Disusun Oleh :
TEDI SETIAWAN
(CKR0190161)
Etiologi :
1) Prematuritas karena bentuk Rahim relatif kurang lonjong, air tuban masih
banyak dan kepala anak relative besar.
2) Hydramnion karena anak mudah bergerak.
3) Plasenta praevia karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas
panggul.
4) Bentuk Rahim yang abnormal seperti uterus bicornis.
5) Panggul sempit: walaupun pinggul sempit sebagai sebab terletak sungsang
masih disangsikan oleh berbagai penulis.
6) Kelainan bentuk kepala: hydrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang
sesuai dengan bentuk pintu atas pinggul.
3. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relative lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam prestasi kepala,
letak sungsang, ataupun letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin
tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang. Karena bokong
dengan kudua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala maka bokong
dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong
dipaksa menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada
dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala.
Faktor-faktor lain yang memegang peran dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya adalah multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta
previa, dan panggul sempit. Kadang-kadang letak sungsang disebabkan karena
kelahiran uterus dan kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak di daerah kornu
fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang karena plasenta mengurangi
luas ruangan di daerah fundus (Sarwono Prawirohardjo, 2005).
4. Pathway
Kehamilan pertamanya
Tindakan operasi SC
Terjadi gangguan
psikologi Pendarahan
Perubahan status
kesehatan (cemas dan Nutrisi kurang dari
takut) kebutuhan tubuh
Defisit pengetahuan
5. Tanda dan Gejala
Menurut Liu (2008), menifestasi klinis yang biasanya mencirikan kehamilan
dengan bayi letak sungsang adalah:
1) Pergerakan anak tersisa oleh ibu dibagian perut bawah tepatnya dibawah pusat
dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2) Pada pelapis terba bagian keras, bundar dan melinting pada fundus uteri.
3) Punggung anak dapat terba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian kecil
pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis terba bagian yang kurang bundar
dan lunak.
4) Bunyi jantung janin terdengar pada punggug, setinggi pusat.
6. Penatalaksanaan
Pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan perhatian karena dapat
menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai kematian bayi.
Menghadapi kehamilan letak sungsang dapat diambil tindakan :
1) Saat kehamilan
Mengubah Posisi Sungsang Dengan Bersujud
Cara termudah dan teraman untuk mengubah posisi janin sungsang adalah
dengan bersujud (knee chest position) secara rutin setiap hari sebanyak 2
kali sehari, misalnya pagi dan sore, masing-masing selama 10 menit.
Biasanya bayi akan berputar dan posisinya kembali normal, yaitu kepala
berada di bagian bawah rahim. Pada saat kontrol ulang/ periksa ulang ,
maka bidan atau dokter akan kembali melakukan pemeriksaan palpasi untuk
memeriksa posisi janin. Jika belum berhasil, maka latihan diulangi dan
dilanjutkan setiap hari. Latihan ini hanya efektif bila dilakukan pada usia
kehamilan kurang dari 37 minggu.
Cara lain yakni dengan versi luar
Merupakan upaya yang dilakukan dari luar untuk dapat mengubah
kedudukan janin menjadi kedudukan lebih menguntungkan dalam
persalinan pervaginam (memutar posisi janin dari luar). Untuk melakukan
versi luar ini diperlukan syarat, sehingga versi luar dapat berhasil dengan
baik, yaitu :
- Dilakukan pada primigravida dengan umur kehamilan 34 minggu,
multigravida dengan umur kehamilan 36
- Pada inpartu dilakukan sebelum pembukaan 4 cm
- Bagian terendah belum masuk atau masih dapat dikeluarkan dari pintu
atas panggul
- Bayi dapat dilahirkan pervaginam
- Ketuban masih positif utuh.
- Tidak ada komplikasi atau kontraindikasi ( IUGR, perdarahan, bekas
seksio, kelainan janin, kehamilan kembar, hipertensi) Tindakan ini
hanya boleh dilakukan oleh dokter ahli (spesialis obsgyn). Oleh karena
itu, tindakan versi luar saat ini jarang dipraktikkan.
2) Persalinan diselesaikan dengan :
a.) Pertolongan persalinan pervaginam
Pertolongan persalinan letak sungsang pervaginam yang tidak sempat atau
tidak berhasil dilakukan versi luar adalah :
Pertolongan fisiologis secara Brach
Persalinan Brach berhasil bila berlangsung dalam satu kali his dan
mengejan, Sedangkan penolong membantu melakukan hiperlordose.
Bila persalinan dengan satu kali his dan mengejan tidak berhasil, maka
pertolongan Brach dianggap gagal, dan dilanjutkan dengan ekstraksi
(manual aid)
Ekstraksi bokong partial
Persalinan dengan ekstraksi bokong partial dimaksudkan bahwa:
Persalinan bokong sampai umbilikus berlangsung dengan kekuatan
sendiri
Terjadi kemacetan persalinan badan dan kepala
Dilakukan persalinan bantuan dengan jalan : secara klasik, secara
Muller dan Loevset.
Pertolongan persalinan kepala
Pertolongan persalinan kepala menurut Mauriceau- veit Smellie,
dilakukan bila terjadi kegagalan persalinan kepala.
Persalinan kepala dengan ekstraksi forsep, dilakukan bila terjadi
kegagalan persalinan kepala dengan teknik Mauriceau viet Smellie.
Ekstraksi bokong totalis
Ekstraksi bokong total bila proses persalinan sungsang seluruhnya
dilakukan dengan kekuatan penolong sendiri.
b) Pertolongan persalinan dengan sektio sesarea
Memperhatikan pertolongan persalinan letak sungsang melalui jalan
vaginal, maka sebagian besar pertolongan persalinan sungsang dilakukan
dengan seksio sesarea.
7. Komplikasi
1) Komplikasi pada ibu
Trias komplikasi ibu : perdarahan, robekan jalan lahir ( pada vagina atau
serviks), infeksi ( endometritis )
2) Komplikasi pada bayi
Trias komplikasi pada bayi : asfiksia, trauma persalinan, infeksi
a. Asfiksia bayi Dapat disebabkan oleh :
- Kemacetan persalinan kepala : aspirasi air ketuban-lendir
- Perdarahan atau oedema jaringan otak
- Kerusakan medula oblongata
- Kerusakan persendian tulang leher
- Kematian bayi karena asfiksia berat
b. Trauma persalinan
- Dislokasi-fraktura persendian, tulang ekstrimitas
- Kerusakan alat vital : lien, hati, paru-paru, jantung
- Dislokasi fraktura persendian tulang leher.
c. Infeksi dapat terjadi karena :
Persalinan lama
Ketuban pecah dini
Manipulasi pada pemeriksaan dalam
8. Diagnosa Banding
Kehamilan dengan letak sungsang dapat didiagnosis dengan kehamilan
letak muka. Pemeriksaan fisik dengan pelapis Leopod masih ditemukan kemiripan.
Ini dibedakan dari pemeriksaan dalam yakni pada letak sungsang akan didapatkan
jari yang dimasukkan kedalam anus mengalami rintangan otot dan anus dengan
tuberosis ischia sesuai garis lurus.
Pada letak muka, jari yang masuk kedalam mulut akan meraba tulang
rahang dan alveola tanpa hambatan serta mulut dan tulang pipi membentuk
segitiga. Sedangkan dengan USG atau rontgen sangatlah dapat dibedakan.
B. PENGKAJIAN
Proses keperawatan adalah tindakan yang berurutan dilakukan secara sistematis untuk
menentukan masalah klien membuat perencanaan untuk mengatasinya, pelaksanaan
rencana itu atau menugaskan orang lain untuk melaksanakan dan mengevaluasi
keberhasilan secara efektif terhadap masalah yang diatasinya (Doengoes, 2011). Proses
keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan dan evaluasi.
1. Wawancara
Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara dua
orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan
dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber
yang terpercaya. Wawancara dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah
pertanyaan dari pewawancara kepada narasumber.
Dalam wawancara perawat mengkaji :
1) Identitas Pasien
Berisikan nama lengkap pasien, usia pasien, jenis kelamin pasien,
suku/bangsa pasien, agama pasien, pekerjaan pasien, pendidikan pasien,
alamat pasien, dan diagnosa medis.
2) Identitas Penanggung Jawab
Berisikan nama lengkap penanggung jawab, usia penanggung jawab, jenis
kelamin penanggung jawab, suku/bangsa penanggung jawab, agama
penanggung jawab, pekerjaan penanggung jawab, pendidikan penanggung
jawab, alamat penanggung jawab, dan status hubungan penanggung jawab
dengan pasien.
3) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan dan yang paling
sering mengganggu pasien pada saat itu. Keluhan utama pasien dijadikan
sebagai acuan dalam mengenali informasi lebih dalam, melakukan
pemeriksaan dan pemberian tindakan.
4) Riwayat Kesehatan Saat Ini
Riwayat kesehatan saat ini merupakan rincian dari keluhan utama yang berisi
tentang riwayat perjalanan pasien selama mengalami keluhan secara lengkap.
5) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a) Riwayat Penyakit Dahulu :
Pada umumnya pasien mengatakan keluhannya yang diderita sebelumnya
dan gejalanya hampir sama dengan yangdirasakan sekarang.
b) Riwayat Hospitalisasi :
Berisikan kebiasaan pasien untuk berobat baik di klinik, puskesmas atau
rumahsakit.
c) Riwayat Pembedahan dan Cedera :
Pada umumnya pasien mengatakan bahwa dirinya pernah dilakukan
pembedahan dan memiliki cedera.
d) Riwayat Alergi :
Berisikan alergi yangdimiliki pasien baik obat-obatan ataupun makanan
yang memungkinkan nantinya dapat memperburuk keadaan pasien
e) Riwayat Pengobatan :
Pada umumnya jika pasien pernah dirawat dengan gejala serupa akan
diberikan obat-obatan untuk sesak, batuk atau lainnya. Atau dapat
berisikan obat-obatan yang dikonsumsi beberapa hari terakhir.
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Sejarah keluarga memegang peranan penting dalam kondisi kesehatan
seseorang. Penyakit yang muncul pada lebih dari satu orang keluarga terdekat
dapat meningkatkan resiko untuk menderita penyakit tersebut.
Riwayat Penyakit Keturunan
Berisikan riwayat penyakit keturunan yang diderita oleh
keluarganya seperti DM, jantung, talesemia, kanker dan penyakit
lainnya.
7) Riwayat Obsterti dan Ginekologi
1. Riwayat ginekologi
a. Riwayat menstruasi, meliputi tentang menarche, berapa lama haid,
siklus menstruasi, masalah haid yang biasanya dialami selama siklus
menstruasi dan HPHT.
b. Riwayat perkawinan, meliputi tentang usia ibu dan ayah sewaktu
menikah, lama perkawinan, perkawinan keberapa dan jumlah anak
yang sudah dimiliki.
c. Riwayat kontrasepsi, meliputi apakah melaksanakan keluarga
berencana, jenis kontrasepsi yang dipakai, lama penggunaanya,
masalah yang terjadi, rencana kontrasespsi yang akan digunakan
serta alasan mengapa memilih kontrasespsi.
2. Riwayat obstetric
a. Riwayat kehamilan, mencakup riwayat kehamilan yang dahulu dan
riwayat kehamilan sekarang yang menguraikan tentang pemeriksaan
kehamilan, riwayat imunisasi, riwayat pemakaian obat selama
kehamilan serta keluhan selama kehamilan.
b. Riwayat persalinan, meliputi tentang riwayat persalinan dahulu yang
berisi tanggal lahir anak, usia, jenis kelamin, BB lahir, umur
kehamilan, jenis persalinan tempat terjadinya persalinan dan
komplikasi yang terjadi selama persalinan. Riwayat persalinan
sekarang meliputi tanggal persalinan, tipe persalinan, lama
persalinan, jumlah perdarahan, jenis kelamin serta APGAR score.
c. Riwayat nifas, menjelaskan tentang riwayat nifas dahulu, riwayat
nifas sekarang.
8) Aktivitas sehari-hari
Dalam aktifitas sehari-hari dikaji pola aktivitas, selama dirumah dan selama
dirumah sakit, antara lain yaitu:
1) Pola nutrisi
a) Makan : meliputi frekuensi dan jenis makanan, porsi makan yang
dihabiskan, cara dan keluhan saat makan. Pada klien postpartum terdapat
peningkatan nafsu makan dan sering merasa lapar karena banyak
mengeluarkan energi pada prosespersalinan.
b) Minum : meliputi jenis dan jumlah minuman yang dihabiskan, cara dan
keluhan saat minum. Padaklien postpartum terdapat peningkatan
pemasukancairan.
2) Pola eliminasi
a) Buang Air Besar (BAB) : Frekuensi BAB, waktu, konsistensi feses, warna
feses, cara dan keluhan saatBAB. Pada klien postpartum BAB terjadi 2-3
hari kemudian..
b) Buang Air Kecil (BAK) : Frekuensi BAK, warna kuning jernih, jumlah
pada klien post partum pertama BAK sering sakit atau sering terjadi
kesulitan kencing
3) Pola istirahat dan tidur
Kaji kuantitas,kualitas dan keluhan mengenai tidur siang dan malam. Pada
klien postpartum terkadang pola istirahat terganggu karena rasa nyeri
padaperineum.
4) Personal Hygiene
Kaji frekuensi mandi, gosok gigi, keramas dan menggunting kuku, ganti
pakaian dan cara melakukannya. Pada klien postpartum personal hygiene tidak
terawat dikarenakan rasa kelelahan sehabis proses melahirkan
5) Pola aktivitas
Kaji kegiatan mobilisasi. Pada klien postpartum jarang terjadi gangguan
aktivitas dan jika terjadi gangguan aktivitas lebih biasanya terjadi pada klien
dengan episiotomi.
6) Pemeriksaan fisik
9) Pemeriksaan fisik ibu
Keadaan umum, meliputi tentang kesadaran, nilai glasgow coma scale (GCS) yang
berisi penilaian eye, movement, verbal. Mencakup juga penampilan ibu seperti
baik, kotor, lusuh.
1. Tanda-tanda vital, meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu dan
respirasi.
2. Antropometri, meliputi tinggi badan, berat badan sebelum hamil, berat badan
saat hamil dan berat badan setelah melahirkan.
Observasi
- Monitor tanda dan gejala
pendarahan
Terapeutik
- Pertahankan bed rest
selama pendarahan
- Batasi tindakan intensif,
jika perlu
Edukasi
- Anjurkan meningatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
- Anjurkan menngkatkan
asupan makanan dan
vitamin K
- Anjurkan segera melapo
jika mengalami
pendarahan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
pendarahan
- Kolaborasi pemberian
obat darah, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Manuaba, Ida, Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan danKeluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida, Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan danKeluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC