Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KONSEP

TUMBUH KEMBANG MANUSIA

OLEH KELOMPOK 3
1. Desak Putu Bella Andriyani (173222769)
2. Made Dian Kumarawati (173222787)
3. Made Dwi Wira Adi Antari (173222788)
4. Ni Made Yudiani (173222792)
5. I Made Sutama (173222281)

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI ALIH JENJANG ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2017
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Konsep Pertumbuhan dan Perekmbangan
Manusia
Harapan kami sebagai penyusun yaitu agar para pembaca memahami tentang Konsep
Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia. Kami pun mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami juga mengharapkan saran yang membangun demi tersusunnya makalah ini
menjadi lebih baik lagi.

Hormat kami

PENYUSUN

i
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL
Kata Pengantar ........................................................................................................ i
Daftar Isi ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
D. Metode Penuliasan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ..................... 3
B. TEORI PERKEMBANGAN .................................................................... 4
C. TINGKAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
DARI MASA KONSEPSI SAMPAI MASA REMAJA ................................. 16
D. MASA DEWASA AWAL SAMPAI DEWASA MENENGAH .................. 21
E. LANJUT USIA ............................................................................................... 22

BAB III PENUTUPAN


A. KESIMPULAN ............................................................................................... 23
B. SARAN ............................................................................................... 23

DAFTARPUSTAKA ............................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memahami pertumbuhan dan perkembangan normal membantu perawat
memperkirakan, mencegah, dan mendeteksi penyimpangan dari bentuk yang
diharapkan dari klien (Santrock, 2007). Akan tetapi mayoritas perawat masa kini
cenderung mengabaikan teori-teori perkembangan yang sebenarnya sangat
dibutuhkan oleh klien atau pasien demi mendukung proses keperawatan.
Bentuk-bentuk pertumbuhan dan perkembangan yaitu biologi, kognitif, dan
sosio emosional yang terjadi selama masa kehidupan individu. Perkembangan
bersikap dinamis dan melibatkan progresivitas dan penurunan. Sebagai contoh,
perkembangan kognitif pada usia lanjut dapat dilihat dari sikap bijaksana dalam
mengambil keputusan karena adanya faktor pengalaman, tetapi mereka sulit bertindak
seperti orang muda saat dibutuhkan kecepatan dalam memproses informasi (Baltes
dan Kunzmann, 2004; Santrock, 2007).
Mempelajari teori-teori perkembangan tidak hanya berguna bagi orang tua dan
guru dalam memberikan pelayanan dan pendidikan kepada anak sesuai dengan tahap
perkembangannya, melainkan juga berguna dalam memahami diri kita sendiri dengan
cara pendekatan biologis, lingkungan dan suasana serta interaksi. Teori perkembangan
akan memberikan wawasan dan pemahaman tentang sejarah perjalanan hidup kita
sendiri ( sebagai bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa atau usia lanjut ).
Lebih dari Teori perkembangan juga sangat berguna bagi pengambilan
kebijaksanaan dalam merumuskan program dan bantuan bagi anak-anak dan remaja.
Seiring dengan perkembangan masyarakat temporer yang ditandai oleh perubahan-
perubahan yang sangat cepat dalam berbagai dimensi kehidupan individu, teori
perkembangan semakin dirasakan kegunaannya oleh masyarakat. Masyarakat makin
menyadari betapa individu ( anak-anak, remaja, dan bahkan orang dewasa ) yang
hidup pada era modern sekarang ini berada pada masa-masa yang sulit.
Menghadapi individu yang berada dalam masa-masa sulit demilkian, jelas
membutuhkan pemahaman tentang teori perkembangan. Hal inilah yang
melatarbelakangi kelompok kami untuk megangkat tema tentang teori-teori
perkembangan.

1
B. Tujuan Penulisan
Setelah membaca makalah ini pembaca diharapkan mamu memahami :
1. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan
2. Teori perkembangan
3. Tingkat pertumbuhn dan perkembangan dari masakonsepsi sampai masa remaja
4. Masa dewasa awal sampai dewasa menengah
5. Lanjut Usia
C. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian pertumbuhan dan perkembangan ?
2. Apa saja Teori perkembangan ?
3. Bagaiaman tingkat pertumbuhan dan perkembangan dari masa konsepsi sampai
masa remaja ?
4. Bagaimana tingkat pertumbuhan dan perkembangan masa dewasa awal sampai
dewasa menengah ?
5. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan lanjut usia ?
D. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode studi literatur dan kajian pustaka

2
BAB II
PEMABAHASAN

A. PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


Pertumbuhan (growth) adalah merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di
seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan mensintesis protein-
protein baru, menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau
sebagian. Dalam pertumbuhan manusia juga terjadi perubahan ukuran, berat badan,
tinggi badan, ukuran tulang dan gigi, serta perubahan secara kuantitatif dan perubahan
fisik pada diri manusia itu. Dalam pertumbuhan manusia terdapat peristiwa percepatan
dan perlambatan. Peristiwa ini merupakan kejadian yang ada dalam setiap organ
tubuh.
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,yaitu
secara bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan
mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun
spiritual ( Supartini, 2000).
Perkembangan adalah perubahan bentuk yang dimulai saat konsepsi dan terus
berlanjut sepanjang satu masa kehidupan. Bentuk ini termasuk perubahan biologis,
kognitif, dan sosioemosional yang terjadi selama masa kehidupan individu (Santrock,
2007).
Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-angsur dan
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya kapasitas
seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan (maturation), dan
pembelajaran (learning). Perkembangan manusia berjalan secara progresif, sistematis
dan berkesinambungan dengan perkembangan di waktu yang lalu. Perkembangan
terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi kematangan organ mulai dari aspek fisik,
intelektual, dan emosional. Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah dengan
bertambahnya sempurna fungsi organ. Perkembangan intelektual ditunjukan dengan
kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung.
Perkembangan emosional dapat dilihat dari perilaku sosial lingkungan anak.

3
B. TEORI PERKEMBANGAN
1. Teori Perkembangan Biofisik
Teori perkembangan biofisik adalah bagaimana tubuh ita secara fisik
berkembang dan berubah. Teori perkembangan ini menggambarkan proses
maturasi secara biologis. Penyelenggara pelayanan kesehatan dapat mengukur dan
membanding kan perubahan yang terjadi sejak neonatus sampai dewasa dengan
pertumbuhan normal (Potter Perry, 2010).
Teori perkembangan Gesell (1880-1961) melalui pengamatannya sejak tahun
1940-an, Gesell membuat teori tentang tingkah normal yang dijadikan sebagai
sumber informasi unuk perkembangan anak. Versi terbaru dari uji Gesell terdiri
atas empat kategori tingkah laku: motorik, bahasa, adaptasi, dan pribadi sosial.
Penyelenggara kesehatan menilai setiap subgroup dalam mencapai developmental
quotient (QD) yag membedakan antara infant normal dan abnormal (Santrock,
2007).
Dasar teori perkembangan Gesell adalah bahwa pola pertumbuhan
(perkembangan) setiap anak mempunyai ciri khas yang diatur oleh aktivitas
genetik. Faktor lingkungan dapat mendukung, mengubah, dan memodifikasi pola
tersebut, tetapi tidak menyebabkan kemajuan perkembangan (Gesell, 1948). Gesell
menemukan pola maturasi sebagai suatu rangkaian perkembangan mausia.
Rangkaian perkembanagan terjadi dalam janin, dimana ada urutan khusus
perkembangan system organ (Crain, 1992).
Setelah lahir, anak-anak tumbuh sesuai cetakan genetiknya dan memperoleh
keterampilan sesuai tahapannya, namun dengan kecepatannya masing-masing.
Sebagai contoh, sebagian besar anak-anak belajar memegang suatu benda, seperti
cangkir dengan jarinya pada usia 15, dan mampu memegang cangkir dengan baik,
mengangkat, minum, dan meletakannya kembali pada usia 21 bulan. Gesell
menjelaskan bahwa tidak semua anak memiliki perkembangan sesuai waktunya.
Lingkungan berperan dalam perkembangan anak, tetapi tidak pada perkembangan
berikutnya.
2. Teori Psikoanalitik/Psikososial
Teori Perkembangan psikoanalitik/psikososial menggambarkan perkembangan
manusia dari sudut pandang kepribadian, pemikiran, dan tingkah laku. Teori
psikoanalitik/psikososial menjelaskan tentangan dorongan dan motivasi internal

4
yang berada dalam alam bawah sadar dan memengaruhi setiap aspek cara berpikir
dan bertingkah laku individu (Berger, 2005). Dorongan dan motivasi tersebut juga
terjadi pada tahap perkembangan.
Sigmund Freud merupakan orang pertama yang mengemukakan teori
perkembangan kepribadian secara formal dan terstruktur. Freud membangun teori
perkembangan yang saat bekerja dengan klien yang menderita gangguan mental.
Model psikoanalitik Freud tentang tahapan perkembangan kepribadian individu
melalui lima tahap perkembangan psikoseksual dan tiap tingkatan ditandai dengan
kesenangan seksual pada bagian tubuh : mulut, anus, dan genital. Freud
mempercayai bahwa kepribadian dewasa merupakan hasil dari bagaimana seorang
individu menyelesaikan konflik antara sumber kesenangan dan kenyataan (Berger,
2005; Santrock, 2007). Tahapan Perkembangan menurut Sigmund Freud :
a. Tahap 1: Oral (Lahir sampai usia 12-18 bulan)
Awalnya, menghisap jari dan kepuasan oral merupakan hal yang sangat
penting, tetapi juga merupakan kesenangan yang aneh. Akhir dari tahapan ini,
bayi mulai menyadari bahwa orangtuanya adalah sesuatu yang terpisah dari
dirinya. Gangguan dalam kemampuan fisik dan emosional orangtua (misalnya
ikatan yang tidak adekuat atau penyakit kronik) akan mempengaruhi
perkembangan bayi.
b. Tahap 2: Anal (Usia 12-18 bulan samapai tahun)
Fokus kesenangan berubah ke area anal. Anak-anak semakin tertarik
pada sensasi kesenangan pada area anal. Melalui proses toilet-training, anak
menunda kepuasan sesuai keinginan orangtua dan masyarakat.
c. Tahap 3: Phallic atau Oedipal (3-6 tahun)
Pada tahap ini organ genital menjadi fokus kesenangan. Menurut Freud,
anak lelaki menjadi tertarik dengan penis, anak wanita menyadari tidak
memiliki penis, dikenal dengan istilah penis envy. Tahap ini merupakan
periode dimana anak befantasi mencintai orang tua yang berbeda gender,
dikenal dengan Oedipus atau Electra complex. Akhir dari tahap ini adalah anak
berusaha mengurangi konflik ini dengan cara lebih mengenali dan menerima
orang tua yang sama gender.
d. Tahap 4: Laten (6-12 tahun)

5
Freud percaya bahwa pada fase ini keinginan seksual dari tahap oedipal
dini ditekan dan disalurkan kepada aktivitas social yang produktif. Dalam
dunia pendidikan dan social anak, banyak yang harus dipelajari dan dikerjakan,
dimana anak membutuhka energy dam usaha.
e. Tahap 5: Genital (Masa puberitas-dewasa)
Ini merupakan tahap akhir Freud. Pada periode ini anak mengalami
ketertarikan seksual denagn individu diluar dukungan keluarga. Konflik
sebelumnya yang tidak terselesaikan timbul saat remaja. Saat individu
menyelesakan konflik, individu tersebut akan mendapatkan kematangan
hubungan seksual dewasa. Komponen kepribadian mausia terbentuk melalui
tahapan perkembangan Freud. Freud percaya bahwa fungsi komponen tersebut
adalah Untuk mengatur tingkah laku. Komponen – komponen tersebut id, ego,
dan superego.
Id adalah dorongan dari dasar naluri dalam memperoleh kesenangan,
selain itu juga merupakan bagian dari kepribadian yang paling primitif dan
timbul sejak usia bayi. Ego menggambarka komponen nyata penengah konflik
antara lingkungan dan dorongan identitas. Ego membantu kita menilai
kenyataan secara akurat, mengatur keinginan, dan membuat keputusan yag
baik. Komponen yang ketiga yaitu Superego yang berfungsi melakukan
pengaturan, pengendalian dan pencegahan tindakan. Lebih dikenal sebagai
suara hati, superego dipengaruhi oleh standar dorongan sosial dari luar seperti
orangtua atau guru.
Tujuan teori Freud adalah perkembangan keseimbangan antara keinginan
mencari kesenanangan dan tekanan sosial. Orang dewasa memilik suara hati
kuat yang akan membatasi perolehan kesenangan sesuai nilai – nilai sosial.
Meskipun teori Freud banyak dikritik karena adanya bias gender dan budaya,
tetapi Freud telah memberika dasar untuk observasi emosi dan tingkah laku
bagi teoritikus lain.
Erik Erikson melanjutkan, mengembangkan, dan memperbaharui teori
Freud. Erik Erikson membuat suatu teori perkemabangan dalam dua pandanga
utama yang membedakannya dengan teori Freud yaitu perkembangan terjadi
semasa hidup dan lebih berfokus pada tahap psikososial dibanding tahap
psikoseksual (Santrock,2007).

6
Erikson pernah tinggal di Italia, Jerman, dan Austria sebelum datang ke
Amerika dan mempelajari siswa perguruan tingi, anak-anak, dan budaya penduduk
asli Amerika. Semua pengalaman hidup itu membantu Erikson memahami
pentingnya budaya dan perubahan – perubahan ynag terjadi sepanjang waktu
menuju kedewasaan. Erikosn menggunakan pengetahuan ini dalam membuat
sebuah teori Psikoanalitik yang menekankan pada perubahan perkembangan
selama masa hidup (Berger, 2005).
Menurut delapan tahap perkembangan erikson, individu harus
menyelesaikan tugasnya sebelum berhasil menyelesaikan satu tahap dan
melanjutkan ketahap berikutnya. Setiap tugas memiliki konflik yang berbeda,
seperti kebutuhan pencarian identitas pada remaja yang memiliki berbagai pilihan
yang membingungkan. Konflik seperti ini selalu ada di sepanjang kehidupan.
Berikut ini adalah gambaran 8 tahap kehidupan Erikson:
a. Kepercayaan Versus Ketidakpercayaan (lahir – usia 1 tahun)
Pembangunan dasar rasa percaya penting untuk perkembang pribadi yang
sehat. Untuk mencapai keberhasilan tahap ini, diperlukan pemberi layanan
yang konsisten dalam memenuhi kebutuhannya pada saat bayi. Atas dasar
kepercayaan terhadap orangtuanya bayi dapat mempercayai dirinya sendiri
kepada orang lain, dan dalam dunia (Hockenbery dan Wilson,2008).
Pembentukan kepercayaan mengahasilakn rasa percaya dan optims.
Perawat yag mengantisipasi tingkah laku anak akan dapat membantu orang tua
mengatasi sikap dan tingkah laku anak setelah di pulangkan. Rasa percaya
anak dapat terganggu selama perawatan selama di rumah sakit dan
memerlukan dukunagan orang tua saat pulang ke rumah.
b. Otonmi Versus Rasa Malu dan Ragu (1-3 tahun)
Pada tahap ini, pertumbuhan anak lebih disempurnakan dengan aktifitas
dasar perawatan diri termasuk berjalan, pemberia makanan dan aktifitas
dikamar mandi. Ketidak tergatungan ini merupakan hasil maturasi dan imitasi.
Batita membangun otonominya denagn membuat pilihan. Tipe pilihan pada
kelompok batita termasuk aktifitas yang berkaitan denagn hubungan,
keinginan, dan alat bermain.
Ini merupakan kesempatan untuk mempelajari apa yang diinginkan orang
tua dan masyarakat dari pilihan tersebut. Keterbatasan pilihan dan hukuman

7
yag berat menimbulkan perasaan malu dan ragu. Batita yang mampu
menyelesaikan tahap ini akan memperoleh Kontrol diri dan ketekuanan.
Perawat dapat menjadi model petunjuk yag menawarkan dukungan dan
pemahaman dalam menghadapi tahap ini.
c. Inisiatif Versus Rasa Bersalah (3-6 tahun)
Anak-anak lebih suka berpura-pura dan mencoba peran baru. Fantasi dan
khayalan membuat anak-anak mengeksplorasi lingkungannya lebih jauh. Pada
saat bersamaan, anak-anak membangun superego atau suara hati. Konflik
sering terjadi anatara eksplorasi keinginan anak dan keterbatasan
menempatkan tingkah laku mereka. Konflik ini kadang menimbulakn rasa
frustasi dan bersalah. Rasa bersalah terjadi jika respon pemberian layanan
terlalu keras.
Masa pra-sekolah adalah mempelajari mengatasi rasa inisiatif tanpa
menghalangi kebebasan orang lain. Keberhasilan ini menghasilakan petunjuk
dan tujuan. Pengajaran yang bertujuan mengontrol dan bekerjasama dengan
tingkah laku anak akan membantu keluarga menghindari resiko terjadinya
perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
d. Industri Versus inferioritas (6-11 tahun)
Anak – anak usia sekolah ingin mempelajari keterampilan dan alat – alat
produktif. Mereka belajar dan bermain dengan kelompok seusianya. Anak-
anak usia sekolah mencapai keberhasilan berdasarka prestasi dan pujian. Tanpa
dukunagn yag tepat dalam mempelajari keterampilan baru atau jika
keterampilan terlalu sulit, anak-anak akan membangun suatu rasa yang tidak
adekuat dan rendah diri. Anak-anak pada usia ini perlu mengalami pencapaian
yag nyata untuk membangun kompetensi. Mnurut Erikson sikap orang dewasa
terhadap pekerjaan bergantung pada penyelesaian tugas tersebut dengan baik.
e. Identitas Versus Kebingungan Peran (Puberitas)
Perubahan fisiologis yang berhubungan denagan naturasi seksual
menandai tahap ini. Ditandai juga dengan kesenangan memperhatikan
penampilan dan bentuk tubuh. Tahap yag merupakan perkembangan identitas
ini dimulai dengan menjawab pertanyaan “ Siapa Saya?”. Kebutuha aka
identitas penting nantinya dalam membuat keputusan seperti memilih
pekerjaan atau pasangan hidup.

8
Setiap Remaja Mengubah cara hidupnya dalam masyarakat sebagai
anggota bebas. Akan timbul tuntuta, kesempatan dan konflik yang
berhubungan denagn perkembangan identitas dan pemisahan dari keluarga.
Erikson berpendapat bahwa keberhasilan menyelesaikan akan menghasilakan
kepatuhan dan kesetiaan terhadap orang lain dan terhadap cita-citanya sendiri
(Hockenberry dan Wilson, 2008). Perawat menyediakan pendidikan dan
petunjauk lebih dulu kepada orangtua tentang perubahan dan tantangan pada
anak remaja.
Perawat juga membantu remaja yang dalam perawatan dirumah sakit
denagn memberikan informasi yang cukup tentang penyakitnya sehingga
mereka dapat membuat keputusan tentang rencana pengobatanya.
f. Keintiman Versus Isolasi (Dewasa Muda)
Dewasa muda telah membangun identitas dirinya, memperdalam rasa
kasih sayang dan perduli terhadap oranglain. Mereka mencari arti hubungan
pertemanan dan mempererat hubunga dengan orang lain. Erikson
menggambarkan keakraban sebagai penemuan diri dan selanjutnya kehilangan
diri dalam orang lain (Santrock, 2007). Jika seorang dewasa muda tidak dapat
membangun hubungan pertemanan dan keakraban akan terjadi pemisahan
karena mereka takut ditolak dan kecewa (Berger, 2005). Kita harus mengerti
bahwa selama perawatan dirumah sakit seorang dewasa mudah akan
memerlukan dukungan dari pasangannya atau orang tertentu karena hal ini
akan mempererat keakraban diantara mereka.
g. Generatifitas Versus Pemikiran Terhadap Pemikiran Diri Sendiri dan
Stagnasi (Usia Pertengahan)
Kelanjutan dari tahap ke-6 perkembangan Erikson yaitu setelah
membangun suatu hubungan yang akrab, seorang dewasa berfokus pada
memberikan dukungan kepada generasi mendatang.
Kemampuan mengembangakan diri & keterlibatanya dalam masyarakat
merupakan hal yang penting pada tahap perkembangan. Orang dewasa yang
berada pada usia pertengahan mencapai keberhasilan pada tahap ini melalui
kontribusinya kepada generasi mendatang, yaitu dengan menjadi orangtua,
pengajar, dan keterlibatan dalam komonitasnya. Penerimaan generatifitas
menghasilkan pelayanan dasar yag kuat. Ketidakmampuan berperan serta

9
dalam pengembangan generasi berikutnya akan menimbulkan stagnasi
(Santrock, 2007).
Perawat membantu orang dewasa yang sedang sakit dalam memilih cara
untuk membantu perkembangan sosial. Individu usia pertehangan
menemukan cara penyelesaiannya dengan menyumbagkan waktunya denga
suka rela pada sekolah, rumah sakit, atau gereja setempat.
h. Integritas Versus Keputusasaan (Usia Tua)
Proses penuaan menghasilkan penurunan fisik dan sosial, beberapa orang
dewasa juga mengalami penurunan status da fungsi, seperti pengsiun dan
penyakit. Terdapat konflik internal dan eksternal, seperti pencarian makna
kehidupan. Hal ini kan menciptakan pencarian potensi pertumbuha dan
kekuatan. Banyak orang yang berusia lanjut meninjau ulang kehidupanya
denga rasa puas, meskipun mereka melakukan kesalahan, sedangkan beberapa
lainya melihat diri mereka sebagai kegagalan hidup yang ditandai dengan
keputusasaan dan penyesalan. Orang lanjut usia sering terikat dalam penilain
retrospektif kehidupan mereka, dan melihatnya sebagai sesuatu yang sangat
berarti atau penyesalan jika tujuannya tidak tercapai ( Berger, 2005).
Posisi perawat berpengaruh dalam komunitas mereka dan menilai
individu pada semua usia dan tahapanya. Individu pada semua usia dan
tahapan membutuhkan rasa dihargai, dimengerti, dan dibutuhkan.
Erikson menyatakan, “Anak-anak yang sehat tidak akan takut hidup, jika
orang tuanya memiliki integritas yang cukup untuk tidak takut dalam
menghadapi kematian”(Erikson, 1963). Meskipun, seperti juga Freud, menurut
Erikson masalah dalam kehidupan dewasa dihasilkan dari penyelesaian yang
gagal pada tahap awal, dia menekankan pada hubungan keluarga dan budaya
yang luas, serta perkembangan sepanjang kehidupan.
3. Teori Perkembangan Kognitif
Jika teori psikoanalitik atau psikososial berfokus pada pikiran bawah sadar dan
emosi individu, kognitif lebih menekankan pada bagaimana individu belajar
berfikir dan memahami dunianya. Sama seperti perkembangan kepribadian,
teoritikus kognitif telah melakukan eksplorasi pada masa anak-anak dan masa
dewasa.

10
Teori pengembangan kognitif Jean Piagert menyebutkan empat periode yang
berhubungan dengan usia dan mengemukakan kategori khusus tentang pengenalan
dan pemahaman (Santrock, 2007). Menurut Piagert inddividu berpindah dari satu
tahap ketahap lainnya untuk mendapatkan keseimbangan kognitif atau
keseimbangan mental yang stabil. Berikut adalah tahapan perkembangan kognitif
menurut Jean Piaget :
a. Periode I: Motosensorik (Lahir Sampai Usia 2 Tahun)
Selama masa perkembangan, bayi membangun pola tindakan atau skema
reaksi terhadap lingkungan (Berk, 2003). Skema ini termasuk memukul,
melihat, menggenggam atau menendang.
b. Periode II: Pra-operasional (2-7 Tahun)
Ini merupakan waktu ketika anak-anak belajar berfikir dengan
menggunakan simbol-simbol dan gambaran mental. Pada masa ini anak masih
egosentrik, anak anak melihat objek dan orang hanya dari sudut pandang
mereka sendiri. Anak-naka percaya bahwa setiap orang menjalani dunianya
sama seperti yang dialami mereka. Intervensi keperawatan selama periode ini
akan memperkenalkan penggunaan permainan sebagai cara anak untuk
mengerti peristiwa-peristiwa disekitarnya.
Perkembangan bahasa dapat memperluas kemampuan berfikir tentang
masa lampau dan masa depan. Bahasa mulai menggambarkan logika, karna
logika tersebut menggambarkan proses berfikir.
c. Periode III: Operasi Konkret (7-11 Tahun)
Anak –anak mulai mempunyai kemampuan untuk melakukan operasi
mental. sebagai contoh, Anak akan memikirkan tindakannya terlebih dahulu
sebelum melakukannya. Pada tahap awal anak dapat menghitung sampai angka
sepuluh, tetepi sekarang anak dapat menghitung setiap angka yang
ditampilkan. Reversibilitas merupakan karakteristik utama dari pemikiran
operasi kongkret.
Anak-anak juga dapat mengelompokkan objek sesuai dengan dimensi
kualitatif mereka, yang dikenal sebagai seriatiaon. Pencapaian lain dalam tahap
ini adalah konservasi, atau kemampuan untuk melihat objek atau jumlah
sebagai sesuatu yang sama meskipun terjadi perubahan dalam penampilan
fisiknya (Berk, 2003., Singer dan Revenson, 1996).

11
d. Periode IV: Operasi formal (Usia 11 Tahun Sampai Dewasa)
Selama tahap ini pola pikir individu berpindah kepada hal yang bersifal
abstrak dan teoritis. Remaja dan dewasa muda mulai berfikir tentang hal hal
seperti perdamaian dunia, mencari keadilan dan makna hidup. Peningkatan
kemampuan kognitif memempukan remaja melakukan remaja melakukan lebih
jauh pencapaian penyelesaian masalah, termasuk masa depan mereka termasuk
hal-hal lainnya. Kematangan pola pikir, dan kedalaman pemahaman semakin
meningkat seiring dengan pengalaman. Menurut Piagert, tahap ini merupakan
tahap akhir dari perkembangan kognitif.
1) Teori Kognitif Sosial
Seorang psikolog amerika Albert Bendura (1925) adalah orang yang
melopori ide bahwa pemahaman tingkah laku penting untuk memahami
pola pikir individu (Santrock, 2007). Menurut bendura, individu
mengamati tingkah laku orang lain dan kemudian membuat suatu pilihan
apakah akan meniru tingkah laku tersebut atau tidak. Model perkembangan
bendura yang terbaru menekankan pada interaksi antara tingkah laku,
lingkungan dan faktor personal atau kognitif. Teori kognitif sosial bendura
memasukkan faktor personal seperti pemahaman diri, kepercayaan diri,
dan efektivitas diri dalam proses perkembangan (Berger, 2005).
2) Perubahan Kognitif dalam Pemikiran Orang Dewasa
Penelitian tentang perkembangan kognitif pada masa dewasa dimulai
sejak tahun 1970 dan terus berlanjut sampai sekarang. Piaget telah
mengemukakan bahwa pemikiran operasi formal dimulai saat remaja dan
pada dasarnya orang dewasa juga menggunakannya. Meskipun, penelitian
menunjukkan bahwa beberapa individu tidak mencapai pemikiran operassi
formal sampai dewasa, dan beberapa orang dewasa tidak pernah
membangun periode operasi formal (Santrock, 2007). Orang dewasa
mengikutsertakan emosi, logika, praktik dan fleksibilitas dalam
mengambil keputusan.
William Perry adalah salah satu orang pertama yang mengembangkan
teori kognitif orang dewasa. Dia mempelajari mahasiswa-mahasiswa dan
mendapatkan bahwa lanjutan perkembangan kognitif mengikutsertakan
peningkatan fleksibilitas kognitif.

12
K. Warner Schaie, seorang professor ilmu perkembangan ilmu manusia
di Pennsylvania State University, menyimpulkan bahwa kita tidak dapat
membangun cara yang lebih kompleks untuk mendapatkan informasi,
dibandingkan yang telah dikemukakan oleh Piaget, tetapi orang dewasa
melakukan perubahan pada cara mereka menggunakan pengetahuan.
Schaie percaya bahwa penekanan bergeser dari pencapaian pengetahuan
atau keterampilan menjadi penggunaan pengetahuan untuk pencapaian
tujuan.
4. Teori Perkembangan Moral
Perkembangan moral menunjukkan perubahan cara berpikir individu, emosi,
dan tingkah laku yang mempengaruhi kepercayaan tentang mana yang benar dan
mana yang salah. Hal ini mencakup komponen interpesonal dan intrapersonal yang
menentukan bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain (Santrock, 2007).
a. Teori Perkembangan Moral Jean Piaget.
Piaget melakukan pengamatan dan wawancara anak-anak, dia
mempelajari bagaimana cara mereka berpikir tentang aturan-aturan dan
masalah- masalah moral. Teori perkembangan Piaget memasukkan dua tahap
yang terjadi antara usia empat dan sepuluh tahun. Tahap pertama, moralitas
heteronomous, terjadi antara usia empat sampai tujuh tahun dan ditandai
dengan suatu keyakinan bahwa peraturan tidak bisa diubah dan jika
melanggarnya akan segera diadili. Anak kecil sulit menerima kalau peratuaran
dalam permainan dapat diubah atau hukuman tidak akan segera berlaku setelah
ada pelanggaran (Santrock, 2007).
Pada tahap kedua, moralitas otonom, Anak mengerti bahwa individu
yang membuat peraturan dan dapat merubahnya. Pada tahap ini anak-anak
mengetahui bahwa tujuan memengaruhi tingkah laku. Menurut Piaget, melalui
hubungan dengan teman sebayanya anak-anak dapat membangun
pertimbangan moralnya. Dalam kelompoknya anak anak dapat mengemukakan
ketidak setujuannya dan kemudian mencapai penyelesaian. Hubungan orang
tua anak yang tidak seimbang akan memengaruhi perkembangan moralitas
anak (Santrock, 2007).
b. Teori Perkembangan Lawrence Kohlberg

13
Teori perkembangan ini merupakan pengembangan dari teori kognitif
Piaget. Dia mewawancara anak-anak, remaja, dan orang dewasa kemudian
mendapatkan bahwa pertimbangan moral dibangun secara bertahap (Berger,
2005). Dari serangkaian dilema moral Kohlberg mengidentifikasi enam tahap
perkembangan moral dalam tiga tingkat (Kohlberg, 1981).
1) Tingkat I: Pertimbangan Prakonvensional
Pada tingkat satu, pertimbangan prakonvensional idividu menunjukkan
pertimbangan moralnya berdasarkan pengalaman pribadinya. Hal ini
sangat berhubungan dengan tahap pertama teori Piaget, dimana alasan
moral individu melakkan tindakan yang bekaitan dengan konsekuensi yang
akan diterimanya. Konsekuensi ini bisa berupa hukuman atau penghagaan.
a) Tahap 1: Orientasi terhadap Hukuman dan Kepatuhan
Pada tahap ini respon anak terhadap dilema moral adalah dalam
bentuk kepatuhan mutlak terhadap orang yang berkuasa dan
peraturan. Seorang anak pada tahap ini berpendapat, “Saya harus
menaati peraturan: Jika tidak akan dihukam.” Menghindari
hukuman atau meragukan rasa hormat kepada orang yang berkuasa
merupakan karakteristik motivasi tingkah laku anak. Seorang anak
akan tiba dirumah tepat waktu untuk makan malam karena menurut
orang tua anak memerlukan hal itu.
b) Tahap 2: Orientasi Relativitas Alat
Pada tahap ini, anak mengenali lebih dari satu pandangan yang
benar, seorang guru memiliki satu pandangan ynag berbeda dari
orang tua anak. Anak menerima hukuman bukan karena melakukan
kesalahan (seperti pada Tahap 1), tetapi karena menghindari
sesuatu (Taffell, 2002).
Anak-anak pada tahap ini akan meatuhi peraturan yang dibuat
orangtuanya tentang kapan waktunya kapan berada di rumahuntuk
makan malam, karena mereka tidak ingin waktu istirahat mereka
menjadi terbatas karena mereka datang telat.
2) Tingkat II: Pertimbangan Konvensional
Pada tingkat II, pertimbangan konvensional, individu memandang
pertimbangan moral berdasarkan kepribadian dan dengan harapan

14
masyarakat atas dirinya. Individu ingin memenuhi harapan keluarga,
kelompok, atau negara dan juga membangun royalitas dan mengelola
secara aktif, mendukung serta menilai sesuatu.
Perawat mengamati saat anggota keluarga membuat keputusan kepada
orang yang dicintainya. Individu sering bermasalah dengan dilema moral
seperti ini. Dukungan saat berdukacita akan melibatkan pemahaman pada
tingkat pengambilan keputusan moral tiap anggota keluarga.
c) Tahap 3 : Orientasi menjadi Anak yang Baik
Individu ingin diterima dan menjaga kepercayaan dari
kelompok seusianya.”Menjadi Baik “ beararti memiliki motivasi yang
baik, menunjukan perhatian kepada sesama, dan menjaga hubungan
melalui kepercayaan, loyalitas, penghargaan, dan rasa terima kasih.
Pihak lain lebih menyukai dengan istilah “menjadi kesenangan”.
Sebagai contoh, seseorang yang berada pada tahap ini tinggal
disekolah sesudah pelajaran selesai dan melakukan pekerjaan untuk
mendapatkan izin dari gurunya.
d) Tahap 4: Orientasi Hubungan Masyarakat
Selama tahap 4, individu mengembangkan fokusnya dari suatu
hubungan dengan sesamanya menjadi perhatian kepada masyarakat.
Keputusan moral diperhitungkan dalam perspektif masyarakat.
Tingkah laku yang benar adalah melakukan tugasnya, menunjukan
rasa hormat terhadap orang yang berkuasa, dan menjaga nilai-nilai
sosial. Remaja memilih untuk tidak menghadiri pesta yang
menyediakan minuman bir bukan karena mereka takut ditangkap,
tetapi karena mereka menyadari kalau itu salah.
3) Tingkat III : Pertimbangan Pasca-konvensional
Individu menemukan keseimbangan antara hak dan kewajiban dasar
manusia, kaidah-kaidah masyarakat, serta peraturan pada tingkat
pertimbangan pasca-konvensional. Individu berpindah dari keputusan
moral berdasarkan kewenangan atau sesuai dengan kelompok menjadi
nilai nilai an prinsip moral mereka sendiri. Individu pada tahap ini mulai
melihat apa yanga disukai oleh masyarakat. Prinsip dan idealisme moral
menjadi yang lebih menonjol pada tingkat ini (Berger, 2005).

15
e) Tahap 5 : Orientasi Kontrak Sosial
Setelah mencapai tahap 5, individu mematuhi hukum sosial
tetapi juga mengenali kemungkinan perubahan hukum untuk
memperbaiki masyarakat. Individu juga mengenali bahwa kelompok
sosial yang berbeda memiliki nilai- nilai yang berbeda, tetapi
memercayai bahwa semu a individu mempunyai hak-hak dasar,
seperti kemerdekaan dan kehidupan. Individu pada tahap ini lebih
memikirkan apa yang dinilai masyarakat, bukan lagi apa yang dinilai
kelompok, seperti yang terjadi pada tahap 4.
f) Tahap 6 : Orientasi Prinsip Etika Universal.
Tahap ini merupakan “Hak” keputusan kata hati sesuai prinsip
etik pemilihan diri. Prinsip ini bersifat abstrak dan membandingkan
dengan logika umum, universal, dan konsistensi (Kohlberg, 1981).
sebagai contoh, prinsip keadilan membutuhkan individu yang bersikap
adil terhadap sesamanya, menghormati martabat semua individu, dan
membantu individu untuk menghargai keputusan semua orang. Tahap
5 menekankan pada hak-hak dasar dan proses demokratis, sedangkan
tahap 6 menekankan hanya pada prinsip-prinsip keadilan yang sesuai.
C. TINGKAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DARI MASA
KONSEPSI SAMPAI MASA REMAJA
1. Masa Konsepsi
Permulaan kehidupan manusia dapat ditinjau secara psikologis dan
biologis. Secara psikologis kehidupan manusia dimulai pada saat janin mulai
berinteraksi terhadap rangsang-rangsang dari luar. Reaksi terhadap rangsang dari
luar telah dimulai sangat awal. Ditinjau secara biologis kehidupan dimulai pada
saat terjadinya konsepsi atau pembuahan, yakni bersatunya sel telur (ovum:
tunggal, ova: jamak) dan sel laki-laki (spermatozoa: tunggal, spermatozoon:
jamak). Kedua sel yang telah bersatu tersebut tumbuh dan berkembang dalam
organ reproduksi wanita (gonad). Sel telur diproduksi dalam gonad wanita
(ovarium) dan sel spermatozoa diprodiksi dalam gonad pria (tes tes) (Rita Eka
Izzaty, 2008).
Urutan perkembangan dalam periode prenatal telah pasti dan tidak dapat
diubah. Kepala, mata, tubuh, tangan, kaki, alat-alat kelamin dan alat-alat

16
berkembang dengan urutan tertentu dan juga kurang lebih pada usia pranatal yang
sama pada semua fetus. Perkembangan yang teratur menurut skema tertentu itu
sebelum dan sesaat sesudah dilahirkan merupakan hal yang sangat penting.
Pertumbuhan yang teratur ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa semua fetus
selalu dapat memutar kepalanya lebih dahulu sebelum mereka dapat
melencangkan kepalanya (Rita Eka Izzaty, 2008).
Monks, dkk (1998) membagi periode pranatal menjadi (1) fase germinal
(waktu 3 minggu pertama), (2) fase embrional (waktu 6-8 minggu berikutnya), (3)
fase fetal (mulai minggu 8 sampai saat dilahirkan). Adapun masing-masing
periode dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Periode Germinal
Periode germinal merupakan periode awal perkembangan pranatal
yang berlangsung pada 2 minggu pertama setelah pembuahan. Ini merupakan
meliputi penciptaan zigot, dilanjutkan dengan pemecahan sel, dan melekatnya
zigot ke dinding kandungan. Sekitar seminggu setelah pembuahan, zigot
terdiri dari 100 hingga 250 sel. Pemisah sel telah dimulai ketika lapisan
dalam dan lapisan luar organisme terbentuk. Blastocyst adalah lapisan dalam
sel yang berkembang selama periode germinal. Trophoblast ialah lapisan luar
sel yang berkembang selama periode germinal. Sel-sel ini kemudian
menyediakan gizi dan dukungan bagi embrio. Implantation adalah
melekatnya zigot ke dinding kandungan, berlangsung sekitar 10 hari setelah
pembuahan.
b. Periode Embriogenesis
Periode embryonic/embrionis merupakan periode perkembangan
pranatal yang terjadi dari 2 hingga 8 minggu setelah konsepsi. Selama periode
embrionis, angka pemisahan sel meningkat, sistem dukungan bagi sel
terbentuk dan organ-organ mulai tampak. Ketika zigot mendekati dinding
rahim, sel-selnya membentuk dua lapisan. Massa sel tersebut disebut embrio.
Embrio yang sudah terbentuk terdiri dari (a) lapisan bagian dalam sel (
endoderm) yang akan berkembang menjadi sistem pencernaan dan
pernapasan, (b) lapisan luar yang terdiri dari lapisan paling luar sel (
ectoderm) dan lapisan tengah ( mesoderm). Ectoderm akan berkembang
menjadi sistem syaraf, penerima sensor (misalnya telinga, hidung, mata) dan

17
bagian kulit (misalnya rambut dan kuku), sedangkan mesoderm akan
berkembang menjadi sistem peredaran, tulang, otot, sistem pembuangan
kotoran badan, dan sistem reproduksi.
Ketika lapisan embrio terbentuk, sistem dukungan kehidupan bagi
embrio matang dan berkembang dengan cepat. Sistem dukungan kehidupan
ini meliputi ari-ari, tali pusar, dan amnion, dan lebih jelaskan dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Ari-ari (placenta) merupakan suatu sistem dukungan kehidupan yang
terdiri dari sekelompok jaringan yang berbentuk piring yang didalamnya
pembuluh darah dari ibu dan anak mengait tetapi tidak menyatu.
2) Tali pusar (umbilical cord) adalah suatu sistem dukungan kehidupan
yang mengandung dua pembuluh nadi dan satu pembuluh vena yang
menghubungkan bayi dengan ari-ari. Molekul-molekul yang sangat kecil
seperti udara, air, garam, makanan dari darah ibu, dan karbon dioksida
serta kotoran pencernaan dari darah embrio berpindah dari ibu kepada
bayi dan bayi kepada ibu. Molekul-molekul yang besar tidak dapat
berpindah melalui dinding ari-ari; ini meliputi sel darah merah dan zat-
zat berbahaya seperti kebanyakan bakteri, kotoran ibu dan zat-zat
berbahaya seperti kebanyakan bakteri, kotoran ibu dan hormon,
Mekanisme yang mengatur pemindahan zat-zat melalui hambatan ari-ari
itu kompleks dan masih belum seluruhnya dipahami.
3) Amnion merupakan suatu keranjang yang berisi cairan bening yang
didalamnya embrio yang sedang berkembang mengapung. Seperti halnya
ari-ari dan tali pusar, amnion berkembang dari telur yang dibuahi bukan
dari tubuh ibu. Pada kira-kira usia 16 minggu ginjal janin mulai
memproduksi air kencing yang merupakan sumber utama cairan amniotis
hingga trimester ketiga, ketika beberapa cairan dikeluarkan dari paru-
paru oleh janin yang sedang bertumbuh. Isi cairan amniotis meningkat
sepuluh kali lipat dari usia ke-12 hingga ke-40 minggu kehamilan, dan
dikeluarkan dengan berbagai cara. Sebagian ditelan oleh janin, dan
sebagian lagi diserap melalui tali pusar dan selaput yang menutup ari-ari.
Cairan amniotis penting dalam menyediakan lingkungan yang suhu dan
kelembapannya terkendali, serta untuk melindungi janin dari guncangan.

18
Beberapa perkembangan penting dari embrionis antara lain pada
minggu ketiga, saluran syaraf yang pada akhirnya menjadi susunan
tulang belakang terbentuk. Pada usia kira-kira 21 hari, mata mulai
kelihatan, dan pada usia 24 hari sel untuk jantung mulai berpisah. Selama
minggu keempat, penampakan pertama sistem saluran kencing alat
kelamin (urogenital) kelihatan, dan kuncup lengan serta kaki muncul.
Empat bilik jantung terbentuk dan pembuluh darah naik ke permukaan.
Dari minggu kelima hingga kedelapan, lengan dan kaki selanjutnya
berpisah, pada saat ini, wajah mulai berbentuk tetapi masih begitu dapat
dikenal. Bidang usus berkembang dan struktur wajah tersusun bersama.
Pada usia 8 minggu, janin yang sedang berkembang beratnya kira-kira
sepertigapuluh ons dan panjangnya satu inci. Proses pembentukan organ
yang berlangsung selama dua bulan pertama perkembangan prenatal
disebut organogenesis.
c. Periode Fetal
Periode fetal merupakan periode perkembangan pranatal yang dimulai
dari dua bulan setelah pembuahan dan pada umumnya berlangsung sampai 7
bulan. Tiga bulan setelah pembuahan, panjang janin kira-kira 3 inci dan
beratnya kira-kira 1 ons. Janin semakin aktif menggerakan tangan dan
kakinya, membuka dan menutup mulutnya, dan menggerakkan kepalanya.
Wajah, dahi, kelopak mata, hidung, dan dagu dapat dibedakan, demikian pula
lengan bagian atas, tangan, dan tungkai, serta alat kemaluan dapat
diidentifikasi sebagai laki-laki atau perempuan. Pada akhir bulan keempat,
janin telah tumbuh hingga 5,5 inci panjangnya dan beratnya 4 ons. Pada saat
ini, suatu percepatan pertumbuhan terjadi pada tubuh bagian bawah. Refleks
pranatal semakin kuat, gerakan-gerakan lengan dan kaki dapat dirasakan
untuk pertama kalinya oleh ibunya. Menurut psikologi Islam, janin yang telah
berumur 4 bulan ditiupkan ruh oleh Allah SWT. Serta ditentukanlah semua
yang berkaitan dengankehidupannya.
Pada akhir bulan kelima, panjang janin kira-kira 10-12 inci dan
beratnya 0,5 pon-1 pon. Struktur kulit sudah terbentuk misalnya kuku jari
kaki dan kuku jari tangan. Janin semakin aktif, yang memperlihatkan
keinginan akan suatu posisi tertentu di dalam kandungan. Pada akhir bulan

19
keenam, panjang janin kira-kira 14 inci dan beratnya naik 0,5 pon-1 pon lagi.
Mata dan kelopak mata benar-benar terbentuk, suatu lapisan rambut halus
menutup kepala. Refleks menggengam muncul, dan pernafasan yang belum
beraturan terjadi. Pada akhir bulan ketujuh, panjang janin 14-17 inci dan naik
beberapa pon lagi hingga beratnya 2,5-3 pon. Selama bulan kedelapan dan
kesembilan, janin tumbuh lebih panjang dan naik lebih berat lagi kira-kira 4
pon. Ketika lahir, rata-rata bayi Amerika beratnya 7-7,5 pon dan tingginya
sekitar 20 inci. Pada dua bulan terakhir, jaringan lemak berkembang dan
fungsi berbagai sistem organ, misalnya jantung dan ginjal.
2. Masa Neonatus (lahir – 28 hari) Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat
memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan.
3. Masa Bayi (1 bulan – 1 tahun\ Bayi usia 1-3 bulan : mengangkat kepala mengikuti
obyek dengan mata melihat dengan tersenyum bereaksi terhadap suara atau bunyi
mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak
menahan barang yang dipegangnya mengoceh spontan atau bereaksi dengan
mengoceh
4. Masa Todler (1-3 tahun) peningkatan kemampuan psikososial dan perkembangan
motorik Anak usia 12-18 bulan : mulai mampu berjalan dan mengeksplorasi
rumah serta sekeliling rumah menyusun 2 atau 3 kotak dapat mengatakan 5-10
kata memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
5. Masa Pre sekolah (3-6 tahun) Dunia pre sekolah berkembang. Selama bermain,
anak mencoba pengalaman baru dan peran sosial. Pertumbuhan fisik lebih lambat.
Anak usia 3-4 tahun: berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga berjalan
pada jari kaki belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
menggambar garis silang menggambar orang (hanya kepala dan badan)
mengenal 2 atau 3 warna bicara dengan baik bertanya bagaimana anak
dilahirkan mendengarkan cerita-cerita bermain dengan anak lain
menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya dapat melaksanakan
tugas-tugas sederhana.
6. Masa Usia sekolah (6-12 tahun) Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku
anak. Perkembangan fisik, kognitif dan sosial meningkat. Anak meningkatkan
kemampuan komunikasi.
a. membaca seperti mesin

20
b. mengulangi tiga angka mengurut ke belakang
c. membaca waktu untuk seperempat jam
d. anak wanita bermain dengan wanita
e. anak laki-laki bermain dengan laki-laki
f. cemas terhadap kegagalan
g. kadang malu atau sedih
h. peningkatan minat pada bidang spiritual
7. Masa Remaja (12-18/20 tahun)
Konsep diri berubah sesuai dengan perkembangan biologi. Mencoba nilai-
nilai yang berlaku. Pertambahan maksimum pada tinggi,berat badan Stres
meningkat terutama saat terjadi konflik. Anak wanita mulai mendapat haid,
tampak lebih gemuk. Berbicara lama di telepon, suasana hati berubah-ubah (emosi
labil), kesukaan seksual mulai terlihat menyesuaikan diri dengan standar
kelompok anak laki-laki lebih menyukai olahraga, anak wanita suka bicara
tentang pakaian, make-up hubungan anak-orang tua mencapai titik terendah,
mulai melepaskan diri dari orang tua takut ditolak oleh teman sebaya. Pada akhir
masa remaja : mencapai maturitas fisik, mengejar karir, identitas seksual
terbentuk, lebih nyaman dengan diri sendiri, kelompok sebaya kurang begitu
penting, emosi lebih terkontrol, membentuk hubungan yang menetap.
D. MASA DEWASA AWAL SAMPAI DEWASA MENENGAH
1. Masa Dewasa Awal (20-40 tahun)
Gaya hidup personal berkembang. Membina hubungan dengan orang lain ada
komitmen dan kompetensi membuat keputusan tentang karir, pernikahan dan
peran sebagai orang tua Individu berusaha mencapai dan menguasai dunia,
kebiasaan berpikir rasional meningkat pengalaman pendidikan, pengalaman hidup
dan kesempatan dalam pekerjaan meningkat
2. Masa Dewasa Menengah (40-65 tahun)
Gaya hidup mulai berubah karena perubahan-perubahan yang lain, seperti anak
meninggalkan rumah anak-anaknya telah tumbuh dewasa dan mulai
meninggalkan rumah dapat terjadi perubahan fisik seperti muncul rambut uban,
garis lipatan pada muka, dan lain-lain waktu untuk bersama lebih banyak Istri
menopause, pria ingin merasakan kehidupan seks dengan cara menikah lagi
(dangerous age).

21
E. LANJUT USIA
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia.
Usia tahap ini dimulai dari 60 tahunan sampai akhir kehidupan. Usia lanjut merupakan
istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi
tua, dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap usia lanjut adalah
tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya lebih jelas dan lebih
dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya. Penuaan merupakan perubahan
kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami
penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia , penuaan dihubungkan dengan
perubahan degenerative pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf
dan jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan regeneratife yang terbatas, mereka
lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan
orang dewasa lain.

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan adalah
bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya
ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur
dengan satuan panjang dan berat. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Perkembangan fisik
mencakup pertumbuhan biologis. Misalnya, pertumbuhan otak, otot, tulang serta
penuaan dengan berkurangnya ketajaman pandangan mata dan berkurangnya kekuatan
otot-otot.
Selama pertumbuhan makhluk hidup juga mengalami pematangan organ-
organ reproduksi sehingga siap untuk berkembang biak. Proses pematangan organ-
organ reproduksi ini dikenal dengan istilah perkembangan. Pertumbuhan dan
perkembangan dapat jelas diamat pada makhluk hidup yang mengalami metamorphosis
dalam tahapan hidupnya . Tumbuh kembang merupakan proses yang dinamis dan terus
menerus.
B. Saran
Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat memberikan pelayanan dari
mulai manusia sebelum lahir sampai dengan meninggal, dalam merawat kasus yang
samapun tindakan yang diberikan akan sangat berdeda karena setiap orang adalah unik,
sehingga seorang perawat dituntut untuk mengerti proses tumbuh kembang.

23
Daftar Pustaka

Izzaty, Rita Eka, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY

Kartono, K. (1981). Psikology Abnormal. Bandung: Penerbit Alumni.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., dan Haditono, S.R. (1998). Psikologi Perkembangan.

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Perry, Potter. 2010. Fundamental of Nursing, Volume 1, Edisi 7. Jakarta: EGC

http://staff.ui.ac.id/internal/132051049/material/KONSEPTUMBUHKEMBANG.pdf
(diakses tanggal 23 Oktober 2017)

24

Anda mungkin juga menyukai