Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN BODY IMAGE

Disusun oleh :

Kelompok 5

1. Alfian Budi Nugroho (17021204)


2. Aris Mei Kurniawan (17021206)
3. Elin Windika Putri (17021220)
4. Erni Endrawati Ratnaningsih (17021222)
5. Nur Vera Kundarwi (17021251)
6. Rani Agustina Damayanti (17021256)
7. Refina Rachmawati (17021257)
8. Solekhati (17021264)
9. Vindi Novitasari (17021273)

UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI


2019 / 2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah SGD (Small Group
Discussion) Keperawatan Perkemihan yang membahas tentang “Asuhan Keperawatan Body
Image”

Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami, sehingga
makala h ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada:
1. Ibu Suryani, S.Kep.,Ns., M.Kep. selaku Dosen Keperawatan Jiwa yang telah membimbing
pembuatan makalah ini dan selaku fasilitator dalam pembuatan makalah asuhan keperawatan
body image.
2. Teman-teman kelompok 5 yang ikut membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Harapannya makalah ini dapat memberikan ilmu bagi insan keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan. Sebagai penulis kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
dari penampilan dan penyajian makalah ini, oleh karena itu kami menginginkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca. Kami berharap makalah yang kami susun dapat bermanfaat
bagi setiap pembaca.

Purwodadi, 22 Oktober 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................1

Kata Pengantar...............................................................................................2

Daftar Isi.........................................................................................................3

BAB 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Tujuan
Tujuan Umum.....................................................................................5
Tujuan Khusus....................................................................................5
C. Manfaat………………………………………………………………….

BAB 2 Tinjauan Teori


A. Definisi ..............................................................................................6
A. Komponen Body Image......................................................................7
B. Etiologi Body Image ..........................................................................8
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Body Image.................................8
D. Tanda dan gejala.................................................................................8

BAB 3 Asuhan Keperawatan


A. Kasus masalah utama..........................................................................9
A. Proses terjadinya masalah ..................................................................9
B. Pohon Masalah...................................................................................9
C. Analisa Data………………………………………………………..11
D. Diagnosa Keperawatan……………………………………………..12
E. Rencana Keperawatan……………………………………………...12
F. Evaluasi…………………………………………………….……….17

BAB 4 PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................21
B. Saran...................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................22

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang

Body image berhubungan dengan kepribadian. Body Image adalah pandangan

kita terhadap tubuh kita sendiri. Cara individu memandang dirinya mempunyai

dampak yang penting pada aspek psikologinya Setiap orang cenderung ingin

memiliki tubuh yang sehat, bentuk tubuh dan berat badan yang ideal. Maka dari itu

banyak orang yang berusaha untuk memperbaiki bentuk tubuh mereka demi

menunjang penampilan.

Setiap remaja pasti mengalami perubahan pada tubuhnya, perubahan tersebut

tidak hanya mendatangkan kesenangan tapi juga dapat menimbulkkan kekhawatiran.

Kekhawatiran tersebut timbul karena kesadaran bahwa daya tarik fisik berperan

penting dalam interaksi sosial. Sebagai remaja, mahasiswi menyadari bahwa mereka

yang menarik biasanya diperlakukan lebih baik dari pada mahasiswi yang kurang

menarik. Tidak heran jika sekarang semakin banyak mahasiswi menjaga tubuhnya

karena alasan untuk terlihat menarik, modis, seksi dan untuk mempercantik

penampilan fisik.

Akan tetapi, tidak semua orang dapat memiliki bentuk tubuh dan berat badan

yang ideal. Hal ini membuat banyak para mahasiswi merasakan kecemasan pada bentuk

tubuhnya. Mereka merasa penampilan fisik atau bentuk dan berat badannya tidak ideal

dan tidak sempurna. Inilah yang membuat body image merupakan hal yang sangat

penting bagi mahasiswi. Seperti yang dikemukakan oleh Guslingga (2006).


B. TUJUAN
 Tujuan Umum

4
Makalah ini menjabarkan secara rinci tentang teori konseptual mengenai asuhan
keperawatan body image dan bagaimana cara memberikan penatalaksaan yang cepat
dan tepat, serta pembaca diharapkan memahami dan menerapkan asuhan keperawatan
body image secara komprehensif.

 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu
1. Mengetahui definisi body image
2. Mengetahui komponen body image
3. Mengetahui etiologi body image
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi body image
5. Mengetahui tanda dan gejala body image
6. Mengetahui asuhan keperawatan body image

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Gambaran diri atau citra tubuh merupakan komponen konsep diri yang paling
utama dari komponen konsep diri lainnya, cita tubuh adalah persepsi individu terhadap
dirinya seara sadar ataupun tidak sadar terhadap penilaian dirinya meliputi: persepsi
atau perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi tubuh. Gambaran diri
atau citra tubuh bersifat dinamis karena merupakan perubahan yang terjadi secara
konstan sebagai persepsi baru dan pengalaman dalam kehidupan
(Stuart&Laraia,2005)
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal
maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada
tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan
kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter & Perry, 2005).
Citra tubuh positif apabila seseorang memandang realistis, menerima dan
menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar dari rasa cemas dan
meningkatkan harga diri. Persepsi dan pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat
merubah citra tubuh secara dinamis. Persepsi orang lain di lingkungan seseorang
terhadap dirinya turut mempengaruhi penerimaan klien terhadap dirinya.
Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan
memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu
sukses dalam kehidupan (Stuart&Laraia,2005).
Perubahan citra tubuh adalah suatu keadaan distress personal, yang didefinisikan
oleh individu, yang mengindikasikan bahwa tubuh mereka tidak lagi mendukung
harga diri dan yang disfungsional, membatasi interaksi social mereka dengan orang
lain (suliswati, 2005).

B. KOMPONEN BODY IMAGE

6
Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai komponen citra tubuh. Salah
satunya adalah Cash (2000) yang mengemukakan adanya lima komponen citra tubuh,
yaitu :
a. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan), yaitu penilaian individu
mengenai keseluruhan tubuh dan penampilan dirinya, apakah menarik atau
tidak menarik, memuaskan atau tidak memuaskan.
b. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan), perhatian individu terhadap
penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan penampilan dirinya.
c. Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh), yaitu kepuasan
individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut,
payudara, tubuh bagian bawah (pinggul, pantat, kaki), tubuh bagian tengah
(pinggang, perut), dan keseluruhan tubuh.
d. Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk), yaitu kecemasan
menjadi gemuk, kewaspadaan individu terhadap berat badan, melakukan diet
ketat, dan membatasi pola makan.
e. Self-Clasified Weight (Persepsi terhadap Ukuran Tubuh), yaitu persepsi dan
penilaian individu terhadap berat badannya, mulai dari kekurangan berat
badan sampai kelebihan berat badan.

Komponen citra tubuh menurut Keaton, Cash, dan Brown (Tresnanari, 2001)
mengatakan citra tubuh berkaitan dengan dua komponen yaitu:
a. Komponen persepsi, bagaimana individu menggambarkan kondisi fisiknya
yaitu mengukur tingkat keakuratan persepsi seseorang dalam mengestimasi
ukuran tubuh seperti tinggi atau pendek, cantik atau jelek, putih atau hitam,
kuat atau lemah.
b. Komponen sikap, yaitu berhubungan dengan kepuasan dan ketidakpuasan
individu terhadap bagian-bagian tubuh yang meliputi wajah, bibir, hidung,
mata, rambut dan keseluruhan tubuh yang meliputi proporsi tubuh, bentuk
tubuh, penampilan fisik.
C. ETIOLOGI
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi seseorang tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan
objek yang sering kontak dengan tubuh. Gangguan citra tubuh merupakan suatu

7
keadaan ketika individu mengalami atau beresiko untuk mengalami gangguan dalam
penerapan citra diri seseorang (Lynda Juall,2006).
D. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BODY IMAGE
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi body image yaitu :
1. Sosialkultural: budaya serta adat-istiadatberpengaruh terhadap citra tubuh
seseorang melihat di Indonesia terdapat beraneka ragam budaya dan adat
2. Jenis kelamin: laki-laki dan perempuan memiliki citra tubuh yang berbeda
tergantung dari tiap-tiap individu.
3. Status hubungan : seseorang cenderung membandingkan dirinya dengan
orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri
termasuk bagimana perasaanya terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang
sering membuat seseorang cemas terhadap penampilan dan gugup ketika
orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya.
4. Agama : agama memiliki pemahaman mengenai citra tubuh berdasarkan
ketentuan-ketentuan dalam agama. Agama memiliki pengaruh yang besar
akan masyarakat dalam memandang dan memaknai citra tubuhnya
berdasarkan ketentuan yang ada dan diajarkan dalam agama itu sendiri.
E. TANDA DAN GEJALA
Ada beberapa tanda dan gejala dalam body image antara lain :
a. Menolak untuk menyentuh dan melihat bagian yang berubah
b. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh
c. Mengurangi kontak social sehingga terjadi menarik diri
d. Perasaan atau pandangan negative terhadap tubuh
e. Mengungkapkan keputusasaan
f. Mengungkapkan ketakutan ditolak
g. Menolak penjelasan tentang oerubahan tubuh

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. KASUS (MASALAH UTAMA)

Ibu X usia 45 tahun seorang pembantu rumah tangga, mengalami cacat pada
wajah karena disiram air panas oleh majikannya. Sejak kejadian itu ia tidak mau keluar
kamar dan berinteraksi dengan orang lain. Hasil wawancara dengan perawat diperoleh
data bahwa klien merasa malu dengan kondisi wajahnya dan takut akan dibicarakan

8
orang. Selain itu, klien berkata kalau dia menyesal tidak mendengar nasehat suaminya
supaya berhenti dari pekerjaannnya itu. Berdasarkan pengamatan, klien lebih banyak
melamun, diam dan tidak mau melihat wajahnya dicermin.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

lebih banyak melamun dan menyalahkan diri sendiri

Tidak mau berinteraksi dengan orang lain,tidak mau melihat wajahnya dicermin

Malu dengan kondisinya, takut menjadi bahan pembicaraan

Cacat wajah

Ibu X tersiram air panas

C. Pohon masalah

Isolasi sosial Harga diri rendah

Klien tidak mau berinteraksi Klien tidak mau melihat


dengan orang lain wajahya dicermin

Klien malu dengan kondisinya Klien kehilangan kepercayaan diri

9
Gangguan citra tubuh

Perubahan bentuk tubuh: cacat wajah

Kekerasan fisik

D. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


keperawatan
DS : Perubahan bentuk Gangguan
Klien merasa malu dengan kondisi tubuh: cacat wajah citra tubuh
wajahnya dan takut menjadi bahan
pembicaraan orang.
DO :
Klien tidak mau keluar kamar dan
berinteraksi dengan orang lain karena

10
cacat pada wajahnya, klien tidak mau
melihat wajahnya dicermin.
DS : Harga diri
Klien merasa malu dengan kondisi Klien kehilangan rendah
wajahnya dan takut menjadi bahan kepercayaan diri
pembicaraan orang.
DO :
Klien tidak mau keluar kamar dan
berinteraksi dengan orang lain karena
cacat pada wajahnya, klien tidak mau
melihat wajahnya dicermin.
DS : Isolasi sosial
Klien merasa malu dengan kondisi Klien tidak mau
wajahnya dan takut menjadi bahan berinteraksi dengan
pembicaraan orang. orang lain
DO :
Klien tidak mau keluar kamar dan
berinteraksi dengan orang lain karena
cacat pada wajahnya, klien tidak mau
melihat wajahnya dicermin.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan harga diri: harga diri rendah
2. Gangguan citra tubuh
3. Isolasi social:menarik diri
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa keperawatan: gangguan harga diri rendah
Tujuan:
Setelah pemberian asuhan selama 3 x 24 jam klien menunjukkan peningkatan harga diri.
Kriteria Hasil:
- Klien dapat menigkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya.
- Klien mengidentifikasi perubahan citra tubuh.

11
- Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimilki.
- Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bebntuk atau fungsi tubuh.
- Klien dapat menyusun cara-cara menyelasaikan masalah yang dihadpi.
- Klien dapat melakukan tindakn pengembalian intergritas tubuh.
Intervensi Rasional
1. Beri kesempatan klien 1. Dengan mengungkapkan
mengungkapkan perasaannya : perasaannya beban klien akan
a. Bimbing klien
berkurang
mengungkapkan perasaannya
b. Gunakan pertanyaan terbuka
c. Dengarkan ungkapan klien
dengan aktif
2. Beri respon yang tidak
2. Respon menghakimi dapat
menghakimi:
merusak hubungan saling
a. Tidak menyalahkan pendapat
percaya dan menurunkan harga
klien
b. Menerima pendapat klien diri klien
3. Ciptakan lingkungan yang 3. Lingkungan yang tenang
tenang dengan cara mengurangi mampu membantu klien dalam
stimulus eksternal yang memfokuskan pikiran
berlebihan dalam interaksi
4. Memotivasi klien memandang
4. Diskusikan kemampuan dan
dirinya secara positif,
aspek positif yang dimiliki klien
Penilaian negatif semakin
menambah rasa tidak percaya
diri klien

2. Diagnosa keperawatan: Gangguan citra tubuh


Tujuan: setelah pemberian asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam gangguan citra tubuh
menurun
Kriteria hasil:
 Gambaran diri meningkat
 Gambaran diri sesuai

 Bisa menyesuikan diri dengan status kesehatannya

12
Intervensi Rasional
1. Binalahhubungan saling percaya 1. Dasar mengembangkan tindakan
antara klien dengan perawat keperawatan
2. Berikan kesempatan 2. Klien membutuhkan
pengungkapanperasaan pengalaman didengarkan dan
3. Bantu klien yang
dipahami
cemasmengembangkan 3. Menetralkan kecemasan yang
kemampuanuntuk menilai diri dan tidak perlu terjadi dan
mengenalimasalahnya memulihkan realitas situasi,
4. Dukung upaya klien
ketakutan merusak adaptasi
untukmemperbaiki citra diri
klien
5. Dorong klien agar
4. Membantu meningkatkan
bersosialisasidengan orang lain
penerimaan diri dan sosialisasi
5. Membantu meningkatkan
penerimaan diri dan sosialisasi

3. Diagnosa keperawatan : isolasi social: menarik diri


Tujuan: setelah pemberian asuhan selama 4x24 jam klien dapat bersosialisasi
Kriteria hasil: - klien dapat melakukan cara berinteraksi dengan orang lain
- Klien mampu mengungkapkan pentingnya bersosialisasi
Intervensi Rasional
. 1. Bina hubungan saling percaya : 1. Hubungan saling percaya
 Sapa klien dengan ramah baik sebagai dasar interaksi yang
verbal maupun non verbal. terapeutik perawat-klien.
 Perkenalkan diri dengan sopan.
 Tanyakan nama lengkap dan
nama panggilan yang disukai
klien.
 Jelaskan tujuan pertemuan /
interaksi.
 Jujur dan menepati janji.
 Pertahankan kontak mata,
tunjukkan rasa empati dan
dorong serta berikan kesempatan
klien untuk mengungkapkan
perasaannya.

13
2. Kaji pengetahuan klien tentang
menarik diri.
 Beri kesempatan pada klien 2. Mengetahui sejauh mana
untuk mengungkapkan pengetahuan klien yang
perasaan penyebab menarik menarik diri sehingga perawat
diri. dapat merencanakan tindakan
 Diskusikan dengan klien
selanjutnya.
tentang perilaku menarik  Untuk mengetahui alasan
dirinya. klien menarik diri.
 Beri pujian terhadap  Meningkatkan pengetahuan
kemampuan klien klien dan mencari pemecahan
mengungkapkannya. bersama tentang masalah
 Diskusikan tentang manfaat
klien.
berhubungan dengan orang  Meningkatkan harga diri
lain. klien berani bergaul dengan
 Dorong klien untuk
lingkungan sosialnya.
menyebutkan kembali manfaat  Meningkatkan pengetahuan
berhubungna orang lain. klien tentang perlunya
 Beri pujian terhadap
berhubungan denga orang
kemampuan klien dalam
lain.
menyebutkan manfaat  Untuk mengetahui tingkat
berhubungan dengan orang permohonan klien terhadap
lain. informasi yang telah
 Dorong klien untuk
diberikan.
menyebutkan cara berhubungan  Reinforcement positif dapat
dengan orang lain. meningkatkan harga diri
 Libatkan klien dalam kegiatan
klien.
TAK dan ADL ruangan.
 Untuk mengetahui
pemahaman dengna
informasi yang telah
diberikan.
3. Reinforcement positif atas  Membantu klien dalam
keberhasilan yang telah dicapai mempertahankan hubungan

14
klien. interpersonal.
3. Reinforcement positif dapat
meningkatkan harga diri klien.

EVALUASI

1. Gangguan harga diri rendah


- Klien dapat menerapkan perubahan
- Klien memiliki beberapa cara mengatsi perubahan yang terjadi.
- Klien beradaptasi dengan cara yang dipilh dan digunakan.

2. Gangguan citra tubuh


- Klien mengatakan dapat menerima keadaan tubuhnya
- Klien dapat mengaplikasikan strategi koping

3. Isolasi social : menarik diri


- Klien dapat melakukan cara berinteraksi dengan orang lain
- Klien mampu mengungkapkan pentingnya bersosialisasi

15
16
STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN

GANGGUAN CITRA TUBUH

Sp 1

Tindakan

1. Mengidentifikasi perasaan pasien tentang bagian tubuh yang hilang, rusak, mengalami
gangguan.
2. Diskusikan dengan pasien aspek positif bagian tubuh.
3. Melatih fungsi bagian tubuh yang masih baik.
4. Mengevaluasi perasaan pasien.

Latihan 1.1

Bina hubungan saling percaya, identifikasi perasaan pasien, aspek positif, melatih fungsi
bagian tubuh yang masih baik.

Orientasi

Perawat : “Assalamualaikum…”

“Selamat pagi ibu…”(senyum).

Pasien : “Wa’alaikumsalam”

“Selamat pagi “

Perawat : “Perkenalkan nama saya Nur Vera, saya paling senang dipanggi Vera, saya
perawat yang akan merawat ibu.” “Nama bapak/ibu siapa?...”

Pasien : “Rani Agustina Damayanti”

Perawat : “Senangnya dipanggil siapa bapak/ibu…?”

17
Pasien : “Rani”

Perawat : “Bagaimana kabar ibu hari ini…?”

Pasien : “Alhamdulillah baik…”

Perawat : “Baiklah ibu, apa keluhan yang bapak/ibu rasakan hari ini?”

Pasien : ”Saya merasa malu dengan diriku sendiri, karena saya bingung bagaimana cara
merawat dan membesarkan anak-anakku sedang suami/istri ku pun meninggal dan
dengan dangan aku yang cacat seperti ini.”

Perawat : “Ibu, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang bapak/ibu rasakan
selama ini?”

“Ibu maunya dimana…?”

Pasien : “Disini saja pak…?!

Perawat : “Berapa lama bu..??

Pasien : “. . . . . “(Diam)

Perawat : “Baiklah bu. Bagaimana kalau 20 menit saja yah…?”

Pasien : “(Mengangguk). Ya …”

Kerja

Perawat : “Baiklah bu…., (pegang tangan atau pundak pasien). Bagaimana perasaan ibu,
setelah ibu mengalami kejadian ini dan wajah ibu rusak seperti ini?”

Pasien : “Saya sedih, malu, terkadang saya merasa tidak berguna dengan keadaan yang
saya alami ini, terlebih lagi saya tidak pd dengan muka saya saat ini.”

Perawat : “Kemudian, apa yang ibu lakukan ketika perasaan bersalah dan putus asa ibu
muncul ?”

18
Pasien : “Saya hanya bisa menangis dan ikhlas menerima semua ini. Tapi, saya tidak
dapat membohongi diri saya sendiri dan berteriak ketika melihatnya dan
mengingat kejadian itu. (kejadian yang membuat wajah rusak).”

Perawat : “Apa yang dapat ibu lakukan atau yang ingin ibu lakukan hanya dengan wajah
ibu yang sekarang?”

Pasien : “Jujur pak/bu, saya ingin sekali melakukan aktivitas seperti biasanya meskipun
sekarang saya menjadi buruk rupa.”

Perawat :”Baiklah begini bu , ibu memiliki wajah yang tidak semuanya rusak kok, ibu bias
melakukan aktivitas seperti biasanya tanpa malu”

Pasien : “Ya pak…. Terkadang saya mencoba untuk melatih kepercayaan diri saya sendiri
tapi tetap saja saya merasa bahwa saya memang tidak berguna lagi di dunia ini.”

Perawat : “Saya mengerti bu…. Tapi setidaknya bapak/ibu sudah berusaha untuk
melatihnya sendiri. Sekarang saya ajarkan ibu bagaimana agar bisa tetap
beraktivitas meskipun dengan kondisi ibu yang seperti ini.”

Pasien : “ (Mengangguk). Ya…”

Perawat : “Ibu… dulu sebelum mengalami kejadian ini. Apa saja kegiatan atau aktivitas
yang ibu sering lakukan di rumah?”

Pasien : “Dulu saya kan guru, paling sebelum berangkat mengajar saya siapkan anka-
anak sarapan dan bersih-berih rumah juga”

Perawat : “Apa sekarang ibu masih ingin melakukan kegiatan-kegiatan tersebut ?”

Pasien : “Ya pak”

Perawat : “Begini bu, seperti yang saya katakan tadi, saya akan ajarkan bapak/ibu agar
dapat beraktivitas meskipun dengan wajah yang seperti ini”

Pasien : “Ya pak”

19
Perawat : “Baiklah bapak/ibu, coba sekarang ibu harus membuka penutup wajahnya agar
wajah ibu bias bernafas segar, lalu ibu jangan malu melakukan semua aktivitas
yang ibu kerjakan setiap harinya” “sekarang bapak/ibu bisa mencobanya, seperti
menyapu dan menyiapkan alat alat”

Pasien : “(Berlatih sendiri dan diawasi)”

Perawat : “Baiklah ibu, itu sudah bagus sekali…..”

“Sekarang kita akan mencoba dengan menggunakan sapu langsung bapak/ibu


ya… Nah ini tangan ibu pegang sapunya dan ayunkan perlahan, anggap saja ibu
sedang menyapu beneran dan wajah ibu tetap normal jangan ditundukkan (sambil
mencontohkan) jangan lupa ya bu kalau ada tetangga lewat harus di sapa jangan
malu. Nah, sekarang giliran ibu mencobanya ya,,? Tapi sambil berdiri bu ya…?!”

Pasien : “Ya…..(mencoba sendiri yang diajarkan perawat)?!?!”

Perawat : “Baiklah bu terima kasih. Bagus sekali dan terus dilatih bu yah.” (tulis atau
masukkan ke dalam tugas harian terapi dengan rapi pada buku Rencana tindakan
pasien).”

Terminasi

Perawat : “Ibu… Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang dan melakukan
latihan hari ini…?”

Pasien : “Alhamdulillah… saya merasa lebih baik dan lega rasanya pak”

Perawat : “Kalau begitu sekarang ibu coba beritahu saya kembali, kegiatan apa saja yang
sudah kita lakukan hari ini?”

Pasien : “Tadi bapak bilang saya harus percaya diri, misalnya menyapu saya tidak harus
menutup wajah saya terus menerus dan tidak melihat kebawah sesekali menyapa
tetangga yang lewat”

20
Perawat : “Baik sekali, ternyata ibu masih mengingatnya ya…? (senyum)”

Pasien : “Ya….(mengangguk dan senyum)”

Perawat : “Baiklah. Apa yang kita lakukan hari ini ibu dapat melatihnya sendiri dan mulai
mencoba-coba melakukannnya sendiri di rumah.”

Pasien : “Ya pak… akan saya coba”

Perawat : “ Bagus sekali ibu (senyum), ternyata ibu sudah memahami dengan baik apa
yang saya sampaikan. Mungkin pertemuan hari ini saya akhiri dan terima kasih
untuk waktunya dan saya do’akan agar ibu selalu sehat untuk melakukan aktivitas
sehari-hari ibu ya”

“Jangan lupa tetap berlatih yah”

Pasien : “Amiiinn, terima kasih pak”(senyum)

Perawat : “ Kalau begitu saya pamit bu yah…”

“Assalamualaikum…”

Pasien : “Wa’alaikumsalam….”

21
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gambaran diri (Body Image) adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan

tidak sadar sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran,bentuk,fungsi penampilan

dan potensi tubuh saat ini dan masalalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan

pengalaman baru setiap individu (Stuart and sundeen,1991). Sejak lahir individu mengeksplorasi

bagian tubuhnya,menerima stimulus dari orang lain,kemudian mulai memanipulasi lingkungan

dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan (Keliat,1992).


B. SARAN
Ada banyak hal dapat mempengaruhi body image diantaranya faktor jenis kelamin,

usia,media massa, keluarga, dan hubungan interpersonal. Oleh sebab itu penulis menyarankan

agar kita dapat membangun body image kearah yang positif dengan cara mencintai dan

menghargai diri sendiri, menghilangkan keinginan untuk memiliki tubuh seperti model, belanja

sesuai kebutuhan diri,berolahraga, dan memanjakan diri.

22

Anda mungkin juga menyukai