SENSORI PERSEPSI
KATARAK
DISUSUN OLEH
NAMA KELOMPOK
NIM
11110179
NURTANTI EKA W.
11110198
LENY WAHYU S.
11110162
11110188
BAB I
TINJAUAN TEORI
KATARAK
A. DEFINISI
1. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, bahasa Inggris Cataract,
dan Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut
bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.
2. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau
akibat kedua-duanya.
3. Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa. (Vaughan,2009)
4. Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. (Brunner &
Suddart,2001)
5. Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. (Sidarta Ilyas,2004)
6. Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau
kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua
orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000). Biasanya
kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
B. ETIOLOGI
Katarak dapat terjadi akibat :
1. Kelainan bawaan/ kongenital
2. Proses penuaan
Prevalensi katarak pada individu berusia 65 74 tahun adalah sebanyak
50%, prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu di atas 75 tahun.
3. Kelainan sistemik atau metabolik seperti diabetes mellitus, galaktosemi dan
distrofi miotonik.
4. Genetik dan gangguan perkembangan
opasitas
pandangan
berkabut.Salah
satu
teori
menyebutkan
terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa yang
mengakibatkan patahnya serabut lensa yang tegang sehingga mengganggu
transmisi sinar.
3. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim tertentu mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi, jumlah enzim ini akan menurun dengan
bertambahnya usia.
4. Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam terbentuknya katarak
antara lain kerusakan oksidatif (dari proses radikal bebas), sinar ultraviolet
dan malnutrisi.
E. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan Penyebabnya
a. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing
pada lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapan angin dan
petasan merupakan penyebab yang sering. Lensa menjadi putih segera
setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa
menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang vitreus masuk ke dalam
struktur lensa.
b. Katarak toksika
Kortikosteroid yang diberikan dalam waktu lama baik secara sistemik
maupun dalam bentuk obat tetes mata dapat meneyebabkan kekeruhan
lensa. Obat-obat lain yang diduga menyebabkan katarak antara lain :
phenotiazine, chlorpromazine, obat tetes miotik kuat seperti phospholine
iodine.
c. Katarak komplikata
Katarak dapat terbentuk akibat efek langsung penyakit intraocular yang
mempengaruhi fisiologis lensa. Katarak biasanya berawal dari daerah
subkapsular posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa.
Penyakit intraokuler yang sering berkaitan antara lain uveitis kronik atau
rekuren, glaucoma, retinitis pigmentosa dan ablation retinae. Katarak ini
biasanya unilateral. Katarak komplikata juga dapat disebabkan akibat
gangguan sistemik seperti diabetes mellitus, distrofi miotonik, dermatitis
atopic, hipoparatiroidisme, galaktosemia dan sindrom Lowe, Werner dan
down.
2. Berdasarkan Usia
a. Katarak congenital
Katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun
b. Katarak juvenile
Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
c. Katarak senile
Katarak setelah usia 50 tahun (Ilyas,1999)
F. JENIS-JENIS KATARAK
1.
Katarak kongenital
a. Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau
segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Sewaktu
dalam kandungan, terbentuknya lensa adalah minggu ke lima sampai ke
delapan usia kehamilan. Pada masa ini belum terbentuk kapsul
pelindung, sehingga virus bisa masuk ke dalam jaringan lensa. Seluruh
lensa buram, tampak abu-abu putih.
b. Penyebab katarak kongenital :
1) Mungkin herediter dengan atau tanpa penyakit mata atau penyakit
sistemik lain.
2) Infeksi teratogenik yang diderita ibu saat kehamilan seperti campak
jerman, cacar air, penyakit gondong, hepatitis dan poliomyelitis.
ini
perkembangannya
lamban
dan
biasanya
tidak
mengganggu penglihatan.
c. Jika kekeruhan ini menyatu akan berbentuk cincin di perifer yang
disebut katarak koronaria, apabila tipis dan kebiru-biruan disebut
katarak serulea.
d. Biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik
dan penyakit lainnya seperti katarak metabolik, distrofi miotonik,
katarak traumatic dan katarak komplikata.
4.
Katarak Senil
a. Biasanya timbul pada usia 50 tahun
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan lensa
Normal
Bertambah
Normal
Berkurang (air+masa
(masuk)
Iris
Normal
Terdorong
lensa keluar)
Normal
Tremulans
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Shadow test
Negatif
Positif
Negatif
Pseudopos
Penyulit
Glaukoma
Uveitis + glaukoma
Katarak Brunesen
a. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama
pada nukleus lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes
mellitus dan myopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik
daripada dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang
berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak
kortikal posterior.
6.
Katarak diabetes
a. Diakibatkan karena adanya penyakit diabetes mellitus.
b. Terbagi dalam 3 bentuk :
1) Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata,
pada lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa
berkerut. Bila
kekeruhan akan hilang bila terjadi rehidrasi dan kadar gula normal
kembali
2) Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi
katarak serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow
flake atau bentuk piring subkapsular
3) Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara
histologik dan biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik.
