Anda di halaman 1dari 22

PERKEMBANGAN MASA DEWASA DAN MASA TUA

Makalah dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan Dewasa
Dosen Pengampu: Rezkini Alwin Batubara, Dra., M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 4:


FAKHIRA RIZKI SULANI 1701015075
IRFAN SETIANTO 1801015090
TASYA NUR AZIZA 1801015125
AYU RETNO HARTANTI 1801015145
TUTI LESTARI 1801015165
YUNI DWI HARTATI 1801015170
AZIZAH NURUL ISNAINI 1801015175

3E

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT., atas berkat rahmat dan ridha-Nya penyusun
dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Psikologi Perkembangan Dewasa. Shalawat
beserta salam semoga selalu berlimpah kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad Saw.,
kepada keluarganya dan para sahabat, Aamiin.

Pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan
kepada:
1. Ibu Rezkini Alwin Batubara, Dra., M.Pd., selaku Dosen Pengampu mata kuliah Psikologi
Perkembangan Dewasa yang telah membimbing penyusun dalam menyelesaikan tugas
pembuatan makalah “Perkembangan Masa Dewasa dan Masa Tua”.
2. Pihak pustakawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Prof. DR. HAMKA.
3. Orang tua yang selalu mendoakan dan mendukung penyusun.
4. Teman-teman yang telah bekerja sama dalam meyelesaikan makalah “Perkembangan Masa
Dewasa dan Masa Tua”.

Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan menjadi amal yang diridhai dan
dilipat gandakan oleh Allah SWT., penyusun pun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, Aamiin.

Wassalaamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Jakarta, 10 Desember 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 1

BAB II POKOK BAHASAN ........................................................................................ 2


A. Perkembangan Fisik Dewasa Akhir .............................................................. 2
1. Panjangnya Usia dan Proses Penuaan ....................................................... 2
2. Tren dan Faktor Harapan Hidup ................................................................ 3
3. Rentang Hidup ........................................................................................... 4

B. Perubahan Fisik Dewasa Akhir ..................................................................... 5


1. Perubahan Organik dan Sistemik .............................................................. 5
2. Otak yang Mengalami Penuaan ................................................................. 6
3. Fungsi-fungsi Sensorik dan Psikomotor ................................................... 7
4. Pola Tidur .................................................................................................. 9
5. Fungsi Seksual ........................................................................................... 9

C. Kesehatan Fisik dan Mental Dewasa Akhir .................................................. 10


1. Status Kesehatan ....................................................................................... 10
2. Kondisi Kronis dan Keterbatasan .............................................................. 10
3. Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kesehatan dan Panjangnya Usia ............ 11
4. Masalah-masalah Mental dan Perilaku ..................................................... 13

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 17


Kesimpulan ........................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 18

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perubahan Fisik Masa Dewasa Akhir .................................................................. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan merupakan proses yang berkesinambungan, mulai dari masa
konsepsi berlanjut ke masa sesudah lahir, masa bayi, anak-anak, remaja , dewasa hingga
menjadi tua. Perubahan perubahan badaniah yang terjadi sepanjang hidup, mempengaruhi
sikap, proses kognitif, dan perilaku individu. Hal ini berarti bahwa permasalahan yang
harus diatasi juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu sepanjang rentang kehidupan.
(Desmita, 2015).
Pada umumnya psikolog menetapkan sekitar usia 20 tahun sebagai awal masa
dewasa dan berlangsung sampai sekitar 40 - 45, dan pertengahan masa dewasa berlangsung
dari sekitar usia 40 – 45 sampai sekitar usia 65 tahun, serta masa dewasa lanjut atau masa
tua berlangsung dari sekitar usia 65 tahun sampai meninggal (Feldman dalam Desmita,
2015).
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Proses menua
(lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Pada kesempatan kali ini penyusun
akan memaparkan materi tentang perkembangan fisik dewasa akhir atau masa tua.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan fisik pada masa dewasa akhir?
2. Perubahan apa saja yang terjadi pada fisik masa dewasa akhir?
3. Bagaimana kondisi kesehatan dan mental masa dewasa akhir?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan fisik pada masa dewasa akhir.
2. Untuk mengetahui berbagai perubahan fisik yang terjadi pada masa dewasa akhir.
3. Untuk mengetahui kondisi kesehatan dan mental masa dewasa akhir.

1
BAB II
POKOK BAHASAN

A. Perkembangan Fisik
Pada materi perkembangan fisik penyusun paparkan mengenai: (1) Panjangnya usia
dan proses penuaan; (2) Tren dan Faktor-faktor harapan hidup; dan (3) Rentang Hidup.
1. Panjangnya Usia dan dan Proses Penuaan
Konsep harapan hidup (life expectancy) adalah usia dimana seseorang yang lahir
pada waktu dan tempat tertentu secara statistik akan hidup, berdasarkan usia dan status
kesehatannya sekarang. Harapan hidup didasari oleh panjangnya usia (longevity) rata-
rata atau usia hidup sebenarnya dari anggota populasi. Peningkatan dari harapan hidup
merefleksikan penurunan tingkat kematian (proporsi total populasi dari kelompok usia
tertentu yang meninggal pada tahun tertentu). Rentang hidup (life span) manusia adalah
periode terpanjang kehidupan dari anggota spesies tertentu.
Penuaan (senescence) adalah proses penurunan kondisi dan aktivitas
metabolisme yang menyertai pertambahan umur dan mengarah pada kematian organ
atau organisme. Kebanyakan teori mengenai proses penuaan secara biologis terdiri dari
dua kategori (Papalia, Olds & Feldman, 2009) yaitu teori pemograman genetika dan
teori tingkat variabel, berikut pemaparan penyusun:
a. Teori Pemrograman Genetika
Teori pemrograman genetika menyakini bahwa tubuh mengalami penuaan
sesuai dengan jadwal pertumbuhan yang sudah ada dalam gen. Kegagalan mungkin
terjadi karena senescence terprogram; gen spesifik “berhenti berfungsi” sebelum
adanya kehilangan yang berhubungan dengan usia (contohnya: penglihatan,
pendengaran, dan kontrol motorik) menjadi terlihat jelas. Sebuah penelitian pada
cacing menemukan bahwa fragmentasi mitokondria, organisme kecil yang
menghasilkan energi pada proses sel akan menyebabkan sel menghancurkan dirinya
sendiri (Jagasia et.al, dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009), dan kekurangan ini
mungkin menjadi penyebab utama penuaan, atau ada jam biologis yang berfungsi
melalui gen yang mengontrol perubahan hormonal atau menyebabkan masalah
sistem kekebalan, sehingga tubuh menjadi rentan terhadap penyakit dan infeksi.
Beberapa perubahan fisik, seperti hilangnya kekuatan otot, akumulasi lemak, dan
atropi organ, mungkin berhubungan dengan aktivitas hormon.

2
b. Teori Tingkat Variabel
Teori ini kadang disebut teori kesalahan, melihat proses penuaan sebagai
hasil dari proses acak yang berbeda dari satu orang dengan orang lain. Pada
kebanyakan teori tingkat variabel, penuaan adalah kerusakan yang disebabkan
kemungkinan kesalahan atau serangan dari lingkungan pada sistem biologis. Teori
yang lain terfokus pada proses internal seperti metabolisme proses dimana tubuh
mengubah makanan dan oksigen menjadi energi yang mungkin secara langsung dan
ters menerus mempengaruhi tingkat penuaan.

Teori pemrograman genetika dan teori tingkat variabel memiliki dampak


praktis. Jika manusia terprogram untuk mengalami penuaan pada tingkat tertentu,
mereka tidak bisa mengubah proses ini kecuali dengan mengubah gen yang sesuai.
Sebaliknya jika penuaan adalah sebuah variabel, maka gaya hidup dan praktik kesehatan
yang baik dapat mempengaruhi hal ini. Meskipun demikian, tidak ada bukti yang
mendukung kemanjuran pengobatan ‘antipenuaan” yang secara komersial ditawarkan di
pasaran.

2. Tren dan Faktor-faktor Harapan Hidup


Bayi yang lahir di AS pada tahun 2003 bisa berharap untuk hidup selama 77,6
tahun, berdasarkan data awal, sekitar 30 tahun lebih lama dibandingkan bayi yang lahir
pada tahun 1900, dan tiga kali lebih lama jika dibandingkan dengan awal sejarah
manusia. Beberapa gerontologis terkemuka meramalkan bahwa jika tidak ada perubahan
gaya hidup yang besar, tren peningkatan harapan hidup di AS mungkin akan berenti atau
bahkan menurun dalam beberapa dekade mendatang dikarenakan meningkatnya
penyakit-penyakit dan infeksi yang berkaitan dengan kegemukan, terlepas dari
kemajuan di bidang kedokteran.
Pada materi tren dan faktor-faktor harapan hidup penyusun memaparkan
mengenai: (1) Perbedaan gender; dan (2) Perbedaan etnik dan regional.
a. Perbedaan Gender
Hampir di seluruh dunia, perempuan hidup lebih lama dibandingkan pria.
Usia perempuan yang lebih lama telah diatribusikan pada kecenderungan mereka
yang lebih besar untuk merawat diri mereka sendiri dan memperoleh perawatan
medis, dukungan sosial yang lebih besar yang mereka terima, dan kerentanan
biologis yang lebih besar dari pria dalam hidupnya.

3
Perbedaan antar gender menjadi 2,8 tahun pada tahun 1979, kebanyakan
dikarenakan naiknya tingkat kematian pria disebabkan penyakit yang berhubungan
dengan rokok (jantung dan kanker paru-paru) dan berkurangnya tingkat kematian
perempuan saat melahirkan. Dikarenakan adanya perbedaan harapan hidup, jumlah
lansia perempuan di AS lebih banyak dibandingkan pria dengan rasio hampir 3
banding 2. Rasio antargender yang hampir sama juga terjadi di seluruh dunia.
(Papalia, Olds & Feldman, 2009).

b. Perbedaan Etnik dan Regional


Terdapat perbedaan harapan hidup yang cukup besar antara negara maju
dan negara berkembang. Lebih dari 6 dari 10 orang di negara maju, dibandingkan
dengan hanya 3 dari 10 orang negara berkembang yang hidup sampai usia 70 tahun.
Di Sierra Leone, Afrika, perempuan yang lahir pada tahun 2002 hanya memiliki
harapan hidup kurang dari 36 tahun, dibandingkan dengan 85 tahun untuk
perempuan di Jepang, Jepang memiliki tingkat harapan hidup tertinggi dengan angka
74,5 tahun. AS berada di urutan 24. Harapan hidup di negara berkembang rendah
bisa disebabkan oleh ketidakstabilan ekonomi dan sosial, tingginya tingkat konsumsi
tembakau dan alkohol, gizi buruk, depresi, dan kemunduran sistem perawatan
kesehatan.

3. Rentang Hidup
Orang yang mampu mencapai usia tertentu akan cenderung bisa mencapai usia
yang lebih panjang. Hal inilah yang menyebabkan angka harapan hidup pada usia 65,
sebagai contoh lebih tinggi dibandingkan angka harapan hidup pada saat lahir.
Berdasarkan bukti demografis dan bukti lainnya, setidaknya satu peneliti menyatakan
bahwa tidak ada batasan tetap mengenai rentang kehidupan manusia.
Sampai baru-baru ini kurva kelangsungan hiduap orang atau binatang yang
hidup sampai usia tertentu mendukung ide bahwa ada batas biologis dari rentang hidup,
dengan makin banyak anggota spesies yang meninggal pada tiap tahunnya mereka
mendekati batas tersebut. Meskipun banyak orang yang hidup lebih lama, batasan ini
masih berkahir pada usia sekitar 100. Hal ini menunjukan bahwa terlepas dari kesehatan
dan keprimaan tubuh rentang kehidupan yang maksimal tidak mungkin lebih jauh dari
yang ini.

4
Leonard Hayflick (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009) menemukan bahwa
sel manusia akan membelah dari dalam labolatorium tidak lebih dari 50 kali. Ini disebut
sebagai batas Hayflick (hayflick limit) dan sudah dibuktikan bahwa hal ini terkontrol
secara genetika. Jika hal ini terjadi pada sel dalam tubuh manusia seperti yang
dikemukakan Hayflick maka adanya kemungkinan batasan biologis rentang hidup sel
manusia. Sehingga juga menjadi batas hidup manusia – sebuah batas yang diperkirakan
oleh Hayflick berada pada 110 tahun.
Eksperimen pembatasan pola makan secara sistematis pada manusia mungkin
tidak praktis karena panjangnya rentang hidup spesies ini, tetapi sebuah penelitian
epidemologi prosfektif pada 1.915 orang paruh baya sampai lansia keturunan Jepang
Amerika yang sehat dan tidak merokok dipulai Ohau, Hawai, memberikan hasil yang
menarik. Orang-orang ini mecatat apa yang mereka makan selama 36 tahun. Orang yang
mengonsumsi sedikitnya 15% dibandingkan dengan rata-rata kelompok memiliki
tingkat risiko kematian yang lebih rendah, tetapi asupan kalori 50% dibawah rata-rata
meningkatkan risiko kematian.
Pada sekitar 700 pria dengan pola makan yang normal, mereka yang hidup lebih
panjang menunjukan 3 tanda fisiologis yang berhubungan dengan pembatasan kalori
dalam jangka panjang: suhu tubuh yang rendah, tingkat insulin yang rendah, dan tingkat
dehyidroepiandrosterone sulfat (DHEAS) yang tinggi, hormone steroid yang makin
berkurang seiring dengan pertambahan usia. Hal ini menunjukan bahwa hidup bisa
diperpanjang tanpa adanya pembatasan kalori tetapi melalui perawatan yang
memengaruhi hal ini secara langsung.

B. Perubahan Fisik
Beberapa perubahan fisik yang diasosiasikan dengan penuaan dapat terlihat jelas
oleh sorang pengamat biasa. Kulit yang lebih tua cenderung lebih pucat, memiliki bercak,
dan tidak elastis; dan karena lemak dan otot menyusut, maka kulit cenderung keriput.
Varises pada kaki menjadi hal yang umum. Rambut di kepala memutih dan menjadi lebih
tipis, dan rambut dibagian badan menjadi lebih jarang.
Para lansia cenderung menjadi lebih pendek karena piringan antara tulang belakang
mereka mengalami atropi. Penyusutan tulang ini dapat menyebabkan “kebungkukan” pada
bagian belakang leher, terutama pada wanita yang mengalami osteoporosis. Selain itu,
komposisi kimia dari tulang juga berubah, menyebabkan risiko yang lebih besar untuk

5
patah. Perubahan yang lebih sulit terlihat terjadi pada organ-organ dalam dan sistem tubuh;
otak; serta indera, motorik, dan fungsi seksual.
Pada materi perubahan fisik penyusun paparkan mengenai: (1) Perubahan organik
dan sistemik; (2) Otak yang mengalami penuaan: (3) Fungsi-fungsi sensorik dan
psikomotor; (4) Pola tidur; dan (5) Fungsi seksual.
1. Perubahan Organik dan Sistemik
Perubahan pada sistem organik dan sistemik sangat bervariasi, baik
antarindividu maupun dalam individu sendiri. Beberapa sistem tubuh menurun dengan
cepat, sedangkan yang lain sama sekali tidak. Kiecolt-Glaser-Glaser (dalam Papalia,
Olds & Feldman, 2009) mengemukakan bahwa penuaan dan juga stres kronis, dapat
menurunkan fungsi kekebalan, membuat lansia menjadi lebih rentan terhadap infeksi
pernapasan dan lebih sulit untuk sembuh. Sistem pencernaan, sebaliknya relatif tetap
efisien. Ritme jantung cenderung menjadi lebih lambat dan tidak teratur. Deposit lemak
yang terakumulasi di sekitar jantung mempengaruhi fungsi dan membuat tekanan darah
sering kali naik.
Salah satu perubahan penting yang dpat mempengaruhi kesehatan adalah
penurunan kapasitas cadangan-reserve capacity (cadangan organ). Kapasitas cadangan
adalah kemampuan organ dan sistem tubuh untuk memberikan usaha 4 sampai 10 kali
lebih besar dari kondisi normal pada saat berada di bawah tekanan. Seiring dengan usia,
tingkat cadangan ini cenderung menurun dan kebanyakan lansia tidak bisa merespon
tuntutan fisik ekstra sebaik sebelumnya. Seseorang yang tadinya bisa menyekop salju
lalu kemudian pergi ski, sekarang mungkin akan menghabiskan kapasitas jantungnya
hanya untuk menyekop atau bahkan harus berhenti menyekop dan beristirahat secara
teratur.
Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Berk (2010) bahwa penuaan
biologis yang terjadi menurunkan fungsi organ dan sistem yang berlaku umum bagi
seluruh anggota spesies kita. Mulai dari usia 20-an dan 30-an perubahan tampilan fisik
dan penurunan fungsi tubuh terjadi secara perlahan sehingga sebagian besar sulit untuk
diamati, kemudian berjalannya waktu perubahan tersebut akan menjadi semakin cepat.

2. Otak yang Mangalami Penuaan


Pada lansia yang normal dan sehat, perubahan pada otak biasanya sangat sedikit,
mereka tidak memiliki perubahan dalam hal fungsi dan berbeda antara satu orang
dengan orang lain. Setelah berusia 30 tahun, pada awalnya otak sedikit kehilangan

6
beratnya, lalu makin banyak, sampai pada usia 90 tahun, otak kehilagan 10 persen dari
berat totalnya. Penurunan ini diatribusikan pada hilangnya neuron (sel saraf) pada
korteks serebral, bagian otak yang menangani kebanyakan tugas kognitif. Penyusutan
ini dimulai dan berkembang dengan paling cepat pada korteks depan, yang penting
untuk ingatan dan fungsi kognitif tingkat tinggi. Seiring dengan hilagnya material otak,
mungkin juga terjadi pelambatan pada sistem saraf pusat, yang juga memengaruhi
koordinasi fisik dan kognitif.
Struktur otak tertentu, termasuk korteks selebral, menyusut lebih cepat pada pria
dibandigkan pada perempuan. Tetapi atropi selebral mungkin muncul lebih awal pada
perempuan, terutama yang mengalami kelebihan berat badan atau kegemukan. Atropi
kortikal juga terjadi lebih cepat pada orang yang tingkat pendidikannya kurang. ada
pendapat yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan (atau factor yang berhubungan,
seperti pendapatan yang tinggi atau penurunan kemungkinan gangguan) dapat
meningkatkan kapastas cadangan otak—kemampuan untuk menoleransi efek yang
mungkin berbahaya dari proses penuaan. Pada tikus, pola makan yang terdiri dari buah-
buahan dan sayuran dapat mengahambat atau membalikkan penurunan fungsi otak yang
berhubungan dengan usia.
Tidak semua perubahan pada otak bersifat merusak. Peneliti telah menemukan
bahwa otak yang sudah tua dapat menumbuhkan sel saraf baru – sesuatu yang tadinya
dianggap tidak mungkin. Bukti-bukti telah di temukan bahwa pembelahan sel terjadi
pada bagian hipokampus, bagian otak yang terlibat dalam pembelajaran dan ingatan.
Pada tikus dewasa, sel hipokampal yang baru dihasilkan ini berkembang menjadi neuron
yang berfungsi dengan baik. Penemuan ini memberikan harapan bahwa para ilmuan
nantinya akan dapat menemukan potensi restoratif dari otak untuk menyembuhkan
penyakit seperti Alzheimer.

3. Fungsi-Fungsi Sensorik dan Psikomotor


Beberapa lansia mengalami perubahan yang sangat tajam dan kemampuan
mereka hampir berubah. Masalah penglihatan dan pendengaran dapat menghambat
mereka dalam hubungan sosial dan kemandiriannya (Desai et.al, 2001; O’Neill, Summer
dan Shirey 1999) dan masalah motorik menghambat aktivitas sehari-hari. Berikut
pemaparan mengenai penglihatan dan pendengaran dewasa akhir serta kekuatan,
ketahanan, keseimbangan dan waktu reaksi:

7
a. Penglihatan dan Pendengaran
Pada usia yang sudah rentan untuk melihat dan mendengar, kesulitan ini
dapat berbentuk dalam menentukan persepsi warna atau aktivitas sehari-hari seperti
membaca, menjahit, menulis, belanja dan memasak (Desai et al, 2001). Mata yang
sudah tua memerlukan cahaya yang lebih besar untuk melihat, lebih sensitif terhadap
kilauan, dan akan sulit membaca dan menemukan tanda.
Kebanyakan gangguan penglihatan disebabkan oleh katarak, degenerasi
makular yang disebabkan usia, glaucoma dan retinopati diabetes (komplikasi
diabetes yang tidak berhubungan dengan usia). Lebih dari setengah orang yang
berusia 65 tahun keatas mengalami katarak, area berkabut di daerah sekitar lensa
mata yang pada akhirnya membuat mata menjadi kabur (Schaumberg et al,.2004).
Degenerasi makular terkait usia (age-related degeneration) yaitu pusat retina
mengalami penurunan atau perlahan kehilangan kemampuan membedakan detail
halus, inilah penyebab utama penglihatan pada lansia dan sulit untuk diperbaiki bila
tida dengan operasi serta pengobatan yang rutin. Glaukoma adalah kerusakan pada
saraf optic yang tidak bisa diperbaiki disebabkan karena peningkatan tekanan pada
mata bila tidak diobati akan menyebabkan kebutaan.
Biasanya orang berusia 85 tahun keatas memiliki gangguan pendengaran
meningkat. Gangguan pendengaran menyebabkan persepsi yang salah, menderita
demensia, dan cenderung memberikan dampak negatif pada dirinya serta
pasangannya, hal ini mempengaruhi kesulitan dalam mengingat apa yang dikatakan
orang lain. Alat bantu pendengaran dapat memudahkan dalam mendengarkan suara,
tetapi sulit disesuaikan karena alat ini cenderung memperkuat suara dilator
belakangnya (selain suara seseorang).

b. Kekuatan, Ketahanan, Keseimbangan dan Waktu Reaksi


Ketika berusia 70 tahun keatas biasanya mengalami kehilangan kekuatan
sekitar 10 sampai 20 persen. Dalam berjalan mengalami penurunan ketahanan
seiring dengan bertambahnya usia, terutama bagi perempuan dibandingkan dengan
aspek kebugaran yang lain, seperti kelenturan (Van Hauvelen, et.al, 1988).
Penerunan otot dapat terjadi akibat kombinasi penuaan alamiah, aktivitas yang
menurun dan penyakit (Barry & Carson,2004).

8
Penurunan ketahana otot pada lansia dapat diperbaiki dengan latihan beban,
latihan kekuatan dan latihan ketahanan yang berlangsung selama 8 sampai 2 tahun
untuk meningkatkan otot, ukuran dan kecepatan daya tahan serta kekuatan otot. Dan
aktivitas lainnya yang spontan. Bahkan senam aerobik dengan dampak rendah dan
intensitas sedang dapat meningkatkan oksigen, kekuatan otot dan kebugaran. Bukti
dari keelastisitasan pada lansia sangat penting karena orang yang ototnya sudah
menyusut kemungkinan besar untuk jatuh dan patah tulang. Refleks yang lebih
lambat dan persepsi kedalaman yang terganggu memengaruhi hilangnya
keseimbangan.

4. Pola Tidur
Lansia cenderung tidur lebih sedikit dan makin jarang bermimpi. Jumlah jam
tidur pulas mereka lebih terbatas, dan mereka dapat terbangun dengan lebih mudah
disebabkan oleh masalah fisik atau terkena cahaya (Czeister et al., 1999; Lamberg,
1997). Meskipun demikian, anggapan bahwa masalah tidur adalah hal yang normal pada
lansia dapat membahayakan; insomnia kronis, atau tidak bisa tidur, dapat merupakan
gejala atau, jika tidak diobati, menjadi gejala awal depresi.
Terapi kognitif dan perilaku (berada diatas tempat tidur hanya ketika tidur,
bangun pada waktu yang sama setiap pagi, dan mempelajari kepercayaan yang salah
mengenai kebutuhan tidur) telah menghasilkan peningkatan jangka panjang dengan atau
tanpa pengobatan dengan obat (Morin, Colecchi, Stone, Sood, dan Brink, 1999;
Reynolds, Buysse, dan Kupfer, 1999). Dalam penelitian selama 2 minggu pada 12 lansia
pria dan wanita, 90 menit aktivitas fisik ringan sampai menengah setiap hari yang
diselingi dengan sosialisasi meningkatkan fungsi kognitif dan kualitas tidur yang
dipersepsikan (Benlloucif, Orbeta et al., 2004).

5. Fungsi Seksual
Faktor terpenting dalam mempertahankan fungsi seksual adalah aktivitas yang
konsisten selama bertahun-tahun. Seorang pria yang sehat dan aktif seksual biasanya
dapat mempertahankan ekspresi seksual hingga usia 70 – 80 tahun. Perempuan dapat
aktif secara seksual selama mereka masih hidup halangan utama dalam memenuhi
kebutuhan seksualnya ialah ketiadaan pasangan.

9
Seks berbeda pada masa lansia dibanding masa sebelumnya, pria biasanya
memerlukan waktu lebih lama untuk mengalami ereksi dan ejakulasi, mungkin perlu
stimulasi manual yang lebih dan mengalami interval yang lebih panjang diantara ereksi.
Gangguan ereksi dapat meningkat namun dapat diobati. Perubahan ukuran payudara
pada perempuan dan juga tanda-tanda terangsang secara seksual yang menjadi tidak
seintens sebelumnya, vagina menjadi kurang fleksibel dan mungkin memerlukan
pelumas. Aktivitas seksual dapat memuaskan lansia jika bagi lansia dan orang yang
lebih muda dalam hal ini normal dan sehat. (Papalia, Olds & Feldman, 2009).

C. Kesehatan Fisik dan Mental


Pada materi kesehatan fisik dan mental penyusun paparkan mengenai: (1) Status
kesehatan; (2) Kondisi kronis dan keterbatasan; (3) Pengaruh gaya hidup terhadap
kesehatan dan panjangnya usia; dan (4) Masalah-masalah mental dan perilaku.
1. Status Kesehatan
Kesehatan yang buruk adalah konsekuensi yang tidak bisa dihindari dari
penuaan (Moore, Moir, dan Patrick dalam Papila, Olds & Feldman, 2009). Kebanyakan
lansia di AS memiliki tingkat kesehatan vang secara umum cukup baik, meskipun secara
rata-rata tidak sebaik orang dewasa awal dan tengah. Sekitar 73 persen dari orang
Amerika berusia 65 tahun ke atas menganggap diri mereka dalam kondisi kesehatan
yang baik atau sempurna, meskipun orang kulit putih memeringkat tingkat kesehatan
mereka lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit hitam dan Hispanik. Pada usia 85
tahun ke atas, sebanyak 67 persen dari kulit putih non-Hispanik, tetapi hanya 52 persen
dan 53 persen kulit hitam dan Hispanik, menyatakan bahwa mereka dalam kondisi
kesehatan yang baik atau sempurna (Federal Interagency Forum on Aging-Related
Statistics, dalam Papila, Olds & Feldman, 2009). Seperti juga masa sebelumnya dalam
kehidupan, kemiskinan berkaitan sangat erat dengan buruknya kesehatan serta
keterbatasan akses dan penggunaan layanan kesehatan (NCHS, dalam Papila, Olds &
Feldman, 2009).

2. Kondisi Kronis dan Keterbatasan


Setidaknya 80 persen lansia Amerika memiliki satu kondisi kronis dan sekitar
50 persen memiliki sedikitnya dua (Moore, Moir dan Patrick,2004). Sekitar setengah
dari mereka yang berusia 85 keatas sangat rapuh: lemah dan rentan terhadap stress,
penyakit, serta keterbatasan dan kematian. Kerentanan tidak hanya merupakan fungsi

10
dari perubahan fisik mereka yang memiliki pandangan positif, memiliki harga diri yang
tinggi dan menikmati hidup. (Ostir,Ottenbacher dan Markides, 2004).
a. Kondisi Kronis yang Umum
Di seluruh dunia, penyebab utama kematian pada usia 60 tahun keatas
adalah penyakit jantung, stroke, penyakit pernafasan kronis, infeksi pernafasan
bawah dan kanker paru (WHO,2003). Kebanyakan dari kematian ini dapat dicegah
dengan gaya hidup sehat. Hipertensi juga mempengaruhi penurunan dalam kognitif
seperti hal perhatian, pembelajaran, ingatan, fungsi eksekutif, kemampuan
psikomotorik, visual, perseptual dan spasial (Waldstein,2003). Kondisi kronis lain
yang umum ialah artritis (36%) penyakit jantung (31%) dan kanker (21%).
Perempuan lebih mungkin untuk melaporkan menderita tekanan darah tinggi,
asma,bronchitis kronis dan gejala artritis sedangkan pria lebih melaporkan pada
menderita jantung, kanker, diabetes dan emfisema (Federal Interegency Forum on
Aging-Related Statistic, 2004).

b. Ketidakmampuan dan Keterbatasan Aktivitas


Kurang dari 10 persen lansia Amerika memiliki kesulitan dalam melakukan
aktivitas penting seperti aktivitas kehidupan sehari-hari; cara berpakaian, mandi,
berkeliling rumah, dan lebih dari 20 persen mengalami kesulitan dalam aktivitas
instrumental dalam kehidupan sehari-hari; pergi belanja, pergi sendiri kedokter,
yang menandakan kemampuan untuk berfungsi secara mandiri. Sekitar 22 persen
orang yang berusia 65-74 tahun, 33 persen yang berusia 75-84 tahun dan usia 65-74
tahun membatasi aktivitas fungsional mereka; berjalan, naik tangga, mengangkat
atau membawa barang karena kondisi kronis (Gist&Hetzel,2004). Jika hal ini tidak
parah, dapat diatur agar tidak menganggu kehidupan sehari-hari. Penyakit artritis
atau nafas pendek dapat berjalan lebih pelan atau meletakkan meja yang mudah
diraih.

3. Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kesehatan dan Panjangnya Usia


Menurut de Groot et.al (dalam) kemungkinan untuk tetap sehat dan fit pada
masa akhir hidup sangat bergantung pada gaya hidup, terutama olahraga dan pola
makan. Berikut penyusun paparkan tentang aktivitas fisik dan gizi:

11
a. Aktivitas Fisik
Program olahraga seumur hidup, seperti yang dilakukan oleh John Glenn,
dapat mencegah perubahan fisik yang diasosiasikan sebagai hal normal dalam proses
penuaan. Latihan rutin dapat memperkuat jantung dan paru-paru serta mengurangi
stres. Hal ini dapat melindungi diri dari darah tinggi, pembekuan arteri darah,
penyakit jantung, osteoporosis, dan diabetes.olahraga juga membantu
mempertahankan kecepatan, stamina, kekuatan, daya tahan, ⅟dan fungsi dasar
seperti sirkulasi dan pernapasan. Hal ini juga mengurangi kemungkinan cedera
dengan membuat sendi dan otot lebih kuat dan lebih lentur, dan membantu mencegah
atau mengatasi nyeri di pinggang dan gejala artritis. Latihan olahraga teratur juga
dapat meningkatkan keawasan mental, dan kinerja kognitif membantu menurunkan
kecemasan dan depresi ringan serta sering kali dapat meningkatkan moral. Latihan
teratur dapat memungkinkan orang dengan kondisi seperti penyakit paru atau artritis
untuk tetap mandiri dan membantu mencegah berkembangnya keterbatasan
pergerakan (Agency for Healthcare Research and Quality dan CDC, 2002 dalam )
Ketidakaktifan berkontribusi terhadap penyakit jantung, diabetes, kanker
usus, dan tekanan darah tinggi. Hal ini dapat berujung pada kegemukan yang akan
dapat mempengaruhi sistem sirkulasi, ginjal, dan metabolisme gula; berkontribusi
pada gangguan regeneratif; dan cenderung mempersingkat usia hidup (Agency for
Healthcare Research and Quality dan CDC, 2002 dalam ). Sebuah penelitian
epidemologi di Kanada pada lansia yang masih aktif dalam komunitas, mereka yang
hanya melakukan sedikit atau tidak sama sekali latihan olahraga akan lebih mungkin
untuk meninggal (Rockwood et.al, 2004 dalam ). Sebuah penelitian longitudinal
terhadap 7.553 perempuan lansia kulit putih, mereka yang meningkatkan tingkat
aktivitasnya pada periode 6 tahun memiliki tingkat kematian yang lebih rendah pada
6 ⅟2 tahun berikutnya (Gregg et.al, 2003 dalam). Bahkan di antara mereka yang
sangat tua dan renta, latihan olahraga dengan tingkat yang sedang sepertinya juga
meningkatkan kemungkinan bertahan hidup (Landi et.al, 2004 dalam). Sebuah
penelitian terkontrol secara random selama 12 bulan pada 201 lansia berusia 70
tahun ke atas pada pusat lansia di negara bagian Washington, kombinasi dari latihan
olahraga, pelatihan manajemen diri terhadap penyakit kronis, dan dukungan teman
meningkatkan kemampuan mereka yang emiliki keterbatasan rendah dan sedang
untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (Phelan et.al, 2004 dalam).

12
b. Gizi
Menurut survei gizi nasional, sebanyak 81 persen dari lansia di Amerika
melaporkana pola makan yang dapat dianggap buruk dan perlu diperbaiki.
Kekurangan pola makan yang disediakan sehari-hari terutama pada buah-buahan dan
produk susu (Federal Interagency Forum on Aging-Related Statistics, 2004). Gizi
memainkan peranan yang sangat besar dalam kerentanan terhadap penyakit kronis
seperti atherosclerosis, penyakit jantung, dan diabetes, selain juga keterbatasan
aktivitas atau fungsional (Houston et.al, 2005 dalam).
Pola makan yang sehat dapat menurunkan risiko kegemukan serta tingginya
tekanan darah dan kolestrol (Federal Interagency Forum on Aging-Related Statistics,
2004). Pola makan mediterania (banyak mengandung minyak zaitun, gandum,
sayuran, dan kacang) telah ditemukan dapat menurunkan risiko kardiovaskular
(Esposito et.al, 2004). Selain itu dengan kombinasi aktivitas fisik, penggunaan
alkohol yang moderat, dan tidak merokok dapat memotong 10 tahun tingkat
kematian dari berbagai penyakit pada lansia Eropa berusia 70-90 tahun sebanyak
hampir dua pertiga (Knoops et.al, 2004; Rimm & Stamper, 2004). Mengonsumsi
buah dan sayuran terutama yang kaya akan vitamin C, buah jeruk dan jus, sayuran
hijau, brokoli, kubis, kembang kol, dan kol menurunkan risiko stroke (Joshipura
et.al, 1999).
Hilangnya gizi karena berlubang atau periodonitis (penyakit gusi), sering
diatribusikan dengan perawatan gigi yang tidak teratur (NCHS, 1998), dapat
memberikan dampak serius pada gizi. Meskipun sudah lebih banyak lansia di AS
yang dapat mempertahankan gigi natural mereka, pada tahun 2002 hampir 1 dari 4
dan kebanyakan berasal dari kelompok miskin dan minoritas kehilangan semua gigi
mereka (Moore, 2004 dalam).

4. Masalah-masalah Mental dan Perilaku


Berlawanan dengan pendapat umum, kesehatan mental cenderung meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Hanya 6% dari lansia Amerika melaporkan mereka
mengalami stress mental yang sering. Meskipun demikian gangguan mental dan
perilaku yang muncul pada lansia dapat meyebabkan gangguan fungsional pada
sebagian besar aktivitas hidup serta penurunan kognitif.

13
Kebanyakan lansia dan keluaraga mereka secara salah memiliki kepercayaan
bahwa mereka tidak bisa melakukan apapun mengenai masalah mental dan perilaku ini.
Meskipun hampir 100% masalah ini dapat cegah, disemukan atau diredakan. Beberapa
diantaranya adalah penggunaan obat, delirium, gangguan infeksi atau metabolisme,
gangguan gizi, anemia, fungsi tiroid renah, cedera kepala yang ringan, alkoholisme, dan
depresi. Berikut penyusun paparkan mengenai depresi, demensia, dan alzheimer:
a. Depresi
Depresi berhubungan dengan keseimbangan neurokemikal dan gangguan
fungsi sirkuit neuron yang mengatur mood, berfikir, tidur, nafsu makan, dan
perilaku. Faktor keturunan dapat menjelaskan 40 sampai 50 persen risiko depresi
berat. Kerentanan ini sepertinya merupakan hasil dari pengaruh beberapa gen yang
berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan, seperti hal-hal yang membuat stress,
kesepian, dan penyalahgunaan substansi. Faktor risiko khusus pada lansia mencakup
penyakit kronis atau keterbatasan, penuruan kognitif, perceraian, perpisahan, atau
hidup sebagai janda/duda.

b. Demensia
Demensia (dementia), atau bisa dikenal dengan pikun. Adalah istilah umum
untuk penurunan kognitif dan perilaku yang disebabkab oleh fisiologis yang
mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Meskipun sampai taraf tertentu penurunan
kognitif merupakan hal yang umum terjadi seiring bertambahnya usia seseorang.
Penurunan kognitif yang cukup parah sehingga bisa didiagnosis sebagai demensia
masih dapat dihindari.

c. Alzheimer
Alzheimer adalah salah satu penyakit mematikan yang paling umum dan
paling ditakuti oleh para lansia, penyakit ini sedikitnya menyerang 15 juta orang
diseluruh dunia dan merupakan penyebab kematian keenam pada lansia di Amerika.
Penyakit ini secara perlahan merampas kesadaran, keawasan, dan bahkan
kemampuan penderitanya untuk mengontrol fungsi tubuh mereka dan akhirnya
membunuh mereka.
Gejala klasik Alzheimer antara lain berupa gangguan ingatan, kemunduran
bahasa, kekurangan dalam pemrosesan visual dan keruangan. Salah satu gejala yang
paling jelas adalah ketidakmampuan mengingat kejadian baru atau memproses
informasi baru. Seseorang dapat saja mengajukan pertanyaan yang sama yang sudah

14
dijawab berulang-ulang atau meninggalkan pekerjaan sehari-hari tidak terselesaikan.
Tanda-tanda awal ini biasanya diabaikan karena terlihat sebagai kelupaan yang wajar
dan biasa, dan biasanya di interpretasikan sebagai proses penuaan yang wajar.
Perubahan kepribadian sering kali menjadi kaku, apatis, egosentris, dan
control emosi yang terganggu cenderung muncul pada masa perkembangan awal
penyakit dan dapat membantu untuk mendeteksi dini dan mendiagnosis awal.
Diagnosis dan prediksi Alzheimer dapat didiagnosis secara pasti melalui
pemeriksaan jaringan otak pada pasca kematian, tetapi secara giat para ilmuan
mengembangkan alat untuk memungkinkan diagnosis yang cukup andal untuk
mendiagnosis orang yang masih hidup. Salah satunya adalah dengan pencitraan otak,
sangat berguna untuk menghilngkan alternative penyebab lain dari dimensia dan
memungkinkan peneliti untuk benar-benar melihat kerutan otak yang sebenarnya
menunjukan Alzheimer pada pasien yang masih hidup.

Pemaparan di atas penyusun peroleh dari buku Perkembangan Manusia (Human


Development) karya Papila, Olds dan Feldman (2009). Secara garis besar perkembangan fisik
yang terjadi pada masa dewasa akhir dikemukakan oleh Desmita dalam bukunya Psikologi
Perkembangan (2010) mencakup: (1) Kesehatan badan; (2) Perkembangan sensori; dan (3)
Perkembangan otak). Berikut pemaparan perkembangan fisik menurut Desmita yang penyusun
tuang ke dalam Tabel 1:
Tabel 1.
Perkembangan Fisik Masa Dewasa Akhir
Aspek
Deskripsi
Perkembangan
Meskipun pada awal masa dewasa kondisi kesehatan fisik
mencapai puncaknya, namun mulai dari periode ini pula kondisi
fisik berangsur-angsur mengalami penurunan. Hingga akhirnya
pada masa dewasa akhir atau tua sejumlah perubahan pada fisik
semakin terlihat sebagai akibat dari proses penuaan. Perubahan itu
Kesehatan Badan
meliputi rambut menjadi jarang beruban, kulit mengering dan
mengerut, gigi hilang dan gusi menyusut, konfigurasi wajah
berubah, tulang belakang menjadi bungkuk, kekuatan dan
ketangkasan fisik berkurang, tulang-tulang menjadi rapuh, mudah
patah dan lambat untuk dapat diperbaiki kembali. Selain itu sistem

15
kekebalan tubuh melemah, sehingga orang tua rentan terhadap
berbagai penyakit, contohnya seperti kanker dan radang paru-paru.
Perkembangan Pada masa dewasa akhir perubahan-perubahan sensori fisik
Sensori melibatkan indera penglihatan, indera pendengaran, indera perasa,
indera penciuman, dan indera peraba. Perubahan dalam indera
penglihatan tampak pada berkurangnya ketajaman penglihatan dan
melambatnya adaptasi terhadap perubahan cahaya.
Bji mata menyusut dan lensanya kurang jernih, sehingga
jumlah cahaya yang diperoleh retina berkurang. Retina orang tua
usia 65 tahun hanya mampu menerima jumlah cahaya sepertiga dari
jumlah cahaya yang diperolehnya pada usia 20 tahun.
Demikian juga halnya dengan pendengaran, diperkirakan
sekitar 75% dari orang usia 75 hingga 79 tahun mengalami berbagai
jenis permasalahan pendengaran, dan sekitar 15% dari populasi di
atas usia 65 tahun mengalami ketulian, yang biasanya disebabkan
oleh kemunduran selapu telinga (cochela).
Sementara itu, penurunan juga terlihat dalam kepekaan
terhadap rasa dan bau. Dalam hal ini, kepekaan terhadap rasa pahit
dan masam bertahan lebih lama dibandingkan kepekaan terhadap
rasa manis dan asin.
Perkembangan Otak Pada usia dewasa akhir atau tua, sejumlah neuron, unit-unit
sel dasar dari sistem saraf menghilang. Menurut hasil sejumlah
penelitian, kehilangan neuron itu diperkirakan mencapai 50%
selama tahun-tahun masa dewasa. Tetapi, penelitian lain
memperkirakan bahwa kehilangan itu lebih sedikit. Bagaimana pun
juga menurut Santrock (Desmita, 2015) diperkirakan bahwa 5
hingga 10% dari neuron kita berhenti tumbuh sampai kita mencapai
usia 70% tahun. Setelah itu, hilangnya neuron akan semakin cepat.
Hilangnya sel-sel otak dari sejumlah orang dewasa di
antaranya disebabkan oleh serangkaian pukulan kecil, tumor otak
atau karena terlalu banyak minum minuman beralkohol. Semua ini
akan semakin merusak otak, menyebabkan terjadinya erosi mental,
yang sering disebut dengan kepikunan.

16
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Psikolog
sepakat menyatakan bahwa seseorang yang dikatakan berusia dewasa akhir atau tua berusia
sekitar 65 tahun sampai meninggal. Penuaan (senescence) adalah proses penurunan kondisi dan
aktivitas metabolisme yang menyertai pertambahan umur dan mengarah pada kematian organ
atau organisme. Perubahan yang paling nampak dalam masa dewasa akhir ini terkait dengan
perkembangan dan perubahan fisik.
Perkembangan fisik dewasa akhir mencakup tentang panjangnya usia dan proses
penuaan, tren dan faktor harapan hidup dan rentang hidup. Kemudian berbagai perubahan yang
terjadi pada masa dewa akhir meliputi perubahan organik dan sistemik, otak yang mengalami
penuaan, penurunan fungsi-fungsi sensorik dan psikomotorik, perubahan pola tidur dan fungsi
seksual. Sedangkan aspek kesehatan fisik dan mental dewasa akhir mencakup tentang status
kesehatan, kondisi kronis dan keterbatasan, pengaruh gaya hidup terhadap kesehatan dan
panjangnya usia serta masalah-masalah mental dan perilaku.

17
DAFTAR PUSTAKA

Berk, Laura E.. 2010. Development Through the Lifespan (Edisi kelima: Dari Dewasa Awal
Sampai Menjelang Ajal). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Desmita. 2015. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Papalia, Olds, dan Feldman. 2009. Human Development (Edisi 10: Perkembangan Manusia)
Jakarta: Penerbit Salemba Humanika

18

Anda mungkin juga menyukai