Anda di halaman 1dari 50

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA DALAM

MENGHADAPI HOSPITALISASI ANAK DI RUANG ANAK


RSUD IDAMAN KOTA BANJARBARU

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
VITA RIANI
NIP. 19941023 201903 2 022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan di STIKES
Intan Martapura sampai terlaksananya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
Karya Tulis Ilmiah ini Yang Bejudul “Tingkat Kecemasan Orang Tua
Dalam Menghadapi Hospitalisasi Anak Di RSUD Idaman Banjarbaru”.
Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari rintangan dan
hambatan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
bimbingan, bantuan, saran dan doanya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini, oleh sebab itu segala bentuk arahan saran maupun kritik
yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
kesempurnaannya.

Martapura, Juni 200


Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ix
DAFTAR ISI...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 7
E. Ruang Lingkup ........................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan.................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori
1. Hospitalisasi Pada Anak....................................................... 11
2. Konsep Kecemasan Pada Anak Akibat Hospitalisasi..........
..............................................................................................17
B. Kerangka Teori............................................................................ 30
C. Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian......................................................................... 32
B. Kerangka Kerja............................................................................ 33
C. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 34
D. Populasi dan Sampel Penelitian................................................... 34
E. Kerangka Konsep........................................................................ 35
F. Variabel Penelitian...................................................................... 36

iii
G. Definisi Operasional.................................................................... 36
H. Metode Pengumpulan Data......................................................... 37
I. Instrumen Penelitian.................................................................... 38
J. Pengolahan dan Analisis Data..................................................... 39
K. Etika Penelitian............................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasinal.............................................................................


36
Tabel 3.2 Coding................................................................................................
39
Tabel 3.3 Klasifikasi Nilai dan Kategori Tingkat Kecemasan...........................
41

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat Ukur Kecemasan GIS................................................................ 30


Gambar 2.2 Kerangka Teori.................................................................................. 30
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian................................................................. 32
Gambar 3.2 Kerangka Konsep.............................................................................. 35

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak prasekolah merupakan periode kanak-kanak awal antara usia 3-5

tahun. Pada usia ini anak mampu melakukan berbagai gerakan seperti berlari,

melempar, menari, berhitung. Ketika anak jatuh sakit, terkadang orang tua

tidak dapat memberikan perawatan maksimal di rumah. Keadaan yang seperti

itu memaksa anak harus mendapatkan perawatan yang intensif di rumah sakit.

Saat di rawat di rumah sakit, anak mengalami keadaan hospitalisasi. (Ratna,

2012)

Usia pra sekolah sangat rentan terhadap efek stres dan ketakutan

selama rawat inap. Anak-anak dibawah usia enam tahun kurang mampu

berpikir tentang suatu peristiwa secara keseluruhan, belum bisa menentukan

perilaku yang dapat mengatasi suatu masalah yang baru dihadapi dan kurang

memahami suatu peristiwa yang dialami (Jennet & Peterson, 2002). Anak-

anak mengatasi ketakutan berdasarkan pengalaman yang pernah dialami dan

strategi koping yang pernah dilakukan. Anak usia prasekolah belum dapat

mengekspresikan emosi dan harapan mereka dengan cukup baik secara lisan.

Selama masa anak-anak, sekitar 30 % minimal anak pernah

mengalami perawatan di rumah sakit, sementara itu sekitar 5 % pernah

dirawat beberapa kali di rumah sakit (Kazemi,dkk. 2012). Rawat inap

dianggap sebagai suatu peristiwa yang bisa membuat stres pada anak-anak.

1
2

Stressor yang diterima anak selama dirawat dapat berupa lingkungan rumah

sakit yang asing, kondisi fisik seperti rasa sakit dan penyakit yang anak alami,

prosedur perawatan dan pemeriksaan medis di rumah sakit. Stres pada anak

dapat menyebabkan gangguan tidur, penurunan nafsu makan, dan gangguan

perkembangan sehingga hal tersebut dapat menunda proses penyembuhan

penyakit (Kazemi dkk, 2012). Adanya perilaku anak yang demikian, tentunya

akan mengakibatkan kurang optimalnya proses pelayanan keperawatan,

sehingga akan mempengarungi proses penyembuhan. Apabila hal tersebut

berlangsung lama dan terus menerus maka anak akan kehilangan kontrol diri

bahkan bisa depresi.

Berdasarkan data Perhimpunan Nasional Rumah Sakit Anak di

Amerika, sebanyak 6,5 juta anak/tahun yang menjalani perawatan di rumah

sakit dengan usia kurang dari 17 tahun (Roberts, 2010). Sedangkan berdasar

data WHO (2012) bahwa 3-10% anak dirawat di Amerika Serikat baik anak

usia toddler, prasekolah ataupun anak usia sekolah, di Jerman sekitar 3

sampai dengan 7% dari anak toddler dan 5 sampai dengan 10% anak

prasekolah yang menjalani hospitalisasi. (Purwandari, 2013)

Sementara di Indonesia jumlah anak yang dirawat pada tahun 2014

sebanyak 15,26% (Susenas, 2014). Anak usia prasekolah merupakan salah

satu usia yang rentan terhadap terkena penyakit, sehingga banyak anak usia

tersebut yang harus dirawat di rumah sakit dan menyebabkan populasi anak

yang dirawat di rumah sakit mengalami peningkatan. (Wong, 2009).


3

Hospitalisasi pada anak merupakan proses darurat tanpa disengaja

yang mengharuskan anak tersebut menjalani perawatan di rumah sakit

(Supartini, 2012). Bagi anak, hospitalisasi merupakan kondisi yang

menyebabkan stress (Singh dkk, 2017). Menurut Siswanti dan Sukesih

(2017), Hospitalisasi sering kali menjadi krisis pertama yang harus dihadapi

anak-anak terutama selama tahun-tahun awal, mereka sangat rentan terhadap

krisis penyakit danhospitalisasi, karena stress akibat perubahan dari keadaan

sehat dan rutinitas lingkungan. Ketegangan akibat penyakit rawat inap

menyebabkan perubahan kondisi kesehatan dan rutinitas lingkungan yang

menjadi mekanisme kompatibilitas peningkatan ketegangan terhadaap usia

anak sekolah (Basiri-Moghaddam, 2011). Selama proses tersebut, anak dan

orang tua dapat mengalami kejadian dengan pengalaman yang sangat

traumatik serta penuh dengan kecemasan. (Supartini, 2012)

Anak pra sekolah mengalami stress saat hospitalisasi karena

lingkungan yang asing bagi anak, stres yang di alami anak akan menimbulkan

banyak reaksi yaitu terhadap penyakit atau masalah diri anak prasekolah

seperti perpisahan, tidak mengenal lingkungan, hilangnya kasih sayang, body

image maka akan beraksi seperti regresi yaitu hilangnya kontrol,

displacement, agresi (menyangkal), menarik diri, tingkah laku protes, serta

rentan mengalami ketakutan saat petugas kesehatan akan melakukan tindakan

keperawatan, pada anak prasekolah menjalani perawatan selama di rumah

sakit merupakan hal yang asing yang dapat membuat anak prasekolah stress

(Wahyuni, 2016).
4

Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Idaman Kota Banjarbaru,

pada tahun 2018 sebanyak 6.209 anak usia prasekolah yang pernah dirawat di

rumah sakit tersebut. Sementara itu, data jumlah anak dengan penyakit kronis

di RSUD Kabupaten Subang selama 3 bulan terakhir januari- maret

berjumlah 159 anak dengan rata-rata perbulan berjumlah 53 anak.

