Oleh :
IMRON AGUS SUYADI
NIM _______________
1
2
BAB 1
PENDAHULUAN
semua organ tubuh terutama saraf tepi dan kulit serta organ tubuh lainnya seperti :
mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistim retikulo endotelia, mata, otot dan
kusta dapat menyebabkan kecacatan pada systim saraf motorik, otonom, atau
sensorik. (Khafiludin,2010)
fungsi yang normal serta kehilangan status sosial secara progresif,terisolasi dari
kenyataan bahwa sebagian besar penderita kusta berasal dari golongan ekonomi
masyarakat dan keluarga. Disamping itu masyarakat menjauhi karena merasa jijik
dan takut hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan atau pengertian juga
3
kepercayaan yang kliru terhadap penyakit kusta. Sebenarnya stigma ini timbul
Pada tahun 2011 ada beberapa Propinsi di Indonesia yang termasuk indemik kusta
lebih dari 10 per 100.000 penduduk, Aceh, Jawa Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi
2016 sebanyak 52 orang dengan angka prevalensi 0,62 per 10 000 penduduk
terdiri dari tipe Pausi Baciler (PB) sebanyak 8 orang dan tipe Multi Baciler (MB)
dan RFT PB ada 3 orang (100%). Penderita dengan cacat tingkat 2 ada 2 orang
(4%) dan penderita anak 2 orang (4%) angka cacat tingkat 2 ini cenderung
menurun jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang mencapai 21% (Profil
2017 mengalami penurunan dari 4 kasus penderita kusta (MB) menurun pada
tahun 2017 sejumlah 1 kasus dan tidak didapatkan penderita kusta tipe PB.
4
Puskesmas Siman .
1.4.1 Teoritis
1.4.2 Praktis
penelitian sebelumnya.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
individu mengamati dunia luarnya dengan menggunakan alat indranya atau proses
suatu pengalaman tentang objek peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan
yang di persepsikan maka hasil persepsi dapat dibagi menjadi dua yaitu:
tidaknya atau kenal tidaknya) dan tanggapan yang di teruskan dengan upaya
tidaknya atau kenal tidaknya) dan tanggapan yang tidak selaras dengan obyek
yang di persepsi. Hal itu akan di teruskan dengan kepasifan atau menolak dan
Objek-objek yang kita amati disekitar kita selalu muncul sebagai wujud
b. Pola pengelompokan
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus
dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari
yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar
individu.
Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping
itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang
c. Perhatian
dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekelompok
objek.
faktor, yaitu:
a. Faktor ekstern
b. Faktor Intern
dalam persepsi.
mempengaruhi persepsi
selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas,
sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang dan testis, kecuali susunan syaraf
afinitas pertama lalu kulit dan mukosa traktus respirotarius bagian atas kemudian
dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat (Daili E.S.S, dkk, 2007: 73).
ditemukan oleh sarjana dari Norwegia GH Armeur Hansen pada tahun 1873.
Kuman ini bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan ukuran 1-8 µ, lebar 0,2-
0,5 µ, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel
terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat dikultur dalam media
buatan. Kuman ini juga dapat menyebabkan infeksi sistemik pada binatang
Masa belah diri kuman kusta memerlukan waktu yang sangat lama
dibandingkan kuman lain, yaitu 12-21 hari. Oleh karena itu masa tunas menjadi
2.2.4 Patofisiologi
dengan pasti, beberapa peneitian telah memperlihatkan bahwa yang tersering ialah
melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh yang bersuhu dingin dan melalui
imunitas seseorang, kemampuan hidup M. Leprae pada suhu tubuh yang rendah,
waktu regenerasi yang lama serta sifat kuman yang avirulen dan nontoksis.
pada sel mikrofag disekitar pembuluh darah suerfisial pada dermis atau sel
schwann di jaringan syaraf. Bila kurang M. Leprae masuk ke dalam tubuh maka
akan bereaksi mengeluarkan mikrofag (berasal dari sel monosit darah, sel
disamping itu Sel Schwann berfungsi sebagai demielinasi hanya sedikit fungsinya
sebagai fagositosis. Jadi, bila terjadi gangguan imunitas tubuh dalam Sel
syaraf berkurang dan terjadi kerusakan syaraf yang progresif (Daili E.S.S, dkk,
2007).
11
(anaesthesi).
Gangguan fungsi syaraf ini merupakan akibat dari perladangan kronis syaraf
(Paralise).
c. Adanya bakteri tahan asam (BTA) di dalam kerokan jaringan kulit (BTA
Positif)
ditemukan cardinal sign kedua perlu ditujuk kepada wasor atau ahli kusta,
jika masih ragu orang tersebut dianggap sebagai penderita yang dicurigai
2) Kulit mengkilap
berambut
1) Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau muka
sebagai dasar diagnosis penyakit kusta. (Depkes RI Ditjen PP dan PL, 2007). Jika
diagnosis kusta masih belum dapat ditegakkan, tindakan yang dapat dilakukan
adalah :
b. Jika tidak ditemukan adanya mati rasa yang jelas maupun penebalan syaraf
wajah atau cuping telinga atau infiltrasi pada kulit, perlu dilakukan
(PRM).
c. Bila tidak ada petugas terlatih dan tidak tersedia sarana pemeriksaan asupan
kulit, tunggu 3-6 bulan dan pemeriksaan kembali adanya cardinal sign. Jika
ada cardinal sign berikan MDT. Bila masih meragukan suspek perlu dirujuk
Lesi mengenai kulit maupun syaraf. Jumlah lesi bias satu atau beberapa,
berupa macula, dengan batas jejas dan bagian tengah ditemukan regresi atau
Lesi berupa macula anestei atau plak, jumlah lesi satu atau beberapa terletak
Merupakan tipe yang tidak stabil, lesi berupa macula infiltrar, lesi melingkar,
didapatkan lesi punched out yaitu hipopigmentasi yang oval pada bagian
tengah, batas jelas pada lesi merupakan ciri khas tipe ini.
14
keringat, dan gugurnya rambut.Penebalan syaraf yang dapat teraba pada tempat
predileksi di kulit.
Stadium ini didapatkan jumlah lesi yang banyak, simetris, permukaan halus
dan mengkilap.Distribusi lesi yang khas mengenai dahi, pelipis, dagu, cuping
telinga, pada tubuh terkena bagian belakang yang dingin, lengan, punggung
penebalan kulit yang progresif, terdapat facies leonine disertai madorisis, iritis,
1. Dasar Klasifikasi
a) Manifestasi klinis, yaitu jumlah lesi kulit, jumlah syaraf yang terganggu.
2. Tujuan
c) Perencanaan logistic.
3. Jenis klasifikai
penderita kusta hanya dibagi dalam dua tipe yaitu, tipe Paucibacillary (PB),
dan tipe Multibacillary (MB), yang termasuk didalamnya yaitu BB, BL, LL.
Dasar dari klasifikasi ini adalah gambaran linis dan hasil pemeriksaan BTA
Tanda lain yang dapat dipertimbangkan dalam penentuan klasifikasi penyakit kusta adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.2. Tanda kelainan kulit.
Kelainan kulit & hasil pemeriksaan PB MB
1.Bercak (macula) mati rasa
a. Ukuran Kecil dan besar Kecil-kecil
b. Distribusi Unilateral atau Bilateral simetris
bilateral asimetris
c. Konsistensi Kering dan kasar Halus, berkilat
d. Batas Tegas Kurang tegas
e. Kehilangan kemampuan Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika ada
berkeringat, rambut rontok pada terjadi pada yang sudah
bercak lanjut
2.Infiltrat
a. Kulit Tidak ada Ada, kadang-kadang tidak
ada
b. Membran mukosa (hidung Tidak pernah ada Ada, kadang-kadang tidak
tersumbat, perdarahan dihidung ada
3. Ciri-ciri Central healing 1)Punched out leston (lesi
(penyembuhan di bentuk seperti donat)
Tengah 2) Madarosis
3) Ginekomasti
4) Hidung pelana
5) Suara sengau
4. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada
5. Deformitas Terjadi dini Biasanya simetris, terjadi
lambat
Sumber : Depkes RI Ditjen PP dan PL, 2007 : 44-45
1. Anamnesa
a) Pemeriksaan kulit
a) Pemeriksaan bakteriologis
b) Pemeriksaan hispatologis
2.2.8 Pengobatan
1. Tujuan pengobatan
MDT atau Multi Drug Therapy adalah kombinasi dua atau lebih obat anti
kusta yang salah satunya harus terdiri dari Rifampisin sebagai anti kusta yang
sifatnya bakterisid kuat dengan obat anti kusta lain yang bias bersifat
Dewasa
18
petugas)
Dewasa
d) 1 tablet Lamprene 50 mg
a) Bagi dewasa dan anak-anak usia 10-14 tahun tersedia paket dalam
bentuk blister.
(1) Kehamilan : regimen MDT aman untuk ibu hamil dan anaknya.
(3) Untuk penderita PB yang alergi terhadap DDS, DDS perlu diganti
sama.
samping dari obat-obat kusta yang diberikan, namun petugas perlu mengetahui
efek samping berbagai obat kusta yang digunakan agar dapat memberikan
penjelasan yang tepat kepada penderita dan tidak bertindak secara tepat apabila
Ringan :
1) Air seni berwarna merah Rifampisin Reassurance (menenangkan
2) Perubahan warna kulit Clofazimin penderita dengan penjelasan
menjadi cokelat Semua obat (3 obat yang benar)
3) Masalah gastrointestinal dalam MDT) Konseling
4) Anemia Dapson Obat diminum bersama
dengan makanan atau setelah
makan
Serius :
1) Ruam kulit yang gatal Dapson Hentikan Dapson, rujuk
2) Alergi, urtikaria Hentikan keduanya, rujuk
Dapson atau
3) Ikterus (kuning) Hentikan Rifampisin, rujak
Rifampisin
4) Shock, purpura, gagal ginjal Hentikan Rifampisin, rujak
Rifampisin
Rifampisin
Sumber : Depkes RI Ditjen PP dan PL, 2007
Penyakit kusta dapat ditularkan dari penderita kusta multi tipe Multi
Basilar (MB) kepada orang lain dengan cara penularan langsung. Cara penularan
yang pasti belum diketahui tetapi sebagian besar para ahli berpendapat bahwa
pada penyakit kusta dapat ditularkan melalui saluran pernafasan dan kulit (Daili
E.S.S, dkk, 2003). Timbulnya penyakit kusta pada seseorang membutuhkan waktu
1. Faktor penyebab
Kuman kusta dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia sekitar 1-9 hari
tergantung pada suhu atau cuaca hanya kuman yang masih utuh atau solid
21
yang dapat menimbulkan penularan, selain itu kuman kusta juga mempunyai
simpanse dan telapak kaki tikus putih.Penderita tipe MB ini apabila sudah
minum obat sesuai dengan regimen WHO secara teratur tidak menjadi
dalam lingkungan tertentu termasuk dalam salah satu dari tiga kelompok
berikut, yaitu :
kelompok terbesar yang telah atau menjadi resisten terhadap kuman kusta
merupakan kelompok kecil dan mudah menderita kusta yang stabil dan
progresif.
dan di duga melalui air susu ibu. Beberapa hipotesis telah di kemukakan seperti
adanya kontak dekat dan penularan dari udara.Penyakit ini sering di percaya
bahwa penularannya disebabkan oleh kontak antara orang yang terinfeksi dan
22
orang yang sehat.Melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh yang bersuhu dingin
2.2.11 Pencegahan
tunas). Adapun tujuan tingkat kedua ini meliputi diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk
efektif.
tertentu.
Cara yang paling baik untuk mencegah penyakit kusta yakni dengan
diagnose dan pengobatan dini pada orang terinfeksi. Peralatan pribadi seperti
piring, sendok, handuk, baju dan lain-lain, yang pernah digunakan oleh orang
yang terinfeksi kusta harus dengan segera dihindari dan diperhatikan, dapat
berdasarkan anggapan yang klasik ialah melalui kontak langsung antar kulit
yang erat. Anggapan kedua ialah secara inhalasi, sebab M.Leprae masih
dapat hidup beberapa hari dalam droplet. Tapi cara penularan menurut Ditjen
PPM dan PLP dan Dinkes RI antara lain : tergantung dari sumber
penularannya yaitu kusta tipe multi basiler (MB), kuman kusta yang solid,
2) Dan juga dari factor lingkungan yang kurang memenuhi kebersihan, basil
bergaris sehingga dapat ditemukan pada otot erector pili, otot dan endotel
kapiler, otot di skrotum, dan otot iris mata. Kuman dapat ditemukan di
kulit, folikel rambut, kelenjar keringat, dan air susu ibu, jarang didapat
sembarangan, karena basil ini masih bisa hidup beberapa hari dalam
droplet.
Meskipun hal-hal diatas tidak bisa menjamin tidak akan tertular kuman
belum diketahui secara pasti. Akan tetapi dengan cara-cara diatas diharapkan
BAB 3
METODE PENELITIAN
keilmuan. Pada bab ini akan menjabarkan tentang metode penelitian yang dimulai
dari (1) desain penelitian, (2) bahan atau materi penelitian (3) variable penelitian
(4) instrumen penelitian (5) lokasi dan waktu penelitian (6) prosedur pengambilan
kerja disajikan alur penelitian, terutama variabel yang akan digunakan dalam
Populasi:
Seluruh masyarakat RT 1 RW 3 Desa Beton Siman Ponorogo yang berjumlah
203orang
Sampel:
Sebagian masyarakat RT 1 RW 3 Desa Beton Siman Ponorogo yang memenuhi
kriteria sejumlah 30 responden
Teknik Sampling :
Purposive sampling
Pengumpulan data :
Kuisioner
Analisa data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian atau obyek yang akan
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan tertentu untuk bisa
Besar sample yang digunakan pada penelitian ini adalah 15% dari total populasi,
3.3.4 Sampling
menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling
2003).
29
dalam penelitian.
Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu
kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok tersebut (Nursalam & Pariani, 2001). Variabel dalam penelitian ini
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang diamati (diukur) itulah
peneliti untuk dapat observasi atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi
Definisi Alat
Variabel Parameter Skala Skor
Operasional Ukur
Persepsi Cara individu Pengetahuan Kuesioner Nominal Jawaban
masyarakat mengamati masyarakat Betul = 1
tentang suatu tentang Salah = 0
objek atau penyakit
Persepsi
peristiwa Kusta Positif : T>MT
berdasarkan Sangat Setuju : 5
informasi yang Setuju :4
diperolehnya Ragu :3
dan menafsirkan
Tidak Setuju : 2
obyek tersebut
Sangat Tidak
menjadi sebuah
Setuju :1
pola pikir
30
Negatif : T< MT
SS : 1
S : 2
R : 3
TS : 4
STS : 5
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
konsep yang telah ada sehingga nantinya data akan lebih mudah diolah. Pada
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
meliputi:
1. Data Umum
P
F x 100 %
N
Keterangan :
P : Prosentase
∑ƒ : Frequensi jawaban
N : Jumlah prosentasi
32
100% : Seluruhnya
50% : Setengahnya
0% : Tidak satupun
2. Data Khusus
dengan melakukan analisis data yang meliputi persiapan, tabulasi, dan aplikasi
data.
1) Persiapan
Dalam langkah ini peneliti memerikasa kembali semua data yang dikumpulkan
2) Tabulasi
𝑥 − 𝑥̅
𝑇 = 50 + 10[ ]
𝑠
Keterangan :
x : Skor responden
(𝑥−𝑥̅ )
SD=√∑ 𝑛
Keterangan :
SD : Simpangan baku
x : Skor responden
n : Jumlah sampel
∑𝑇
𝑀𝑇 =
𝑛
Keterangan :
MT : Rata-rata
n : jumlah sampel
T ≤ MT : Persepsi negatif
34
menjadi issue sentral yang berkembang saat ini, maka peneliti harus memahami
menjelaskan maksud dan tujuan riset yang akan dilakukan jika bersedia
menghormati hak-haknya.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Lampiran 1
PENJELASAN PENELITIAN
A. Judul Penelitian
Kabupaten Ponorogo.
B. Tujuan Penelitian
yang akan mengisi kuesioner yang telah dibagikan oleh peneliti yaitu perihal
D. Manfaat
pengetahuan tentang penyakit kusta dan persepsi yang benar tentang penyakit
E. Bahaya potensial
dalam penelitian ini, oleh karena dalam penelitian ini tidak dilakukan
Peneliti
Telp : 081234396988
37
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
Nama : ………………
Umur : ………………
Pekerjaan : ………………
Alamat : ………………
yang berjudul “Persepsi Masyarakat tentang Penyakit Kusta di Desa Beton Siman
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada tekanan dari
pihak manapun.
Ponorogo, …………2018
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT KUSTA
DI DESA BETON SIMAN PONOROGO
I. Kuesioner Demografi
Petunjuk pengisian :
1) Nomor : …………………..
2) Nama :……………………
4) Usia : …..…….tahun
6) Pekerjaan : …………………
8) Alamat : …………………..
Petunjuk : berilah tanda centang (√) pada kolom “ya” atau “tidak” sesuai
dengan yang anda ketahui
Keterangan :
SS : Sangat setuju (5) R : Ragu (3) STS : Sangat tidak setuju (1)
S : Setuju (4) TS : Tidak Setuju (2)
Pernyataan SS S R TS STS
1. Penyakit kusta disebabkan oleh sihir atau makhluk
halus
2. Penyakit kusta diakibat kutukan
3. Penyakit kusta adalah penyakit turunan
4. Penyakit kusta merupakan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan
5. Penyakit kusta penyakit kulit biasa dan tidak
menular
6. Pengobatan penyakit kusta tidak perlu ke puskesmas
namun cukup ke dukun (berobat kampung)
7. Penderita kusta bila tidak teratur minum obat dapat
menyebabkan cacat
8. Penderita kusta bila tidak teratur minum obat, sudah
dianggap sembuh
9. Bila berobat sampai selesai di puskesmas, dapat
mencegah kecacatan
10. Untuk mencegah kecacatan, dapat berobat secara
tradisional (obat kampung)
40
BAB 4
1. Tempat penelitian
2. Waktu penelitian
penyakit Kusta yaitu responden berusia lebih dari 17 tahun dengan responden
terhadap penyakit kusta dak dukungan keluarga. Hasil lengkap penelitian ini
Kurang (0 - 8) 15 50%
4.4 Pembahasan
tentang penyakit kusta yang rendah dan hanya 33,3% dengan jumlah
tidak lagi takut dengan penyakit kusta yang selama ini dianggap sebagai
rendah dipengaruhi oleh tiga faktor utama ; yaitu tingkat pendidikan yang
kusta yang sampai saat ini masih dipegang oleh masyarakat. Hasil ini sejalan
sulit dihilangkan.
studi ini.
44
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
tiga faktor utama ; yaitu tingkat pendidikan yang rendah, kurangnya upaya
5.2 SARAN
sekitar.
46
DAFTAR PUSTAKA