b. Oliguria
c. Peningkatan jumlah proteinuri
d. Sakit kepala hebat dan persisten
e. Rasa mengantuk
f. Penglihatan kabur
g. Mual muntah
h. Nyeri episgastrium
i. Hiperfleksi
Faktor Resiko:
a. Primigravida
b. Wanita gemuk
c. Wanita dengan hipertensi esensial
d. Wanita dengan kehamilan kembar
e. Wanita dengan diabetes, mola hidatidosa, polihidramnion
f. Wanita dengan riwayat eklamsia atau preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
g. Riwayat keluarga eklamsi
2.Hipertensi Gravidarum
1) Penanganan bergantung pada kisaran tekanan darah, usia kehamilan, dan adanya
hubungan factor resiko antara ibu dan janin. Penanganan tanpa pengobatan dapat
dipertimbangkan pada wanita hamil dengan tekanan sistol berkisar antara 140-150
mmHg dan tekanan diastole antara 90-99 mmHg. Penanganan termasuk memonitor
secara ketat, pembatasan aktivitas, dan istirahat yang cukup dengan posisi miring
kekiri. Pembatasan garam sangat dianjurkan, terutama terutama menjelang melahirkan.
Suplementasi kalsium sebanyak 1 gram per hari saat hamil dapat mengurangi resiko
pre-eklampsia. Namun, penambahan calcium untuk mencegah pre-eklampsia masih
diperdebatkan.
2) Asamasetil salisilat dosis rendah digunakan sebagai pencegahan pada wanita dengan
riwayat pre-eklampsia dalam 28 minggu kehamilan, yang dikonsumsi sebelum tidur
malam dimulai sebelum dan sesudah kehamilan dilanjutkan hingga waktu melahirkan.
Penurunan berat badan tidak dianjurkan saat kehamilan pada wanita obese, karena
dapat mempengaruhi berat bayi lahir rendah, dan memperlambat pertumbuhan anak.
3) Meskipun demikian, obesitas pada ibu akan berefek yang jelek ibu dan bayi. Pada
wanita hamil, Index Massa Tubuh yang normal adalah 25 kg/m2, peningkatan berat
badan yang dianjurkan adalah 11.2-15.9 kg; pada wanita overweight (25.0-29.9 kg/m2)
peningkatan berat badan yang dianjurkan adalah 6.8-11.2 kg; dan pada wanita
obese(>30kg/m2), peningkatan berat badan yang dianjurkan adalah 6.8 kg.
4) Cara menghitung index massa tubuh adalah Pilihan obat-obat hipertensidalam
kehamilan
5) Wanita hamil dengan tekanan darah 170/ 110 mmHg dikategorikan sebagai
kegawatdaruratan dan harus segera dirawat di rumah sakit.
6) Obat-obatan pada hipertensi yang berat dibutuhkan dan bermanfaat saat kehamilan.
namun, tekanan darah yang terlalu rendah dapat berefek buruk pula pada janin akibat
aliran darah ke uterus dan plasenta berkurang sehingga dapat menghambat
pertumbuhan janin. Wanita dengan hipertensi sebelumnya mungkin menggunakan obat
obatan golongan ACE Inhibitor seperti captopril ataupun Angiotensis Receptor
Blocker (ARB) namun obat-obatan ini tidak dapat dipergunakan saat kehamilan karena
fetotoxicity atau dapat membahayakan janin terutama pada trimester ke-2 dan ke -3.
7) Methyldopa adalah pilihan utama pengobatan jangka panjang untuk mengatasi
hipertensi dalam kehamilan. Calsium Channel Blocker (CCB) adalah pilihan kedua
untuk mengatasi hipertensi. Obat ini dapa tdiberikan pada pre-eklampsia.
8) Magnesium sulfat injeksi dapat diberikan untuk mengatasi kejang dan mencegah
eklampsia.
9) Obat golongan diuretic harus dihindari karena dapat mengurangi aliran darah
keplasenta dan tidak dianjurkan pada pasien eklampsia.
Penanganan Umum
Lakukan segera pemeriksaan umum meliputi tanda vital (nadi, tensi, respirasi, suhu)
1. Jika dicurigai syok, mulai pengobatan sekalipun gejala syok tidak jelas, waspada dan evaluasi
ketat karena keadaandapat memburuk dengan cepat.
2. Jika ada syok segera terapi dengan baik (Saifuddin, 2002: 98)
4. Pendarahan Pervaginam
Penatalaksaan Umum
a. Lakuakn pemeriksaan keadaan umum (nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur)
b. Cari penyebab pendarahan dengan anamessa dan pemeriksaan PPV dan rumuskan diangnosa
c. Jangan melakukan pemerikasaan dalam karna bisa memperparah keadaan untuk beberapa
d. Jika di temui tanda-tanda syok (akral pucat/dingin, nadi > 100x/menit dan lemah, tekanan
darah sistolik < 90 mmHg)
e. Berikan oksigen, Pasang dua jalur intravena, Beri NaCl 0,9% atau Ringer Laktat secepatnya
(1 L dalam 15-20 menit), lanjutkan hingga mencapai 3 L dalam 2-3 jam (tergantung kondisi pasien)
f. Lakuakan rujukan
6.Penglihatan Kabur
1. Peran Bidan :
a. Mendeteksi terjadinya eklamsi
b. Mencegah terjadinya eklamsi
c. Mengetahui kapan waktu berkolaborasi dengan dokter
d. Memberikan penanganan awal sebelum merujuk pada kasus eklamsi
2. Penanganan :
a. Informed consent
b. Segerarawat
c. Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat penyakit
sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya
d. Persiapan rujukan
e. Jika pasien tidak bernafas :
• Bebaskan jalan nafas
• Berikan oksigen
• Intubasi jika perlu
f. Jika pasien tidak sadar atau koma :
• Bebaskan jalan nafas
• Baringkan pada satu sisi
• Ukur suhu
• Jika pasien syok atasi dengan penanganan syok
• Jika ada perdarahan atasi penanganan perdarahan
g. Jika kejang :
• Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi
kemungkinan aspirasi secret, muntah/darah.
• Bebaskan jalan nafas
• Pasang spatula lidah untuk menghindari tergigitnya lidah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bidan harus dapat mendeteksi sedini mungkin terhadap tanda-tanda bahaya pada
ibu hamil yang mungkin akan terjadi, karena setiap wanita hamil tersebut beresiko
mengalami komplikasi. Yang sudah barang tentu juga memerlukan kerjasama dari para
ibu-ibu dan keluarganya, yang dimana jika tanda-tanda bahaya ini tidak dilaporkan atau
tidak terdeteksi, dapat mengakibatkan kematian ibu.
Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai selama kehamilan antara
lain: Perdarahan, pervaginam,Sakit kepala yang hebat, Penglihatan kabur,Bengkak pada
muka dan tangan, Keluar cairan pervaginam, Nyeri/ sakit perut yang hebat,Gerakan
janin tidak terasa.Tanda-tanda bahaya pada kehamilan adalah tanda-tanda yang terjadi
pada seorang Ibu hamil yang merupakan suatu pertanda telah terjadinya suatu masalah
yang serius pada Ibu atau janin yang dikandungnya.Tanda-tanda bahaya ini dapat terjadi
pada awal kehamilan (hamil muda) atau pada pertengahan atau pada akhir kehamilan
(hamil tua).
B. Saran
Bagi mahasiswa:
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
memberikan pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Bagi petugas kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya dalam bidang kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk
memberikan health education untuk mencegah infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Bennet, V.R. Brown, L.K .1993. Myles text book for midwives