Berdasarkan hasil kajian pendahuluan yang dilakukan di Ruang Anak RSUD

Kabupaten Subang, bahwa tingkat hospitalisasi sering terjadi pada anak usia

prasekolah dibanding bayi, tolder maupun usia sekolah.

Strategi keperawatan yang baik untuk mengarahkan anak dan orang

tua terhadap dampak positif hospitalisasi yaitu meningkatkan hubungan orang

tua dengan anak, memberikan kesempatan orang tua dan anak untuk

mendapatkan informasi, dan meningkatkan penguasaan diri serta

memfasilitasi sosialisasi (Wong, Hockenberry & Marylin, 2013). Dampak

positif yang lain yaitu dapat meningkatkan perkembangan yang aktual dari

ketrampilan koping anak dan meningkatkan harga diri (James & Ashwill,

2013). Anak lebih percaya diri dalam mengurangi kecemasan selama

dihospitalisasi serta anak mampu untuk melakukan perawatan diri sendiri.

Tindakan lain yang dapat dilakukan perawat adalah mendorong partisipasi

orang tua memberikan informasi, mempersiapkan pemulangan serta

perawatan rumah (Harison 2014).

Hasil Penelitian Badriadi dkk (2016) yang berjudul Hubungan Peran

Serta Keluarga Dengan Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah Yang

Mengalami Hospitalisasi Di Bangsal Anggrek RSUD Penembahan Senopati


5

Bantul Yogyakarta Berdasarkan hasil korelasi antara peran serta keluarga

dengan kecemasan pada anak usia prasekolah dengan menggunakan uji

korelasi Spearman Rho didapatkan hasil nilai r = - 0,664 dengan nilai

signifikan sebesar 0,000 (<0.05). Artinya semakin tinggi peran serta keluarga

yang diberikan semakin rendah tingkat kecemasan yang dialami anak.

Dengan demikian, hal ini menjadi tantangan bagi seorang perawat

untuk memfasilitasi anak agar anak merasakan aman dan nyaman selama

perawatan sehingga anak akan lebih kooperatif dalam menerima tindakan

keperawatan. Cara yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan membangun

kerjasama dengan orang tua dalam komunikasi maupun tindakan

keperawatan.

Dari uraian di atas maka peneliti melakukan penelitian tentang

“Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia 3-6 Tahun di Ruang Anak

RSD Idaman Banjarbaru”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah, maka dapat di

rumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Pernyataan masalah

Anak usia prasekolah belum mampu mengenal masalah yang

dihadapi secara baik, kurang memahami masalah, dan belum mampu

mengatasi masalah yang dialami. Sakit dan memerlukan perawatan di

rumah sakit merupakan masalah yang dihadapi saat anak sakit. Berbagai
6

kejadian selama anak dihospitalisasi dan berada dalam lingkungan asing

merupakan stressor yang dapat membuat anak menjadi stres. Dampak

hospitalisasi pada anak prasekolah saat dirawat di rumah sakit dapat

dilihat dari perilaku anak tersebut diantaranya adalah penolakan yaitu

anak menghindar dari situasi yang membuatnya tertekan dan bersikap

tidak kooperatif terhadap petugas. Hasil penelitian sebelumnya

menunjukkan beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membuat anak

menjadi kooperatif, diantaranya adalah dengan melibatkan orang tua

dalam proses perawatan. Bentuk keterlibatan orang tua yaitu senantiasa

mendampingi anak, memberikan dukungan secara fisik maupun

emosional.

2. Pertanyaan masalah

Berdasarkan uraian masalah diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai apakah ada Gambaran Tingkat

Kecemasan Pada Anak Usia 3-6 Tahun di Ruang Anak RSD Idaman

Banjarbaru.

C. Tujuan penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini penulis berharap bisa

mencapai tujuan umum dan khusus sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada anak usia 3-

6 tahun di Ruang Anak RSD Idaman Banjarbaru.


7

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran karakteristik anak usia 3-6 tahun

meliputi jenis kelamin dan pengalaman di rawat

b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan anak usia 3-6 tahun di Ruang

Anak RSUD Idaman Banjarbaru

c. Mengidentifikasi dampak hospitalisasi anak usia 3-6 tahun di Ruang

Anak RSUD Idaman Banjarbaru

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini berguna bagi pihak-pihak terkait didalamnya dan

hasil penelitian gambaran tingkat kecemasan pada anak usia 3-6 tahun di

Ruang Anak RSD Idaman Banjarbaru diharapkan dapat berguna :

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan melibatkan orang

tua dalam proses perawatan pada anak dan menemukan berbagai cara

untuk meminimalkan dampak hospitalisasi serta meningkatan pemberian

intervensi keperawatan yang melibatkan orang tua untuk meminimalkan

dampak negatif hospitalisasi.

2. Bagi Institusi Keperawatan

Sebagai bahan tinjauan keilmuan khususnya dibidang

keperawatan anak sehingga dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa

dalam setiap melakukan tindakan keperawatan khususnya di ruang anak.


8

3. Bagi Pasien dan Keluarga

Memberikan pengetahuan yang cukup pada individu dan

kelauarga sehingga dapat meningkatkan partisipasi orang tua dalam

perawatan dan meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak yang

sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit.

4. Bagi Peneliti

Merupakan sarana pembelajaran dan penambahan pengalaman

dalam melakukan penelitian, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai

acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

E. Ruang lingkup penelitian

1. Ruang lingkup keilmuan

Lingkup penelitian ini termasuk dalam bidang Keperawatan Anak

yaitu gambaran tingkat kecemasan pada anak usia 3-6 tahun di Ruang

Anak RSD Idaman Banjarbaru.

2. Ruang lingkup masalah

Lingkup masalah dalam penelitian ini adalah untuk menegetahui

hubungan hospitalisasi dengan tingkat kecemasan pada anak usia 3-6

tahun di Ruang Anak RSD Idaman Banjarbaru.

