Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

GANGGUAN CITRA DIRI


Diajukan Untuk Memenuhu Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa 1

Disusun Oleh :
SEMESTER 4-A KELOMPOK 2
Achmad Ahwan Nugraha 19.12.2.149.001
Gadis Ayu Putri Kana 19.12.2.149.015
Ricki Dwi Prasetyo 19.12.2.149.031
Wahyuning Tyas Safitri 19.12.2.149.041
Zulfi Asda Zaizana Ilma 19.12.2.149.043

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Hanim Nur Faizah. S,Kep., Ns ., M.Kep.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan
Kesehatan Jiwa 1 tentang gangguan citra diri.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Kami sebagai penyusun makalah
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca untuk ke
depanya dapat memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa kami sebagai penyusun
makalah masih terdapat kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupan tata bahasnya.
Oleh karena itu kami mohon maaf dan menerima segala saran dan kritik dari pembaca
yang bersifat membangun.
Akhir kata kami berharap semoga makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi yang
membancanya.

Tuban, 01 April 2021

Penyusun.
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................................


HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................
LEMBAR PENGERTIAN ................................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................
1.3 Tujuan ...............................................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................
2.1 Pengertian Citra Diri ........................................................................................
2.2 Aspek-Aspek Citra Diri ....................................................................................
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Citra Diri .................................................
2.4 Dimensi dan Peranan Citra Diri ........................................................................
2.5 Etiologi .............................................................................................................
2.6 Tanda dan Gejala ..............................................................................................
2.7 Pengkajian Keperawatan ..................................................................................
2.8 Deteksi Dini dan Pencegahan Kunci Utama .....................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................
3.1 Kasus ...............................................................................................................
3.2 Pengkajian ........................................................................................................
3.3 Analisa Data ....................................................................................................
3.4 Diagnosa Keperawatan ....................................................................................
BAB IV PENUTUP ...........................................................................................................
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................
4.2 Saran .................................................................................................................
4.2.1 Bagi Perawat ............................................................................................
4.2.2 Bagi Mahasiswa Keperawatan .................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan
tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat
langsung seperti pada masalah kesehatan fisik, memperlihatkan gejala yang berbeda,
dan muncul oleh berbagai penyebab. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian
saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda. Banyak klien dengan masalah
kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan
hal yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam
menyelesaikan masalah juga bervariasi (Depkes RI. 1993).
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan
tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991).
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang
lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari
lingkungan ( Keliat ,1992 ).
Gangguan citra tubuh adalah kekacauan pada cara seseorang merasakan citra
tubuhnya. Evaluasi diri dan perasaan tentang kemampuan diri negatif, yang dapat
diekspresikan secara langsung atau tidak langsung. Suatu gangguan citra tubuh dapat
diketahui perawat dengan mewawancarai dan mengamati pasien secara berhati-hati
untuk mengidentifikasi bentuk ancaman dalam citra tubuhnya (fungsi signifikan
bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan dan penampilan fisik bagian yang
terlibat), arti kedekatan pasien terhadap anggota keluarga dan anggota penting lainnya
dapat membantu pasien dan keluarganya . Hubungan saling percaya antara perawat
dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien
gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa
adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai kemampuan yang
dimiliki. Klien mungkin menghindar atau menolak berperan serta dan perawat
mungkin cenderung membiarkan, khususnya pada klien yang tidak menimbulkan
keributan dan yang tidak membahayakan (Depkes RI. 1993).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa gangguan citra diri itu
1.2.2 Apa saja aspek-aspek citra diri
1.2.3 Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi dari citra diri
1.2.4 Bagaimana Dimensi Dan Peranan Citra Diri
1.2.5 Apa saja etiologi dari citra diri
1.2.6 Apa saja tanda dan gejalanya
1.2.7 Apa saja Pengkajian Keperawatan itu
1.2.8 Bagaimana Deteksi Dini Dan Pencegahan Kunci Utama nya
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Khusus
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa sebagai calon
perawat dapat mengetahui dan mampu mengatasi klien dengan “Gangguan Citra Diri”
dengan menggunakan standar Asuhan Keperawatan Kesehatan
1.3.2 Tujuan Umum
1.3.2.1 Mengetahui definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dimensi dan peranan citra
diri, etiologi, tanda dan gejala, pengkajian keperawatan.
1.3.2.2 Mampu merumuskan diagnosa keperawatan jiwa pada pasien gangguan citra tubuh.
1.3.2.3 Menguraikan prosedur asuhan perawatan jiwa yang digunakan untuk pasien dengan
ganggua citra tubuh.
1.3.2.4 Memenuhi tugas keperawatan jiwa 1.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gangguan Citra Diri


Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan
tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991).
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang
lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari
lingkungan ( Keliat ,1992 ).
Gambaran diri ( Body Image ) berhubungan dengan kepribadian. Cara
individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap dirinya manarima dan mengukur
bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan
meningkatkan harga diri (Keliat, 1992).
Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan
memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu
sukses dalam kehidupan. Banyak Faktor dapat yang mempengaruhi gambaran diri
seseorang, seperti, munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri.
Stresor-stresor tersebut dapat berupa operasi seperti : mastektomi, amputsi ,luka
operasi yang semuanya mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi
seperti operasi plastik, protesa dan lain-lain.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang
sering kontak dengan tubuh.
2.2 Aspek-Aspek Gangguan Citra Diri
Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai komponen citra tubuh.
Salah satunya adalah Foland (2009:50) yang mengemukakan adanya lima komponen
citra tubuh, yaitu :
2.2.1 Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan), yaitu perasaan daya tarik fisik
seseorang mengenai menarik atau tidaknya penampilan orang tersebut, serta
memuaskan atau tidak memuaskan. Penilaian dengan hasil tinggi sebagian besar
positif dan merasa puas terhadap penampilan mereka. Sedangkan penilaian hasil
rendah memiliki rasa ketidakbahagiaan dengan penampilan mereka (Foland,
2009:50).
Coopersmith mengatakan bahwa sebagai evaluasi individu mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan dirinya sendiri, individu mampumengekspresikan sikap setuju atau
tidak setuju dan menunjukkan tingkat individu meyakini dirinya sendiri sebagai
mampu, penting, berhasil, dan berharga (dalam Handayani dan Helmi, 1998).
Penilaian yang dilakukan berguna untuk mengetahui bagaimanadirinya, mengenai
kesesuaian diri terhadap apa yang sedang dialami individu baik secara pribadi
maupun ketika individu tersebut berada pada lingkungan masyarakat. Penilaian
terhadap penampilan diperlukan kaitannya dengan bagaimana citra tubuh individu
dapat terasa baik untuk dirinya dan terlihat baik di mata orang lain yang
melihatnya.Semakin baik penampilan individu, akan memberikan persepsi baik pula
terhadap dirinya sendiri. Sebaliknya semakin buruk penampilan individu, maka akan
menimbulkan persepsi yang buruk pula. Hal tersebut sangat berpengaruh dengan
kesesuaian dirinya dalam membuat diri merasa nyaman.
2.2.2 Appearance Orientation (Orientasi Penampilan), yaitu tingkat investasi dalam
penampilan seseorang. Hasil penilalian tinggi berada pada peran lebih penting
bagaimana mereka terlihat, memperhatikan penampilan mereka, dan terlibat dalam
perilaku perawatan ekstensif. Hasil penilaian rendah tampak tidak sangat penting dan
mereka tidak menghabiskan banyak usaha untuk menjadi terlihat baik.
Orientasi penampilan perlu dilakukan dalam kaitannya dengan memperbaiki citra
tubuh individu, karena orientasi yang tinggi merupakan usaha untuk mencapai citra
tubuh yang baik, yang dapat membuat individu mampu menyesuaikan dengan diri
sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Dalam mengorientasi penampilan, individu melakukan diskusi dan meminta nasihat
kepada orang yang lebih berpengalaman dari dirinya. Nasihat yang didapatkan akan
menjadi bahan pertimbangan yang disesuaikan dengan lingkungan tempat bergaul
individu tersebut.
2.2.3 Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh), yaitu serupa dengan
evaluasi penampilan, hasil penilaian tinggi pada umumnya merasa puas dengan
sebagian besar tubuh mereka. Hasil penilaian rendah berarti memiliki ketidakpuasan
dengan ukuran atau penampilan diri mereka sendiri (Foland, 2009:50).
Kepuasan adalah keadaan kesenanagan dan kesenjangan yang disebabkan karena
seseorang telah mencapai satu tujuan atau sasaran (Chaplin, 2002). Kepuasan yang
dirasakan dapat memberikan dampak tingkat kepercayaan diri yang baik untuk
individu dalam mengeksplorasikan dirinya ke hadapan lingkungan masyarakat. Selain
itu kepuasan dengan hasil penilaian tinggi jelas mempengaruhi citra tubuh individu
untuk menjadi baik pula. Kepuasan terhadap bagian tubuh didapatkan dari bagaimana
individu memberikan orientasi terhadap penampilan dirinya, yang sehingga dapat
menghasilkan penilaian yang tinggi pula.
Dengan kepuasan yang didapat individu akan sering membanggakan dirinya di
hadapan lingkungan sekitarnya. Kebanggan yang dimiliki berasal dari hasil penilaian
tinggi dari orientasi yang telah dilakukan.
2.2.4 Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk), yaitu kewaspadaan individu
terhadap berat badan, melakukan diet ketat, dan membatasi pola makan. Individu
memiliki kecemasan terhadap bentuk tubuhnya yang bisa menjadi gemuk.
Kewaspadaan ini memberikan dampak peningkatan perhatian terhadap penampilan
diri pada individu.Pada usia remaja, sudah sewajarnya ketika individu merasa ingin
memiliki tubuh yang ideal. Sehingga mereka akan lebih mengatur hidupnya dengan
menjaga pola makan agar tidak menjadi gemuk. Mereka berfikir bahwa tubuh yang
gemuk adalah hal memalukan yang tidak dapat dengan mudah mengikuti
perkembangan mode yang ada, dimana perkembangan mode tersebut yang membuat
individu dapat melakukan interaksi bersama lingkungan sekitarnya dengan baik.
2.2.5 Self-Clasified Weight (Persepsi terhadap Ukuran Tubuh), yaitu persepsi dan penilaian
individu terhadap berat badannya, mulai dari kekurangan berat badan sampai
kelebihan berat badan. Penilaian ini terjadi pada individu itu sendiri terhadap
bagaimana keadaan dirinya sendiri dan juga bagaimana keadaan dirinya di mata orang
lain.
Pandangan individu terhadap proporsi tubuhnya sangat berpengaruh terhadap
penampilan di hadapan masyarakat. Mengenai tubuh ideallah yang diharapkan guna
memberikan kenyamanan dalam hidup bersosial dengan masyarakat. Individu tidak
ingin memiliki tubuh yang terlalu kurus, sehingga membuat mereka memiliki
keinginan untuk lebih menggemukkan tubuh mereka. Sedangkan ketika mereka sudah
merasa proporsi tubuhnya bertambah, kebanyakan malah merasa kebingungan karena
dianggap terlalu gemuk dan merasa kebingungan untuk melakukan diet guna
mengurangi proporsi tubuh mereka. Begitu pula sebaliknya dari hal tersebut. Individu
mengenai bentuj tubunya jauh dari kata kepuasan untuk mencapai kata ideal. Mereka
akan sering melakukan perbandingan ukuran tubuh antara dirinya sendiri dengan figur
lain yang dirasa tampak menarik menurutnya. (Foland, 2009:50).
Berdasarkan pemaparan data di atas yang dikemukakan oleh Foland, dapat
disimpulkan bahwa komponen citra tubuh terdiri dari evaluasi, orientasi individu
terhadap penampilan tubuh, kepuasan pada bagian tubuh tertentu, serta persepsi diri
terhadap berat badan. Citra tubuh perlu untuk diperhatikan agar dapat menyesuaikan
diri dan menimbulkan kepercayaan dari dalam diri sendiri untuk berinteraksi dengan
lingkungan sekitar.
Dari dua tokoh yang menyatakan tentang aspek citra tubuh, peneliti lebih tertarik
memilih aspek citra tubuh menurut Foland. Hal tersebut dikarenakan aspek-aspek
yang dinyatakan dirasa sesuai dengan keperluan peneliti. Aspek yang dimiliki cukup
menantang dengan membuat individu mampu mengevaluasi dan mengorientasi
individu terhadap penampilan dirinya sendiri.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Citra Diri
Citra tubuh dalam diri seseorang dapat muncul dikarenakan terdapat faktor
yang mempengaruhinya. Menurut Melliana Citra tubuh seseorang muncul dengan
dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini:
2.3.1 Self esteem. Citra tubuh seseorang lebih mengacu pada pandangan seseorang tersebut
tentang tubuhnya yang dibentuk dalam pikirannya, lebih berpengaruh pikiran orang
itu sendiri dibanding pikiran orang lain terhadap dirinya. Selain itu juga dipengaruhi
oleh keyakinan dan sikapnya terhadap tubuh sebagaimana gambaran ideal dalam
masyarakat.
2.3.2 Perbandingan dengan orang lain. Citra tubuh secara global terbentuk dari
perbandingan yang dilakukan seseorang terhadap fisiknya sendiri, hal tersebut sesuai
dengan standar yang dikenal oleh lingkungan sosial dan budayanya. Salah satu
penyebab adanya perbedaan antara citra tubuh ideal dengan kenyataan tubuh yang
nyata sering disebabkan oleh media massa yang seringkali menampilkan gambar
dengan tubuh yang dinilai sempurna, sehingga terdapat perbedaan dan menciptakan
persepsi akan penghayatan tubuhnya yang tidak atau kurang ideal.Konsekuensi yang
didapat adalah individu menjadi sulit menerima bentuk tubuhnya.
2.3.3 Bersifat dinamis. Citra tubuh memiliki sifat yang mampu mengalami perubahan terus
menerus, bukan yang bersifat statis atau menetapseterusnya. Citra tubuh sangat
sensitif terhadap perubahan suasana hati (mood), lingkungan dan pengalaman fisik
inidvidual dalam merespon suatu peristiwa kehidupan.
2.3.4 Proses pembelajaran. Citra tubuh merupakan hal yang dipelajari. Proses pembelajaran
citra tubuh ini sering kali dibentuk lebih banyak oleh orang lain diluar individu
sendiri, yaitu keluarga dan masyarakat, yang terjadi sejak dini ketika masih kanak-
kanak dalam lingkungan keluarga, khususnya cara orang tua mendidik anak dan di
antara kawan-kawanpergaulannya. Tetapi proses belajar dalam keluarga dan
pergaulan ini sesungguhnya hanyalah mencerminkan apa yang dipelajari dan
diharapkan secara budaya. Proses sosialisasi yang dimulai sejak usia dini, bahwa
bentuk tubuh yang langsing dan proporsional adalah yang diharapkan lingkungan,
akan membuat individu sejak dini mengalam ketidakpuasan apabila tubuhnya tidak
sesuai dengan yang diharapkan oleh lingkungan, terutama orang tua. (dalam Samura,
2011)
2.3 Dimensi Dan Peranan Citra Diri
a. Diri sebagai oleh diri sendiri, dapat diwujudkan dalam pernyataan-pernyataan
berikut:
“Saya baik hati”
“Saya hangat dan bersahabat”
“Saya agresif”
“Saya tidak cermat”
Sudah barang tentu, perasaan dan keyakinan seperti itu mempunyai dampak besar
terhadap
apa yang diperbuat individu. Seseorang yang underachieved (hasil rendah
dibanding
kemampuan) di sekolah atau pun orang yang tidak cermat memilih karier akan
memandang diri
sangat tidak adekuat dan bereaksi secara tidak tepat dalam bidang-bidang tersebut.
b. Diri sebagai dilihat oleh orang lain atau “Beginilah saya kira orang lain
memandang saya”, agaknya dapat diwujudkan dalam ungkapan-ungkapan:
“Anda memandang saya sebagai bersifat bersahabat”
“Kakak memandang saya sebagai percaya diri”
“Teman-teman menganggap saya sebagai menarik”
“Paman menganggap saya sebagai gegabah”
Setiap individu juga mengembangkan sikap-sikap menurut bagaimana orang lain
memandang/menganggap dirinya, lalu dia cenderung berbuat sesuai dengan
anggapan-anggapan yang dipersepsi atau diterimanya.
c. Diri idaman, mengacu pada “tipe orang yang saya kehendaki tentang diri saya”.
Aspirasiaspirasi tujuan-tujuan, dan angan-angan, semuanya tercermin melalui diri
idaman. Ini agaknya terungkap dalam pernyataan:
“Saya pantasnya seorang guru”
“Saya seperti orang tua yang baik”
“Saya ini sepertinya akan menjadi orang kaya”
Diri idaman adalah perlu dalam penentuan cita-cita hidup. Sudah barang tentu
tujuan atau ideal yang terlalu jauh atau sukar/tidak mungkin terjangkau
merupakan citra diri yang tidak sehat.
Bagian lebih khusus citra diri, menurut Einsberg dan Delaney berkenaan dengan
apa yang diketahui dan diyakini individu. Pandangan khusus seseorang berkenaan
dengan diri meliputi penilaian deskriptif mengenai kemampuan dan keterbatasan,
minat dan bukan minat, dan pola tingkah laku dominan. Ini mencakup pandangan
terhadap diri sekarang, dan harapan serta peranggapan bagi masa depan. Ada dua
jenis pernyataan dalam hal ini: “Some time these self-referent statement are
idiographic (me looking at self); at other time they are nomothetic (me compared
to others). Beberapa contoh pernyataan yang idiographic (diri saya memandang
diri sendiri) adalah
“Saya tidak dapat membaca dengan baik”
“Saya senang memetik gitar, tapi tidak suka mendengarkan opera”
“Saya sangat marah jika saya merasa dihadapi secara tidak bersahabat, namun
jarang saya memperlihatkan kemarahan”
Adapun contoh pernyataan yang nomothelic (diri saya dihubungkan pada orang
lain) adalah:
“Saya terbaik dari antara teman sebaya dalam bergaul dengan lawan jenis (dan
bangga atas kemampuan itu)”
“Saya sangat cemas jika menyatakan sesuatu dalam kelompok. Semakin besar
kelompok, semakin cemaslah saya (saya tidak suka punya masalah begini dan
ingin agar saya dapat mengatasi kekhawatiran ini)”.
“Orang-orang sering tampak tersinggung oleh tindakan saya dan saya tidak tahu
mengapa demikian (hal ini menyusahkan saya)”
“Saya tidak bisa bermain catur dengan baik dan agaknya akan selamanya
demikian (kekurangan kemampuan ini tidaklah menyusahkan saya).”
Peranan Citra diri secara umum yaitu:
a. Citra diri memberikan gambaran tentang seseorang itu. ini tidak hanya meliputi
perasaan terhadap diri seseorang, melainkan mencakup pula tatanan moral, sikap-
sikap, idea-idea, dan nilai-nilai yang mendorong orang bertindak atau sebaliknya
tidak bertindak. Oleh karena citra diri itu berbeda dari orang ke orang, maka citra
diri dapat dianggap sebagai penunjuk pokok keunikan individu dalam bertingkah
laku.
b. Citra diri sebagai sistem sikap pandang terhadap diri seseorang dan merupakan
dasar bagi semua tingkah laku, dijelaskan lebih langsung oleh Ariety (1967)
bahwa ”the self concept is basic in all behavior”. Bahwa citra diri juga sangat
menentukan tingkah laku untuk masa depan seseorang terungkap dalam penyataan
Einsberg dan Delaney (1977). “A person’s view toward self appears to be a
powerful determinant of behavior, personal decision making, and aspirations for
the future”. Jadi agaknya tidak ada keraguan bahwa citra diri sangat menentukan
tingkah laku individu sekarang dan masa datang, serta menentukan pembuatan
keputusan dan aspirasi-aspirasi individu bagi masa depannya.

2.4 Etiologi
1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, pemasangan,
alat di dalam tubuh.
3. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan
pemasangan
4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh
5. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
6. Makna dan objek yang serang kontak : penampilan dan dandanan berubah,
pemasangan alat pada tubuh klien (infuse, traksi, respriator, suntik, pemeriksaan
tanda vital, dll)
7. Kemungkinan etiologi (yang berhubungan dengan)
8. Kekurangan umpan balik positif
9. Kegagalan yang dirasakan
10. Harapan-harapan yang tidak realistis (pada bagian dan orang lain)
11. Perkembangan ego mengalami ketardasi
12. Kebutuhan ketergantungan yang tidak terpenuhi
13. Ancaman terhadap keamanan karena gangguan fungsi pada dinamika-
dinamikakeluarga.
2.5 Tanda dan Gejala
1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh
4. Persepsi negatif pada tubuh
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6. Mengungkapkan keputusasaan
7. Mengungkapkan ketakutan
8. Citra yang mengalami distorsi, melihat diri sebagai gemuk, meskipun pada
keadaan berat badan normal atau sangat kurus
9. Penolakan bahwa adanya masalah dengan berat badan yang rendah
10. Kesulitan menerima penguatan positif
11. Kegagalan untuk mengambil tanggung jawab menurut diri sendiri. Pengobatan
diri
12. Tidak berpartisipasi pada terapi
13. Perilaku merusak diri sendiri, muntah yang dibuat sendiri; penyalahgunaan obat-
obat pencahar dan diuretic, penolakan untuk makan
14. Kontak mata kurang
15. Alam perasaan yang tertekan dan pikiran-pikiran yang mencela diri sendiri setelah
episode
dari pesta dan memicu perut
16. Perenungan yang mendalam tentang penampilan diri dan bagaimana orang-orang
lain melihat diri mereka.
2.6 Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien : nama, umur, alamat dll.
2. Alasan masuk
3. Faktor Predispdsisi dan Presipitasi
4. Pengkajian fisik
5. Psikososial
a. Genogram
b. Konsep Diri : Gambaran diri atau citra tubuh, Identitas Diri, Peran
Diri, Ideal Diri, Harga Diri
c. Hubungan Sosial
d. Spiritual : Nilai, Keyakinan dan Ibadah
6. Status Mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas Motorik : Hipomotorik, Hipermotorik, TIK, Agitasi,
Grimaseren, Tremor atau Kompulsif
d. Alam Perasaan
e. Afek
 Dari mana datangnya afek di dapatkan?
 Jenis Afek : Appropriate atau inappropriate
f. Interaksi selama wawancara
g. Persepsi
h. Proses berpikir : Sirkumtansial, Tangensial, Kehilangan asosiasi, Flight
of Ideas, Blocking, Reeming, Perseverasi
i. Isi Pikir (dapat di ketahui dari?) : Obsesi, Phobia, Ide terkait,
Depeersonalisasi, Waham ( agama, somatik, kebesaran, curiga,
nihilistic, hipokondria, magik mistik ) atau Waham yang bizar (ada
berapa?)
j. Tingkat kesadaran dan Orientasi
 Kesadaran Pasien (bingung, sedasi, atau stupor)
 0rientasi terhadap waktu, tempat, orang
k. Memori ( Gangguan daya ingat jangka panjang, Gangguan daya ingat
jangka pendek, Gangguan daya ingat saat ini, Konfabulasi )
l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung (mudah dialihkan, tidak mampu
berkomunikasi, atau tidak mampu berhitung )
m. Kemampuan Penilaian (gangguan kemampuan penilaian ringan,
gangguan penilaian hermaka)
n. Daya Tilik Diri
7. Masalah Psikososial da Lingkungan
8. Pengetahuan
9. Aspek Medik
 Diagnosa Medis
 Program terapi obat yang diberikan
2.7 Deteksi Dini Dan Pencegahan Kunci Utama
Sebagai penatalaksanaan pasien dengan gangguan ini. Maka psikoterapi
memegang peranan yang penting. Psikoterapi berorientasi tilikan berguna untuk
memperbaiki tilikan pasien terhadap dirinya. Selain juga tentunya obat-obatan
terutama dari golongan antidepresan SSRI seperti Fluoxetine dan Sertraline dapat
bermanfaat. Penelitian di Amerika mengatakan pengobatan dengan golongan SSRI
seperti Fluoxetine dan juga golongan Clomipramine dapat menurunkan gejala kepada
50% pasien. Bila terdapat komorbiditas dengan gangguan mental lain, seperti
gangguan depresi atau gangguan cemas, maka pengobatan secara psikofarmakologi
dan psikoterapi yang tepat perlu juga dilakukan.
Pasien seringkali datang ke dokter bedah plastik untuk memperbaiki
kekurangan yang dia milliki. Dari laporan yang ada, pembedahan dan perbaikan
secara estetik terhadap apa yang dikeluhkan pasien tidak bermakna menghilang.
Sehingga disarankan bagi beberapa pasien yang ingin melakukan bedah plastik estetik
karena gangguan ini berkonsultasi terlebih dahulu dengan seorang psikiater. Hal ini
untuk menilai apakah terdapat gangguan citra tubuh pada pasien ini. Bila ternyata ada
maka segala usaha operasi untuk memperbaiki diri mereka juga tidak akan berhasil
dan membuat puas si pasien karena sebenarnya yang menjadi masalah adalah bukan
hasil operasinya atau bagaimana fisik mereka terlihat, tetapi lebih terhadap pandangan
mereka terhadap citra tubuh mereka sendiri. Sehingga perlu adanya kerjasama antara
dokter ahli bedah plastik dengan psikiater untuk menilai kesiapan para pasien bedah
plastik estetik yang ingin menjalani operasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Nn. D 23 tahun datang ke Rumah Sakit Diponegoro tanggal 10 Desember 2011 pada
pukul 09.00 WIB dengan keluhan takut akan perubahan pada kondisi tubuhnya
(bertambah gemuk). Klien mengatakan merasa cemas karena akhir-akhir ini berat
badannya meningkat. Klien juga mengatakan sudah berusaha menggunakan obat
pencahar dan mengurangi porsi makan bahkan kadang-kadang klien tidak makan agar
postur tubuhnya tetap stabil. Klien mengatakan bahwa dia tidak menerima kondisi
tubuhnya sekarang karena sudah tidak langsing seperti dulu dan dia stress dengan hal
ini. Klien merasa bahwa dia tidak berguna lagi dan dia tidak mampu untuk melakukan
sesuatu. Saat pengkajian klien tampak gelisah, cemas, malu-malu dan kontak mata
kurang. Klien juga tampak lemah dan pucat .
PENILAIAN TERHADAP STRESOR
KOGNITIF AFEKTIF FISIOLOGIS PERILAKU SOSIAL
 Klien  Malu  Lemah  Pasif  Klien
mengatakan  Gelisa  Tampak  Interaksi jarang
merasa takut h pucat cukup Bicara
akan  Cema  Daya kooperat dengan
perubahan s ingat baik if orang lain
pada kondisi  Afek  Penampil  Kontak  Klien
tubuhnya terbat an mata tidak
 Klien as luamayan kurang punya
mengatakan rapi  Aktivita banyak
tidak s teman dan
menerima motorik hanya
kondisi terbatas dekat
tubuhnya dengan
yang sekarang saudara
karena tidak kandungn
langsing lagi ya
 Klien
merasa
bahwa
sekarang dia
tidak berguna
dan tidak
mampu
melakukan
sesuatu
 Blockin
g
 Tidak
focus
MEKANISME KOPING
MEKANISME KOPING JENIS
Saat ada masalah klien jarang bercerita pada Supresi (Maladaptif)
orang lain

3.2 Pengkajian
Tanggal masuk RS : 10 Desember 2011
Bangsal dirawat : Empati
No.Rekam Medik : 09130108
Tanggal pengkajian : 10 Desember 2011
a) Identitas
Pasien :
Nama : Nn.D
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :
Alamat : Jln. Mangga
b) Alasan Masuk
Klien masuk dengan alasan takut akan perubahan pada kondisi tubuhnya
c) Faktor predisposisi dan presipitasi
1.Faktor Predisposisi

BIOLOGIS PSIKOLOGIS SOSIAL

Tidak ada riwayat Klien merupakan tipe  Jenis kelamin :


gangguan jiwa dan kepribadian tertutup Perempuan
dirawat di RSJ  Usia 23 tahun
 Pendidikan :
lulusan SMA
 Pekerjaan : -
 Tidak punya
banyak teman dan
hanya dekat
dengan saudara
kandungnya.

2. Faktor Presipitasi

STRESOR SIFAT ASAL WAKTU JUMLAH

Perubahan Fisik Internal Sekitar 2 1


yang terjadi minggu yang
pada tubuhnya lalu
(Gemuk)

d) Fisik
Nn.D berusia 23 tahun, TB : 160 cm, BB : 60 kg
e) Psikososial
1. Kondisi Diri
a. Gambaran diri atau citra tubuh
Nn. D takut akan perubahan pada kondisi tubuhnya (bertambah
gemuk). Klien mengatakan merasa cemas karena akhir-akhir ini
berat badannya meningkat dan Klien juga mengatakan bahwa dia
tidak menerima kondisi tubuhnya sekarang karena sudah tidak
langsing seperti dulu.
b. Identitas diri
Nn.D adalah seorang lulusan SMA , usia 23 tahun.
c. Peran diri
Nn.D adalah anak sulung dari 2 bersaudara.
d. Ideal diri
Nn.D ingin tubuhnya langsing seperti dulu.
Harga diri
e. Nn.D merasa bahwa dia tidak berguna lagi dan dia tidak mampu
untuk melakukan sesuatu.
2. Hubungn Sosial
Saudara klien mengatakan sejak klien merasa ada perubahan pada kondisi
tubuhnya yaitu berat badan meningkat klien jarang berinteraksi dengan
orang lain.
Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Nn.D adalah seorang muslimah.
b. Kegiatan ibadah
Nn.D Jarang sekali melakukan sholat .
f) Situasi Mental
1. Penampilan
Rapi, sesuai usia dan jenis kelamin, tampak lemah dan pucat
2. Pembicaraan
Sering tidak fokus, kadang blocking, kontak mata kurang.
3. Aktivitas motorik
Aktivitas motorik terbatas, interaksi cukup kooperatif.
4. Alam perasaan
Cemas dan gelisah
5. Afek
Tidak terbatas
6. Interaksi selama wawancara
7. Klien dapat berbicara dengan baik, mengerti apa yang ditanyakan dan
dibicarakan, klien dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan
menyampaikannya dengan baik. Terkadang pembicaraannya berhenti.
8. Persepsi
Klien beranggapan bahwa klien tidak bisa ke mana-mana sebelum kondisi
tubuhnya kembali seperti semula.
9. Proses pikir
Tidak ada gangguan dengan proses piker klien,klien menjawab apa yang
ditanyakan perawat dengan baik..
10. Isi pikir
Tidak ada gangguan dengan isi pikir klien, klien merasa tidak mampu
melakukan sesuatu karena kondisi tubuhnya yang makin gemuk.
11. Tingkat kesadaran dan orientasi
a. Kesadaran pasien
Compos mentis dan daya ingat baik
b. Orientasi terhadap waktu, tempat, orang.
Klien memiliki daya ingat yang baik dan orientasi yang baik terhadap
waktu, tempat, orang.
12. Memori
Klien memiliki ingatan yang baik, terkait jangka panjang, maupun pendek.
13. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kemampuan berhitung dan kosentrasi klien baik
14. Kemampuan penilaian
Klien tidak memiliki gangguan kemampuan penilaian baik ringan maupun
bermakna.
15. Daya tilik diri
Daya tilik diri klien kurang : klien merasa dirinya baik-baik saja
g) Masalah psikososial dan lingkungan
Klien pasif dan jarang berinteraksi dengan orang lain.
h) Pengetahuan
Klien merupakan lulusan SMA dank lien sewaktu masih SMA memiliki prestasi
akademik yang bagus.
i) Aspek medic
Diagnosa Medis : Gangguan Citra Tubuh
3.3 Analisa Data

Data Problem

Subjektif : Ansietas

- Klien mengeluh takut akan


perubahan pada kondisi tubuhnya
- Klien mengatakan merasa cemas
karena akhir-akhir ini berat
badannya meningkat.
Objektif :

- Klien tampak gelisah


- - Klien tampak cemas

Subjektif : Harga Diri Rendah

- Klien mengatakan bahwa dia tidak


menerima kondisi tubuhnya
sekarang karena sudah tidak
langsing seperti dulu
- Klien merasa bahwa dia tidak
berguna lagi dan dia tidak mampu
untuk melakukan sesuatu

Objektif :

- Klien tampak malu-malu


- Kontak mata kurang
- Pasif
- Tidak focus

Subjektif : Koping Individu tidak Efektif

- Klien juga mengatakan sudah


berusaha menggunakan obat
pencahar dan mengurangi porsi
makan bahkan kadang-kadang klien
tidak makan agar postur tubuhnya
tetap stabil
- Klien mengatakan merasa stress
dengan kondisinya sekarang

Objektif :

- Klien tampak lemah


- - Klien juga tampak Puca

3.4 Diangnosa Keperawatan

1. Ansietas
2. HDR Situasional
3. Koping Individu Tidak Efektif
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gambaran diri ( Body Image ) berhubungan dengan kepribadian. Cara
individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikologinya.
Pandangan yang realistis terhadap dirinya manarima dan mengukur bagian
tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan
harga diri (Keliat, 1992).
Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan
memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu
sukses dalam kehidupan. Banyak Faktor dapat yang mempengaruhi gambaran diri
seseorang, seperti, munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri.
Stresorstresor tersebut dapat berupa operasi seperti : mastektomi, amputasi ,luka
operasi yang semuanya mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi
seperti operasi plastik, protesa dan lain-lain.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan
objek yang sering kontak dengan tubuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguam citra tubuh:
1. Kegagalan fungsi tubuh.
2. Perubahan tubuh berkaitan
3. Umpan balik interpersonal yang negatif
4. Standard sosial budaya

Beberapa etiologi gangguan citra tubuh :

1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit


2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, pemasangan,
3. alat di dalam tubuh.
4. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan
5. pemasanga
6. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh
7. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan

Beberapa Tanda dan gejala :

1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah


2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh
4. Persepsi negatif pada tubuh
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang

Diagnosa yang muncul :

1. Ansietas
2. HDR situasional
3. Koping Individu Tidak Efektif
4.2 Saran
1.Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar meningkatkan keterampilan dalam memberikan
praktik asuhan keperawatan serta pengetahuannya khususnya gangguan citra
tubuh sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang maksimal dan dapat
menjadi edukator bagi klien maupun keluarganya.
2. Bagi Mahasiswa Keperawatan
 Dengan adanya makalah ini diharapkan bagi mahasiswa agar dapat membantu
dalam pembuatan asuhan keperawatan Jiwa.
 Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai tenaga kesehatan lebih
memahami gangguan citra tubuh serta asuhan keperawatan kepada klien
dengan gangguan citra tubuh dan mempermudah masyarakat awam untuk
mengetahui tentang gangguan tersebut tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
https://pdfcoffee.com/makalah-keperawatan-jiwa-gangguan-citra-tubuh-pdf-free.html
file:///C:/Users/Asus/Documents/11410075_Bab_2.pdf

http://www.masbied.com/2010/06/04/gangguan-citra-diri/#more-3036

file:///E:/SEMESTER%20V/Keperawatan%20Jiwa%20I/Jiwa/GANGGUAN-
KONSEP-DIRI.htm

file:///E:/SEMESTER%20V/Keperawatan%20Jiwa%20I/Jiwa/ASKEP.htm

http://kapukpkusolo.blogspot.com/2010/07/askep-klien-dengan-gangguan-konsep-
diri.html

Anda mungkin juga menyukai