PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Trakeomalasia merupakan suatu keadaan dimana terjadi
kelainan struktur pada tulang rawan trakea yaitu menjadi lemah,
hal ini disebabkan karena kurang dan atau atrofi serat elastic
longitudinal
pars
membranasea
atau
gangguan
kartilago
diklasifikasikan
menjadi
dua
yaitu
ditemukan sebanyak 160 anak (rata-rata usia 4 tahun) yang terdiagnosa sebagai
airway malacia, dimana 136 anak diklasifikasikan sebagai trakeomalasia primer
dan 24 anak sisanya adalah trakeomalasia sekunder. 1,2
Sebagian besar laringomalasia dan trakeomalasia bersifat ringan dan
dapat menghilang
sendiri.
Dalam
persentase
yang
kecil,
keadaan
makan, gagal tumbuh dan kor pulmonal akan membutuhkan intervensi bedah
untuk penatalaksanaannya.2 Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa
trakeomalasia menempati urutan kelainan kongenital tersering pada neonatus,
bayi dan anak-anak. Oleh karena itu perlunya kita
mengetahui diagnosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Definisi
Trakeomalasia merupakan keadaan kelemahan trakea yang
disebabkan karena atropi dan atau berkurangnya serat elastis
longitudinal pars membranasea, atau akibat gangguan integritas
kartilago sehingga jalan napas menjadi lemah dan mudah kolaps,
terutama saat terjadi peningkatan aliran udara, misalnya saat
batuk, menangis, atau menyusui. Pada trakeomalasia terjadi
peregangan dinding membran posterior dan pengurangan kaliber
jalan napas anterior-posterior. Trakeomalasia merupakan suatu
kelainan congenital atau didapat, berupa suatu kelainan tunggal
atau bagian dari kelainan lain yang menyebabkan penekanan
pada jalan napas. Keadaan ini ringan, dengan gejala obstruksi
jalan napas, sehingga sering disalah artikan sebagai asma atau
bronkiolitis berkepanjangan.
1,3,4
2.2 Epidemiologi
Insiden trakeomalasia bentuk kongenital diperkirakan 1 per
1.445 bayi. Pada suatu penelitian terhadap 50 bayi dengan
trakeomalasia didapatkan 48% merupakan trakeomalasia primer
dan 52% trakeomalasia sekunder. Predileksi ras dan jenis kelamin
tidak
ditemukan
trakeomalasia
pada
sangat
trakeomalasia.
sedikit.
Referensi
Literatur
yang
mengenai
paling
awal
mengenai trakeomalasia berasal dari tahun 1930-an dan 1940an yaitu pada saat beberapa klinisi menggambarkan mengenai
abnormalitas vaskular dada kongenital yang menyebabkan
obstruksi trakea.1 Kasus yang telah dilaporkan dari 512 anak
yang memiliki gejala simptomatis terhadap penyakit respirasi
kronik, 26,5% adalah trakeomalasia primer. Dan juga dilaporkan
prevalensi trakeomalasia sebesar 4,1% dari 78 orang bukan
kongenital dapat
berupa
abnormal.2
Trakeomalasia
kongenital
lebih
sering
ini
mendukung
pandangan
bahwa
salah
satu
Misalnya
terdapat
pada
polikondritis
dan
kondromalasia.1,3
Trakeomalasia sering berhubungan dengan atresia esofagus, 1,5
diduga karena faktor penyebab berpengaruh pula terhadap
perkembangan trakea, dan anomaly pembuluh darah besar akan
meningkatkan keparahan trakeomalasia.1 Trakeomalasia didapat
disebabkan karena degenerasi jaringan penunjang kartilago
normal oleh berbagai macam penyebab, antara lain akibat
kompresi internal pipa endobronkial, trakeostomi, trakeobronkitis
berat, dan penekanan struktrur abnormal paratrakea.1 Juga
dapat terjadi karena reseksi paru, keganasan trakea (silindroma),
trauma thoraks, inflamasi, iritasi kronik atau idiopatik.
2,6
Penyebab
tersering
berkepanjangan,
adalah
menyebabkan
intubasi
endotrakeal
peningkatan
yang
tekanan
jalan
akibat
dari
perbedaan
tekanan
intratoraks
dan
negatif
intrapleura
diteruskanmenuju
trakea
percabangan ke bronkus utama kanan dan kiri, pada setinggi iga kedua pada
orang dewasa dan setinggi iga ketiga pada anak-anak.
Trakea terletak di tengah-tengah leher dan makin ke distal bergeser ke
sebelah kanan dan masuk ke rongga mediastinum di belakang manubrium
sterni. Trakea sangat elastis, dengan panjang dan letak yang berubah-ubah
tergantung pada posisi kepala dan leher. Lumen trakea ditunjang oleh kirakira 18 cincin tulang rawan yang bagian posteriornya tidak bertemu.
Terdapat jaringan yang merupakan batas dengan esofagus, yang disebut
dinding bersama antara trakea dan esofagus (tracheoesophageal party wall). 7
Panjang trakea kira-kira 12 cm pada pria dan 10 cm pada wanita.
Diameter antero-posterior rata-rata 13 mm, dan diameter transversal rata-rata 18
mm. Cincin trakea yang paling bawah meluas ke inferior dan posterior di
antara bronkus utama kanan dan kiri, membentuk sekat yang lancip di
sebelah dalam yang disebut karina. Mukosa di daerah subglotik merupakan
jaringan ikat jarang yang disebut tonus elastikus. Jaringan ini
mudah
trakeomalasia
akan
memberikan
gejala
bila
kolapsnya
normal
semisirkular normal bentuk lumen trakea, bentukan seperti balon ke arah depan
dinding membran posterior, dan penyempitan anteroposterior lumen trakea yang
dikenal sebagai triad klasik.1
Pada bronkoskopi, penurunan diameter trakea 50%-70% merupakan standar
menegakkan trakeomalasia. Dari pemeriksaan bronkoskopi dapat diidentifikasi 3
model utama penyempitan lumen trakea yaitu : penyempitan dinding lateral
trakea (scabbard type), peneympitan anteroposteror trakea (floppy membrane
type) dan penyempitan keseluruhan atau gabungan dari dua penyempitan
sebelumnya.10
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan foto dada,
esofagogram, tomografi komputer atau ultrafast, dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI). Pada pemeriksaan foto dada tampak gambaran hiperinflasi,
penyempitan lumen trakea yang berlebihan selama ekspirasi, atau tampak adanya
anomali vaskular misalnya arkus aorta ganda.1,8
Tomografi komputer atau ultrafast merupakan modalitas terbaru yang tidak
invasif dan dapat menunjukkan letak, luas, derajat, dan dinamika kolapsnya
trakea dan bronkus. Kolaps jalan napas dinamis tampak terlihat baik dengan
menggunakan ultrafast CT scan.2 Gambaran CT scan yang didapatkan saat akhir
ekspirasi dan selama pernapasan dinamis merupakan suatu metoda yang akurat
dan tidak invasif dalam mendiagnosis trakeomalasia. Sementara itu
pemeriksaan dengan MRI baik untuk menilai adanya anomali vaskular dan massa
mediastinum, tapi kurang sensitif untuk membedakan stenosis trakea dari
trakeomalasia.1,8
Pemeriksaan lain yang diperlukan antara lain pemeriksaan fungsi paru dan
kurva volume aliran, yang lebih banyak dikerjakan pada orang dewasa. Pada
pemeriksaan ini didapatkan kurva inspirasi normal tetapi dengan ekspirasi yang
terpotong-potong.1
2.7 Pemeriksaan Penunjang
2.7.1 Endoskopi
Gambar 2.4. Bronkoskopi trakeomalasia a. normal saat inhalasi b. hampir kolaps total saat
ekshalasi
10
Gambar 2.5. Trakeomalasia yang ditandai dengan kolaps berlebihan pada saluran napas
karena kelemahan dinding saluran napas
2.7.3 CT Scan
11
(b)
(c)
Gambar 2.6. Trakeomalasia. Bidang Axial (a) dan sagital (b) CT pada trakea saat inspirasi
pada bayi 6 bulan dengan stridor disertai repair atresia esofagus dan trakeo-esofageal
fistula.tampak trakea dengan kontur iregular (panah besar), dengan divertikulum trakea pada
bagian yang direpair (panah putih). bidang sagital (c), saat ekspirasi tampak trakea dengan
kolaps yang hampir komplit
Gambar 2.7. Trakeomalasia pada bidang axial A. trakea saat inhalasi B. trakea kolaps saat
ekshalasi
12
Gambar 2.8. CT scan dua dimensi dari trakeomalasia A. trakea saat inhalasi B. trakea kolaps
saat ekshalasi
2.7.4 MRI
13
14
Gambar 2.12. Stenosis trakea akibat tumor paru. Panah kuning menunjukkan perluasan
tumor mengarah ke trakea menyebabkan penyempitan trakea (T=tumor)
15
16
17
bila derajat obstruksinya berat. Penggunaan kanul trakeostomi yang agak besar
efektif menyangga trakeomalasia yang terjadi di bagian tengah, namun kurang
efektif bila kolaps trakea terjadi di bagian bawah atau bronkus. Dengan adanya
trakeostomi akan mempermudah pemberian ventilasi dan menaikkan tekanan
pada saluran nafas. Kanul yang panjang dengan bagian ujung yang rata bukan
miring dapat diletakkan diatas karina, namun beresiko terjadinya stenosis pada
daerah ujung kanul. 10
Pada keadaan trakeomalasia karina atau bronkomalasia, pemberian tekanan
udara positif yang terus menerus (continous positive airway pressure = CPAP)
dapat digunakan seperti pada pasien sindroma apnea saat tidur. Mesin ini dapat
dihubungkan dengan sungkup atau kanul trakeostomi.10
Pada trakeomalasia yang disebabkan oleh trakeostomi, dimana biasanya
daerah kolaps terletak suprastoma maka cukup dilakukan dekanulasi dan luka
stoma ditutup. Jahitan dilakukan ke arah lateral sternokleidomastoideus untuk
meyangga kolaps, dan pasien diintubasi selama 24-48 jam. Jika kolaps terlalu
berat maka diperlukan tandur tulang rawan.8
Tindakan operasi lainnya pada keadaan yang berat adalah pemasangan bidai
eksternal atau internal, reseksi segmen dan tandur kartilago. Skema berikut
merupakan algoritma diagnosis dan penatalaksanaan trakeomalasia.8
Gambar 2.17. Skema penatalaksanaan pada trakeomalasia
18
2.10 Prognosis
Trakeomalasia mempunyai prognosis yang baik, karena hampir sebagian
kasus dapat hilang sendirinya dalam 1-2 tahun.8
19
BAB III
KESIMPULAN
Trakeomalasia adalah kelainan yang disebabkan oleh melemahnya struktur
dinding trakea, sehingga terjadi kolaps dan obstruksi saluran napas yang
menimbulkan gejala utama berupa stridor. Kelainan ini dapat hadir
sebagai laringomalasia atau trakeomalasia saja. Trakeomalasia merujuk kepada
kelemahan yang bersifat difus atau segmental.
Berdasarkan
terjadi
primer
(abnormalitas pada dinding trakea) dan sekunder (penekanan dari luar yang
menyebabkan lemah dan kolaps trakea). Keadaan trakeomalasia akan
memberikan gejala bila kolapsnya anteroposterior lumen trakea menyebabkan
penyempitan sampai lebih 40%. Pada trakeomalasia dijumpai stridor inspirasi,
ekspirasi atau bifasik.
Diagnosis trakeomalasia ditegakkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang seperti trakeobronkoskopi, pemeriksaan foto dada,
esofagogram, CT Scan, dan MRI.
Sebagian besar trakeomalasia bersifat ringan dan dapat menghilang sendiri,
pada kasus berat diperlukan intervensi bedah.
20
DAFTAR PUSTAKA
Rusdi
D.
Diagnosis
dan
penatalaksanaan
21
22