G. PEMERIKSAAN KATARAK
1. Pemeriksaan visus dengan kartu snellen atau chart projector dengan koreksi
terbaik serta menggunakan pinhole
2. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior
3. Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasi
atau Schiotz
4. Jika TIO dalam batas normal (< 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil dengan
tetes mata Tropicanamide 0.5%. setelah pupil cukup lebar dilakukan
pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat serajat kekeruhan lensa apakah
sesuai dengan visus pasien.
a. Derajat 1 : nukleus lunak, biasanya visus masih lebih baik dari 6/12,
tampak sedikit kekeruhan dengan warna agak keputihan. Refluks fundus
masih mudah diperoleh. Usia penderitanya biasanya kurang dari 50
tahun.
b. Derajat 2 : Nukleus dengan kekerasan ringan, biasanya visus antara 6/12
6/30, tampak nucleus mulai sedikit berawarna kekuningan. Refleks
fundus masih mudah diperoleh dan paling sering memberikan gambaran
seperti katarak subkapsularis posterior.
c. Derajat 3 : nukleus dengan kekerasan medium, biasanya visus antara 6/30
3/60, tampak nukleus berwarna kuning disertai kekeruhan korteks yang
berwarna keabu-abuan.
d. Derajat 4: nukleus keras, biasanya visus antara 3/60 1/60, tampak
nukleus berwarna kuning kecoklatan. Reflex fundus sulit dinilai
e. Derajat 5 ; nukleus sangat keras, biasanya visus hanya 1/60 atau lebih
jelek. Usia penderita sudah di atas 65 tahun. Tampak nucleus berawarna
kecoklatan bahkan sampai kehitaman, katarak ini sangat keras dan
disebut juga sebagai Brunescence cataract atau black cataract.
5.
6.
7.
H. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan dengan membersihkan lensa mata yang keruh
2. Katarak tidak dapat dibedah dengan sinar
3. Hasil bedah katarak sangat baik, 90% pasien pasca bedah dapat
mempergunakan matanya seperti sedia kala
4. Ada dua jenis operasi katarak yakni Ekstraksi Katarak Intrakapsuler (EKIK)
dan Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler (EKEK).
5. EKIK adalah pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Dapat dilakukan pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi
dan
mudah
diputus.
Pada
EKIK
tidak
akan
terjasi
katarak
lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari
EKEK.
7. Salah satu penemuan terbaru pada EKEK adalah Fakoemulsi. Cara ini
memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan
menggunakan alat ultrasound frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan
korteks lensa menjadi partikel kecil yang kemudian diaspirasi melalui alat
yang sama yang juga memberikan irigasi kontinu. Dengan teknik ini waktu
penyembuhan menjadi lebih pendek dan penurunan insiden astigmatisme
pasca operasi.
8. Pada mata yang telah dikeluarkan lensanya akibat katarak, pasien akan
menggalami penglihatan yang tidak jelas dan perlu lensa pengganti dan
mata tidak dapat melihat dekat atau berakomodasi. Karena itu pasien
memerlukan sebuah lensa pengganti / koreksi. Koreksi ini dapat dilakukan
dengan metode : kaca mata apakia, lensa kontak atau implant lensa
intraokuler (IOL)
9. Kaca mata apakia
a. Keuntungan : dapat mengambil alih fungsi lensa mata yang dikeluarkan,
kaca mata merupakan alat penglihatan yang aman dan harga yang tidak
terlalu mahal.
b. Kerugian : adanya perasaan asing sewaktu memakainya, kaca mata
terlalu tebal dan berat, benda akan terlihat melengkungg, terlihat benda
lebih besar 30% dari ukuran sesungguhnya, pada waktu melihat harus
selalu menggerakkan kepala karena melihat dengan bagian tengah lensa,
akibatnya terjadi penyempitan lapang pandangan, serta terdapat bagian
yang tidak terlihat pada lapang pandangan 40-60%.
10. Lensa kontak jauh lebih nyaman dari kaca mata apakia, dengan pembesaran
5% - 10%, tidak menimbulkan aberasi sferis, tak ada penurunan lapang
pandang dan tak ada kesalahan orientasi spasial.
Kelemahan tenik ini adalah penyimpanan yang selamanya harus bersih
dan kalau bisa steril, pemakaian sukar pada usia lanjut dan diperlukannya
efekoptikal
lensa
afakia
yang
menjengkelkan
dan
YANG
DITUJUKAN
PADA
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
1. Jaga kesehatan ibu saat hamil, jangan terjadi infeksi virus (rubella) dan
toksoplasma
2. Pada proses menua jaga kesehatan dengan baik
3. Penyakit diabetes dikontrol dengan baik
4. Hati-hati memakai obat yang dapat mempercepat timbulnya katarak
5. Jaga mata dan dapatkan perawatan yang baik pada penyakit mata yang ada
L. KOMPLIKASI PEMBEDAHAN
1. Luka yang tidak sempurna menutup
2. Edema kornea
3. Inflamasi dan uveitis
4. Atonik pupil
5. Papillary captured
6. Kekeruhan kapsul posterior
7. TASS (toxic anterior segment syndrome)
8. Ablasio retina
9. Endoftalmus
10. Sisa massa lensa
perawatan
diri
yang
berhubungan
dengan
penurunan
ketidakefektifan
penatalaksanaan
regimen
terapeutik
yang
untuk
proses
rangsang
penglihatan
dan
Intervensi
b. Letakan alat yang sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata
yang lebih sehat.
c. Berikan pencahayaan cukup.
d. Letakan alat di tempat yang tepat.
e. Hindari cahaya menyilaukan.
f. Anjurkan penggunaan alternative rangsang lingkungan yang dapat
diterima: auditorik, taktil.
R/ Meningkatkan kemampuan persepsi sensori.
Dx. 2
Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian
operasi.
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
1. Jelaskan gambaran kejadian pre dan paska operasi, manfaat operasi, dan
sikap yang harus dilakukan klien selama masa operasi.
R/ Meningkatkan pemahaman tentang gambaran operasi untuk menurunkan
ansietas.
2. Jawab pertanyaan khusus tentang pembedahan.
R/ Meningkatkan kepercayaan dan kerjasama.
3. Berikan waktu untuk mengekspresikan perasaan.
R/ Berbagi perasaan membantu menurunkan tegangan.
4. Informasikan bahwa perbaikan penglihatan tidak terjadi secara langsung,
tetapi bertahap sesuai penurunan bengkak pada mata dan perbaikan kornea.
R/ Informasi tentang perbaikan penglihatan bertahap diperlukan untuk
mengantisipasi depresi atau kekecewaan setelah fase operasi dan
memberikan harapan akan hasil operasi.
Dx. 3
Kriteria hasil
Intervensi :
1. Diskusikan tentang rasa sakit, pembatasan aktifitas dan pembalutan mata.
R/ Meningkatkan kerjasama dan pembatasan yang diperlukan.
2. Tempatkan klien pada tempat tidur yang rendah dan ajurkan untuk
membatasi pergerakan mendadak atau tiba-tiba serta menggerakan kepala
berlebih.
R/ Istirahat mutlak diberikan hanya beberapa menit hingga satu atau dua
jam paska operasi atau satu malam jika ada komplikasi.
3. Bantu aktifitas selama fase istirahat.
R/ Mencegah atau menurunkan resiko komplikasi cedera.
4. Ajarkan klien untuk menghindari tindakan yang dapat menyebabkan
cedera.
R/ Tindakan yang dapat meningkatkan TIO dan menimbulkan kerusakan
struktur mata paska operasi:
g. Mengejan (valsalva maneuver)
h. Menggerakan kepala mendadak
i. Membungkuk terlalu lama
j. Batuk
5. Amati kondisi mata : luka menonjol, bilik mata depan menonjol, nyeri
mendadak setiap 6 jam pada awal operasi atau seperlunya.
R/ Berbagai kondisi seperti luka menonjol, bilik mata menonjol, nyeri
mendadak, hyperemia serta hipopion mungkin menunjukan cedera mata
Dx. 4
Nyeri yang berhubungan dengan luka pasca operasi.
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi :
1. Kaji derajat nyeri setiap hari.
R/ Normalnya nyeri terjadi dalam waktu kurang dari lima hari setelah
operasi dan berangsur menghilang. Nyeri dapat meningkat karena
peningkatan TIO 2-3 hari paska operasi.Nyeri mendadak menunjukan
peningkatan TIO massif.
2. Anjurkan untuk melaporkan perkembangan nyeri setiap hari atau segera
saat terjadi peningkatan nyeri mendadak.
R/ Meningkatkan kolaborasi ; memberikan rasa aman untuk peningkatan
dukungan psikologis.
3. Anjurkan klien untuk tidak melakukan gerakan tiba-tiba yang dapat
memprovokasi nyeri.
R/ Beberapa kegiatan klien dapat meningkatkan nyeri seperti gerakan tibatiba, membungkuk, mengucek mata, batuk, mengejan.
4. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi.
R/ Menurunkan ketegangan, mengurangi nyeri.
5. Lakukan tindakan kolaboratif untuk pemberian analgesic topical atau
sistemik.
R/ Mengurangi nyeri dengan meningkatkan ambang nyeri.
Dx. 5
Kriteria hasil
Intervensi :
1. Terangkan pentingnya perawatan diri dan pembatasan aktivitas selama fase
paska operasi.
R/ Klien dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur pada 2-3 jam pertama
paska operasi atau 12 jam jika ada komplikasi. Selama fase ini, bantuan
total diperlukan bagi klien.
2. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
R/ Memenuhi kebutuhan perawatan diri.
3. Secara bertahap, libatkan klien dalam memenuhi kebutuhan diri.
R/ Upaya melibatkan klien dalam aktivitas perawatan dirinya dilakukan
bertahap dengan berpedoman pada prinsip bahwa aktivitas tidak memicu
peningkatan TIO dan menyebabkan cedera mata. Kontrol klinis dilakukan
dengan menggunakan indicator nyeri mata pada saat melakukan
aktivitas.Umumnya 24 jam paska operasi, individu boleh melakukan
aktivitas perawatan diri.
Dx. 6
Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan
dengan kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.
Tujuan
Kriteria hasil
DAFTAR PUSTAKA