Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN

CITRA TUBUH

DISUSUN OLEH:

Kintan Aldhia Deninta


(181440121)

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu : Ns. Suherman, S.Kep., M.Kep

PROGRAM PRODI DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
segala kemampuan rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelasaikan tugas
makalah yang berjudul “Asuhan keperawatan dengan gangguan Citra tubuh” ini
dengan lancar pada mata kuliah Keperawatan Jiwa. Serta tak lupa sholawat dan
salam kami haturkan kepada Baginda junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW
atas petunjuk dan risalah-Nyalah yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
ke zaman terang benderang, dan atas doa restu dan dorongan dari berbagai pihak-
pihak yang telah membantu kami memberikan referensi dalam pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada search engine
google yang ikut berperan besar dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami sangat menghargaikan saran dan
kritik untuk membangun makalah ini menjadi lebih baik lagi. Demikian yang dapat
kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat dan
wawasan bagi kita semua.

Pangkalpinang, 4 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...............................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 4
B. Tujuan ................................................................................... 5
C. Manfaat ………………………………………………….. .. 5
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 6
A.Pengertian citra tubuh ........................................................... 6
B.Dimensia citra tubuh ............................................................. 6
C.Perkembangan citra diri ........................................................ 7
D.Rentang respon citra tubuh.................................................... 8
E.Faktor yang mempengaruhi citra tubuh ................................. 9
D.Penyebab citra tubuh ............................................................. 11
...................................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................. 12
BAB IV PENUTUP……………………………………….................

3.1 Kesimpulan ........................................................................ 18


3.2 Saran .................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan
tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk,
fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu. Sejak
lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang
lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah
dari lingkungan.
Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan
fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan
mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan
dengan aspek lainnya dari konsep diri. Citra tubuh anak usia sekolah berbeda
dengan citra tubuh seorang bayi. Salah satu perbedaan yang mencolok adalah
kemampuan untuk berjalan. Perubahan ini tergantung pada kematangan fisik.
Perubahan hormonal terjadi selama selama masa remaja dan pada tahun akhir
kehidupan juga mempengaruhi citra tubuh (misalnya menopause selama masa
dewasa tengah). Penuaan mencakup penurunan ketajaman penglihatan,
pendengaran, dan mobilitas; perubahan ini dapat mempengaruhi citra tubuh.
Sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh. Berusia
muda, cantik, dan utuh adalah hal-hal yang ditekankan dalam masyarakat
Amerika, fakta yang selalu ditanyakan dalam program televisi, film bioskop dan
periklanan, dalam kultur timur, penuaan dipandang sangat positif. Karena orang
dengan usia tua dihormati, kultur barat (terutama di Amerika Serikat) telah
dibiasakan untuk takut dan ketakutan terhadap proses penuaan yang normal.
Misalnya, monopouse dalam kultur yang lain dipandang sebagai waktu dimanan
wanita mencapai kebiasaan dan kebijaksanaan akhir-akhir ini dalam kultur
barat, monopouse adalah waktu ketika wanita kurang disenangi secara seksual.
Namun demikian, hal ini bukan lagi menjadi keyakinan yang umum, dan
wanita monopouse dan posmenopeuse mempertahankan rasa tentang diri
mereka dan ketertarikan mereka sendiri bahkan lebih kuat. Citra tubuh
bergantung hanya sebagian pada realitas tubuh. Seseorang pada umumnya tidak
mengadaptasi cepat terhadap perubahan dalam fisik tubuh. Perubahan fisik
mungkin tidak dimasukkan ke dalam citra tubuh ideal seseorang. Seiring,
misalnya saja, seseorang yang telah mengalami penurunan berat badan tidak
menganggap diri mereka kurus. Lansia sering mengatakan bahwa mereka tidak
berbeda tetapi ketika mereka melihat diri mereka dalam cermin, mereka terkejut
dengan kulit yang keriput dan rambut memutih. Sering orang yang dulunya
merasa bahwa mereka tetap dengan berat badan sebelumnya sampai diingatkan
oleh pakaian yang semuanya menjadi kekecilan/ketika mereka bercermin.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan,
makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.

B. Tujuan Masalah

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah memahami defenisi konsep


diri, mamahami faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri, memahami
penyebab konsep diri, memahami rentang konsep diri, dimensi, dan
perkembangan konsep diri.

C. Manfaat
1. Mengetahui pengetian konsep diri dan praktis dalam menumbuhkan konsep
diri positif bagi anak-anak.
2. Konsep Diri merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan dalam
komunikasi antar pribadi.
3. Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu
secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur,
fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang kontak secara terus menerus dengan
tubuh. Pandangan ini terus berubah oleh pengalaman dan persepsi baru.
Gambaran tubuh yang diterima secara realistis akan meningkatkan keyakinan diri
sehingga dapat mantap dalam menjalani kehidupan.
Citra tubuh merupakan gabungan dari gambaran, fantasi, dan pemaknaan
individu tentang bagian dan fungsi tubuh yang dimiliki yang merupakan bagian
dari komponen gambaran diri dan dasar representasi diri. Schilder mendefinisikan
citra tubuh sebagai gambaran tentang tubuh individu yang terbentuk dalaam
pikiran kita, atau dengan kata lain gambaran tubuh individu menurut individu itu
sendiri (Glesson & Frith, 2006).
Citra tubuh adalah gambaran mental yang kita miliki tentang tubuh kita.
Gambaran mental ini meliputi dua komponen, yaitu komponen perseptual
(ukuran, bentuk, berat, karakteristik, gerakan, dan performansi tubuh) dan
komponen sikap (apa yang kita rasakan tentang tubuh kita dan bagaimana
perasaan ini mengarahkan pada tingkah laku) (Rudd dan Lennon).

Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya,


baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan,
dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah
kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan
terhadap dirinya.

B. Dimensi citra tubuh


Davidson & Mc Cabe (dalam Christine, 2008) menjelaskan tujuh
aspek dari Citra tubuh, yaitu :
1. Physical Attractiveness adalah penilaian seseorang mengenai tubuh dan
bagian tubuhnya seperti wajah, tangan, kaki, bahu, payudara dan lain-
lain, penilaian tersebut dapat berupa penilaian apakah menarik atau tidak
menarik.
2. Body Image Satisfaction adalah penilaian puas atau tidaknya seseorang
terhadap ukuran tubuh , bentuk tubuh dan berat badan.
3. Body Image Importance adalah penilaian seseorang mengenai penting
atau tidaknya Body Image (Citra Tubuh), dibandingkan hal lain dalam hidup
seseorang.
4. Body Image Concealment adalah usaha seseorang untuk menutupi bagian
tubuhnya yang kurang menarik dari pandangan orang lain dan
menghindari diskusi tentang ukuran dan bentuk tubuhnya yang kurang
menarik.
5. Body Improvement adalah usaha seseorang untuk meningkatkan atau
memperbaiki bentuk, ukuran dan berat badan pada bagian tubuh tertentu.
6. Social Physique Anxiety adalah perasaan cemas seseorang akan
pandangan orang lain tentang tubuh dan bagian tubuhnya yang kurang
menarik jika berada ditempat umum.
7. Appearance Comparison adalah perbandingan yang dilakukan seseorang
akan berat, ukuran dan bentuk badannya dengan berat, ukuran dan bentuk
badan orang lain

Pietrofesa (dalam Mappiera, 1997) menyebutkan tentang dimensi citra diri


sebagai berikut : (Mappiera, Andi. 1997. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha
Nasional):
1. Dimensi pertama, yaitu diri sebagaimana dilihat oleh diri sendiri.
2. Dimensi kedua, yaitu diri dilihat sebagai orang lain.
3. Dimensi ketiga, yaitu mengacu pada tipe-tipe orang yang dikehendaki
tentang dirinya.
Dari ketiga dimensi yang tersebut diatas, citra diri terdiri dari bagaimana
seseorang melihat dirinya sendiri sebagai pribadi, bagaimana seseorang
merasakan tentang diri sendiri, dan bagaimana orang tersebut menginginkan
diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang diharapkan.

C. Perkembangan Citra diri

Pemikiran bahwa tubuh yang kurus sebagai tubuh ideal banyak


dipengaruhi oleh nilai dari kebudayaan Amerika. Nilai kebudayaan Amerika
mengajarkan individualitas, kerja keras, kontrol diri, dan kesuksesan. Individu
mendapat pesan bahwa dengan melakukan diet dan olahraga yang cukup, segala
sesuatu bisa diatasi. Perempuan terkhususnya mendapat pesan bahwa dengan
tubuh yang sempurna, pekerjaan dan kehidupan pribadinya akan sukses (Barnard,
1992).
Standard kecantikan tubuh terus menerus berubah. Setiap zaman memiliki
model citra tubuh tersendiri. Seiring dengan berubahnya gambaran tentang
kecantikan, tubuh wanita juga diharapkan berubah sesuai dengan gambaran tubuh
yang ideal pada zaman tersebut. Cohen (2001) memberikan gambaran tentang
perubahan model citra tubuh yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan politik
di Amerika, yaitu;
1. Pada abad ke-18, tubuh ideal wanita yaitu tubuh yang berotot, besar,
kuat, dan sangat subur.
2. Pada abad ke-19, tubuh ideal wanita, yaitu tubuh yang lemah, lesu, dan
pucat.
3. Pada abad ke-20, tubuh ideal wanita mengalami perubahan beberapa
kali yaitu mulai dari langsing, kuat dan berotot, keibuan, subur, serta
sangat kurus dengan payudara yang besar.
4. Pada abad ke-21, gambaran tubuh ideal wanita adalah tubuh yang
kurus, seperti seorang model, Tubuh yang kurus menjadi standard
ideal Tidak jarang wanita melakukan sedot lemak untuk membuat
bagian pinggul dan bokong terlihat lebih kurus.

Hernita (2006) mengemukakan bahwa perkembangan standard ideal tubuh


yang terus menerus dipaparkan oleh media berdampak bagi para wanita di
berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Tubuh ideal yang
ditunjukkan oleh media di Indonesia saaat ini, yaitu tubuh yang langsing
dan berkulit putih bersih.

D. Faktor yang memperngaruhi citra diri

1. Kegagalan fungsi tubuh


Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tadak
mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi
saraf. Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh seperti sering
terjadi pada klien gangguan jiwa, klien mempersiapkan penampilan dan
pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.
Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan,
akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik engan penggunaan
lntensif care dipandang sebagai gangguan.

2. Perubahan tubuh berkaitan


Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan
merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak
jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif.
Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang
tidak ideal.

3. Umpan balik interpersonal yang negatif


Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian
sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.

4. Standard sosial budaya


Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada
setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut
menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti adanya
perasaan minder

E. Rentang respon citra tubuh

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang kosnep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
2. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang
negatif dari dirinya.
3. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
4. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek- aspek
identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
Respon pasien terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan meliputi
perubahan dalam kebebasan. Pola ketergantungan dalam komunikasi dan
sosialisasi. Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:
1. Respon penyesuaian: menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock,
kesangsian, pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau penerimaan).
2. Respon mal-adaptip: lanjutan terhadap penyangkalan yang berhubungan
dengan kelainan bentuk atau keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri.
Perilaku yang bersifat merusak, berbicara tentang perasaan tidak berharga
atau perubahan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Respon terhadap pola kebebasan – ketergantungan dapat berupa:


1. Respon penyesuaian: merupakan tanggung jawab terhadap rasa kepedulian
(membuat keputusan) dalam mengembangkan perilaku kepedulian yang
baru terhadap diri sendiri, menggunakan sumber daya yang ada, interaksi
yang saling mendukung dengan keluarga.
2. Respon mal-adaptip: menunjukkan rasa tanggung jawab akan rasa
kepeduliannya terhadap yang lain yang terus-menerus bergantung atau
dengan keras menolak bantuan.

Respon terhadap Sosialisasi dan Komunikasi dapat berupa:

1. Respon penyesuaian: memelihara pola sosial umum, kebutuhan


komunikasi dan menerima tawaran bantuan, dan bertindak sebagai
pendukung bagi yang lain.
2. Respon mal-adaptip: mengisolasikan dirinya sendiri, memperlihatkan sifat
kedangkalan kepercayaan diri dan tidak mampu menyatakan rasa (menjadi
diri sendiri, dendam, malu, frustrasi, tertekan.
F. Penyebab gangguan citra diri
Kondisi Patofisiologi dan Psikopatologis dan prosedur terapeutik yang dapat
menimbulkan gangguan citra tubuh :
1. Eksisi bedah atau gangguan bagian tubuh
a. Enterostomi
b. Mastaktomi
c. Histerektomi
d. Pembedahan kardiovaskuler
e. Pembedahan leher radikal
f. Laringektomi
2. Amputasi pembedahan atau traumatik
3. Luka bakar
4. Trauma wajah
5. Gangguan makan
a. Anoreksia nervosa
b. Bulimia
6. Obesitas
7. Gangguan muskuluskeleta (Atritis)
8. Gangguan integumen (Psoriasis)
9. Lesi otak
10. Cerebrovaskular accident
11. Demensia
12. Penyakit parkinson
13. Gangguan afektif (Depresi,Skizofrenia)
14. Terapi modalitas
a. Teknologi tinggi (misalnya impian defibrilator, prostesis sendi,
dialisis).
b. Kemoterapi
15. Nyeri
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian meliputi identitas klien beserta DO dan DS klien. Pengkajian
terhadap masalah konsep diri adalah presepsi diri atau pola konsep diri, pola
berhubungan atau peran, pola reproduksi, koping terhadap stres, serta adanya
nilai keyakinan dan tanda tanda ke arah perubahan fisik, seperti kecemasan,
ketakutan, rasa marah, rasa bersalah, dan lain lain.

B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa : gangguan citra tubuh


 SP Pasien
Tujuan Umum :
Kepercayaan diri klain kembali normal
Tujuan khusus :
1. Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya .
2. Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif).
3. Pasien dapat melakukan cara untuk meningkatkan citra tubuh.
4. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi
1. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat ini,
perasaan dan harapan yang dulu dan saat ini terhadap citra tubuhnya.
2. Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
3. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
4. Ajarkan untuk meningkatkan citra tubuh.
5. Gunakan protese, wig,Gunakan protese, wig,kosmetik atau yg lainnya
sesegera mungkin,gunakan pakaian yang baru.
6. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
7. Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
8. Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah kepada
pembentukan tubuh yang ideal.
9. Lakukan interaksi secara bertahap.
10. Susun jadual kegiatan sehari-hari.
11. Dorong melakukan aktifitas sehari dan terlibat dalamkeluarga dan
sosial.keluarga dan sosial.
12. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang
berarti/mempunyai peran pentingbaginya.
13. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi.

 SP
keluarga
Tujuan
umum :
Kluarga dapat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri klien
Tujuan khusus :
1. Keluarga dapat mengenal masalah gangguan.
2. Keluarga dapat mengenal masalah gangguancitra tubuhcitra tubuh.
3. Keluarga mengetahui cara mengatasi.
4. Keluarga mengetahui cara mengatasimasalah gangguan citra
tubuhmasalah gangguan citra tubu.
5. Keluarga mampu merawat pasien gangguancitra tubuhcitra tubuh.
6. Keluarga mampu mengevaluasi kemampuanKeluarga mampu
mengevaluasi kemampuan pasien dan memberikan pujian atas pasien
dan memberikan pujian atas keberhasilannya.keberhasilannya.
 Intervensi
1. Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi
pada pasien.
2. Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra tubuh.
3. Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien.
4. Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dirumah.
5. Menfasilitasi interaksi dirumah.
6. Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial.Memberikan pujian atas
keberhasilan pasien.
2. Diagnosa keperawatan: gangguan harga diri rendah berhubungan dengan
gangguan citra tubuh
Tujuan:
Setelah pemberian asuhan selama 3 x 24 jam klien menunjukkan
peningkatan harga diri.
Kriteria Hasil:
- Klien dapat menigkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya.
- Klien mengidentifikasi perubahan citra tubuh.

Intervensi Rasional
1. Beri kesempatan klien 1. Dengan mengungkapkan
-
mengungkapkan perasaannya : perasaannya beban klien akan
a. Bimbing klien berkurang
mengungkapkan perasaannya
b. Gunakan pertanyaan terbuka
c. Dengarkan ungkapan klien
dengan aktif
2. Beri respon yang tidak 2. Respon menghakimi dapat
menghakimi: merusak hubungan saling
a. Tidak menyalahkan pendapat percaya dan menurunkan harga
klien diri klien
b. Menerima pendapat klien 3. Lingkungan yang tenang
3. Ciptakan lingkungan yang mampu membantu klien dalam
tenang dengan cara mengurangi memfokuskan pikiran
stimulus eksternal yang
berlebihan dalam interaksi 4. Memotivasi klien memandang
4. Diskusikan kemampuan dan dirinya secara positif,
aspek positif yang dimiliki klien Penilaian negatif semakin
menambah rasa tidak percaya
diri klien

- Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimilki.


- Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bebntuk atau fungsi tubuh.
- Klien dapat menyusun cara-cara menyelasaikan masalah yang dihadpi.
- Klien dapat melakukan tindakn pengembalian intergritas tubuh.
3. Diagnosa keperawatan : isolasi sosial b.d perubahan fisik
Tujuan: setelah pemberian asuhan selama 4x4 jam klen dapat bersosialisasi
Kriteria hasil: - Klien dapat melakukan cara berinteraksi dengan orang lain
- Klien mampu mengungkapkan pentingnya bersosialisasi

Intervensi Rasional
. 1. Bina hubungan saling percaya : 1. Hubungan saling percaya
 Sapa klien dengan ramah baik sebagai dasar interaksi yang
verbal maupun non verbal. terapeutik perawat-klien.
 Perkenalkan diri dengan sopan.
 Tanyakan nama lengkap dan
nama panggilan yang disukai
klien.
 Jelaskan tujuan pertemuan /
interaksi.
 Jujur dan menepati janji.
 Pertahankan kontak mata,
tunjukkan rasa empati dan
dorong serta berikan kesempatan
klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
2. Kaji pengetahuan klien tentang 2. Mengetahui sejauh mana
menarik diri. pengetahuan klien yang
 Beri kesempatan pada klien menarik diri sehingga perawat
untuk mengungkapkan dapat merencanakan tindakan
perasaan penyebab menarik selanjutnya.
diri.  Untuk mengetahui alasan
 Diskusikan dengan klien klien menarik diri.
tentang perilaku menarik  Meningkatkan pengetahuan
dirinya. klien dan mencari
 Beri pujian terhadap pemecahan bersama tentang
kemampuan klien masalah klien.
mengungkapkannya.  Meningkatkan harga diri
 Diskusikan tentang manfaat klien berani bergaul dengan
berhubungan dengan orang lingkungan sosialnya.
lain.  Meningkatkan pengetahuan
 Dorong klien untuk klien tentang perlunya
menyebutkan kembali manfaat berhubungan denga orang
berhubungna orang lain. lain.
 Beri pujian terhadap  Untuk mengetahui tingkat
kemampuan klien dalam permohonan klien terhadap
menyebutkan manfaat informasi yang telah
berhubungan dengan orang diberikan.
lain.  Reinforcement positif dapat
 Dorong klien untuk meningkatkan harga diri
menyebutkan cara berhubungan klien.
dengan orang lain.  Untuk mengetahui
 Libatkan klien dalam kegiatan pemahaman dengna
TAK dan ADL ruangan. informasi yang telah
diberikan.
 Membantu klien dalam
mempertahankan hubungan
3. Reinforcement positif atas interpersonal.
keberhasilan yang telah dicapai 3. Reinforcement positif dapat
klien. meningkatkan harga diri klien.

C. Evaluasi Keperawatan

Keberhasilan tindakan terhadap perubahan gambaran tubuh pasien dapat


diidentifikasi melalui perilaku pasien yaitu memulai kehidupan sebelumnya,
termasuk hubungan interpersonal dan sosial, pekerjaan dan cara berpakaian,
mengemukakan perhatiannya terhadap perubahan citra tubuh, memperlihatkan
kemampuan koping, kemampuan meraba, melihat, memperlihatkan bagian tubuh
yang berubah, kemampuan mengintegritasikan perubahan dalam kegiatan
(pekerjaan, rekreasi dan seksual), harapan yang disesuaikan dengan perubahan
yang terjadi, mampu mendiskusikan rekonstruksi (Keliat, 1998). Penyesuaian
terhadap perubahan citra tubuh melalui proses seperti berikut:
1. Syok psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan
dan dapat terjadi pada saat pertama pembuatan stoma ditetapkan sebagai
tindakan atau pada saat stoma telah ada (paska operasi). Syok psikologis
digunakan sebagai reaksi terhadapa ansietas. Informasi yang terlalu
banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat pasien menggunakan
mekanisme pertahanan seperti mengingkari, menolak, projeksi untuk
mempertahankan keseimbangan diri.
2. Menarik diri, pasien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari
kenyataan tetapi karena tidak mungkin maka pasien menghindari/lari
secara emosional. Pasien menjadi positif, tergantung, tidak ada motivasi
dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
3. Penerimaan/pengakuan secara bertahap. Setelah pasien sadar akan
kenyataan maka respon kehilangan/berduka muncul. Setelah fase ini
pasien mulai melakukan reintegrasi dengan citra tubuh yang baru.
4. Integrasi merupakan proses yang panjang dapat mencapai beberapa bulan,
oleh karena itu perencanaan pulang dan perawatan dirumah perlu
dilaksanakan. Pasien tidak sesegera mungkin dilatih (Keliat, 1998).
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya,
baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan,
dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah
kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan
terhadap dirinya.

B. SARAN
Setiap orang harus bisa menerima apapun yang ada pada dirinya, sehingga
jika ada ketidakpuasan persepsi terhadap tubuhnya tidak membuat individu
merubah dirinya kearah yang negatif. Maka ketika individu berhasil untuk
menerima dirinya sendiri dan bisa mencapai sesuatu hal tersebut. Dan pada
akhirnya pandangan manusia dalam mendeskripsikan pandangan terhadap citra
tubuhnya bukan malah memburuk tetapi berharap lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Susilawati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:EGC


Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia,Jakarta: EGC

Wong, Donna L., Dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediaktrik,Jakarta: EGC

Hidayat, A.Aziz Alimun (2002). Kubutuhan Dasar Manusia, Jakarta: EGC

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai