Anda di halaman 1dari 56

HUBUNGAN MINDFULNESS DENGAN CITRA TUBUH PADA REMAJA

PUTRI DI SMAN BANUA KALIMANTAN SELATAN BILINGUAL

BOARDING SCHOOL

Usulan Proposal
Diajukan guna memenuhi sebagian syarat
untuk memperoleh derajat Sarjana Psikologi
Universitas Lambung Mangkurat

Oleh:
CITRA ANDAWATI
1610914220011

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

April, 2021
ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 7

1.5 Signifikansi dan Keunikan Penelitian ............................................................. 9

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Citra Tubuh ..................................................................................................... 12

2.2 Mindfulness ..................................................................................................... 17

2.3 Hubungan Mindfulness dengan Citra Tubuh.................................................... 22

2.4 Landasan Teori ............................................................................................... 25

2.5 Hipotesis ......................................................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................................... 28

iii
3.2 Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian ..................................... 28

3.3 Subjek dan Tempat Penelitian ......................................................................... 29

3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 31

3.5 Metode Analisis Data ...................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 41

LAMPIRAN ................................................................................................................ 45

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Blueprint Skala Mindfulness ........................................................................... 32

Tabel 2. Blueprint Skala Citra tubuh ............................................................................. 33

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian ..................................................................... 27

Gambar 2. Rumus Simple Random Sampling .............................................................. 30

Gambar 3. Rumus Corrected Item-Total Correlation .................................................. 36

Gambar 4. Rumus Teknik Analisis Cronbach’ Alpha .................................................. 39

Gambar 5. Rumus Uji Kolerasi Pearson Product Moment .......................................... 40

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Skala Asli Mindfulness ............................................................................ 46

Lampiran 2. Skala Adaptasi Mindfulnes ..................................................................... 46

Lampiran 3. Skala Asli Citra Tubuh ............................................................................ 47

Lampiran 4. Skala Adaptasi Citra Tubuh .................................................................... 48

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting bagi seseorang

karena dapat mengembangkan potensi diri, kemampuan, sikap dan bentuk-

bentuk tingkah laku lainnya dimasyarakat. Tingkat pendidikan mempengaruhi

pemahaman seseorang terhadap berbagai hal. Salah satu tingkat pendidikan

yang ada di Indonesia yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA), dimana siswa

SMA yang berada pada usia 16 hingga 18 tahun yang disebut juga dengan

masa remaja (Muhadi, Setiawan, & Wadi, 2017). Remaja dibagi menjadi dua

remaja putri dan remaja putra. Remaja putri merupakan masa-masa transisi

dari masa anak-anak menuju dewasa, pada masa ini remaja putri terjadi

perubahan secara hormonal, fisik meliputi perubahan ukuran payudara, ukuran

pinggul, perubahan suara menjadi lebih melengking, dan adanya ketertarikan

dengan lawan jenisnya (Batubara, 2010). Hal ini menyebabkan masa penuh

dengan badai dan tekanan bagi remaja putri, maka remaja putri harus belajar

beradaptasi dan menerima perubahan yang menyebabkan pergejolakan emosi

didalamnya (WHO, 2018).

Masa peralihan tersebut menyebabkan siswi SMA yang tergolong

remaja yang cenderung mengalami kelabilan dalam hal tertentu. Yuriantin

(2018) menyebutkan bahwa pada usia perkembangannya, remaja seringkali

suka membandingkan dirinya dengan orang lain dan sudut orang lain yang

1
2

menjadi penilaian bagi dirinya. Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani

(Beritasatu, 2017) menunjukkan bahwa terdapat 51,2% siswa merasa tidak

puas dengan penampilan fisiknya yang terbagi menjadi 32,14% siswa dengan

ketidakpuasan ringan, 11,90% siswa dengan ketidakpuasan sedang dan 7,14%

siswa dengan ketidakpuasan berat. Ramadhani juga menjelaskan bahwa

remaja putri sering tidak puas dengan penampilan dirinya yang terlihat dari

berbagai macam fashion, produk kecantikan serta perawatan tubuh wanita

yang silih berganti dipasarkan. Ketidakpuasan terhadap penampilan fisik ini

dapat menyebabkan masalah citra tubuh.

Citra tubuh atau body image adalah sikap yang dimiliki seseorang

terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif atau negatif pada

dirinya sendiri serta evaluasi dan pengalaman afektif seseorang terhadap

atribut fisik, bisa dikatakan bahwa investasi dalam penampilan merupakan

bagian utama dari evaluasi diri seseorang. Citra tubuh terdiri dari komponen

sikap evaluasi dan komponen keyakinan, dimana kedua komponen tersebut

berkaitan dengan rasa puas dan tidak puas dengan keadaan tubuh yang

dimiliki. Hal ini menyebabkan tingkat kepuasan citra tubuh akan

mempengaruhi pada perasaan negatif pada bentuk tubuh (Cash & Pruzinsky,

2002).

Penelitian yang dilakukan oleh Denich & Ifdil (2015) menunjukkan

bahwa citra tubuh yang dimiliki seorang remaja putri banyak mengarah pada

hal yang negatif, seperti diet berlebihan untuk demi menciptakan tubuh yang

ideal. Dalam mempengaruhi bagaimana remaja putri menjalani hidup normal


3

dengan tekanan untuk memiliki tubuh yang ideal tersebut. Oleh karena itu,

remaja putri yang sedang mengalami perubahan dan cenderung meniru orang

lain yang menurutnya ideal dan perlu mendapatkan bimbingan atau arahan

agar tidak salah dan merusak dirinya sendiri.

Citra tubuh dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti kesadaran

individu terhadap situasi saat ini. Penelitian yang dilakukan oleh Albertson,

Neff, & Dill-Shackleford (2014) menunjukkan bahwa citra tubuh berkaitan

secara signifikan dengan aspek-aspek self-compassion, salah satunya yaitu

mindfulness. Individu yang memiliki mindfulness yang baik akan cenderung

tenang dan fokus, sehingga individu akan mampu menyadari segala sesuatu

yang terjadi dan melihatnya dengan apa adanya seperti dirinya menyadari

keadaan dirinya dan menerima keadaan fisiknya. Hal ini menunjukkan bahwa

ada prediksi dimana citra tubuh dapat disebabkan oleh mindfulness.

Mindfulness adalah suatu orientasi atau arah dan tujuan yang

dikelompokkan dengan keingintahuan, openness dan penerimaan (Bishop,

dkk, 2004). Baer & Krietemeyer (2006), mindfulness merupakan cara

mengarahkan perhatian yang digambarkan sebagai cara memfokuskan

perhatian seseorang dengan sengaja pada pengalaman yang terjadi pada saat

ini dengan tidak menghakimi dan menerima keadaan. Mindfulness dapat

dipercaya untuk menumbuhkan kesadaran penuh disetiap saat yang mengarah

pada peningkatan kesadaran diri dan kemampuan untuk beradaptasi yang

berhubungan dengan keputusan tentang menangani situasi yang sulit seperti

masalah yang muncul, serta dapat meningkatkan perasaan-perasaan yang


4

menyenangkan. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraheni & Rahmandani

(2019), menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara

variabel self-compassion dengan citra tubuh, yang mana didalam self-

compassion terdapat aspek yang disebut mindfulness atau merasa sadar

dengan keadaan yang baru. Kesadaran diri ini akan berkaitan dengan keadaan

fisik yang dimiliki individu sehingga lebih menyadari dan menerima keadaan

yang ada pada diri individu tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Blevins (2008) menunjukkan bahwa

peningkatan mindfulness akan berkaitan secara signifikan dengan kepuasan

terhadap tubuh. Intervensi yang didasarkan dengan mindfulness cenderung

memiliki pengaruh yang kuat pada citra tubuh bagi wanita. Menurut penelitian

Erb (2010), mindfulness dapat dipraktikkan untuk mengontrol sesuatu yang

dirasakan sehingga dapat mengurangi kebutuhan untuk makan dan kontrol

tubuh maka individu akan mudah menetralkan perasaan emosionalnya dan

dapat merasa postif dengan tubuh individu. Hal ini berarti bahwa mindfulness

dapat berkaitan dengan citra tubuh seseorang.

Penelitian yang dilakukan oleh Wasylkiw, Mackinnon, & MacLellan

(2012), menunjukkan bahwa self-compassion memiliki kaitan dengan citra

tubuh. Mindfulness yang merupakan bagian dari self-compassion yang

membuat individu sadar sepenuhnya dalam sikap penerimaan diri terhadap

citra tubuh yang ada pada diri individu tersebut. Remaja putri berpresepsi

bahwa memiliki tubuh yang ideal adalah hal yang paling penting sebab akan

mengganggu kepercayaan dirinya. Penelitian Denich & Ifdil (2015)


5

menunjukkan bahwa remaja putri seringkali menilai dirinya berdasarkan

penilaian orang lain sehingga remaja cenderung tidak merasa puas dengan

fisiknya. Oleh karena itu, mindfulness atau kesadaran diri atas yang terjadi

saat ini penting bagi seorang remaja yang sedang tumbuh.

Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 5 Oktober 2020 terhadap 3

siswi dari SMAN Banua Kalimantan Selatan Bilingual Boarding School

menggunakan teknik wawancara didapatkan hasil siswi dan siswa dipisah

menjadi dua area, ada khusus area siswi dan area siswa dengan kelas. Siswi

kelas X-XII keseluruhan berjumlah 129, satu kelasnya berjumlah 23 siswi

didalamnya. Syarat untuk masuk sekolah di SMAN Banua Kalimantan Selatan

Bilingual Boarding School Siswi disana diseleksi dengan kriteria nilai yang

tinggi berkisar 85 keatas atau nilai rata-rata rapot kelas 7-9 dan harus

mencantumkan sertifikat lomba nasional yang sudah pernah dilakukan, tes

psikotes, dan menjawab soal. Siswa dan siswi di SMAN Banua ini diwajibkan

paham atau dapat menggunakan Bahasa Inggris dengan baik dan benar.

Siswi di SMAN Banua seringkali menilai dirinya berdasarkan

penilaian orang lain sehingga siswi merasa selalu kurang puas terhadap

kondisi tubuhnya siswi menjadi tidak percaya diri. Selalu membandingkan diri

melalui sosial media, televisi bahkan orang lain disekitarnya. Siswi juga

seringkali mendengar komentar-komentar negatif dari teman-temannya

sehingga membuat siswi semakin tidak percaya diri. Siswi berpendapat bahwa

dirinya penuh kesadaran terhadap kekurangan dan kelebihan yang siswi miliki

dengan kesadarannya tersebut membuat siswi menjadi tergerak untuk merawat


6

dirinya seperti memakai skincare agar kulitnya cerah, Siswi yang menyadari

keadaan fisiknya ternyata siswi lebih menerima keadaan fisiknya saat ini,

tetapi masih terdapat siswi yang belum menyadari sepenuhnya terhadap fisik

yang dimiliki.

Berdasarkan permasalahan tersebut dapat diperkirakan adanya

hubungan antara mindfulness dengan citra tubuh pada siswi di SMAN Banua

Kalimantan Selatan Bilingual Boarding School. Hal tersebut membuat peneliti

tertarik terhadap penelitian tentang “Hubungan Mindfulness dengan citra

tubuh pada Remaja Putri di SMAN Banua Kalimantan Selatan Bilingual

Boarding School”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan dalam penelitian ini yaitu

terdapat hubungan mindfulness dengan citra tubuh pada remaja putri di SMAN

Banua Kalimantan Selatan Bilingual Boarding School?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah yang telah diuraikan diatas. Maka tujuan

penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara

mindfulness dengan citra tubuh pada remaja putri di SMAN Banua

Kalimantan Selatan Bilingual Boarding School.


7

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

1.4.1.1 Memberikan sumbangan pemikiran dan pengembangan

pengetahuan di bidang psikologi klinis, khususnya

mengetahui dalam pengetahuan mengenai hubungan antara

mindfulness dengan citra tubuh pada remaja putri di SMAN

Banua.

1.4.1.2 Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi atau

masukan bagi perkembangan ilmu Psikologi klinis tentang

hubungan mindfulness dengan citra tubuh.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Siswi

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

remaja putri guna lebih menyadari dan tidak malu terhadap

kondisi fisiknya, sehingga siswi dapat meningkatkan

kesadaran diri agar siswi dapat menerima bentuk dan

keadaan fisiknya.

1.4.2.2 Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk guru

agar mampu memahami hubungan mindfulness dengan citra


8

tubuh sehingga dapat mengembangkan metode

pembelajaran yang akan meningkatkan rasa kesadaran diri

siswi demi mengatasi persepsi buruk terhadap citra tubuh.

1.5 Signifikansi dan Keunikan Penelitian

Penelitian mengenai hubungan mindfulness dengan citra tubuh

jarang dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Loekmono

& Dwikurnaningsih (2018) mengenai hubungan antara mindfulness dengan

kepuasan hidup mahasiswa. Dengan menggunakan metode kuantitatif,

Populasi subjek penelitian ini sejumlah 218 orang dengan Pengambilan

sampel menggunakan teknik proportionate stratified random sampling

sampel yang berjumlah 135 orang. Instrumen yang digunakan untuk

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah The Mindfulness Attention

and Awareness Scale (MAAS) (Brown & Ryan, 2003) untuk mengukur

variabel mindfulness dan untuk mengukur variabel kepuasan hidup,

menggunakan Satisfaction With Life Scale (SWLS) (Diener, Emmons,

Larsen, & Griffin, 1985). Analisis menggunakan korelasi Kendall’s Tau-b.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

dengan arah positif antara mindfulness dengan kepuasan hidup mahasiswa.

Terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang peneliti

lakukan, yaitu penelitian yang peneliti lakukan menggunakan variabel

tergantung citra tubuh dengan subjek siswi SMAN Banua Bilingual

Boarding School yang berlokasi di Banjarmasin dengan jurusan Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA). Jumlah populasi sampel 138, Instrument yang


9

digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah MBSRQ-

AS (Multidimentional Body Self-Relation Questionaire-Appearance Scale)

(Argyrides & Kkeli, 2013) untuk mengukur variabel citra tubuh. Analisis

data menggunakan kolerasi product moment.

Penelitian yang dilakukan oleh Asnuddin & Sanjaya (2018)

mengenai hubungan tingkat kecemasan dan citra tubuh dengan pola

makan remaja putri menggunakan penelitian deskriftik analitik dengan

menggunakan pendekatan cross sectional. dengan metode deskriptif,

sampel berjumlah 40. Teknik pengumpulan data dengan skala tingkat

kecemasan, citra tubuh dan pola makan. Hasil penelitian ini ada hubungan

antara tingkat kecemasan, citra tubuh dengan pola makan. Terdapat

perbedaan antara penelitian yang peneliti lakukan, Terdapat perbedaan

antara penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan, yaitu

penelitian yang peneliti lakukan menggunakan variabel bebas mindfulness

menggunakan The Mindfulness Attention and Awareness Scale (MAAS)

(Brown & Ryan, 2003) untuk mengukur variabel mindfulness dan

MBSRQ-AS (Multidimentional Body Self-Relation Questionaire-

Appearance Scale) (Argyrides & Kkeli, 2013) untuk mengukur citra tubuh

dengan subjek remaja putri yang terdapat pada siswi SMAN Banua

Bilingual Boarding School yang berlokasi di Banjarmasin dengan jurusan

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dengan jumlah populasi sampel 138

subjek, Analisis data menggunakan kolerasi product moment.


10

Penelitian yang dilakukan Zhafirah & Dinardinata (2018) mengenai

hubungan antara citra tubuh dengan harga diri pada siswi SMA dengan

menggunakan kuantitatif, sampel diambil keseluruhan populasi yang

berjumlah 172 siswi dengan teknik pengambilan sampel proportionate

stratified random sampling. Teknik Pengumpulan data menggunakan skala

citra tubuh yang disusun dari aspek Cash (2012) dan skala harga diri yang

disusun oleh Coopersmith (dalam Mruk, 2006). Hasil penelitian

menunjukkan adanya hubungan positif antara citra tubuh dengan harga

diri. Terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang

peneliti lakukan, yaitu penelitian yang peneliti lakukan menggunakan

variabel bebas mindfulness dan variabel tergantung citra tubuh dengan

populasi sampel keseluruhan 129. Instrument yang digunakan untuk

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan The Mindfulness

Attention and Awareness Scale (MAAS) (Brown & Ryan, 2003) untuk

mengukur variabel mindfulness dan MBSRQ-AS (Multidimentional Body

Self-Relation Questionaire-Appearance Scale) (Argyrides & Kkeli, 2013)

untuk mengukur variabel citra tubuh. Analisis data menggunakan kolerasi

product moment.

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa

penelitian yang akan dilakukan peneliti berbeda dengan penelitian-

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Variabel yang diambil

peneliti berbeda dengan penelitian sebelumnya, dimana penelitian ini

menggunakan variabel mindfulness dan citra tubuh. Instrument yang


11

digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

The Mindfulness Attention and Awareness Scale (MAAS) (Brown & Ryan,

2003) untuk mengukur variabel mindfulness dan MBSRQ-AS

(Multidimentional Body Self-Relation Questionaire-Appearance Scale)

(Argyrides & Kkeli, 2013) untuk mengukur variabel citra tubuh. Analisis

data menggunakan kolerasi product moment. Sedangkan, penelitian

sebelumnya belum meneliti secara langsung hubungan kedua dari variabel

ini. Subjek penelitian ini juga berbeda yaitu subjek yang diteliti yaitu

remaja putri pada SMAN Banua Kalimantan Selatan Bilingual Boarding

School.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Citra Tubuh

2.1.1 Pengertian Citra Tubuh

Citra tubuh adalah suatu pemikiran yang dibentuk oleh

individunya sendiri dalam menilai ukuran dan bentuk tubuhnya. Seperti

bagaimana individu dapat memberikan penilaian mengenai ukuran dan

bentuk tubuhnya (Cash & Pruzinsky, 2002). Cash & Smolak (2011)

menyebutkan bahwa citra tubuh adalah bentuk tubuh atau tampilan fisik

dari hasil berbagai pengalaman psikolgis individu itu sendiri.

Pengalaman psikologis meliputi pikiran, belief, perasaan dan perilaku

yang berhubungan dengan persepsi dan sikap dari individu. Muth &

Cash (1997) mengatakan bahwa citra tubuh adalah persepsi, perasaan

dan ide pikiran seseorang mengenai tubuhnya, dan meliputi estimasi,

evaluasi dan emosi terhadap ukuran tubuh dan bentuk tubuh.

Grogan (2017) mendefinisikan citra tubuh adalah presepsi,

pikiran, dan perasaan individu miliki, meliputi konsep psikologi seperti

presepsi meliputi akurasi atau perkiraan ukuran tubuh dengan ukuran

yang sesungguhnya dan sikap terhadap tubuh meliputi evaluasi

kepuasan, afeksi, kognisi, dan perilaku. Bailey, Gammage, Ingen, &

Ditor (2016) menyatakan bahwa citra tubuh merupakan sebuah konsep

12
13

multidimensi yang menggambarkan aspek persepsi, kognisi, afektif dan

perilaku yang secara positif dan negatif dapat dirasakan oleh tubuh.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa citra tubuh adalah suatu pemikiran dan penilaian terhadap tubuh

mengenai ukuran dan bentuk tubuh yang dievaluasi berdasarkan

kepuasan, afeksi, kognisi dan perilaku secara positif atau negatif.

2.1.2 Aspek-Aspek Citra Tubuh

Argyrides & Kkeli (2013) menyebutkan bahwa citra tubuh terbagi

menjadi dua aspek, yaitu:

2.1.2.1 Appearance Orientation (Orientasi Penampilan)

Aspek ini berkaitan dengan tinggi rendahnya usaha yang

individu untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan

menjadi lebih baik berdasarkan standar yang telah dirinya

tentukan.

2.1.2.2 Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan)

Aspek ini berkaitan dengan hasil evaluasi yang dilakukan

dan bagaimana cara individu memandang dirinya setelah

adanya evaluasi yang dilakukan. Hasil evaluasi digunakan

untuk mengukur penampilan secara keseluruhan oleh individu.

Cash dan Pruzinsky (2002), menyatakan bahwa citra tubuh

terbagi menjadi lima aspek, yaitu :


14

2.1.2.1 Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan), yaitu evaluasi

pada seluruh bagian tubuh dan penampilan, yang dinilai

menarik, memuaskan dan tidak memuaskan.

2.1.2.2 Appearance Orientation (Orientasi Penampilan), yaitu individu

yang perhatian terhadap penampilan dan usaha yang dilakukan

untuk memperbaiki serta meningkatkan penampilan dirinya.

2.1.2.3 Body Areas Statisfication (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh),

yaitu individu yang merasa puas terhadap bagian tubuh

meliputi spesifik seperti wajah, rambut, tubuh bagian atas

seperti dada, bahu, lengan, tubuh bagian tengah seperti

pinggang dan perut, tubuh bagian bawah seperti pinggul dan

kaki, dan penampilan secara menyeluruh.

2.1.2.4 Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk), yaitu

kecemasan pada kegemukan, kewaspadaan terhadap berat

badan, cenderung melakukan diet dan membatasi porsi makan.

2.1.2.5 Self-Clasified Weight (Persepsi terhadap Ukuran Tubuh), yaitu

persepsi atau pandangan dan penilaian individu pada berat

badan yang kekurangan berat badan maupun kelebihan berat

badan.

Berdasarkan beberapa aspek tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa aspek dari citra tubuh yaitu appearance orientation (orientasi

penampilan) dan appearance evaluation (evaluasi penampilan).


15

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Citra Tubuh

Cash & Pruzinsky (2002) membagi lima faktor-faktor yang

mempengaruhi citra tubuh, yaitu :

2.1.3.1 Jenis Kelamin, jenis kelamin ini mempengaruhi pada

perkembangan citra tubuh. kebanyakan wanita yang lebih

sering merasakan ketidakpuasaan pada tubuhnya dibandingkan

laki-laki. Sehingga, kebanyakan wanita memiliki citra tubuh

negatif.

2.1.3.2 Media Massa, yang mempengaruhi citra tubuh dengan cara

menginformasikan dimedia elektronik maupun tertulis yang

menggambarkan wanita yang ideal memiliki tubuh yang kurus,

dan laki-laki yang ideal memiliki tubuh yang berotot, perut

rata, dan penampilan menarik. Hal tersebut menjadi pengaruh

terbesar dalam sosial budaya.

2.1.3.3 Hubungan Interpersonal, yang mempengaruhi penerimaan

dengan ketidakpuasan tubuh dari ekspetasi, opini, komunikasi

verbal dan non verbal mengenai penampilan fisik seseorang

yang dipandang oleh orang lain seperti anggota keluarga,

teman, ataupun orang asing. Hal ini berpotensi membentuk

batas normal yang digunakan untuk membandingkan diri pada

orang lain.
16

2.1.3.4 Budaya, yang mempengaruhi persepsi dan perilaku individu.

Budaya memiliki karakteristik dalam mengubah tubuh untuk

mencapai ekspetasi masyarakat sehingga nilai budaya

dianggap penting karena individu memandang diri mereka

sendiri dan menurut pandangan orang lain. Nilai-nilai budaya

mendorong didapatnya sikap dasar citra tubuh, yang

mempengaruhi individu untuk berperilaku terhadap kejadian

kehidupan dengan cara-cara tertentu.

2.1.3.5 Kepribadian, yang mempengaruhi terbentuknya citra tubuh,

yang mana konsep diri positif dapat membuat pengembangan

evaluasi postif bagi tubuh seseorang dan mempertahankan citra

tubuh dari penilaian negatif. Harga diri yang rendah akan

meningkatkan penilaian negatif pada citra tubuhnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh menurut Cash &

Smolak (2011) dibagi menjadi empat faktor, yaitu :

2.1.3.1 Sosialisasi kebudayaan, respon orang lain, perbandingan

dengan orang lain, peran individu, penentuan identitas

terhadap orang lain

2.1.3.2 Pengalaman interpersonal.

2.1.3.3 Perubahan secara fisik dan karakteristik.

2.1.3.4 Faktor kepribadian, yaitu self-esteem adalah faktor penting

dalam perkembangan citra tubuh. Individu yang memiliki self-


17

esteem yang positif maka akan menghasilkan evaluasi yang

positif citra tubuhnya. Namun sebaliknya jika self-esteem yang

negatif maka akan menghasilkan evaluasi yang negatif bagi

citra tubuhnya.

Berdasarkan beberapa faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa,

faktor dari citra tubuh yaitu, jenis kelamin, media massa, hubungan

interpersonal, budaya, kepribadian, sosialiasasi kebudayaan,

pengalaman interpersonal, perubahan secara fisik, dan faktor

kepribadian.

2.2 Mindfulness

2.2.1 Pengertian Mindfulness

Pada ajaran Buddha dan sebuah tradisi kontremplatif, dimana

perhatian dan kesadaran dapat didefinisikan suatu keadaan yang dengan

keadaan sadar apa yang telah terjadi saat ini dan melibatkan

pengalaman dari waktu ke waktu dengan keterbukaan pikiran dan

penerimaan diri (Brown & Ryan, 2003). Mindfulness merujuk pada dua

bentuk seperti kesadaran ataupun perhatian pada hal tertentu. Seperti

ketika individu ingin berbicara dengan hati-hati maka secara tidak

langsung individu merujuk kepada kesaran penuh perhatian. Hal ini

merupakan kebiasaan untuk membedakan kesadaran perhatian seberapa

penuh perhatian individu pada waktu tertentu atau kesadaran penuh

secara umum (Young, 2013).


18

Hyland (2011) menyatakan bahwa mindfulness adalah kesadaran

dalam kehadiran bersama dan pengalaman batin seseorang serta

lingkungan diluar individu termasuk adanya orang lain sebagai

lingkungan individu tersebut. Mindfulness juga memunculkan fokus

perhatian pada kegiatan, tingkat waspada, dan siap menangani dengan

cakap dan cerdas disetiap siatuasi yang mungkin muncul. McKenzie &

Hassed (2012) menyatakan mindfulness adalah praktik dalam

memperhatikan dengan mengetahui di mana perhatian kita berada dan

mampu memilih kemana mengarahkan perhatian tersebut. Individu

dengan penuh kesadaran dalam mempraktikkan perhatiannya dalam

hal-hal disekitarnya.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa mindfulness adalah suatu keadaan sadar atau kesadaran tentang

apa yang telah terjadi saat ini atau pada hal tertentu melalui pengalaman

batin seseorang dan dapat memilih kemana mengarahkan perhatian

tersebut.

2.2.2 Komponen Mindfulness

Brown dan Ryan (2003) membagi menjadi tiga komponen utama

dalam mindfulness adalah:

2.2.2.1 Kesadaran (awareness), yaitu suatu keadaan sadar atau terjaga

yang berdasarkan pengalaman subjektif dari kejadian internal


19

dan eksternal yang merupakan apersepsi dan persepsi murni

dari semua kenyataan kejadian yang terjadi setiap saat.

2.2.2.2 Perhatian (attention), yaitu pemusatan keadaan sadar atau

terjaga untuk memperjelas apek tertentu dari kenyataan.

Pengalaman atas kehidupan yang dialami sebagaimana adanya,

dan sebagai kenyataan pengalaman saat ini.

2.2.2.3 Penerimaan (acceptance), yaitu terjadi ketika individu hanya

memperhatikan setiap pemikiran, perasaan, dan sensasi sebagai

sebuah pengalaman terbuka akan kenyataan saat ini yang

muncul dalam arah kesadaran tanpa memberikan tanggapan

spontan atas kenyataan tersebut.

Baer (2006) membagi komponen-komponen mindfulness menjadi

5 bagian, yaitu :

2.2.2.1 Mengamati (Observing), yaitu yang memiliki arti bahwa

individu memperhatikan atau hadir dalam berbagai

pengalaman secara internal dan eksternal yang meliputi

pengalaman yang berkaitan dengan pandangan, suara,

penciuman, sensasi, kognisi, dan emosi. Komponen observing

merupakan elemen utama dalam mindfulness.

2.2.2.2 Mendeskripsikan (Describing), yaitu memiliki arti bahwa

seorang individu dapat memberikan identitas atau


20

mendeskripsikan suatu pengalaman yang dialami dijabarkan

melalui kata-kata.

2.2.2.3 Bertindak dengan Kesadaran (Acting with awareness), yaitu

suatu kecenderungan individu dalam memberikan kesadaran

dan perhatian pada setiap peristiwa atau aktivitas yang

dilakukan. Hal ini sangat terlihat perbedaannya dengan pikiran

pada peristiwa saat ini yang sering disebut dengan automatic

pilot.

2.2.2.4 Tidak menilai pengalaman batin (Non-judging of inner

experience), yaitu yang memiliki arti sebagai kecendrungan

individu untuk tidak mengkritik pikiran dan perasaan atas

peristiwa atas pengalaman yang dihadapi, melainkan menerima

dengan tulus dan ikhlas tanpa melakukan penilaian.

2.2.2.5 Tidak bereaksi terhadap pengalaman batin (Non-reactivity to

inner experiences), yaitu tidak adanya reaksi saat individu

membiarkan pikiran dan perasaan yang dating, lalu

meninggalkan tanpa berlarut-larut dalam perasaan tersebut dan

memberi reaksi pada pengalaman, pikiran yang dihadapi.

Berdasarkan beberapa komponen tersebut dapat disimpulkan

bahwa komponen mindfulness yaitu, Kesadaran (awareness), Perhatian

(attention), Penerimaan (acceptance), Mengamati (Observing),

Mendeskripsikan (Describing), Bertindak dengan Kesadaran (Acting


21

with awareness), tidak menilai pengalaman batin (Non-judging of inner

experience), dan tidak bereaksi terhadap pengalaman batin (Non-

reactivity to inner experiences).

2.2.3 Faktor Pembentuk Mindfulness

Faktor-faktor pembentuk mindfulness, yaitu :

2.2.3.1 Prosedur meditasi tetap seperti meditasi duduk (Bishop dkk,

2004) yang meliputi fokus pernapasan dan menerima kejadian

yang dialami sehingga seseorang dapat mengamati peristiwa

tanpa terlalu banyak mengidentifikasi (Caldwell & Shaver,

2013).

2.2.3.2 Skema kognitif, skema ini membentuk seseorang yang

mindful, dengan proses sosial, kognitif dan perkembangan,

dibentuk oleh pandangan, skema kognitif terhadap dunia yang

aman (Mikulincer & Shaver, 2005).

Shapiro & Carlson (2009) menjelaskan bahwa terdapat 3 faktor

yang menyebabkan mindfulness bekerja yaitu adanya IAA (intention,

attention, dan attitude). IAA secara bersama-sama dapat menimbulkan

mindfulness jika diperkuat, sehingga dapat muncul pula reperceiving

yang berfungsi untuk mempengaruhi cara pandang seseorang.

Berdasarkan beberapa faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa

faktor mindfulness yaitu, prosedur meditasi, skema kognitif, intention,

attention, dan attitude.


22

2.3 SMAN Banua Bilingual Boarding School

SMAN Banua Bilingual Boarding school adalah sekolah yang berstatus

negeri yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan menggunakan dua

Bahasa (Bilingual) yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dalam proses

pembelajaran. SMAN Banua Bilingual Boarding school menerima lulusan-

lulusan dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang memiliki prestasi dan

kualitas dengan standar yang tinggi. SMAN Banua Bilingual Boarding school

juga sekolah yang satu-satunya menyelenggarakan pendidikan Boarding

dengan jaminana BeaPeserta didik 100% sejak diterima hingga

menyelesaikan studi selama tiga tahun, pendidikan sekolah ini menggunakan

kurikulum nasional berbasis KTSP dikolaborasikan dengan kurikulum

PASIAD Indonesia. Sekolah ini juga menggunakan sistem asrama yang mana

siswa dan siswi disana harus menginap diasrama yang telah disediakan

(sman-banuakalsel.sch.id, 2016).

Persyaratan memasuki SMAN Banua Bilingual Boarding school ini

memiliki rata-rata nilai raport pengetahuan 5 semester per-mata pelajaran

minimal 85 (Bahasa Indonesia, Bahasa inggris, matematika, dan ilmu

pengetahuan alam). Harus melakukan psikotes dan tes kesehatan. Dalam

spiritual peserta didik harus mampu membaca Al-Qur’an.

2.4 Hubungan Mindfulness dengan Citra tubuh pada remaja putri

Penampilan fisik sangat berpengaruh bagi remaja putri karena dapat

menunjang kepercayaan diri. Cash & Pruzinsky (2002) menjelaskan bahwa


23

jenis kelamin wanita lebih memperhatikan bentuk tubuhnya dan cenderung

memiliki citra tubuh yang negatif pada tubuh sehingga wanita sering merasa

selalu tidak puas dengan bentuk dan ukuran tubuhnya selalu ingin

menampilkan yang terbaik. Hasil penelitian Barrington (2017) menunjukkan

bahwa mindfulness yang tinggi akan menghasilkan kepuasan pada tubuh yang

tinggi pula. Kesadaran diri seseorang berpengaruh terhadap pola pikir yang

akan menimbulkan berkurangnya kepuasan pada bentuk tubuhnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Cole, Howe, French, & Cox (2017)

menunjukkan bahwa mindfulness berhubungan dengan perhatian terhadap

bentuk tubuh, seseorang lebih memperhatikan dan terfokus pada penilaian

orang lain terhadap tubuhnya. Di dalam penelitian ini juga dinyatakan bahwa

jika seorang siswa yang lebih “mindful” di dalam kelas saat mengikuti kelas

yoga, mereka cenderung lebih nyaman berada dan berpartisipasi di kelas

tersebut meskipun kelas tersebut di kelilingi oleh orang dengan berbagai

macam bentuk tubuh. Mereka merasa tidak memiliki permasalahan ketika ada

teman satu kelas yang berkomentar terhadap bentuk tubuhnya.

Albertson, Neff & Dill-Shackleford (2014) dalam penelitiannya juga

menjelaskan bahwa intervensi berbasis self-compassion yang salah satunya

terdapat aspek mindfulness di dinilai efektif untuk meningkatkan citra tubuh.

Jika individu yang memiliki tingkat mindfulness yang rendah, maka dengan

intervensi berbasis self-compassion tersebut di nilai mampu meningkatkan

penilaian body-image seseorang. Individu yang merasa memiliki penilaian

terhadap citra tubuh yang rendah, dengan intervensi tersebut dapat juga
24

meningkatkan mindfulness pada individu tersebut. Jadi berdasarkan penelitian

ini mindfulness berhubungan dengan tingkat citra tubuh seseorang.

Neff (2011) di dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa

mindfulness memiliki peran yang besar terutama dalam perjuangan dalam

menerima tubuh kita, yaitu individu yang memiliki mindfulness yang tinggi

lebih nyaman dengan tubuhnya dan tidak terobsesi dengan penampilan fisik

dibanding individu lain yang banyak mengkritik diri sendiri. Sehingga

mindfulness dianggap penting untuk menjaga seseorang dari kekhawatirannya

terhadap penilaian citra diri atau citra tubuh baik dari dirinya sendiri maupun

dari orang lain.

Berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti di

SMAN Banua Kalimantan Selatan Bilingual Boarding School pada subjek

remaja putri, Penelitian yang dilakukan oleh Denich & Ifdil (2015),

mengatakan bahwa remaja putri cenderung memiliki citra tubuh yang negatif,

demi menciptakan tubuh yang ideal remaja putri tersebut ingin melalukan diet

yang berlebihan dan dalam menjalani hidup dengan penuh tekanan untuk

meniru orang lain yang menurutnya ideal tanpa perlu arahan dan bimbingan.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kesadaran diri seseorang akan

mempengaruhi pola pikir yang berkaitan dengan penerimaan bentuk

tubuhnya.
25

2.5 Landasan Teori

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Muth & Cash (1997)

Cash dan Pruzinsky (2002), Cash & Smolak (2011), & Grogan (2017), ketika

individu memiliki pemikiran yang dibentuk oleh dirinya sendiri dalam

menilai ukuran dan bentuk tubuhnya seperti bagaimana individu dapat

memberikan penilaian mengenai ukuran dan bentuk tubuhnya, maka hal

tersebut merupakan bagian dari citra tubuh.

Argyrides & Kkeli (2013) menjelaskan bahwa aspek-aspek dari citra

tubuh, yaitu: (1) appearance orientation (orientasi penampilan), yaitu tingkat

usaha yang dilakukan individu untuk memperbaiki dan meningkatkan

penampilan menjadi lebih baik berdasarkan standar yang telah dirinya

tentukan, dan (2) appearance evaluation (evaluasi penampilan), yaitu

pengukuran penampilan secara keseluruhan oleh individu berdasarkan hasil

evaluasi yang dilakukan dan bagaimana cara individu memandang dirinya

setelah adanya evaluasi yang dilakukan..

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Brown & Ryan (2003),

Hyland (2011), McKenzie & Hassed (2012), & Young (2013) dapat

disimpulkan bahwa mindfulness adalah adalah suatu keadaan sadar atau

kesadaran tentang apa yang telah terjadi saat ini atau pada hal tertentu melalui

pengalaman batin seseorang dan dapat memilih kemana mengarahkan

perhatian tersebut.
26

Brown & Ryan (2003) mengemukakan Komponen mindfulness yang

akan dioperasionalkan dalam penelitian ini, antara lain kesadaran

(awareness) yaitu suatu keadaan sadar yang berdasarkan pengalaman

subjektif dari kejadian internal dan eksternal, perhatian (attention) yaitu

pemusatan keadaan sadar untuk memperjelas apek tertentu dari kenyataan,

dan penerimaan (acceptance) yaitu terjadi ketika individu hanya

memperhatikan setiap pemikiran, perasaan, dan sensasi sebagai sebuah

pengalaman terbuka akan kenyataan saat ini yang muncul dalam arah

kesadaran tanpa memberikan tanggapan yang spontan. Komponen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur tingkat mindfulness secara kuantitatif.

Sesuai dengan temuan dari Cash & Pruzinsky (2002), Neff (2011),

Albertson, Neff & Dill-Shackleford (2014), Barrington (2017), & Cole,

Howe, French & Cox (2017) menunjukkan bahwa mindfulness menyebabkan

individu lebih menyadari diri sehingga berpengaruh pada pola pikir tentang

bentuk tubuhnya yang dinilai orang lain. Pola pikir yang positif untuk

menerima diri terkait bentuk tubuh akan menimbulkan citra tubuh yang lebih

baik.

Berdasarkan teori dan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya,

maka dapat diasumsikan bahwa terdapat hubungan antara mindfulness dengan

citra tubuh. Berikut ini merupakan kerangka berfikir untuk hubungan antara

mindfulness dengan citra tubuh.


27

Mindfulness (X) Citra Tubuh (Y)

Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian Hubungan Mindfulness dan

Citra Tubuh

Keterangan :
X : Variabel Bebas
Y : Variabel Tergantung

2.6 Hipotesis

Berdasarkan uraian dan penjelasan yang telah disampaikan sebelumnya,

maka hipotesis penelitian ini yaitu:

Ha : terdapat hubungan mindfuness dengan citra tubuh pada remaja putri di

SMAN Banua Kalimantan Selatan Bilingual Boarding School.

H0 : tidak terdapat hubungan mindfuness dengan citra tubuh pada remaja putri

di SMAN Banua Kalimantan Selatan Bilingual Boarding School.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain

cross-sectional. Desain penelitian cross-sectional adalah bentuk desain

penelitian observasional yang digunakan untuk mengukur hasil dan eksposur

pada subjek penelitian pada waktu yang bersamaan dan subjek hanya dipilih

berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan sesuai penelitian.

Setelah subjek dipilih untuk penelitian, peneliti mengikuti penelitian untuk

menilai paparan dan hasil. Desain cross-sectional digunakan untuk survei

berbasis populasi Penelitian ini biasanya dapat dilakukan dengan relatif lebih

cepat dan tidak mahal (Setia, 2016).

3.2 Identifikasi, Konseptualisasi, dan Operasionalisasi Variabel Penelitian

3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

Variabel Bebas (X) : Mindfulness

Variabell Terikat (Y) : Citra Tubuh

3.2.2 Definisi Operasional

Definisi konseptual dan operasional dari variabel-variabel dalam

penelitian ini adalah:

28
29

3.2.2.1 Definisi konseptual mindfulness berkaitan dengan konsep

psikologis berupa kesadaran tentang hal tertentu melalui

pengalaman batin untuk mengarahkan perhatian. Definisi

operasional mindfulness berkaitan dengan responden yang diuji

lewat alat ukur Mindful Attention Awareness Scale (MAAS)

yang menghasilkan skor. Hasil skor responden tersebut diambil

menggunakan alat ukur dari Brown & Ryan (2003). Rentang

skor berjumlah 1-6. Semakin tinggi skor mindfulness maka

semakin tinggi tingkat mindfulness seseorang.

3.2.2.2 Definisi konseptual citra tubuh berkaitan dengan konsep

psikologis berupa pemikiran yang dibentuk dalam menilai

ukuran dan bentuk tubuh. Definisi operasional citra tubuh

berkaitan dengan responden yang diuji lewat alat ukur

Multidimentional Body Self-Relation Questionaire-

Appearance Scale (MBSRQ-AS) yang menghasilkan skor.

Hasil skor responden tersebut diambil menggunakan alat ukur

dari Argyrides & Kkeli (2013). Rentang skor berjumlah 1-5.

Semakin tinggi skor citra tubuh maka semakin tinggi tingkat

citra tubuh seseorang.

3.3 Subjek dan Tempat Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakter yang telah ditetapkan oleh sang
30

peneliti untuk diteliti dan dipelajari Sugiyono (2017). Populasi penelitian ini

yaitu seluruh siswi kelas X-XII di SMAN Banua Bilingual Boarding School

yang berjumlah 129 orang subjek penelitian dipilih menggunakan Probability

Sampling dalam bentuk Simple Random Sampling yang pengambilan

sampelnya dilakukan secara acak tanpa memperhatikan tingkatan yang ada

dalam populasi tersebut dianggap telah homogen atau sesama (Sugiyono,

2017). Perhitungan jumlah sampel yang diambil untuk penelitian ini

menggunakan rumus Issac & Michael (Sugiyono, 2017), yaitu :

λ2 . N . P . Q
s= 2 2
d ( N−1 ) + λ . P. Q

Gambar 2. Rumus Simple Random Sampling.

Keterangan:

S = Jumlah sampel
2
λ = Chi Kuadrat, harga tergantung derajat kebebasan dan tingkat
kesalahan untuk derajat kebebasan 1 dan kesalahan 5%, harga Chi Kuadrat =
3,841
N = Jumlah Populasi
P = Peluang benar (0,5)
Q = Peluang salah (0,5)
d = Perbedaan antara rata-rata sampel dengan rata-rata populasi,
perbedaan bisa 0,01; 0,05 dan 0,10.

Berdasarkan perhitungan dengan rumus Isaac & Michael tersebut, maka

sampel dalam penelitian ini berjumlah 96,0761570006 yang dibulatkan

menjadi 96 orang SMAN Banua Bilingual Boarding School. Sebelum

melakukan pengambilan data penelitian, peneliti akan melakukan uji coba

alat ukur. Penelitian akan dilakukan di Global Islamic Boarding School


31

(GIBS) dengan jumlah populasi sebanyak 142 orang. Perhitungan jumlah

sampel yang diambil untuk uji coba pada penelitian ini juga menggunakan

rumus Isaac & Michael (Sugiyono 2017). Berdasarkan perhitungan jumlah

sampel dalam penelitian ini berjumlah 103,8701199771 yang dibulatkan

menjadi 104 orang di Global Islamic Boarding School (GIBS). Penelitian

yang akan dilaksanakan di SMAN Banua Bilingual Boarding School dan uji

coba yang dilaksanakan di SMA Global Islamic Boarding School dilakukan

dengan menggunakan survei online melalui media Google form.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

skala mencakup skala adaptasi Mindful Attention Awareness Scale

(MAAS) dan skala adaptasi Multidimentional Body-self Relations

Questionnaire-Appearance Scales (MBSRQ-AS). Skala dibuat dalam

bentuk skala likert karena skala ini digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi individu atau kelompok tentang suatu peristiwa

(sugiyono, 2017).

3.4.1.1 Skala Mindfulness

Skala mindfulness menggunakan skala adaptasi Mindful

Attention Awareness Scale (MAAS) dari Brown & Ryan (2003)

dengan Reliabilitas sebesar 0,80-0,90. Skala ini dibuat oleh

Brown & Ryan (2003) berdasarkan komponen yaitu kesadaran


32

(awareness), perhatian (attention), dan penerimaan

(acceptance). Skala ini memiliki enam pilihan respon jawaban,

yaitu : Hampir Selalu (HS), Sangat Sering (SS), Agak Sering

(AS), Agak Jarang (AJ), Sangat Jarang (SJ), dan Hampir Tidak

Pernah (HTP).

Metode skala yang digunakan, disajikan dalam bentuk

pernyataan-pernyataan. Bentuk skala ini berupa pilihan ganda

dengan 6 pilihan jawaban. Nilai terendah dengan skor 1 dan

nilai tertinggi dengan skor 6. Semakin tinggi skor yang

diperoleh seseorang berarti semakin tinggi tingkat mindfulness

seorang individu, begitupula sebaliknya. Penyusunan skala ini

lebih jelasnya dijabarkan dalam tabel blue print skala

mindfulness dibawah ini:

Tabel 1. Blue Print Skala Mindfulness

No Komponen Item Jumlah


1 Kesadaran (awareness) 1, 2, 3, 4, 5 5
2 Perhatian (attention) 6, 7, 8, 9, 10 5
3 Penerimaan (acceptance) 11, 12, 13, 14, 15 5
Jumlah 15

3.4.1.2 Skala Citra Tubuh

Skala citra tubuh menggunakan skala adaptasi

Multidimentional Body-self Relations Questionnaire-


33

Appearance Scales (MBSRQ-AS) dari Argyrides & Kkeli

(2013) dengan Reliabilitas sebesar 0,75-0,93. Skala ini dibuat

oleh Argyrides & Kkeli (2013) berdasarkan aspek appearance

orientation (orientasi penampilan) dan appearance evaluation

(evaluasi penampilan). Skala ini memiliki lima pilihan respon

jawaban, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N),

Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Metode skala yang digunakan, disajikan dalam bentuk

pernyataan-pernyataan. Bentuk skala ini berupa pilihan ganda

dengan 5 pilihan jawaban. Nilai terendah dengan skor 1 dan

nilai tertinggi dengan skor 5. Semakin tinggi skor yang

diperoleh seseorang berarti semakin tinggi tingkat citra tubuh

seorang individu, begitupula sebaliknya. Penyusunan skala ini

lebih jelasnya dijabarkan dalam tabel blue print skala citra

tubuh dibawah ini:

Tabel 2. Blue Print Skala Citra Tubuh

No Favourabl Unfavourabl Jumla


Aspek
. e e h
1, 2, 5, 6,
appearance orientation
1. 8, 11, 15, 9, 12, 14, 18 12
(orientasi penampilan)
19
appearance evaluation 3, 4, 7, 10,
2. 16, 17 7
(evaluasi penampilan) 13
Jumlah 13 6 19
34

Kedua skala ini diadaptasi dengan lima langkah proses adaptasi

sesuai dengan jurnal internasiol dengan judul Guidelines for the

Process of Cross-Cultural Adaptation of Sel-Report Measure oleh

Beaton & dkk. (2000). Lima langkah dalam adaptasi skala yang

dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

3.4.1.1 Langkah I (Translation), menerjemahkan skala Mindfulness

dan Skala Citra Tubuh yang semula menggunakan bahasa

inggris menjadi bahasa indonesia yang baik dan benar serta

mudah dipahami. Skala tersebut diterjemahkan tanpa merubah

format skala oleh Mahasiswa lulusan Psikologi Bernama

Muhammad Lutfi (skor toefl, 513) sebagai orang yang

mengenal tentang psikologi dan seorang dari Balai Bahasa

yang memiliki skor TOEFL lebih dari 500.

3.4.1.2 Langkah II (Synthesis), menyatukan kedua hasil terjemahan

tersebut agar menjadi bahasa yang mudah dipahami dan

disesuaikan berdasarkan tema pada penelitian ini yakni

hubungan mindfulness dengan citra tubuh pada remaja putri di

SMAN Banua Bilingual Boarding School.

3.4.1.3 Langkah III (Back Translation), hasil sintesis yang diperoleh

peneliti kemudian diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Inggris

dan diperiksa apakah ada perubahan makna dengan bantuan


35

penerjemah dari Balai Bahasa Kota Banjarbaru dan

Muhammad Rezki (Skor Toefl 535).

3.4.1.4 Langkah IV (Expert Commite Review), membawa hasil dari

langkah yang ketiga untuk kemudian diperiksa kembali oleh

orang-orang yang dianggap kompeten oleh peneliti dalam

bidang Psikologi.

3.4.1.5 Langkah V (Pretesting), dengan uji coba. Uji coba skala

dilakukan agar mendapat aitem yang sesuai dengan penelitian.

3.4.2 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Validitas dan reliabilitas aitem dapat diketahui melalui uji coba

sebelum dilakukan penelitian sesungguhnya. Validitas dan reliabilitas

alat ukur akan mempengaruhi akurasi dan kecermatan data hasil

pengukuran. Akurasi dan kecermatan data yang diperoleh akan

menentukan sejauh mana kepercayaan dapat diberikan kepada

kesimpulan penelitian (Azwar, 2015).

3.4.2.1 Seleksi Aitem

Penelitian ini menggunakan teknik corrected item-total

correlation untuk melihat kesesuaian aitem dalam mindfulness

dan citra tubuh. Corrected item-total correlation digunakan

untuk seleksi aitem agar dapat melihat sejauh mana aitem

tersebut memenuhi persyaratan kualitas. Seleksi aitem

instrumen pada penelitian ini menggunakan bantuan software


36

SPSS. Analisis dilakukan dengan cara mengkorelasikan

masing-masing skor aitem dengan skor total dan melakukan

koreksi terhadap nilai koefisien korelasi yang overestimasi

(Azwar, 2015). Adapun rumus corrected item-total correlation

adalah sebagai berikut :

r ix S x −Si
r i ( x−1)= 2 2
√[S + S −2 r
x i ix Si S x ]

Gambar 3. Rumus Corrected Item-Total Correlation

Keterangan:
ri(x-i) = Koefisien korelasi item-total setelah dikoreksi dari
efek spurious overlap
rix = Koefisien korelasi item-total sebelum dikoreksi
si = Standar deviasi skor item yang bersangkutan
sx = Standa deviasi skor skala

Kriteria pemilihan aitem didasarkan pada pendapat

Azwar (2015) yang menjelaskan bahwa biasanya digunakan

koefisien korelasi aitem total sama dengan atau lebih besar

daripada 0,30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi

minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan.

Sedangkan aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total

kurang dari 0,30 diartikan sebagai aitem yang memiliki daya

beda rendah. Namun, apabila jumlah aitem yang lolos ternyata

masih tidak mencukupi jumlah aitem yang diinginkan maka

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria


37

menjadi 0,25, sehingga jumlah aitem yang diinginkan dapat

tercapai.

3.4.2.2 Uji Validitas Alat Ukur

Validitas berasal dari kata validity yang memiliki makna

sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukurnya, dengan kata lain validitas berkaitan

dengan sejauh mana suatu tes telah mengukur apa yang seharu

snya diukur. Valid atau dikatakan sah untuk diukur adalah isi

atau komponen yang digunakan dalam alat ukur tersebut

memang mengungkapkan hal yang hendak diungkap dan tidak

mengungkap hal lain diluar dari tujuan alat ukur tersebut.

Valid menjadi syarat wajib dan utama untuk semua alat ukur

(Azwar, 2015). Penelitian ini menggunakan validitas isi yang

terdiri dari validitas tampang dan validitas logis.

Validitas tampang adalah validitas yang menjadikan

tampang sebagai acuan yang memiliki tujuan untuk mencapai

apresiasi subjek terhadap tes. Validitas tampang yang akan

dijadikan pertimbangan dalam penelitian ini yaitu membuat

layout (tampilan) yang menarik dan instruksi yang mudah

dipahami. Validitas tampang yang bagus dapat membuat

subjek termotivasi untuk mengerjakan alat ukur sehingga

mengeluarkan hal yang sesungguhnya didalam dirinya (Azwar,


38

2015). Pada penelitian ini, validitas tampang dilakukan dengan

meminta tanggapan dari expert judgement yaitu oleh dua orang

dosen pembimbing terhadap instruksi dan tampilan tes tersebut

(Azwar, 2015).

Validitas berikutnya yaitu validitas logis dengan

memanfaatkan blue-print yang memuat cakupan isi dan

indikator dari variabel yang diukur mengacu pada kaidah

penulisan. Validitas logis menunjuk pada sejauh mana aitem

tes merupakan representasi dari ciri-ciri variabel yang hendak

diungkap (Azwar, 2015). Pengujian validitas dalam penelitian i

ni adalah dengan menggunakan pendekatan validitas isi yang

dilakukan dengan cara meminta tanggapan terhadap expert

judgement mengenai kelayakan atau relevensi isi tes yang

dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen pembimbing. Validit

as ini adalah validitas yang diestimasi melalui pengujian terhad

ap kelayakan atau relevensi isi tes melalui analisis rasional ole

h panel yang berkompeten atau melalui judgement (Azwar, 20

15).

3.4.2.3 Reliabilitas Alat Ukur

Koefisien reliabilitas harus setinggi mungkin, biasanya

suatu koefisien reabilitas sekitar 0,900 dapat dianggap

memuaskan (Azwar, 2015). Tes standa yang taruhannya tinggi


39

serta disusun secara profesional harus mempunyai koefisien

konsistensi internal minimal 0,90. Tes yang tidak begitu tinggi

taruhannya tetap harus memperlihatkan konsistensi internal

setidaknya 0,80 atau 0,85. Untuk tes yang digunakan di kelas

oleh para guru hendaknya paling tidak memiliki koefisien

reliabilitas minimal 0,70 (Azwar, 2015). Penelitian ini

menggunakan teknik analisis untuk mengujidan dibantu

Teknik analisis Cronbach’ Alpha merupakan teknik yang

paling sering digunakan untuk menguji reliabilitas suatu skala

yang berbentuk kuisioner, yang dimana metode ini dapat

mengungkap indikator mana saja yang memiliki tingkat

reliabilitas rendah atau tidak konsisten. Azwar (2013)

merumuskan pengujian reliabilitas sebagai berikut:

2
∑S
α= [ ][
k
k −1
1− 2 j
Sx ]
Gambar 4. Rumus Teknik Analisis Cronbach’ Alpha

Keterangan :
α = Koefisien reliabilitas alpha
k = Jumlah aitem
2
∑ S j = Jumlah varians butir
S2x = Varians total

3.5 Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment yang bertujuan untuk


40

mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel. Pada

penelitian ini uji korelasi Pearson Product Moment digunakan untuk mencari

hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan antara variabel mindfulness

dengan citra tubuh dengan menggunakan bantuan program SPSS. Adapun

rumus analisis data uji korelasi Pearson Product Moment ini sebagai berikut

(Sugiyono, 2007):

n ∑ x i y i−( ∑ x i)( y i)
r xy = 2 2 2 2
√(n ∑ x i −( x i ) )( n ∑ y i −( y i ) )

Gambar 5. Rumus Uji Kolerasi Pearson Product Moment.

Keterangan :
rxy = Korelasi antara variabel x dengan y;
x = Variabel bebas;
y = Variabel tergantung;
n = Jumlah subjek penelitian.
41

DAFTAR PUSTAKA

Albertson, E. R., Neff, K. D., & Dill-Shackleford, K. E. (2014). Self-Compassion


and Body Dissatisfaction in Women: A Randomized Controlled Trial of a
Brief Meditation Intervention. Mindfulness, 6(3), 444-454. doi:
10.1007/s12671-014-0277-3.
Anggraheni, R. D., & Rahmandani, A. (2019). Hubungan antara self-compassion
dan citra tubuh pada mahasiswi program s-1 Manajemen Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang. Jurnal Empati, 8(1), 166-172.
Semarang: Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro.
Asnuddin. & Sanjaya. (2018). Hubungan tingkat kecemasan dan body image
dengan pola makan remaja putri di Sma Negeri 2 Sidrap. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Pengerah, 7(2), 69-77. Selawesi Selatan: STIKES
Muhammadiyah Sidrap.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka
Belajar
Azwar, S. (2015). Reliabilitas dan Validitas.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2017). Penyusunan Skala Psikologi, Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Baer, R. A., & Krietemeyer, J. (2006). Overview of mindfulness- and acceptance-
based treatment approaches. Mindfulness- Based Treatment Approaches,
3-27.
Bailey, K. A., Gammage, K. L., Ingen, C. V., & Ditor, D. S. (2016). Managing Of
Stigma: Exploring body image experiences and self-presentation among
people with spinal cord injury. Health Psychology Open, 3(1), 1-10. Doi:
10.1177/2055102916650094
Barrington, J. (2017). Mindfulness as a Protective Factor Against Body
Dissatisfaction: Mechanism of Action. Windsor, Ontario, Canada:
University of Windsor.
Batubara, J. RL. (2010). Adolescent development (perkembangan remaja).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Beaton, D. E., & dkk (2000). Guidelines for the Process pf Cross-Cultural
Adaptation of Self-Report Measures. Spine, 25(24), 3186-3191.
42

Bishop, S. R., Lau, M., Shapiro, S., Carlson, L., Anderson, N. D., Carmody, J.,
Segal, Z. V., Abbey, S., Speca, M., Velting, D., & Delvins, G. (2004).
Mindfulness: A proposed operational definition. Canada: American
Psychological Association.
Blevins, N. C. (2008). Mindfulness meditation as an intervention for body image
and weight management in collage women: A pilot study. Disertasi.
Florida: Universitas Of Florida.
Brown, K. W. & Ryan. R. M. (2003). The benefits of being present: Mindfulness
and its role in psychological well-being. Journal of Personality and Social
Psychology. :822– 848.
Caldwell, J. G. & Shaver, P. R. (2013). Mediators of The Link Between Adult
Attachment and Mindfulness. Interpersona: An International Journal on
Personal Relationships, 7, 299-301.
Cash, T. F., & Pruzinsky, T. (2002). Body image: A handbook of theory, research,
and clinical practice. New York, London: The Guilford Press.
Cash, T. F., & Smolak, L. (2011). Body Image: A handbook of science, practice,
and prevention. New York, London: The Guilford Press.
Cox, A. E., Ullrich-French, S., Howe, H. S., & Cole, A. N. (2017). A pilot yoga
physical education curriculum to promote positive body image. Body
Image, 23, 1-8
Cozby, P. C., & Bates, S. C. 2012. Methods in Behavioral Research. Singapore.
Mc Graw Hill.
Denich, A. U,. & Ifdil. (2015). Konsep body image remaja putri. Jurnal
Konseling dan Pendidikan, 3(2), 55-61. Padang: Universitas Negeri
Padang.
Erb, A. L. (2010). Enchancing DBT effectiveness with a mindfulness-based body
image group in the treatment for eating disorders. Disertasi. Oregon:
George Fox University.
Gor. (2017). Mayoritas siswa SLTA tak puas dengan penampilan fisiknya. Artikel
online yang diakses pada tanggal 10 Oktober 2020. Retrieved from:
https://www.beritasatu.com/lucius-gora-
kunjana/archive/455948/mayoritas-siswa-slta-tak-puas-penampilan-
fisiknya
Grogan, S. (2017). Body Image : Understanding body dissatisfaction in men,
woman, and children. London and New York: Routledge.
43

Hyland, T. (2011). Mindfulness and Learning : Celebrating the affective


demention of education. United Kingdom: University of Boton.
Loekmono, P. W. J. T. L., & Dwikurnaningsih, Y. (2018). Hubungan antara
mindfulness dengan kepuasan hidup mahasiswa bimbingan dan konseling.
Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 3(3), 99-107. Jawa tengah:
Universitas Kristen Satya Wacana.
Mckenzie, S., & Hassed, C. (2012). Mindfulness For Life. Exile Publishing Pty
Ltd.
Mikulincer, M., & Shaver, P. R. (2005). Attachment theory and emotions in close
relationships: Exploring the attachment‐related dynamics of emotional
reactions to relational events. Personal Relationships, 12(2), 149-168.
Muhadi, U. W., Setiawan, W., & Wadi, S. (2017). Sekolah menengah atas: Dari
masa ke masa. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA.
Muth, J. L & Cash, T. F. (1997). Body-image attitudes: What difference does
gender make?. Journal of Applied Social Psychology. 27(16), 1438-1452.
Narlan, A., & Juniar, D. T. (2018). Statistika dalam Penjas Aplikasi Praktis dalam
Penelitian Pendidikan Jasmani. Deepublish.
Neff, K. D. (2011). Self-compassion: Stop beating yourself up and leave
insecurity behind. New York: Harper Collins Publisher Inc
Setia, M. S. (2016). Methodology series module 3: Cross-sectional studies. Indian
Journal of Dermatology, 61(3), 261. Doi: 10.4103/0019-5154.182410.
Shapiro, S. L., & Carlson, L. E. (2009). The art and science of mindfulness:
Integrating mindfulness into psychology and the helping professions,(pp.3-
14). Washington, DC, US: American Psychological Association.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Todd, J., Aspell, J. E., Barron, D., & Swami, V. (2019). Multiple dimensions of
interoceptive awareness are associated with facets of body image in British
adults. Body Image, 29, 6-16.
Wasylkiw, L., Mackinnon, A. L., & MacLellan, A. M. (2012). Exploring the link
between self-compassion and body image in university women. Body
Image, 9(2), 236-245. doi: 10.1016/j.bodyim.2012.01.007
World Health Organization. (2018). World health statistics 2018: Monitoring
health for the SDGs. Geneva: World Health Organization.
44

Young, S. (2013) What is Mindfulness. Diambil dari


http://www.shinzen.org/Articles/
WhatIsMindfulness_SY_Public.pdf.
Yuriantin. (2018). Remaja hobi membandingkan diri dengan orang lain di
medsos, orang tua harus waspada. Artikel online yang diakses pada
tanggal 10 Oktober 2020. Retrieved from:
https://aura.tabloidbintang.com/parenting/read/119611/remaja-hobi-
membandingkan-diri-dengan-orang-lain-di-medsos-orang-tua-harus-
waspada
Zhafirah, T., & Dinardinata. A. (2018). Hubungan antara citra tubuh dengan harga
diri pada siswi SMA Kesatrian 2 Semarang. Jurnal Empati, 7(2), 334-340.
Semarang: Universitas Diponegoro.
45

LAMPIRAN
46

1. Skala Asli Mindfulness

No. Item
1 I could be experiencing some emotion and not be conscious of it until
some time later.
2 I break or spill things because of carelessness, not paying attention, or
thinking of something else.
3 I find it difficult to stay focused on what’s happening in the present.
4 I tend to walk quickly to get where I’m going without paying attention to
what I experience along the way.
5 I tend not to notice feelings of physical tension or discomfort until they
really grab my attention.
6 I forget a person’s name almost as soon as I’ve been told it for the first
time.
7 It seems I am “running on automatic,” without much awareness of what
I’m doing.
8 I rush through activities without being really attentive to them.
9 I get so focused on the goal I want to achieve that I lose touch with what
I’m doing right now to get there.
10 I do jobs or tasks automatically, without being aware of what I'mdoing.
11 I find myself listening to someone with one ear, doing something else at
the same time.
12 I drive places on ‘automatic pilot’ and then wonder why I went
13 I find myself preoccupied with the future or the past.
14 I find myself doing things without paying attention.
15 I snack without being aware that I’m eating.

2. Skala Mindfulness (Adaptasi)

No H SS A AJ S HTP
. Pernyataan S S J
1 Saya bisa mengalami emosi tertentu dan
mengabaikannya selama beberapa
waktu
2 Saya tanpa sengaja merusak barang
karena kecerobohan saya, tidak waspada
atau karena sedang memikirkan hal lain
3 Saya merasa sulit untuk fokus pada
kejadian yang tengah berlangsung
4 Saya cenderung berjalan kaki terlalu
cepat tanpa menghiraukan hal lain yang
saya lewati di sepanjang perjalanan
47

5 Ketika badan saya terasa tidak nyaman,


saya mengabaikannya sampai rasa
sakitnya menjadi tak tertahankan
6 Saya lupa nama seseorang segera
setelah berkenalan
7 Saya berperilaku secara otomatis, tanpa
sadar apa yang sedang saya lakukan
8 Saya tergesa-gesa dalam beraktivitas
tanpa memperhatikan apa yang
sebetulnya tengah saya kerjakan
9 Saya fokus kepada tujuan yang ingin
dicapai sehingga mengabaikan proses
untuk meraihnya
10 Saya melakukan pekerjaan secara
otomatis, mengabaikan apa yang sedang
saya kerjakan
11 Saya mendengarkan seseorang berbicara
sambil mengerjakan hal lain di waktu
yang bersamaan
12 Saya bepergian tanpa tahu mengapa
saya ingin pergi ke tempat tersebut
13 Saya merasa terbebani dengan masa
depan dan masa lalu
14 Saya merasa tidak sepenuhnya fokus
dalam mengerjakan segala sesuatu.
15 Ketika saya memakan kudapan
(jajanan), saya melakukannya tanpa
sadar.
Keterangan :
(HS) = Hampir Selalu
(SS) = Sangat Sering
(AS) = Agak Sering
(AJ) = Agak Jarang
(SJ) = Sangat Jarang
(HTP) = Hampir Tidak Pernah

3. Skala Asli Citra Tubuh

No
Item
.
48

1 Notice how I look


2 Buy clothes to look my best
3 Have a body that is sexually appealing
4 Like my looks
5 Check appearance
6 Spend time getting ready
7 Be considered good- looking
8 Important always to look good
9 Use of grooming products
10 Way one looks without clothes
11 Be self-conscious of my grooming
12 Wear whatever is handy
13 Way clothes fit the person
14 Don't care about what people think
15 Take special care with hair grooming
16 Dislike my physique
17 Feel physically unat- tractive
18 Never think about appearance
19 Try to improve physical appearance

4. Skala Citra Tubuh (Adaptasi)

No SS S N TS STS
Pernyataan
.
1 Sadar akan penampilan
2 Membeli pakaian untuk tampil sebaik mungkin
3 Memiliki tubuh yang menarik secara seksual
4 Menyukai penampilanku
5 Memeriksa penampilan
6 Perlu waktu untuk bersiap-siap
7 Dianggap tampan
8 Penting untuk selalu terlihat bagus
9 Menggunakan produk perawatan
10 Cara seseorang terlihat diluar penampilannya
11 Sadar diri akan dandanan saya
12 Memakai apapun yang mudah dipakai
13 Cara berpakaiannya cocok untuk orang tersebut
14 Tidak peduli dengan apa yang orang pikirkan
15 Melakukan perawatan khusus untuk perawatan
rambut
49

16 Tidak menyukai keadaan fisik sendiri


17 Merasa fisik tidak menarik
18 Tidak pernah memikirkan tentang penampilan
19 Mencoba merubah penampilan fisik
Keterangan :

(SS) = Sangat Setuju


(S) = Setuju
(N) = Netral
(TS) = Tidak Setuju
(STS) = Sangat Tidak Setuju

Anda mungkin juga menyukai