Pada saat hamil status gizi ibu harus baik,sehingga tenaga ibu saat melahirkan akan
bagus
Senam hamil perlu untuk melemaskan otot-otot,selain itu pada senam hamil juga di
ajarkan cara-cara bernapas saat persalinan dan posisi-posisi persalinan yang baik,
tentunya posisi persalinan adalah posisi yang dirasakan nyaman oleh ibu
Mengontrol kehamilan
Ketakutan & Kecemasan akan berpengaruh pada psikologi ibu,sehingga ibu perlu
kesiapan mental menjelang kelahiran
Penanganan Distosia
Kelainan Power
1. Inersia uteri hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his
lemah dan frekuensinya jarang. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase
latin atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran.
a. Inersia uteri primer : terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah
terjadi his yang tidak adekuat, sehingga sering sulit untuk memastikan
apakah penderita telah memasuki keadaan in partu atau belum.
b. Inersia uteri sekunder : terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan
his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
Penanganan :
a. Pada inersia primer, setelah dipastikan penderita masuk dalam persalinan,
evaluasi kemajuan persalinan 12 jam kemudian dengan periksa dalam. Jika
pembukaan kurang dari 3 cm, porsio tebal lebih dari 1 cm, penderita
diistirahatkan, diberikan sedativa sehingga dapat tidur. Mungkin masih dalam
"false labor". Jika setelah 12 jam berikutnya tetap ada his tanpa ada kemajuan
persalinan, ketuban dipecahkan dan his diperbaiki dengan infus pitosin. Perlu
diingat bahwa persalinan harus diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah
ketuban pecah, agar prognosis janin tetap baik.
b. Pada inersia uteri sekunder, dalam fase aktif, harus segera dilakukan :
1) penilaian cermat apakah ada disproporsi sefalopelvik dengan pelvimetri
klinik atau radiologi. Bila ada CPD maka persalinan segera diakhiri
dengan sectio cesarea.
2) bila tidak ada CPD, ketuban dipecahkan dan diberi pitocin infus.
3) nilai kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik. Bila tidak ada
kemajuan, persalinan diakhiri dengan sectio cesarea.
4) pada akhir kala I atau pada kala II bila syarat ekstraksi vakum atau cunam
dipenuhi, maka persalinan dapat segera diakhiri dengan bantuan alat
tersebut.
Perlu diingat bahwa hampir 50% kelainan his pada fase aktif disebabkan
atau dihubungkan dengan adanya CPD, sisanya baru disebabkan faktor
lain seperti akibat kelainan posisi janin, pemberian obat sedativa atau
relaksan terhadap otot uterus, dan sebagainya.
2. Inersia uteri hipertonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi
normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah
uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi
keluar. Disebut juga sebagai incoordinate uterine action.
Penanganan :
Referensi :
1. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi keempat cetakan kedua. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. Norwits, Errol & John Schorge. 2002. Obstetri & Ginekologi. edisi kedua. Jakarta :
Erlangga
3. Abdul Bari, Saifuddin. 2007. Buku Acuan Nasional Kesehatan Maternal Dan Maternal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.