3. Ruang lingkup sasaran

Sasaran yang akan diteliti adalah anak usia 3-6 tahun yang

menjalani perawatan di ruang anak RS Idaman Banjarbaru.


9

4. Lingkup Waktu

Penelitian ini akan di laksanakan pada bulan Maret sampai

dengan bulan Mei

5. Ruang lingkup tempat

Tempat penelitian ini di laksanakan di Ruang Anak RS Idaman

Banjarbaru

6. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik.

F. Sistematika penulisan

1. Bab I Pendahuluan

a. Latar Belakang

b. Rumusan Masalah

c. Tujuan Penelitian

d. Manfaat Penelitian

e. Ruang Lingkup Penelitian

f. Sistematika Penulisan

2. Bab II

a. Konsep Hospitalisasi Pada Anak

b. Konsep Kecemasan

c. Konsep Anak Usia 3-6 Tahun


10

3. Bab III

a. Rancangan Penelitian

b. Kerangka Kerja Penelitian

c. Tampat dan Waktu Penelitian

d. Popuasi dan Sampel Penelitian

e. Kerangka Konsep dan Hipotesis

f. Variabel Penelitian

g. Definisi Operasional

h. Instrumen Penelitian

i. Metode Pengumpulan Data

j. Pengolahan Data dan Analisa Data

k. Etika Penelitian

4. Bab IV Hasil Dan Pembahasan

Berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dan hasil

pengukuran serta pengamatan terhadap variabel yang diteliti,

analisa/pembahasan masalah dan pemecahan/cara mengatasi masalah

tersebut.

5. Bab V Kesimpulan Dan Saran

Bab ini memuat tentang kesimpulan penelitian yang merupakan

jawaban dari masalah penelitian, serta saran yang berisikan solusi

masalah atau rekomendasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjuan Teori

1. Hospitalisasi Pada Anak

a. Definisi

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak

sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak

mengalami perubahan dari keadaan sehat dan rutinitas lingkungan

serta mekanisme koping yang terbatas dalam menghadapi stresor.

Stresor utama dalam hospitalisasi adalah perpisahan, kehilangan

kendali dan nyeri. (Wong, Hockenberry & Marylin, 2009)

Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan

berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di

rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan. Meskipun

demikian dirawat di rumah sakit tetap merupakan masalah besar dan

menimbulkan ketakutan dan cemas bagi anak. (Supartini, 2012)

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak

sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak

berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu

rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi

anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga. (Wong,

2013)

8
9

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan berencana maupun

darurat yang mengharuskan anak dirawat atau tinggal di rumah sakit

untuk mendapatkan perawatan yang dapat menyebabkan beberapa

perubahan psikis pada anak. Perubahan psikis terjadi akibat adanya

suatu tekanan atau krisis pada anak. Jika seorang anak dirawat di

rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis yang

disebabkan oleh stres akibat perubahan baik terhadap status

kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari.

Selain itu, anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam

mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian yang

sifatnya menekan.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak dalam berespon terhadap

penyakit dan hospitalisasi

Setiap anak mempunyai respon yang berbeda terhadap

penyakit dan hospitalisasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi

respon anak terhadap hospitalisasi menurut James & Ashwill (2013)

adalah :

1) Umur dan perkembangan kognitif

Tingkat perkembangan anak mempengaruhi reaksi anak

terhadap penyakit. Perkembangan anak pada usia prasekolah

adalah membentuk konsep sederhana tentang kenyataan sosial,

belajar membina hubungan emosional dengan orang lain dan


10

belajar membina hubungan baik dan buruk dengan orang lain.

Perbedaan-perbedaan tersebut harus dipertimbangkan saat

merencanakan asuhan keperawatan. Persiapan rawat inap dan

prosedur yang akan dilakukan didasarkan pada pertumbuhan dan

perkembangan anak.

2) Respon orang tua terhadap penyakit dan hospitalisasi

Orang tua dan anak mengalami kecemasan saat anak

dihospitalisasi. Kecemasan yang terjadi pada orang tua ini dapat

meningkatkan kecemasan anak. Orang tua kadang tidak

menjawab pertanyaan anak dan tidak menjelaskan yang

sebenarnya karena khawatir anak menjadi takut dan cemas.

rang tua takut membuat bingung anak dan menurunkan tingkat

kepercayaan anak.

3) Persiapan anak dan orang tua

Metode yang dapat dilakukan untuk menyiapkan anak

dalam menjalani hospitalisasi adalah mengerti kebutuhan

individu dari anak tersebut. Perawat harus mempertimbangkan

umur, tingkat perkembangan, keterlibatan keluarga, waktu,

status fisik dan psikologi anak, faktor sosial budaya dan

pengalaman terhadap sakit maupun pengalaman merawat anak

4) Ketrampilan koping anak dan keluarga

Koping merupakan suatu proses dalam menghadapi

kesulitan untuk mendapatkan penyelesaian masalah. Koping


11

anak terhadap penyakit atau hospitalisasi dipengaruhi oleh usia,

persepsi terhadap kejadian yang dialami, hospitalisasi

sebelumnya dan dukungan dari berbagai pihak.

5) Manfaat psikologis dari hospitalisasi

Beberapa orang berpikir bahwa hospitalisasi hanya

menyebabkan dampak negatif terhadap status psikologis. Pada

kenyataannya ada manfaat psikologis dari penyakit dan

hospitalisasi yaitu dapat meningkatkan perkembangan yang

aktual dari keterampilan koping anak dan meningkatkan harga

diri. Anak lebih percaya diri dalam mengurangi kecemasan

selama dihospitalisasi dan lebih mampu untuk melakukan

perawatan diri sendiri.

c. Asuhan keperawatan pada anak yang dihospitalisasi

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh perawat dalam

memberikan asuhan pada anak yang dihospitalisasi menurut Wong,

Hockenberry & Marylin, (2009). adalah :

1) Persiapan hospitalisasi

Proses persiapan hospitalisasi yang dapat dilakukan

adalah dengan tour keliling rumah sakit, pertunjukan

menggunakan boneka dan permainan yang menggunakan

miniatur peralatan rumah sakit yang nanti akan dijumpai anak

pada saat pemberian perawatan. Persiapan bisa menggunakan


12

buku-buku, video atau film yang menceritakan seputar kondisi

di rumah sakit.

2) Mencegah dan meminimalkan perpisahan

Kehadiran orang tua setiap saat dapat membantu

mengurangi kecemasan anak. Orang tua diharapkan terlibat

dalam aktivitas perawatan sehingga orang tua dapat

berpartisipasi terhadap perawatan. Perawat selalu memberikan

informasi tentang kondisi anak dan orang tua selalu memberikan

dukungan terhadap anak.

3) Meminimalkan kehilangan kendali

Kehilangan kendali dapat terjadi akibat perpisahan,

restriksi fisik dan perubahan rutinitas. Kehilangan kendali dapat

dicegah dengan meningkatkan kebebasan bergerak,

mempertahankan rutinitas anak, mendorong kemandirian dan

meningkatkan pemahaman.

4) Mencegah dan meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh

Anak akan dihantui rasa takut akan nyeri dalam

menghadapi prosedur yang menyakitkan. Tehnik manipulasi

prosedural untuk setiap kelompok umur dapat meminimalkan

ketakutan terhadap cedera tubuh. Intervensi yang paling

mendukung adalah dengan prosedur secepat mungkin dan

mempertahankan kontak orang tua dengan anak.


13

5) Memfasilitasi aktivitas yang sesuai dengan perkembangan

Salah satu tujuan dari asuhan keperawatan adalah tetap

menjaga perkembangan anak saat dihospitalisasi. Berbagai cara

yang bisa dilakukan diantaranya adalah dengan meminimalkan

perpisahan, memberikan kesempatan anak untuk berpartisipasi

dalam aktivitas yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

6) Memberikan kesempatan untuk bermain

Bermain adalah suatu aktivitas yang tidak bisa

ditinggalkan anak. Bermain sangat penting untuk perkembangan

mental, emosional dan kesejahteraan sosial anak. Kebutuhan

bermain tidak dapat dihentikan sewaktu anak mendapat

perawatan di rumah sakit. Permainan disesuaikan dengan

kondisi anak dan tingkat perkembangannya.

7) Mendorong partisipasi orang tua

Mencegah dan meminimalkan perpisahan merupakan

tujuan utama keperawatan dengan mempertahankan kontak

antara orang tua dengan anak. Pendekatan terbaik adalah

menganjurkan orang tua untuk tetap bersama anak dan

berpartisipasi dalam perawatan jika memungkinkan. Staf rumah

sakit harus menghargai kelanjutan kelekatan orang tua dan anak.

Orang tua selalu dilibatkan dalam perencanaan asuhan

keperawatan dan berperan dalam pemulihan kondisi anak.


14

2. Konsep Kecemasan Pada Anak Akibat Hospitalisasi

a. Pengertian

Kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan,

yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran,

keprihatinan, dan rasa takut yang kadang-kadang kita alami dalam

tingkat yang berbeda-beda (Atkinson, 2013). Sedangkan menurut

Sadock (2015), kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan ia

memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan

memungkikan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi

ancaman.

Hospitalisasi adalah pengalaman penuh cemas baik bagi anak

maupun keluarganya. Kecemasan utama yang dialami dapat berupa

perpisahan dengan keluarga, kehilangan kontrol, lingkungan yang

asing, kehilangan kemandirian dan kebebasan. Reaksi anak dapat

dipengaruhi oleh perkembangan usia anak, pengalaman terhadap

sakit, diagnosa penyakit, sistem dukungan dan koping terhadap

cemas. (Nursalam, 2013)

Anak yang mengalami hospitalisasi dengan gangguan

kecemasan pada usia todler menurut Niven (2012) mempunyai efek

pada usia remaja, yang dimanifestasikan dengan perilaku

menyimpang. Penyimpangan perilaku tersebut berupa kemampuan

membaca yang buruk, kenakalan dan riwayat pekerjaan tidak stabil.

Hal ini menunjukkan pentingnya dilakukan intervensi yang tepat


15

untuk mengatasi kecemasan hospitalisasi pada anak, khususnya anak

usia todler.

b. Reaksi terhadap hospitalisasi

1) Reaksi anak

Secara umum, anak lebih rentan terhadap efek penyakit

dan hospitalisasi karena kondisi ini merupakan perubahan dari

status kesehatan dan rutinitas umum pada anak. Hospitalisasi

menciptakan serangkaian peristiwa traumatik dan penuh

kecemasan dalam iklim ketidakpastian bagi anak dan

keluarganya, baik itu merupakan prosedur elektif yang telah

direncanakan sebelumnya ataupun akan situasi darurat yang

terjadi akibat trauma. Selain efek fisiologis masalah kesehatan

terdapat juga efek psikologis penyakit dan hospitalisasi pada

anak (Kyle & Carman, 2015), yaitu sebagai berikut :

a) Ansietas dan kekuatan

Bagi banyak anak memasuki rumah sakit adalah

seperti memasuki dunia asing, sehingga akibatnya

terhadap ansietas dan kekuatan. Ansietas seringkali

berasal dari cepatnya awalan penyakit dan cedera,

terutama anak memiliki pengalaman terbatas terkait

dengan penyakit dan cidera.


16

b) Ansietas perpisahan

Ansietas terhadap perpisahan merupakan

kecemasan utama anak di usia tertentu. Kondisi ini terjadi

pada usia sekitar 8 bulan dan berakhir pada usia 3 tahun.

(American Academy of Pediatrics, 2010)

c) Kehilangan control

Ketika dihospitalisasi, anak mengalami kehilangan

kontrol secara signifikan.

2) Reaksi orang tua

Hampir semua orang tua berespon terhadap penyakit

dan hospitalisasi anak dengan reaksi yang luar biasa. Pada

awalnya orang tua dapat bereaksi dengan tidak percaya,

terutama jika penyakit tersebut muncul tiba-tiba dan serius.

Takut, cemas dan frustasi merupakan perasaan yang banyak

diungkapkan oleh orang tua. Takut dan cemas dapat berkaitan

dengan keseriusan penyakit dan jenis prosedur medis yang

digunakan. Sering kali kecemasan yang paling besar berkaitan

dengan trauma dan nyeri yang terjadi pada anak. (Wong,

2009).

3) Reaksi saudara kandung (sibling)

Reaksi saudara kandung terhadap anak yang sakit dan

dirawat di rumah sakit adalah kesiapan, ketakutan, khawatiran,

marah, cemburu, benci, iri dan merasa bersalah. Orang tua


17

sering kali memberikan perhatian yang lebih pada anak yang

sakit dibandingkan dengan anak yang sehat. Hal tersebut

menimbulkan perasaan cemburu pada anak yang sehat dan

merasa ditolak (Nursalam, 2013).

4) Perubahan peran keluarga

Selain dampak perpisahan terhadap peran keluarga,

kehilangan peran orang tua dan sibling. Hal ini dapat

mempengaruhi setiap anggota keluarga dengan cara yang

berbeda. Salah satu reaksi orang tua yang paling banyak adalah

perhatian khusus dan intensif terhadap anak yang sedang sakit.

(Wong, 2009)

c. Dampak hospitalisasi

Menurut Cooke & Rudolph (2009), hospitalisasi dalam waktu

lama dengan lingkungan yang tidak efisien teridentifikasi dapat

mengakibatkan perubahan perkembangan emosional dan intelektual

anak. Anak yang biasanya mendapatkan perawatan yang kurang baik

selama dirawat, tidak hanya memiliki perkembangan dan

pertumbuhan fisik yang kurang optimal, melainkan pula mengalami

gangguan hebat terhadap status psikologis. Anak masih punya

keterbatasan kemampuan untuk mengungkapkan suatu keinginan.

Gangguan tersebut dapat diminimalkan dengan peran orang tua

melalui pemberian rasa kasih sayang.


18

Depresi dan menarik diri sering kali terjadi setelah anak

manjalani hospitalisasi dalam waktu lama. Banyak anak akan

mengalami penurunan emosional setelah menjalani hospitalisasi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang dihospitalisasi

dapat mengalami gangguan untuk tidur dan makan, perilaku regresif

seperti kencing di atas tempat tidur, hiperaktif, perilaku agresif,

mudah tersinggung, terteror pada saat malam hari dan negativisme

(Herliana, 2010). Berikut ini adalah dampak hospitalisasi terhadap

anak usia prasekolah menurut Nursalam (2013), sebagai berikut :

1) Cemas disebabkan perpisahan

Sebagian besar kecemasan yang terjadi pada anak

pertengahan sampai anak periode prasekolah khususnya anak

berumur 6-30 bulan adalah cemas karena perpisahan.

Hubungan anak dengan ibu sangat dekat sehingga perpisahan

dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan terhadap orang

yang terdekat bagi diri anak. Selain itu, lingkungan yang

belum dikenal akan mengakibatkan perasaan tidak aman dan

rasa cemas.

2) Kehilangan control

Anak yang mengalami hospitalisasi biasanya

kehilangan kontrol. Hal ini terihat jelas dalam perilaku anak

dalam hal kemampuan motorik, bermain, melakukan hubungan

interpersonal, melakukan aktivitas hidup sehari-hari activity


19

daily living (ADL), dan komunikasi. Akibat sakit dan dirawat

di rumah sakit, anak akan kehilangan kebebasan pandangan

ego dalam mengembangkan otonominya. Ketergantungan

merupakan karakteristik anak dari peran terhadap sakit. Anak

akan bereaksi terhadap ketergantungan dengan cara negatif,

anak akan menjadi cepat marah dan agresif. Jika terjadi

ketergantungan dalam jangka waktu lama (karena penyakit

kronis), maka anak akan kehilangan otonominya dan pada

akhirnya akan menarik diri dari hubungan interpersonal.

3) Luka pada tubuh dan rasa sakit (rasa nyeri)

Konsep tentang citra tubuh, khususnya pengertian body

boundaries (perlindungan tubuh), pada kanak-kanak sedikit

sekali berkembang. Berdasarkan hasil pengamatan, bila

dilakukan pemeriksaan telinga, mulut atau suhu pada rektal

akan membuat anak sangat cemas. Reaksi anak terhadap

tindakan yang tidak menyakitkan sama seperti tindakan yang

sangat menyakitkan. Anak akan bereaksi terhadap rasa nyeri

dengan menangis, mengatupkan gigi, menggigit bibir,

menendang, memukul atau berlari keluar.

4) Dampak negatif dari hospitalisasi lainya pada usia anak

prasekolah adalah gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi

terhadap lingkungan.
20

d. Penyebab Kecemasan

Penyebab kecemasan menurut Wong (2013), yaitu :

1) Perpisahan dengan keluarga.

2) Berada di lingkungan yang asing.

3) Ketakutan akan prosedur-prosedur tindakan yang akan

dilakukan.

e. Manifestasi Kecemasan

Menurut Wong (2013), manifestasi kecemasan karena

kecemasan terdiri dari beberapa fase :

1) Fase protes (Phase of Protest)

Pada fase ini anak menangis, menjerit / berteriak,

mencari orang tua dengan pandangan mata, memegangi orang

tua, menghindari dan menolak bertemu dengan orang yang

tidak dikenal secara ferbal menyerang orang yang tidak

dikenal, berusah lari untuk mencari orang tuanya, secara fisik

berusaha menahan orang tua agar tetap tinggal. Sikap protes

seperti menangis mungkin akan berlanjut dan akhirnya akan

berhenti karena keletihan fisik. Pendekatan orang yang tidak

dikenal akan memicu meningkatnya sikap protes.

2) Fase putus asa (Phase of Despair)

Perilaku yang harus diobservasi pada fase ini adalah

anak tidak aktif, menarik diri dari orang lain, depresi, sedih,
21

tidak tertarik terhadap lingkungan, tidak komunikatif, perilaku

memburuk, dan menolak untuk makan, minum atau bergerak.

3) Fase menolak (Phase of Denial)

Pada fase ini secara samar-samar anak menerima

perpisahan, tertarik pada lingkungan sekitar, mulai berinteraksi

secara dangkal dengan orang yang tidak dikenal atau perawat

dan terlihat gembira. Fase ini biasanya terjadi setelah berpisah

dengan orang tua dalam jangka waktu yang lama.

f. Faktor predisposisi Kecemasan

Menurut Stuart dan sundeen (2005) :

1) Dalam pandangan Psikoanalitik

Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara

dua elemen kepribadian-id dan superego.

2) Menurut pandangan interpersonal

Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak

adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan

dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan fisik. Sebagai

contoh kecemasan anak yang dirawat di rumah sakit

(hospitalisasi).
22

3) Menurut pandangan perilaku

Ansietas merupkan produk frustasi yaitu segala sesuatu

yang mengganggu kemamapuan seseorang untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

4) Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas

merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.

5) Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor

khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin

membantu ansietas.

g. Faktor Pencetus Kecemasan

Menurut Kaplan dan sadock (2015) meliputi :

1) Faktor Psikososial

Anak kecil, imatur dan tergantung pada tokoh ibu,

adalah terutama rentan terhadap kecemasan yang berhubungan

dengan perpisahan, sebagai contoh anak yang dirawat di rumah

sakit (hospitalisasi) karena anak mengalami urutan ketakutan

perkembangan-takut kehilangan ibu, takut kehilangan cinta

ibu, takut cidera tubuh, takut akan impulsnya dan takut akan

cemas hukuman (punishing unxiety) dari superego dan rasa

bersalah-sebagian besar anak mengalami cemas perpisahan

didasarkan pada salah satu atau lebih ketakutan – ketakutan

tersebut.
23

2) Faktor Belajar

Kecemasan fobik dapat di komunikasikan dari orang

tua kepada anak – anak dengan modeling langsung. Jika orang

penuh ketakutan, anak kemungkinan memiliki adaptasi fobik

terhadap situasi baru, terutama pada lingkungan baru.

Beberapa orang tua tampaknya mengajari anak – anaknya

untuk cemas dengan melindungi mereka secara berlebihan

(overprotecting) dari bahaya yang diharapkan atau dengan

membesar – besarkan bahaya.

3) Faktor Genetik

Intensitas mana cemas perpisahan dialami oleh anak

individual kemungkinan memiliki dasar genetik. Penelitian

keluarga telah menunjukkan bahwa keturunan biologis dari

orang dewasa dengan gangguan kecemasan adalah rentan

terhadap gangguan pada masa anak – anak.

h. Karakteristik Kecemasan Todler

Menurut Wong (2013) meliputi :

1) Menangis.

2) Terlihat sedih,biasanya menolak dan tidak koperatif.

3) Denial atau mengingkari, ditunjukkan dengan tidak senang

ditemani dan mendiamkan ibunya.


24

i. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart dan sundeen (2005)

1) Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari–sehari dan menyebabkan seseorang menjadi

waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.

2) Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk

memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang

lain.

3) Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

Seseoarang cinderung untuk memusatkan pada sesuatu yang

terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain.

4) Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah,

ketakutan dan teror. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan

kehidupan, dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama,

dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.

j. Cara Mengurangi Kecemasan Pada Anak

Saat anak dirawat di rumah sakit, orang tua adalah sosok

yang paling dikenal dan dekat dengan anak. Orang tua sangat

diperlukan untuk mendampingi anak selama mendapat perawatan di

rumah sakit. Peran serta orang tua dalam meminimalkan dampak

hospitalisasi menurut Wong, Hockenberry & Marylin, (2009)

adalah :
25

1) Orang tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara

orang tua tinggal bersama selama 24 jam (rooming in). Orang

tua tidak meninggalkan anak secara bersamaan sehingga

minimal salah satu ayah atau ibu secara bergantian dapat

mendampingi anak

2) Jika tidak memungkinkan rooming in, orang tua tetap bisa

melihat anak setiap saat dengan maksud mempertahankan

kontak antar mereka. Orang tua bisa tetap berada disekitar ruang

rawat sehingga bisa dapat melihat anak.

3) Orang tua mempersiapkan psikologis anak untuk tindakan

prosedur yang akan dilakukan dan memberikan dukungan

psikologis anak. Selain itu orang tua juga memberikan motivasi

dan menguatkan anak serta menjelaskan bahwa tindakan yang

akan diterima untuk membantu kesembuhan anak.

4) Orang tua hadir atau mendampingi pada saat anak dilakukan

tindakan atau prosedur yang menimbulkan rasa nyeri. Apabila

mereka tidakdapat menahan diri bahkan menangis bila

melihatnya maka ditawarkan pada orang tua untuk

mempercayakan kepada perawat.

Ketika anak akan dirawat di rumah sakit, orang tua sebaiknya

mampu mempersiapkan dan memfasilitasi anak selama perawatan.

Menurut Moris (2003) bentuk persiapan yang dilakukan orang tua

adalah :
26

1) Orang tua mulai mempersiapkan anak untuk berangkat ke rumah

sakit. Pesiapan tersebut menyediakan kebutuhan anak selama

dirawat meliputi pakaian dan benda-benda kesayangan seperti

mainan favorit, boneka atau selimut.

2) Jika anak akan dirawat di rumah sakit untuk jangka waktu yang

lama, maka orang tua akan membantu untuk membawakan

mainan baru. Mainan tersebut memberikan sesuatu yang segar

dan menarik untuk meningkatkan semangat anak.

3) Membacakan buku-buku tentang rawat inap atau kunjungan

dokter dengan anak.

4) Orang tua bermain bersama anak sebagai dokter atau perawat

dengan menggunakan mainan alat medis yang dapat

menyenangkan dan bermanfaat sehingga anak dapat mengenal

dan mampu beradapatasi dengan lingkungan rumah sakit.

k. Alat Ukur Kecemasan

Menurut Buchanan (2002), GIS digunakan untuk mengukur

tingkat kecemasan pada anak-anak menggunakan ekspresi wajah.

Ekspresi wajah menggambarkan situasi atau keadaan dari

kecemasan, mulai dari ekspresi wajah sangat senang hingga sangat

tidak senang. Skala ini menunjukkan dari skor 1 yaitu menunjukkan

ekspresi yang paling positif (sangat senang) sampai skor 5 pada

bagian wajah yang paling menunjukkan ekspresi negatif (sangat

tidak senang).
27

Gambar 2.1 Alat Ukur Kecemasan GIS

B. Tinjauan Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi anak terhadap


hospitalisasi
Umur dan perkembangan kognitif
Respon orang tua terhadap penyakit dan
hospitalisasi
Persiapan anak dan orang tua
Keterampilan koping anak dan keluarga
Pengalaman dirawat di rumah sakit

Dampak Hospitalisasi :
Cemas terhadap perpisahan Kenyaman anak
Hospitalisasi Nyeri cedera tubuh selama di rawat
Kehilangan kontrol menningkat
Rasa bersalah dan malu

Anak Sakit
Maternal role attainment :
Peran orang tua
Peran serta orang tua dalam
meminimalkan dampak hospitalisasi

Faktor yang mempengaruhi :


Peran orang tua
Usia orang tua
Pendidikan orang tua
Pekerjaan orang tua

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Wong, (2007), James & Aswill (2007), Kolcaba (2010), Mercer (2006), Supartini
(2004), Mubarok (2006), Broks (2011), Abdulbaki, Gaafar & Waziry (2011
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran

ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, metode penelitian

merupakan urutan langkah–langkah dalam melakukan penelitian. Hal-hal

yang termasuk dalam metode penelitian mencakup rancangan penelitian.

Populasi, sampel, besar sampel. Variabel penelitian dan definisi

operasional, bahan penelitian lokasi dan waktu penelitian, instrument

penelitian, pengolahan data dan analisa data. (Hidayat, 2015)

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

melakukan prosedur penelitian (Alimul H, 2015). Rancangan penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriftif yaitu suatu

jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menggambarkan suatu

fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. (Notoatodjo, 2010).

Pada penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah gambaran tingkat

kecemasan anak usia 3-6 tahun di Ruang Anak RSD Idaman Banjarbaru.

29
8
30

B. Kerangka Kerja

Identifikasi Masalah

Study Pendahuluan

Populasi Penelitian
(seluruh responden yang memenuhi kriteria penelitian yang berada di Ruang Anak
RSUD Idaman Banjarbaru)

Sampel Penelitian
(Anak usia 3-6 tahun yang menjalani perawatan di Ruang Anak RSUD Idaman
Banjarbaru) Pada saat pengambilan sampel

Pengumpulan Data
Melalui Kuesioner

Pengolahan Data

Penyajian Hasil :
melalui narasi dan grafik

Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka kerja penelitian


31

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Ruang Anak RSUD Idaman

Banjarbaru.

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dari pembuatan proposal sampai

dengan tahap penyusunan laporan sampai bulan Mei 2020

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah subjek (misalnya manusia : pasien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. (Nursalam, 2015)

Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 3-6 tahun yang

menjalani perawatan di Ruang Anak RS Idaman Banjarbaru.

2. Sampel

Menurut Hidayat (2015), sampel merupakan bagian populasi yang

diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan

tekhnik accidental sampling. yaitu pengambilan sampel dengan tekik

penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu responden yang secara

kebetulan / insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sampel,

bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber

data. (Sugiyono, 2014)


32

Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia 3-6 tahun yang

menjalani perawatan di Ruang Anak RS Idaman Banjarbaru periode

accidental sampling sampai dengan minggu Mei 2020.

E. Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang mempengaruhi anak terhadap


hospitalisasi
 Umur dan perkembangan kognitif
 Respon orang tua terhadap penyakit dan
hospitalisasi
 Persiapan anak dan orang tua
 Keterampilan koping anak dan keluarga
 Pengalaman dirawat di rumah sakit

Dampak Hospitalisasi :
 Cemas terhadap perpisahan Kenyaman anak
Hospitalisasi  Nyeri cedera tubuh selama di rawat
 Kehilangan kontrol meningkat
 Rasa bersalah dan malu

Anak Sakit
Maternal role attainment :
 Peran orang tua
 Peran serta orang tua dalam
meminimalkan dampak hospitalisasi

Faktor yang mempengaruhi :


 Peran orang tua
 Usia orang tua
 Pendidikan orang tua
 Pekerjaan orang tua
Keterangan :
: Di teliti
: Tidak di teliti
Gambar 3.2 Kerangka Konsep
33

F. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah suatu karakteristik yang diamati dan

mempunyai nilai, atribut, sifat dari orang, obyek atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

ditarik kesimpulannya. (Swarjana, 2015)

Penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat

kecemasan anak usia 3-6 tahun di Ruang Anak RSD Idaman Banjarbaru

G. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel dengan cara memberikan arti, menspesifikasikan kegiatan atau

memberikan suatu operasional untuk menjelaskan suatu variabel.

Tabel 3.1 Definisi operasional

Definisi
Variabel Parameter Alat Ukur Skala Hasil ukur
Operasional

Kecemasan Kondisi kecemasan Kuesioner DASS Kuesioner Ordinal 1. Ringan, Jika


yang dialami anak Skor Jawaban
pada saat 15-30
2. Sedang, Jika
perawatan di
skor jawaban
rumah sakit 31-45
3. Berat, jika skor
jawaban 46-60
34

H. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2015). Dalam melakukan penelitian proses

pengumpulan data yang ditetapkan sebagai berikut :

1. Persiapan

a. Meminta surat izin penelitian kepada unit penelitian

b. Menyampaikan izin penelitian kepada bagian staff Tata Usaha RS

Idaman Banjarbaru.

2. Teknis

a. Melakukan penelitian kepada responden serta menyerahkan lembar

persetujuan pada responden untuk menandatangani lembar

persejutuan jika responden bersedia untuk diteliti.

b. Mengumpulkan lembar persetujuan pada peneliti untuk mengetahui

responden bersedia mengikuti penelitian/tidak.

c. Membagikan kuesioner pada responden untuk di isi oleh responden

sendiri, atau membacakan setiap pertanyaan responden yang tidak

mampu mengisi kuesioner sendiri.

d. Menjelaskan kepada responden cara pengisian kuesioner.

e. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi responden.

f. Mengevaluasi kuesioner yang telah diisi responden.


35

g. Menganalisis dan menyimpan semua hasil evaluasi kuesioner yang

telah diisi oleh responden sebagai bukti penelitian sudah melakukan

penelitian di Ruang Anak RS Idaman Banjarbaru.

I. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2014). Jenis

instrument penelitian yang dapat dipergunakan pada ilmu keperawatan dapat

diklasifikasikan menjadi lima bagian, yaitu meliputi pengukuran biofisiologis,

observasi, wawancara, koesioner, dan skala. (Nursalam,2015)

Instrument dalam penelitian ini yaitu menggunakan dengan cara

memberikan kuesioner kepada orang tua anak dan menggunakan lembar

observasi. Kuesioner adalah jenis pengukuran yang digunakan oleh peneliti

mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan

secara tertulis. Pertanyaan yang diajukan dapat juga dibedakan menjadi

pertanyaan terstruktur, peneliti hanya menjawab sesuai dengan pedoman yang

sudah ditetapkan dan tidak terstruktur, yaitu subjek menjawab secara bebas

tentang sejumlah pertanyaan yang diajukan secara terbuka oleh peneliti.

(Nursalam, 2015)
36

J. Pengolahan Data

1. Editing (Pengeditan Data)

Editing merupakan proses memeriksa data yang terkumpul yang

meliputi kelengkapan lembar pertanyaan, kelengkapan pertanyaan yang

telah dijawab dan memeriksa pertanyaan yang seharusnya dilewati tetapi

diisi jawabannya. Pada tahap editing memungkinkan peneliti untuk

melengkapi data yang kurang dan memperbaiki data yang sebelumnya

tidak jelas.

2. Coding (Pengkodean)

Coding adalah tahapan kegiatan mengklasifikasi data dan jawaban

menurut kategori masing-masing sehingga memudahkan dalam

pengelompokan data dan memudahkan untuk dianalisa data

menggunakan komputer. Hal ini sangat cocok untuk data yang

dikumpulkan melalui kuesioner dalam jumlah banyak.

Tabel 3.2 Coding


NO Keterangan Coding
1 Umur 1. 3-4 Tahun
2. 5-6 Tahun
2 Jenis Kelamin 1. Laki-Laki
2. Perempuan
3 Pengalaman di Rawat 1. Pernah
2. Tidak pernah
4 Pendidikan orang tua 1. SD
2. SLTP
3. SLTA
4. PT
5 Pekerjaan orang tua 1. Tidak bekerja
2. Swasta
3. PNS
4. Wiraswasta
6 Kecemasan Anak 1. Cemas ringan
2. Cemas sedang
3. Cemas berat
37

3. Scoring

Memberi skore pada tiap item yang dikerjakan berdasarkan sifat

dari pertanyaan. Setiap jawaban responden diberi nilai, disesuaikan

dengan bentuk pertanyaan Dampak hospitalisasi dengan menggunakan

skala linkert :

a. Pertanyaan Positif

1) Nilai 4 jika jawaban “Selalu”

2) Nilai 3 jika jawaban “Sering”

3) Nilai 2 jika jawaban “Jarang”

4) Nilai 1 jika jawaban “Tidak pernah”

b. Pertanyaan Negatif

1) Nilai 4 jika jawaban “Tidak pernah”

2) Nilai 3 jika jawaban “Kadang-kadang”

3) Nilai 2 jika jawaban “Sering”

4) Nilai 1 jika jawaban “Selalu”

Setelah diberi bobot nilai, selanjutnya dibuat kategori dari setiap

instrumen untuk kualitas, jawaban dari responden berdasarkan nilai skor,

kemudian ditetapkan klasifikasi (kriteria nilai) melalui perhitungan

sederhana yaitu sebagai berikut:

a. Menetapkan nilai tertinggi dan terendah

1) Nilai tertinggi

Jumlah pertanyaan x nilai jawaban tertinggi = nilai tertinggi

15 x 4 = 60
38

2) Nilai terendah

Jumlah pertanyaan x nilai jawaban terendah = nilai terendah

15 x 1 = 1

b. Menentukan range

Nilai tertinggi - nilai terendah = range

60 – 15 = 45

c. Range dibagi 3 kategori untuk menentukan interval dan klasifikasi

nilai yang dibuat antara lain : Ringan, Sedang dan Berat.

Range = 45 : 3 = 15

Tabel 3.3 Klasifikasi Nilai Tingkat Kecemasan


No Klasifikasi Nilai Tingkat Kecemasan
1 15-30 Ringan
2 31-45 Sedang
3 46-60 Berat

4. Tabulasi Data

Tabulasi data adalah tabel-tabel yang diberisi kan data yang telah

diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. (Nursalam, 2015)

K. Etika penelitian

Menurut Alimul Aziz (2015), masalah etika penelitian keperawatan

meupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat

penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi

etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika harus diperhatikan adalah

sebagai berikut :
39

1. Informant consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informant consent

diberikan dengan tujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian. Subjek penelitian berhak untuk berpartisipasi atau menolak

menjadi responden.

2. Anonimity

Yaitu pemberian kode untuk menghormati privacy dan

kerahasiaan subjek penelitian dengan tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta : Rineka Cipta
American Academy of Pediatrics. (2010). Subcomittee on Hyperbilirubinemia.
Management of Hyperbilirubinemia in the Newborn 35 or more weeks of
Gestation. Journal of the American Academy of Pediatrics, Vol. 104, No.1,
PP 297-316, Diakses dari :
http://pediatrics.aappublications.org/content/114/1/297.
Atkinson, R. L. 2013. Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga
Cooke & Rudolph. (2009). Rudolph’s Pediatric First Edition. The Mc. Graw, Hill
Companies.
Bsiri-Moghaddam, Kokab et al. (2011). The Concept Of Hospitalization Of
Children From The View Point Of Parents and Children. Journal Original
Artikel Vol.21 No.2 (p.201-208)
Harrison, M.T. (2014). Family centered pediatric nursing care: state of the
science. Journal Pediatr Nurs. 25(5), 335-343
Hidayat, A. Alimul Aziz. (2015). Metode Penelitian Keperawatan Tehnik Analisa
Data. Jakarta. Salemba Medika.
Herliana, L. (2010). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kooperatif
Selama Mengalami Perawatan Pada Anak Usia Prasekolah Di IRNA H
Bangsal Perawatan Anak RSUP Dr. Sardjito. Skripsi. Yogyakarta :
Program Studi Ilmu keperawatan FK UGM.
James, S.R. & Ashwill, J.W. (2013). Nursing care of children : principles &
practice. Third edition. St. Louis : Saunders Elsevier.
Jennet, J., & Peterson, K. (2002). Stress and young children. di Akses Melalui :
http://www.athealth.com/consumer/disorders/childstress.html Diakses
tanggal 25 Desember 2019
Kaplan & Sadock, 2015. Synopsis Of Psychiatry: Behavioral
Scienes/Cinical/Psychiatri-Elevent Edition

8
xli

Kazemi, S., Ghazimoghaddam, K., Besharat, S., Kashani, L. (2012). Music and
anxiety in hospitalized children. Journal of Clinical and diagnostic reseach.
Vol 6(1), 94-96
Kyle, T & Carman, S. (2015). Buku Praktik Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
Morris, Charles G. (2003), Understanding Psychology. Michigan : Prentice Hall.
Niven, Neil. (2012). Psikologi Kesehatan Keperawatan Pengantar untuk Perawat
dan Profesional Kesehatan lain. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Nursalam. (2013). Asuhan keperawatan Bayi dan Anak Edisi 1. Jakarta : EGC.
Nursalam. (2015). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Purwandari. (2013). Pengaruh Terapi Seni Terhadap Kecemasan Anak Usia
Sekolah Selama Hospitalisasi di RSMS. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
Ratna, E. P. (2012). Hubungan dukungan keluarga Dengan tingkat kecemasan
akibat Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah di RSUD Dr. Moewardi.
Skripsi. Surakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) ‘Aisyiyah
Singh S, et al. (2017). Effectiveness of diversional activity on pain and anxiety
during venipuncture among children in a selected hospital Dehradun,
uttarakhand. Pediatrics & Therapeutics Vol 7 No.4 Doi:10.4172/2161-
0665.1000334 (p.1-8).
Siswanti, H. & Sukesih. (2017). Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan
Kecemasan Akibat Hospitalisasi pada Anak Usia Pra Sekolah yang Dirawat
di RSI Sultan Hadirin Kabupaten Jepara Tahun 2017. Jurnal keperawatan
Soedirman Vol.8 No.2 (p.1).
Stuart,G.W & Laraia.(2005). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. (4th.ed).
Jakarta:EGC.
Supartini, Y. (2012). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC.
xlii

Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS). (2015). Jumlah anak usia prasekolah di


indonesia. Di Akses Melalui : http://www.rand.org/labor/bps/sus_enas.html
Diakses tanggal 25 Desember 2019
Swarjana, I Ketut. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi.
Yogyakarta: Andi Offset.
Wahyuni, E. (2016). Perilaku si kecil berubah tatkala sakit.
http://nostalgia.tabloidnova.com Diakses tanggal 25 Desember 2019
Wong, D.L., Hockenberry, Marylin J. (2009). Wong’s nursing care of infants and
children. St Louis, Missouri: Mosby Inc
Wong, Donna L. (2013). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai