Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN CITRA TUBUH

DISUSUN KELOMPOK 02

ANGGOTA KELOMPOK :

1.

UNVERSITAS MUHAMADIYAH PRING SEWU


FAKULTAS KESEHATAN JURUSAN S1 KEPERAWATAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
karuniaNya Kami di berikan kesehatan dan kesempatan dalam menyelesaikan makalah
tentang asuhan keperawatan pada gangguan citra tubuh tepat pada waktunya. Tak lupa Kami
ucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak terutama kepada dosen pengampu
mata kuliah keperawatan jiwa yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan
kepada semua pihak yang tidak dapat kami ucapkan satu persatu sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Di dalam makalah ini kami menyadari banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat Kami harapkan agar
menjadikan makalah ini lebih baik lagi.

Lampung Tengah, 16 Oktober 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................

i DAFTAR ISI ................................................................................................................

ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................

1 A. Latar Belakang ...................................................................................................

1 B. Tujuan Penulisan ...............................................................................................

2 C. Manfaat Penulisan .............................................................................................

2 D. Metode Penulisan................................................................................................

2 E. Sistematika Penulisan ........................................................................................

2 BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................

3 A. Konsep Gangguan citra tubuh ............................................................................

5 a. Definisi ........................................................................................................

5 b. Perkembangan Citra Tubuh ..........................................................................

6 B. Pengkajian ..........................................................................................................

7 C. Diagnosa Keperawatan .......................................................................................

12 D. Perencanaan ........................................................................................................

13 E. Strategi Pelaksanaan ..........................................................................................

14 F. Pendokumentasian ..............................................................................................
16 BAB III PENUTUP .....................................................................................................

.Simpulan ............................................................................................................

B. Saran ..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .

Latar Belakang

Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang
unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung seperti pada
masalah kesehatan fisik, memperlihatkan gejala yang berbeda, dan muncul oleh berbagai
penyebab. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul
gejala yang berbeda. Banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan
masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan
mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi (Depkes RI. 1993).
Gangguan citra tubuh adalah kekacauan pada cara seseorang merasakan citra tubuhnya.
Evaluasi diri dan perasaan tentang kemampuan diri negatif, yang dapat diekspresikan secara
langsung atau tidak langsung. Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan
mewawancarai dan mengamati pasien secara berhati-hati untuk mengidentifikasi bentuk
ancaman dalam citra tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan
dan penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota keluarga
dan anggota penting lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya . Hubungan saling
percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran perawat dalam asuhan
keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai
kemampuan yang dimiliki. Klien mungkin menghindar atau menolak berperan serta dan
perawat mungkin cenderung membiarkan, khususnya pada klien yang tidak menimbulkan
keributan dan yang tidak membahayakan (Depkes RI. 1993). B. Rumusan Masalah Adapun
rumusan masalah dari karya ilmiah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana konsep
gangguan citra tubuh? 2. Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan gangguan citra tubuh? C.
Tujuan Dan Manfaat

1. Tujuan umum Agar pembaca mendapatkan pengetahuan mengenai gangguan citra tubuh
serta dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan citra tubuh. 2.
Tujuan khusus a. Pembaca dapat memahami tentang konsep gangguan citra tubuh b.
Pembaca dapat memahami asuhan keperawatan gangguan citra tubuh D. Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode Studi
Kepustakaan baik dari buku ataupun referensi lain yang mendukung E. Sistematika penulisan
Pada makalah ini, penulis akan menjelaskan hasil pengamatan tentang fakta yang terjadi
sekarang dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika
penulisan. Bab selanjutnya menjelaskan mengenai tinjauan teoritis dari masalah yang
dikemukakan dan pembahasan serta kesimpulan dan saran dari masalah yang ada.

BAB II

PEMBAHASAN A. Gangguan Citra Tubuh 1. Definisi Citra tubuh harus dibedakan dari "harga
diri" dan "kualitas hidup" karena kedua konsep ini tidak hanya mencakup penampilan, tetapi
juga hubungan seseorang, pan- dangan religius, budaya, karier, dan nilai (Bolton, dkk.,
2010). Smolak dan Levine (2015) menyatakan bahwa citra tubuh terdiri dari 3 komponen,
yaitu kognitif-afektif (cognitive-affective), perseptual (perceptual), dan tingkah laku
(behavioral). Gangguan komponen kognitif-afektif citra tubuh meliputi ketidakpuasan tubuh
(evaluasi negatif terhadap tubuh sendiri), sedangkan gangguan komponen perseptual citra
tubuh meliputi distorsi perseptual seseorang yang memiliki penilaian yang salah terhadap
bentuk dan beratnya (estimasi berlebihan mengenai ukuran tubuhnya). Sementara itu,
komponen tingkah laku dari citra tubuh berhubungan dengan pikiran dan perasaan mengenai
tubuh, seperti memeriksa tubuh dan sikap menghindar Gangguan citra tubuh adalah keadaan
di mana seseorang mengalami atau berisiko mengalami gangguan dalam pencerapan diri
seseorang (CarpenitoMoyet, 2009) Gangguan ini biasanya melibatkan distorsi dan persensi
negatif tentang penampilan fisik mereka. Gangguan citra tubuh ini, misalnya dialami oleh
seorang wanita selama masa kehamilan. Ketidakpuasan tubuh berfokus pada "membangun
tubuh" dan sering dioperasionalkan sebagai perbedaan antara sosok ideal dan sosok nyata
diri saat ini. Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuh
yang diakibatkan oleh perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak
sesuai dengan yang diinginkan. Konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu
(NANDA-I, 2018). 2. Perkembangan Citra Tubuh Positif Pada anak, misalnya, perspektif
sekarang dan masa lalu klien tentang tubuhnya, fungsi fisiologis, pematangan
perkembangan.dan tanggapan dari orang lain mempengaruh perkembangan citra tubuh.
Masa remaja mungkin adala

periode kritis pembangunan untuk pembentukan citra tubuh karena perubahan pubertas
memaksa perubahan citra tubuh remaja. Sebagai tambahan informasi, perkembangan citra
tubuh positif menurut usia dipetakan di bawah ini (Boyd 2. dalam Carpenito-Moyet, 2009):
Usia Lahir hingga 1 tahun

Perkembangan a. Belajar untuk mentoleransi frustasi b. Belajar untuk percaya

1-3 Tahun

a. Belajar menyukai tubuh b. Mempelajari penguasaan :

3-6 Tahun

Keterampilan motoric

Kemampuan bahasa

Pelatihan usus (bowel training)

a. Belajar inisiatif b. Belajar mengenai sex typing (anak menyadari gendernya dan berperan
sesuai dengan nilai dan atribut tersebut) c. Mengidentifikasi dengan parenting model
(keluarga) d. Meningkatkan keterampilan (motoric, bahasa)

6-12 Tahun

a. Mengembangkan ketekunan (sense of industry) b. Memiliki identifikasi peran seks yang


jelas c. Mempelajari interaksi rekan d. Mengembangkan keterampilan akademik

Remaja

a. Menetapkan identitas diri dan peran seksual b. Menggunakan pemikiran abstrak c.


Mengembangkan sistem nilai pribadi

B. Kasus Ibu X usia 45 tahun seorang pembantu rumah tangga, mengalami cacat pada wajah
karena disiram air panas oleh majikannya. Sejak kejadian itu la tidak mau keluar kamar dan
berinteraksi dengan orang lain. Hasil wawancara dengan perawat diperoleh data bahwa klien
merasa malu dengan kondisi wajahnya dan takut akan dibicarakan orang. Selain itu, klien
berkata kalau dia menyesal tidak mendengar nasehat suaminya supaya berhenti dari
pekerjaannnya itu. Berdasarkan pengamatan, klien lebih baanyak melamun, diam dan tidak
mau melihat wajahnya dicermin. C. Pengkajian Beberapa hal yang harus dilakukan oleh
perawat dalam mengkaji gangguan citra tubuh yaitu: 1. Faktor Predisposisi Faktor
predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu kondisi. Faktor
predisposisi gangguan citra tubuh terdiri dari tiga, yaitu faktor biologis psikologis, dan sosial
budaya. a. Faktor biologis Gangguan citra tubuh turut dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor
biologis yang paling dominan terlihat adalah ketidakpuasaan terhadap bentuk dan ukuran
tubuh. Akan tetapi, hal ini bukanlah pemicu utama. Bolton (2010) menyatakan bahwa faktor
yang berhubungan dengan kesehatan turut mempengaruhi citra tubuh seseorang, seperti
pada klien penderita penyakit kronis atau kondisí lain, seperti amputasi, stroke, mastektomi
luka bedah, luka bedah, cedera saraf tulang belakang atau hilangnya bagian atau fungsi
tubuh. b. Faktor psikologis Faktor psikologis berkaitan dengan keadaan depresi, rendah diri,
dan ketidaksempurnaan yang dirasakan oleh seseorang. Depresi dan

rendah diri berkontribusi terhadap pandangan negatif tentang diri sendiri. Selain itu,
perfeksionisme juga turut menyebabkan adanya harapan yang tidak realistis dari berat
badan, bentuk dan penampilan. c. Faktor sosial budaya Faktor sosial dan budaya yang kuat
mempengaruhi citra tubuh pada kaum muda. Faktor sosial budaya dapat dilihat dari beberapa
hal, di antaranya adalah pesan media dan keluarga. Dari masa kanak-kanak sampai dewasa;
televisi, papan reklame, film, video musik, video game, game komputer, mainan, internet dsb.
(Croll, 2005). 2. Faktor Presipitasi 1. Transisi peran sehat- sakit Pergeseran dari keadaaan
sehat ke keadaan sakit. Stressor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri
dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua
komponen konsep diri. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh: 1.

Kehilangan bagian tubuh

2.

Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi

3.

tubuh Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal

4.

Prosedur medis dan keperawatan

2. Transisi Perkembangan Adanya perubahan tubuh yang berkaitan dengan tumbuh


kembang, dimana seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan
bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan
positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak
ideal. 3.

Penilaian terhadap Stressor Seorang dengan gangguan citra tubuh memiliki penilaian sendiri
terhadap Stressor atau masalah/perubahan tubuhnya yang menyebabkan penurunan
kepercayaan dirinya. Wajah tampak tegang, menghindari kontak mata, dahi

berkerut, mimik nampak serus bicara berat sukar untuk senyum atau tertawa juga ditunjukkan
pasien dengan gangguan citra tubuh. 4.

5.
Sumber Koping 

Aktivitas olah raga dan aktivitas lain di luar rumah

Hobi dan kerajinan tangan

Seni yang ekspresif

Kesehatan dan perawatan diri

Pekerjaan, vokasi atau posisi

Bakat tertentu

Kecerdasan Imaginasi dan kreativitas Hubungan interpersonal Pertahanan Ego Pertahanan


ego yang digunakan pada pasien dengan harga diri rendah gangguan citra tubuh adalah: 

Fantasi adalah kemampuan menggunakan tanggapan-tanggapan yang sudah ada (dimiliki)


untuk menciptakan tanggapan baru.

Disosiasi merupakan respon pasien yang tidak sesuai dengan stimuls yang ada.

Isolasicara pasien menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan luar.

Proyeksi merupakan cara pasien menghindari diri dari kelemahan da kekurangan dalam diri
sendiri dengan melontarkannya pada orang lain

Displacement adalah pengalihan dnegan mengeluarkan perasan perasaan yang tertekan


pada orang yang kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi

6.

Tanda dan Gejala  Tanda dan Gejala Mayor Subjektif: 1. Menolah perubahan /kehilangan
bagian tubuh 2. Perasaan negatif tentang tubuh Objektif:

1. Kehilangan bagian tubuh 2. Fungsi dan struktur tubuh berubah 3. Menghindari melihat
dan/atau menyentuh tubuh yang berubah 4. Menyembunyikan bagian tubuh yang berubah 
Tanda dan Gejala Minor Subjektif : 1. Pandangan pada tubuh berubah (mis, penampilan,
struktur, fungsi) 2 Takut pada reaksi orang lain 3. Preokupasi pada perubahan/ kehilangan
Objektif: 1. Hubungan sosial berubah (menarik diri) 2. Respons nonverbal pada perubahan
dan persepsi tubuh 3. Trauma terhadap bagian tubuh yang tidak berfungsi D. Diagnosis
Keperawatan Berdasarkan data yang dikaji, diagnosis masalah gangguan citra tubuh
ditampilkan dalam pohon masalah berikut ini Perubahan bentuk, ukuran, fungsi, serta
kehilangan anggota tubuh

Gangguan citra tubuh

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

E. Analisa Data Data

Etiologi

Masalah Keperawatan

DS :

Kekerasan Fisik

Klien merasa malu dengan

Perubahan bentuk tubuh:

kondisi wajahnya dan takut

cacat wajah

menjadi

bahan

Gangguan Citra Tubuh

Gangguan Citra Tubuh

pembicaraan orang. DO : Klien tidak mau keluar kamar

dan

berinteraksi

dengan orang lain karena cacat pada wajahnya, klien tidak

mau

melihat

wajahnya dicermin.

F. Perencanaan RENCANA KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

PERENCANAAN Tujuan(TUK/TU

Kriteria Evaluasi
M)

Intervensi

Rasional

TUM:

Pasien menunjukkan 1.1 Bina hubungan saling Kepercayaan

GANGGUAN

Pasien

CITRA TUBUH

meningkatkan citra kepada tubuh

dapat tanda-tanda percaya percaya

dan

orang

lain

perawat mengemukakan

dapat melalui:

berinteraksi dengan tanpa

terganggu

a. Ekspresi

Pasien

membi- nahubungan salling percaya

prinsip merupakan hal

komunikasi terapeutik: a. Mengucapkan

yang

akan

memudah

salam terapeutik. perawat dalam

tersenyum

Sapa

pasien melakukan
dengan

ramah, pendekatan

baik

verbal keperawatan

berkenalan dapat

pasien

wajah cerah,

b. Mau TUK 1 :

dengan dari

c. Ada kontak mata d. Bersedia menceritakan pera saannya e. Bersedia

ataupun

non atau intervensi

verbal

selanjutnya

b. Berjabat

tangan terhadap pasien

de- ngan pasien c. Perkenalkan diri dengan sopan d. Tanyakan

nama

meng

lengkap

ungkapkan

dan

masalah

namapanggilan yang

pasien

disukai

pasien e. Jelaskan

tujuan

per-temuan f. Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien g.
Tunjukkan sikap empati

dan
menerima pasien apa adanya

10

h. Beri

perhatian

kepada pasien dan perhatian kebutuhan dasar pasien.

TUK 2:

Kriteria

Evaluasi: Diskusikan

Mengidentifikasi

Pasien dapat men- pasien

citra tubuh pasien

gidentifikasi

tentang

persepsi Kekuatan

ego

citra tingkat tertentu,

citra tubuhnya: dulu dan saat seperti

tubuhnya

ini, perasaan tentang citra kapasitas untuk tubuhnya dan harapan uji

realitas,

terhadap citra tubuhnya kontrol saat ini

atau

diri, tingkat

integri- tas ego, dibutuhkan sebagai

dasar

asuhan keperawatan kemu- dian TUK 3: Pasien

Kriteria

potensi Memfasilitasi

dapat Pasien dapat men- bagian tubuh yang lain.

mengidentifikasi potensi

Hasil: Diskusikan
gidentifikasi potensi

(aspek positif yang dimiliki.

positif) dirinya.

dengan memanfaatkan kelebihan. Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang

dimiliki

adalah prasyarat untuk

11

berubah. Pengertian tentang kemampuan yang dimilikidiri memotivasi pasien

untuk

tetap mempertahankan penggunaannya TUK 4

Kriteria Hasil:

Pasien dapat men-

Pasien

getahui

Bantu

pasien

untuk Pasien

lebih

tahu meningkatkan fungsi ba- percaya diri.

cara-cara bagaimana

gian

atau tindakan untuk meningatkan

tubuh

yang

citra terganggu.

meningkatkan citra tubuh tubuh TUK 5 Pasien dapat Kriteria Hasil:

Ajarkan

pasien Pasien

melakukan

cara- Pasien mendemon- meningkatkan citra tubuh bertanggung


cara

untuk strasikan

tindakan dengan cara:

meningkatkan citra yang akan mengutubuh

jawab terhadap

1. Gunakan protese, dir- inya dalam

rangi gangguan citra

wig kosmetik atau mening- katkan

tubuhnya.

yang

lain-

nya citra tubuh

sesegera

Motivasi

mungkin.

penting untuk

Gunakan pakaian meningkatkan yang baru 2. Motivasi untuk bagian

12

rasa

percaya

pasien diri pasien. melihat yang

hilang

secara

lengkap 3. Bantu

pasien

menyentuh bagian tersebut 4. Motivasi

pasien

untuk melakukan aktifitas

yang

mengarah

pada
pembentukan tubuh yang ideal

TUK 6:

Kriteria

Hasil: Lakukan interaksi secara Agar

Pasien dapat berin- Pasien merasa diri- bertahap dengan cara: teraksi orang

dengan nya lain

terganggu.

tanpa dapat

berharga dan berinteraksi

tanpa gangguan.

1. Susun kegiatan

lebih

jadwal diri.

percaya Setelah

sehari- dapat

hari 2. Dorong

pasien

berin

teraksi dengan pasien orang lain dan

untuk melakukan memberi aktifitas

sehari- kesem

patan

hari dan terlibat pasien

dalam

dalam

aktifitas mengikuti

keluarga

dan aktivitas pasien

sosial. 3. Dorong

merasa
lebih

pasien percaya

diri

untuk

Motivast

mengunjungi

penting untuk

teman atau orang meningkatkan lain yang berarti/ rasa

percaya

mempunyai peran diri pasien pent- ing baginya.

13

4. Beri

pujian

terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi TUK 7

Kriteria Evaluasi

Pasien

mendapat

1. Jelaskan dengan Keluarga

1. Keluarga

keluarga tentang merupakan

dukungan keluarga

dapat

gangguan

untuk

mengenal

tubuh yang terjadi pendukung

masalah

pada pasien.

mengontrol

gangguan tubuh pasien.

citra
gangguan

2. Jelaskan

citra tubuh. 2. Keluarga

citra sistem

utama

bagi

kepada pasien

dan

keluarga

cara merupakan

mengatasi

bagian penting

menge- tahui

masalah

dari rehabilitasi

cara

gangguan

meng-

atasi masalah gangguan

citra pasien.

tubuh. 3. Menyediakan

citra tubuh. 3. Keluarga

fasilitas

untuk

memenuhi

mampu

kebutuhan pasien

merawat

di rumah.

pasien
4. Memfasilitasi

gangguan

interaksi

citra tubuh

rumah.

4. Keluarga

di

5. Melaksanakan

mampu

kegiatan di rumah

mengevaluas

dan sosial.

i kemampuan pasien

dan

memberikan pujian

14

atas

6. Memberikan pujian kegiatan

atas yang

keberhasilan

telah

nya

pasien

dilakukan

7. Ajarkan

kepada

keluarga

untuk

mengevaluasi perkembangan kemampuan pasien,

seperti

pasien
mampu

menyentuh melihat

dan

anggota

tubuh

yang

terganggu, melakukan aktifitas di rumah dan di masyarakat tanpa hambatan. 8. Berikan

pujian

yang rea- listis terhadap keberhasilan keluarga. 9. TAK:

stimulasi

persepsi HDR.

E. STRATEGI PELAKSANAAN

Proses keperawatan

a) Kondisi klien
Klien mengatakan tidak percaya diri dengan tubuhnya yang kurang sempurna
Klien mengatakan bingung bagaimana cara merawat anak anaknya dengan keterbatasan -
Diagnosa keperawatan Gangguan citra tubuh

Tujuan tindakan keperawatan

Tujuan umum
1. Pasien dapat meningkatkan citra tubuh dan dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa
terganggu
2. Tujuan khusus
1. Pasien dapat membina hubungan salling percaya
2. Mengidentifikasi citra tubuh pasien
3. Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya.
4. Pasien dapat mengetahui cara-cara atau tindakan untuk meningkatkan citra tubuh

STRATEGI PELAKSANAAN 1
Proses Keperawatan
1. Fase orientasi
Salam terapeutik : “Assalamualaikum,selamat pagi bapak Perkenalkan saya perawat
……, yang akan merawat bapak.Nama bapak siapa?” Evaluasi/validasi: “Bagaimana
kabar bapak hari ini…?” “Baiklah bapak, apa keluhan yang bapak rasakan hari ini?”
Kontrak topik , waktu, tempat: “Baiklah bapak, bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang apa yang bapak rasakan selama ini?” “Bapak maunya dimana…?” “Baiklah
bapak. Bagaimana kalau 20 menit saja yah…?”

2.Fase kerja
“Bapak… dulu sebelum mengalami bencana ini dan kehilangan tangan bapak. Apa saja
kegiatan atau aktivitas yang bapak sering lakukan di rumah?”
“Apa sekarang bapak masih ingin melakukan kegiatan-kegiatan tersebut bapak….?” “Apa
harapan bapak terhadap keadaan bapak yang sekarang?” “Saya mengerti bapak…. Tapi
setidaknya bapak sudah berusaha untuk melatihnya sendiri. Sekarang saya ajarkan
bapak bagaimana agar bisa tetap beraktivitas meskipun dengan menggunakan tangan
bapak yang masih dapat digunakan dengan baik yaitu sebelah kanan.” “Begini bapak,
seperti yang saya katakan tadi, saya akan ajarkan bapak agar dapat beraktivitas
meskipun dengan menggunakan satu tangan. Tapi sebelumnya kita coba berlatih untuk
menggerakkan dan melakukan aktivitas yang ringan-ringan. “sekarang bapak/ibu bisa
mencobanya sendiri ya…” “Baiklah pak terima kasih. Bagus sekali dan terus dilatih bapak
yah.” (tulis atau masukkan ke dalam tugas harian terapi dengan rapi pada buku Rencana
tindakan pasien).”

3. Fase Terminasi Evaluasi Subjektif: “Bapak… Bagaimana perasaan bapk setelah kita
berbincangbincang dan melakukan latihan hari ini…?” Objektif: “Kalau begitu sekarang
bapak coba beritahu saya kembali, kegiatan apa saja yang sudah kita lakukan hari ini?”
Rencana tidak lanjut: “Baiklah bapak. Apa yang kita lakukan hari ini bapak dapat
melatihnya sendiri dan mulai mencoba-coba melakukannnya sendiri di rumah.” Kontrak
yang akan datang: “Bapak saya akan kembali lagi besok kesini dan melatih bapak
beberapa cara untuk mengkoordinasikan anggota-anggota tubuh bapak yang lain dan
melatihnya dengan-kegiatan yang lain.Bagaiamana apa bapak bersedia?”

STRATEGI PELAKSANAAN 2

a) Proses keperawatan

1.Kondisi klien

Klien tampak gelisah dan depresi dengan keadaannya 2.Diagnosa keperawatan Gangguan citra
tubuh 3.Tujuan tindakan keperawatan Tujuan umum: 1. Pasien dapat meningkatkan citra tubuh dan
dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu Tujuan khusus 1. Pasien dapat berinteraksi
dengan orang lain tanpa terganggu. 2. Pasien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol
gangguan citra tubuh pasien. b) Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan keperawatan 1.
Fase orientasi Salam terapeutik: “Assalamualaikum.selama pagi bu/bapak. Ibu/bapak masih ingat
saya tidak saya perawat ...... saya yang kemarin ngajarin bapak/ ibu. Evaluasi/validasi: “bagaimana
perasaannya hari ini bagaimana perasaannya hari ini apakah sudah dipakai cara yang kita latih ?”
“Baiklah ibu sesuai janji kemarin saya akan mengajarkan bagaimana cara untuk melakukan latihan
interaksi yanglainnya dan mengkoordinasikan bagian tubuh ibu yang lain.” 2. Fase Kerja “baiklah
kalau begitu sebelum kita mulai belajar cara yang kedua saya ingin ibu memperagakan cara yang
kemarin sudah saya ajarkan “ “Ibu/bapak apakah memiliki kerabat terdekat?” “Saran saya ibu jangan
takut/malu ,coba ibu sering bersosialisasi dengan lingkungan terutama lingkungan terdekat” “ibu dari
lima kegiatan kemampuan ini yang mana yang masih dapatdikerjakan di rumah sakit sekarang coba
ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini

18

“coba ibu lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri* kalau ibu lakukan tanpa disuruh tulis
B bantuan* jika diingatkan bisa melakukan dan T jika ibu ibu tidak* melakukan.)Tapi jika ibu merasa
lelah atau tidak mampu untuk melakukannya ibu dapat meminta bantuan keluarga atau tetangga.
Mungkin ada kegiatan lain yang ingin ibu lakukan kedepannya selain kegiatan kegiatan yang ibu
sebutkan tadi?” 3. Terminasi Evaluasi Subjektif: “Bagaiman perasaan ibu setelah peragaan tadi”
Objektif :“coba ibu/bapak menjelaskan hal-hal yang sudah kita pelajari tadi” Rencana tindak lanjut:
“ternyata ibu sudah memahami dengan baik apa yang saya sampaikan.Mungkin pertemuan hari ini
saya akhiri dan terima kasih untuk waktunya dan saya doakan agar ibu selalu sehat untuk
melakukan aktivitas sehari hari ya .” Kontrak yang akan datang:F. Pendokumentasian Langkah
terakhir dari asuhan keperawatan adalah melakukan dokumentasi asuhan keperawatan.
Dokumentasi dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan yang meliputi dokumentasi
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan

19

BAB III PENUTUP

A.

Simpulan Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara sadar
maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh berikut bagian-
bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun
tidak yang ditujukan terhadap dirinya. Data obyektif yang dapat diobservasi pada pasien dengan
gangguan citra tubuh adalah perubahan dan hilangnya anggota tubuh, baik struktur, bentuk dan
fungsi, menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu,menolak melihat bagian
tubuh, menolak menyentuh bagian tubuh, aktifitas social menurun. Sedangkan data obyektif yang
diungkapkan pasien dengan gangguan citra tubuh adalah mengungkapkan penolakkan terhadap
prubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi, anggota tubuhnya yang
tidak berfungsi. Menolak interaksi dengan orang lain, dan mengungkapkan perasaan tidak berdaya,
tidak berharga dan keputusasaan. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian
tubuh yang terganggu. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi. Merasa asing
terhadap bagian tubuh yang hilang

B.

Saran Setiap orang harus bisa menerima apapun yang ada pada dirinya, sehingga jika ada
ketidakpuasan persepsi terhadap tubuhnya tidak membuat individu merubah dirinya kearah yang
negatif. Maka ketika individu berhasil untuk menerima dirinya sendiri dan bisa mencapai sesuatu hal
tersebut. Dan pada akhirnya pandangan manusia dalam mendeskripsikan pandangan terhadap citra
tubuhnya bukan memburuk tetapi berharap lebih baik

20

DAFTAR PUSTAKA

Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Kemenkes. Nurhalimah. 2017. Modul Ajar Konsep
Keperawatan Jiwa .Jakarta: AIPViki Sutejo. 2017. Konsep Dan Praktik Asuhan Keperawatan
Kesehatan Jiwa:Gangguan Jiwa Dan Psikososial. Jakarta: pustaka baru Keliat,Budi
Anna,dkk.2019.Asuhan Keperawatan Jiwa.Jakarta;EGC

Anda mungkin juga menyukai